0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
15 tayangan3 halaman
Manusia membutuhkan pendidikan agar dapat mengendalikan dirinya, mengembangkan potensinya, dan menjadi manusia yang bermoral serta mampu membawa masa depan ke arah yang lebih baik sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Pendidikan diperlukan untuk membentuk karakter manusia dari berbagai perspektif antropologis.
Manusia membutuhkan pendidikan agar dapat mengendalikan dirinya, mengembangkan potensinya, dan menjadi manusia yang bermoral serta mampu membawa masa depan ke arah yang lebih baik sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Pendidikan diperlukan untuk membentuk karakter manusia dari berbagai perspektif antropologis.
Manusia membutuhkan pendidikan agar dapat mengendalikan dirinya, mengembangkan potensinya, dan menjadi manusia yang bermoral serta mampu membawa masa depan ke arah yang lebih baik sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Pendidikan diperlukan untuk membentuk karakter manusia dari berbagai perspektif antropologis.
Manusia bereksistensi, artinya manusia secara aktif “mengadakan” dirinya, maksudnya manusia harus bertanggung jawab atas keberadaan dirinya. Terkait dengan eksistensinya, manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk menyadari dirinya. Kemampuan menyadari diri ini menyebabkan manusia paham tentang keberadaan dirinya terhadap lingkungannya. Pada saat demikian, manusia berperan sebagai subjek ataupun objek terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, agar manusia dapat menjadi subjek ataupun objek yang mampu mengendalikan lingkungannya dengan arah yangg benar maka manusia perlu menerima pendidikan. Selain itu, eksistensi manusia juga terkait dengan masa lalu sekaligus masa depannya. Dalam hal ini, manusia mamu menerobos ruang dan waktu. Kemampuan ini memiliki maksud, yaitu bahwa manusia dapat belajar dari masa lalu untuk dapat mencapai masa depan yang gemilang. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Semiawan, et al (2010) bahwa manusia dianugerahi kesadaran melampaui seekor hewan untuk mengantisipasi masa depan yang terletak jauh dari kondisi saat ini. Oleh karena itu, manusia perlu mendapat pendidikan agar mampu mengendalikan ruang dan waktu secara tepat. Dalam arti lain, agar manusia tidak salah arah mencapai masa depannya. Sebagai makhluk Tuhan yang dapat “mengadakan” dirinya, manusia juga memiliki kemampuan untuk menilai yang baik dan buruk. Dalam menilai sesuatu manusia mengikuti kata hatinya. Apabila manusia mampu membuat keputusan mana yang baik atau buruk bagi diri sendiri atau orang lain itu berarti manusia tersebut memiliki kata hati yang tajam. Dalam menciptakan kata hati yang tajam manusia memerlukan pendidikan agar kata hatinya tidak tumpul. Pendidikan tersebut berupa pelatihan kecerdasan akal dan kepekaan emosional. Ketajaman hati perlu diikuti oleh perbuatan. Orang yang perbuatannya sesuai dengan kata hati yang tajam dinamakan orang yang bermoral. Oleh karena itu, sangat penting peran pendidikan dalam membentuk manusia yang dapat mengikuti kata hatinya yang tajam dan berani mewujudkan kata hatinya tersebut dalam perbuatan. Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa esensi manusia dalam perspektif eksistensialis, manusia membutuhkan pendidikan agar menjadi manusia yang manusia. Manusia yang mampu membentuk karakternya menjadi lebih baik. B. Esensi Manusia Dari Perspektif Psikoanalitik Perspektif psikoanalitik terdiri dari perspektif psikoanalitik tradisional dan perspektif neoanalitik. Perspektif psikoanalitik tradisional (Hansen, Stefic, Wanner, 1977) manusia pada dasarnya digerakkan oleh dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif. Tingkah lakunya dikontrol oleh kekuatan psikologis yang sudah ada dalam dirinya tidak ditentukan oleh nasibnya, tetapi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan insting biologisnya. Perspektif neoanalitik berpendapat bahwa tingkah laku manusia didasarkan pada rangsangan dari lingkungannya. Oleh karena itu, dilihat dari dua paham perspektif psikoanalitik, manusia membutuhkan pendidikan untuk dapat mengendalikan instingnya agar menjadi manusia yang tidak salah arah. C. Esensi Manusia Dari Perspektif Humanistik Manusia pada dasarnya memiliki dorongan untuk mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, manusia itu rasional sehingga manusia mampu menentukan nasibnya sendiri. Ini berarti manusia memiliki kemampuan untuk mengarahkan, mengatur, dan mengontrol dirinya sendiri apabila diberikan kesempatan untuk berkembang. Oleh karena itu, pendidikan adalah kebutuhan manusia agar manusia dapat berkembang dengan jalan yang benar untuk dapat mencapai nasib yang lebih baik. Hal ini dapat kita perhatikan di lingkungan kehidupan sekarang ini, sebagian besar nasib manusia bergelar sarjana jauh lebih baik daripada sebagian besar nasib manusia yang hanya bergelar SMA atau malah SMP saja. D. Esensi Manusia Dari Perspektif Behavioristik Perspektif ini memfokuskan perhatiannya pada perilaku manusia yang tampak, yakni perilaku yang dapat diukur, diramalkan, dan digambarkan. Menurut perspektif ini, manusia adalah manusia mesin. Dalam arti, manusia bekerja seperti mesin tanpa adanya dorongan alam bawah sadar tertentu, tetapi semata-mata karena lingkungan kehidupannya. Tingkah laku manusia dikontrol oleh faktor-faktor dari luar. Oleh karena itu, pendidikan perlu menjadi faktor-faktor dari luar tersebut agar manusia memiliki etika dan intelegensi yang unggul. E. Esensi Manusia Dari Perspektif Pancasila Pancasila adalah hasil dari pemikiran bangsa Indonesia yang diyakini sebagai norma dan nilai hidup bangsa Indonesia. Konsep filsafat pendidikan Pancasila Notonegoro mendasarkan pada landasan ontologis hakikat manusia yang monopluralis. Monopluralis maksudnya manusia adalah makhluk yang memiliki banyak unsur kodrat (plural), tetapi merupakan satu kesatuan yang utuh (mono). Oleh karena itu, manusia membutuhkan pendidikan untuk mengembangkan dirinya sebagai warga negara yang mampu membawa masa depan Indonesia ke arah yang lebih baik dengan tidak meninggalkan Pancasila sebagai dasar negaranya.