Anda di halaman 1dari 5

Nama : Shafira Aura Azzahra

NIM : 1107620235

Pendidikan Sebagai Modal Hidup

A. Pendahuluan
Ilmu adalah hal sistematis yang membangun dan mengatur
pengetahuan dalam bentuk penjelasan serta prediksi yang dapat diuji melalui
metode ilmiah tentang alam semesta (Mirriam Webster dictionary, 2018). Ilmu
terdiri dari dua hal, yaitu bagian utama dari pengetahuan dan proses di mana
pengetahuan itu dihasilkan. Proses pengetahuan memberikan individu cara
berpikir dan mengetahui dunia. Pengetahuan adalah familiaritas, kesadaran,
atau pemahaman mengenai seseorang atau sesuatu, seperti fakta, informasi,
deskripsi, atau keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman atau
pendidikan dengan mempersepsikan, menemukan, atau belajar. Pengetahuan
dapat merujuk pada pemahaman teoritis atau praktis dari suatu subjek. Dengan
begitu, ilmu merupakan produk dari proses berpikir manusia yang diperoleh
salah satunya dari proses pendidikan agar dapat menghasilkan pengetahuan.
Orang yang berilmu memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari orang yang
kosong ilmu. Ilmu memiliki peran yang penting dalam kehidupan manusia. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan modal yang
sangat kompleks bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
B. Pembahasan
Setiap manusia pasti memiliki kebutuhan. Menurut Teori Hierarki
Kebutuhan atau Teori Motivasi, Abraham Maslow (1943:1970) menyebutkan
bahwa kebutuhan pokok manusia tersusun dalam bentuk hierarki atau
berjenjang. Maslow menggambarkan tingkatan kebutuhan tersebut kedalam
lima kebutuhan dasar yang dipaparkan ke dalam piramida tingkatan dengan
dimulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman dan nyaman,
kebutuhan akan kepemilikan dan cinta, kebutuhan harga diri, serta kebutuhan
aktualisasi diri.
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang terletak di piramida paling
dasar dari teori kebutuhan Maslow. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan
fisik manusia yang paling dominan. Kebutuhan fisiologis meliputi kebutuhan
akan makan, minum, tidur, pakaian, dan tempat tinggal. Kebutuhan fisiologis
dapat terpenuhi apabila memiliki kondisi ekonomi yang cukup baik. Kondisi
ekonomi tersebut dapat tercipta apabila memiliki modal untuk
mewujudkannya. Pendidikan, pengetahuan, dan kemampuan merupakan
modal yang harus dimiliki untuk dapat bertahan hidup di zaman yang serba
sulit ini. Ketika ingin melamar kerja atau membuka bisnis tentunya memerlukan
sebuah ilmu yang hanya didapat melalui proses pendidikan. Sehubungan
dengan hal tersebut pendidikan bertugas untuk mengajarkan berbagai macam
pengetahuan, keterampilan, dan keahlian dalam rangka mempersiapkan anak
untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu. Oleh karena itu, kebutuhan fisiologis
dapat dipenuhi dengan baik jika manusia melek akan ilmu pengetahuan yang
didapat dari sebuah proses pendidikan.
Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, manusia akan cenderung
mencari rasa aman dan nyaman. Kebutuhan ini meliputi rasa aman dari
ancaman, tindak kriminal, perang, terorisme, penyakit, ketakutan, kecemasan,
kerusuhan, bencana alam, dan lainnya.. Kebutuhan ini bertujuan untuk
mengembangkan hidup manusia supaya menjadi lebih baik. Akan tetapi,
kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi secara penuh. Misalnya, orang tidak dapat
sepenuhnya terlindungi dari ancaman bencana. Kebutuhan ini dapat dipenuhi
salah satunya melalui pendidikan. Imam Barnadib (1984) menyatakan bahwa
tugas utama dalam lapangan pendidikan adalah meningkatkan kecerdasan agar
peserta didik dapat memecahkan berbagai masalah. Dengan pendidikan,
manusia dapat menciptakan rasa aman akan dirinya karena melalui pendidikan
manusia dapat menemukan berbagai jalan aman bagi dirinya. Misalnya,
manusia dapat mempelajari cara tanggap bencana, memang bencana tidak
dapat dihindari, tetapi dapat diminimalisasi dengan adanya mitigasi bencana
yang dapat dipelajari oleh manusia. Oleh karena itu, pendidikan dapat dijadikan
modal manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan akan rasa aman dan
nyaman mereka.
Setelah kebutuhan fisik dan rasa aman terpenuhi, manusia akan
cenderung mencari cinta orang lain supaya bisa dimengerti dan dipahami oleh
orang lain. Jadi, kebutuhan akan cinta tidak sama dengan kebutuhan akan seks.
Sebaliknya, Maslow menegaskan, kebutuhan akan seks justru dikategorikan
sebagai kebutuhan fisik. Kebutuhan akan cinta ini menguatkan bahwa dalam
hidup, manusia tidak bisa terlepas dari sesama. Kebutuhan ini juga disebut
kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan manusia untuk merasa dibutuhkan agar
dianggap sebagai bagian dari komunitas sosialnya. Immanuel Kant seorang
filosof tersohor bangsa Jerman menyatakan bahwa manusia hanya menjadi
manusia jika berada di antara manusia, artinya manusia tidak dapat hidup
sendiri. Bergaul dengan sesama adalah kebutuhan manusia. Akan tetapi, dalam
bergaul manusia perlu suatu arahan agar pergaulannya dapat terarah, yaitu
melalui pendidikan. Pendidikan adalah lembaga yang mampu membina
manusia untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan kultural
dan tantangan-tantangan zaman demi survive-nya manusia (M. Noor Syam,
1984). Dengan pendidikan manusia dapat menempatkan dirinya dengan benar
di dalam suatu komunitas sosialnya. Pendidikan menjadikan manusia paham
mana zona yang seharusnya dijadikan tempat oleh manusia sebagai sarana
memenuhi kebutuhan sosialnya.
Ketika kebutuhan di tiga tingkat terbawah telah terpenuhi, kebutuhan
penghargaan mulai memainkan peran yang lebih menonjol dalam memotivasi
perilaku. Pada titik ini, menjadi semakin penting untuk mendapatkan rasa
hormat dan penghargaan dari orang lain. Selain kebutuhan akan perasaan puas
dan gengsi, kebutuhan penghargaan mencakup hal-hal, seperti harga diri dan
nilai pribadi. Orang-orang perlu merasakan bahwa mereka dihargai oleh orang
lain dan merasa bahwa mereka memberikan kontribusi kepada dunia.
Partisipasi dalam kegiatan profesional, prestasi akademik, partisipasi atletik
atau tim, dan hobi pribadi semuanya dapat berperan dalam memenuhi
kebutuhan penghargaan. Orang yang mampu memenuhi kebutuhan
penghargaan dengan mencapai harga diri yang baik dan pengakuan orang lain
cenderung merasa yakin dengan kemampuan mereka. Pencapaian tersebut
dapat dipenuhi jika manusia memiliki modal hidup berupa pendidikan. Di dalam
stratifikasi sosial, seseorang yang memiliki profesi dan pendidikan yang tinggi
menduduki tingkat atas dalam kehidupan masyarakat. Manusia yang memiliki
profesi dan pendidikan yang tinggi menduduki prestise yang lebih tinggi
dibanding manusia yang tidak memiliki keduanya. Oleh karena itu, peran
pendidikan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan manusia akan
penghargaan karena hanya dengan pendidikan manusia dapat mencapai
tingkat profesi yang lebih tinggi, misalnya dokter dan pengusaha.
Di puncak hierarki Maslow adalah kebutuhan aktualisasi diri. Maslow
menjelaskan bahwa kebutuhan aktualisasi diri ini merujuk pada kebutuhan
orang-orang untuk mencapai potensi penuh mereka sebagai manusia.
Kebutuhan ini juga merupakan kebutuhan manusia untuk menunjukkan dirinya
pada orang lain. Pada tahap ini seseorang akan terus-menerus
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Salah satu cara yang tepat untuk
mengembangkan potensi diri adalah melalui pendidikan. Dengan pendidikan,
seseorang dapat terus mengasah potensi yang dimilkinya agar menjadi bakat
yang dapat ditunjukkan kepada orang lain. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa pendidikan dapat dijadikan modal dalam memenuhi kebutuhan
aktualisasi diri seorang manusia.
C. Kesimpulan
Setiap manusia pasti memiliki kebutuhan. Menurut Teori Hierarki
Kebutuhan atau Teori Motivasi, Abraham Maslow (1943:1970) menyebutkan
bahwa kebutuhan dasar yang dipaparkan ke dalam piramida tingkatan terdiri
dari lima kebutuhan dengan dimulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan
rasa aman dan nyaman, kebutuhan akan kepemilikan dan cinta, kebutuhan
harga diri, serta kebutuhan aktualisasi diri. Dalam memenuhi kelima kebutuhan
tersebut manusia memerlukan modal, yaitu pendidikan. Dengan pendidikan,
manusia dapat menciptkan hidupnya yang sejahtera.
D. Daftar Pustaka
Muazaroh, Siti. 2019. Kebutuhan Manusia Dalam Pemikiran Abraham Maslow
(Tinjauan Maqasid Syariah). 7(1): 23-24.
Nur Machlia, Livianinda. 2018. “Hakikat Ilmu dan Pengetahuan”.
https://www.researchgate.net/publication/327307040_Hakikat_Ilmu_dan_Pen
getahuan. diakses pada 29 Oktober 2020 pukul 20.30 WIB.
Tirtarahardja, Umar dan S.L.La Sulo. 2018. Pengantar Pendidikan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Wahyudin, Dinn. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai