Anda di halaman 1dari 3

Nama : Shafira Aura Azzahra

NIM : 1107620235

Kelas/Prodi : E/PGSD

ANALISIS KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP PENDIDIKAN


DITINJAU DARI BERBAGAI PERSPEKTIF.

A. Esensi Manusia dari Perspektif Eksistensialis


Manusia bereksistensi, artinya manusia secara aktif “mengadakan”
dirinya, maksudnya manusia harus bertanggung jawab atas keberadaan
dirinya. Terkait dengan eksistensinya, manusia pada dasarnya mempunyai
kemampuan untuk menyadari dirinya. Kemampuan menyadari diri ini
menyebabkan manusia paham tentang keberadaan dirinya terhadap
lingkungannya. Pada saat demikian, manusia berperan sebagai subjek
ataupun objek terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, agar manusia
dapat menjadi subjek ataupun objek yang mampu mengendalikan
lingkungannya dengan arah yangg benar maka manusia perlu menerima
pendidikan.
Selain itu, eksistensi manusia juga terkait dengan masa lalu sekaligus masa
depannya. Dalam hal ini, manusia mamu menerobos ruang dan waktu.
Kemampuan ini memiliki maksud, yaitu bahwa manusia dapat belajar dari
masa lalu untuk dapat mencapai masa depan yang gemilang. Hal ini
sejalan dengan pendapat dari Semiawan, et al (2010) bahwa manusia
dianugerahi kesadaran melampaui seekor hewan untuk mengantisipasi
masa depan yang terletak jauh dari kondisi saat ini. Oleh karena itu,
manusia perlu mendapat pendidikan agar mampu mengendalikan ruang
dan waktu secara tepat. Dalam arti lain, agar manusia tidak salah arah
mencapai masa depannya.
Sebagai makhluk Tuhan yang dapat “mengadakan” dirinya,
manusia juga memiliki kemampuan untuk menilai yang baik dan buruk.
Dalam menilai sesuatu manusia mengikuti kata hatinya. Apabila manusia
mampu membuat keputusan mana yang baik atau buruk bagi diri sendiri
atau orang lain itu berarti manusia tersebut memiliki kata hati yang tajam.
Dalam menciptakan kata hati yang tajam manusia memerlukan pendidikan
agar kata hatinya tidak tumpul. Pendidikan tersebut berupa pelatihan
kecerdasan akal dan kepekaan emosional. Ketajaman hati perlu diikuti
oleh perbuatan. Orang yang perbuatannya sesuai dengan kata hati yang
tajam dinamakan orang yang bermoral. Oleh karena itu, sangat penting
peran pendidikan dalam membentuk manusia yang dapat mengikuti kata
hatinya yang tajam dan berani mewujudkan kata hatinya tersebut dalam
perbuatan.
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa esensi manusia
dalam perspektif eksistensialis, manusia membutuhkan pendidikan agar
menjadi manusia yang manusia. Manusia yang mampu membentuk
karakternya menjadi lebih baik.
B. Esensi Manusia Dari Perspektif Psikoanalitik
Perspektif psikoanalitik terdiri dari perspektif psikoanalitik
tradisional dan perspektif neoanalitik. Perspektif psikoanalitik tradisional
(Hansen, Stefic, Wanner, 1977) manusia pada dasarnya digerakkan oleh
dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif. Tingkah lakunya
dikontrol oleh kekuatan psikologis yang sudah ada dalam dirinya tidak
ditentukan oleh nasibnya, tetapi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan
insting biologisnya. Perspektif neoanalitik berpendapat bahwa tingkah
laku manusia didasarkan pada rangsangan dari lingkungannya. Oleh
karena itu, dilihat dari dua paham perspektif psikoanalitik, manusia
membutuhkan pendidikan untuk dapat mengendalikan instingnya agar
menjadi manusia yang tidak salah arah.
C. Esensi Manusia Dari Perspektif Humanistik
Manusia pada dasarnya memiliki dorongan untuk mengarahkan
dirinya ke tujuan yang positif, manusia itu rasional sehingga manusia
mampu menentukan nasibnya sendiri. Ini berarti manusia memiliki
kemampuan untuk mengarahkan, mengatur, dan mengontrol dirinya
sendiri apabila diberikan kesempatan untuk berkembang. Oleh karena itu,
pendidikan adalah kebutuhan manusia agar manusia dapat berkembang
dengan jalan yang benar untuk dapat mencapai nasib yang lebih baik. Hal
ini dapat kita perhatikan di lingkungan kehidupan sekarang ini, sebagian
besar nasib manusia bergelar sarjana jauh lebih baik daripada sebagian
besar nasib manusia yang hanya bergelar SMA atau malah SMP saja.
D. Esensi Manusia Dari Perspektif Behavioristik
Perspektif ini memfokuskan perhatiannya pada perilaku manusia
yang tampak, yakni perilaku yang dapat diukur, diramalkan, dan
digambarkan. Menurut perspektif ini, manusia adalah manusia mesin.
Dalam arti, manusia bekerja seperti mesin tanpa adanya dorongan alam
bawah sadar tertentu, tetapi semata-mata karena lingkungan kehidupannya.
Tingkah laku manusia dikontrol oleh faktor-faktor dari luar. Oleh karena
itu, pendidikan perlu menjadi faktor-faktor dari luar tersebut agar manusia
memiliki etika dan intelegensi yang unggul.
E. Esensi Manusia Dari Perspektif Pancasila
Pancasila adalah hasil dari pemikiran bangsa Indonesia yang
diyakini sebagai norma dan nilai hidup bangsa Indonesia. Konsep filsafat
pendidikan Pancasila Notonegoro mendasarkan pada landasan ontologis
hakikat manusia yang monopluralis. Monopluralis maksudnya manusia
adalah makhluk yang memiliki banyak unsur kodrat (plural), tetapi
merupakan satu kesatuan yang utuh (mono). Oleh karena itu, manusia
membutuhkan pendidikan untuk mengembangkan dirinya sebagai warga
negara yang mampu membawa masa depan Indonesia ke arah yang lebih
baik dengan tidak meninggalkan Pancasila sebagai dasar negaranya.

Anda mungkin juga menyukai