Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KELOMPOK

Mata Kuliah Belajar Pembelajaran

HUMANISTIK

MAKALAH

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4

EGA SAFITRI (F1071171002)

ERIKA FERANDA (F1071171008)

GUSTI FAWWAZ SETYO (F1071171010)

HENI FERDINA (F1071171014)

WIDIANTI (F1071171015)

PRIVITA MAULIDYA (F1071171031)

Dosen Pengampu:
Eka Ariyati, M. Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2018
Teori belajar Humanistik

A. Teori Belajar Humanistik

1. Pengertian Humanistik

Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia.


Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya
untuk melakukan hal- hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang
disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme yang
biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang
terdapat dalam domain afektif, misalnya keterampilan membangun dan menjaga
relasi yang hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan kepercayaan,
penerimaan, kesadaran, memahami perasaan orang lain, kejujuran
interpersonal,dan pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah meningkatkan
kualitas keterampilaninterpersonal dalam kehidupan sehari-hari. Selain menitik
beratkan pada hubungan interpersonal, para pendidikan yang beraliran humanistik
juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang membantu anak didik untuk
meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai
pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi. Pendidik humanistik mencoba
untuk melihat dalam spektrum yang luas mengenai perilaku manusia.

Melihat hal-hal yang diusahakan oleh para pendidik humanistik, tampak


bahwa pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan.
Jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang
nampak dari para pendidik beraliran humanistik. Karena berpikir dan merasakan
saling beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama dengan mengabaikan salah
satu potensi terbesar manusia. Kita dapat belajar menggunakan emosi kita dan
mendapat keuntungan dari pendekatan humanistik ini sama seperti yang
kitadapatkan dari pendidikan yang menitikberatkan kognisi.

Berbeda dengan behaviorisme yang melihat motivasi manusia sebagai suatu


usaha untuk memenuhi kebutuhan fisiologis manusia atau melihat motivasi sebagai
berbagai macam kebutuhan seksual, humanistik melihat perilaku manusia sebagai
campuran antara motivasi yang lebih rendah atau lebih tinggi. Hal ini memunculkan
salah satu ciri utama pendekatan humanistik, yaitu bahwa yang dilihat adalah
perilaku manusia, bukan spesies lain. Akan sangat jelas perbedaan antara motivasi
manusia dan motivasi yang dimiliki binatang.

Menurut aliran humanistik, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan


yang lebih tinggidan merencanakan pendidikan dan kurikukum untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan ini. Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia
mempunyai keinginan alami untuk berkembang untuk lebih baik. Jadi sekolah
harus berhati-hati supaya tidak membunuh insting ini dengan memaksakan anak
belajar sesuatu sebelum mereka siap. Jadi bukan hal yang benar apabila anak
dipaksa untuk belajar sesuatu sebelum mereka siap secara fisiologis dan juga punya
keinginan.

Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator yang membantu siswa
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi, bukan sebagai konselor
ataupun pengelola perilaku seperti pada behaviorisme.

Secara singkatnya, pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan


pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk
mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan
kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan
metode pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati
keberadaan hidup dan juga masyarakat. Keterampilan atau kemampuan
membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena
keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.

Dalam teori belajar humanistik, belajar adalah untuk memanusiakan


manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya
dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun
ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari
sudut pandang pengamatnya.Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa
untuk mengembangkan dirinya,yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.

B. Tokoh-Tokoh Teori Humanistik

1. Arthur Combs (1912-1999)

Arhur Combs bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mencurahkan


banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep
dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu.
Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan
kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh
tetapi karena mereka enggan atau terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan
penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain
hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak
akan memberikan kepuasan baginya.

Untuk itu guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba


memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah
perilakunya, guru harus berusahamerubah keyakinan atau pandangan siswa yang
ada. Perilaku internal membedakan seseorangdari yang lain. Combs berpendapat
bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau
belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimanamestinya.

Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu, dengan kata lain
individunyayang memberikan arti kepada materi pelajaran itu. Sehingga yang
penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya
dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan
kehidupannya.Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti
dua lingkaran(besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1)
adalah gambaran dari persepsidiri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia.
Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya
terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri,
makin mudah hal itu terlupakan.

2. Abraham Maslow

Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik.


Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya
sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori
tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Kehidupan keluarganya dan
pengalaman hidupnya memberi pengaruh atas gagasan-gagasan psikologisnya.
Setelah perang dunia ke II, Maslow mulai mempertanyakan bagaimana psikolog-
psikolog sebelumnya tentang pikiran manusia.

Walau tidak menyangkal sepenuhnya,namun ia memiliki gagasan sendiri


untuk mengerti jalan pikir manusia.Psikolog humanis percaya bahwa setiap orang
memiliki keinginan yang kuat untuk merealisasikan potensi-potensi dalam dirinya,
untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri. Untuk membuktikan bahwa manusia
tidak hanya bereaksi terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya,tapi untuk
mencapai sesuatu yang lebih, Maslow mempelajari seseorang dengan keadaan
mental yang sehat, dibanding mempelajari seseorang dengan masalah kesehatan
mental. Hal ini menggambarkan bahwa manusia baru dapat mengalami
"puncak pengalamannya" saat manusia tersebut selaras dengan dirinya maupun
sekitarnya. Dalam pandangan Maslow, manusia yang mengaktualisasikan dirinya,
dapat memiliki banyak puncak dari pengalaman dibanding manusiayang kurang
mengaktualisasi dirinya.

Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Maslow, manusia mempunyai lima


kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan atau disebut juga hirarki dari yang
paling penting hingga yang tidak penting dan dari yang mudah hingga yang sulit
untuk dicapai atau didapat. Motivasi manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhan
mendasar yang perlu dipenuhi. Menurut Maslow, pemenuhan harus yang paling
penting dahulu kemudian meningkat ke yang tidak terlalu penting.Untuk dapat
merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan dahulu kebutuhan yang
berada pada tingkat di bawahnya.
Lima kebutuhan dasar Maslow disusun berdasarkan kebutuhan yang paling
penting hingga yang tidak terlalu krusial :

1. Kebutuhan Fisiologis (physiological needs)


Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan
kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain
sebagainya.

2.Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan (safety needs)


Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit,
bebasdari teror, dan lain sebagainya.

3. Kebutuhan Sosial atau Kebutuhan Menjadi Milik dan Dicintai (sense of


belongingness and love)
Misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan
jenis,dan lain-lain.

4. Kebutuhan Penghargaan (esteem needs)


Contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri (self fulfillment)


Contoh: kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat
danminatnya.

Tahapan tertinggi dalam tangga hierarki motivasi manusia dari Abaraham


Maslow adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. Maslow mengatakan bahwa
manusia akan berusaha keras untuk mendapatkan aktualisasi diri mereka, atau
realisasi dari potensi diri manusia seutuhnya, ketika mereka telah meraih kepuasan
dari kebutuhan yang lebih mendasarnya. Penelitian Maslow tentang tokoh-tokoh
yang terkenal dan sangat luar biasa, Abaraham Lincoln, Beethoven, dan Eleanor
Roosevelt, sekaligus juga gagasan-gagasan kontemporernya yang dipandang
mempunyai kesehatan mental yang sangat luar biasa.Maslow mengidentifikasi
beberapa karakteristik yang ada pada manusia yang mengaktualisasikan dirinya:

a. Berorientasi secara realistik.


b. Menerima diri sendiri, orang lain, dan dunia alamiah sebagaimana
mestinya.
c. Keterbukaan dan spontanitas dalam berpikir, beremosi, dan berperilaku.
d. Terpusat pada masalah dan bukan terpusat pada diri sendiri.
e. Memiliki kebutuhan privasi dan berupaya memperolehnya, jika memiliki
kesempatan,serta memerlukan waktu berkonsentrasi untuk memperoleh
sesuatu yang menarik bagi dirinya.
f. Bersifat otonom, independen, dan mampu mempertahankan kebenaran.
g. Kadang-kadang memiliki kemampuan mistik yang tidak berkaitan dengan
pengalaman keagamaan.
h. Merasa sama dengan manusia secara keseluruhan.
i. Memiliki hubungan dekat dan secara emosional dengan orang-orang yang
dicintai.
j. Memiliki struktur karakter demokratis berkenaan dengan penilaian individu
danmampu bersahabat bukan didasarkan pada ras, status, dan agama.
k. Memiliki etika yang berkembang terus.
l. Memiliki selera humor yang tinggi.
m. Memiliki selera kreativitas yang tinggi.
n. Menolak keseragaman budaya.

3. Carl Ransom Rogers

Carl Ransom Rogers (1902-1987) lahir di Oak Park, Illinois pada tanggal 8
Januari 1902. Tahun 1957, Rogers pindah ke Universitas Wisconsin untuk
mengembangkan idenya tentang psikiatri. Setelah mendapat gelar doktor, Rogers
menjadi profesor psikologi di Universitas Negeri Ohio. Kepindahan dari
lingkungan klinis ke lingkungan akademik membuat Rogers mengembangkan
metodeclient-centered psychotherapy.
Disini dia lebih senang menggunakan istilah klien terhadap orang yang
berkonsultasi dibandingkan memakai istilah pasien. Rogers membedakan dua tipe
belajar, yaitu:

1. Kognitif (kebermaknaan).

2.Experiential ( pengalaman atau signifikansi).

Kecewa karena tidak bisa menyatukan psikiatri dengan psikolog, Rogers


pindah ke California tahun 1964 dan bergabung dengan Western Behavioral
Science Institute. Ia lalu mengembangkan teorinya ke bidang pendidikan.

a. Teori Humanistik Carl Rogers

Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik,
namun keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya. Teori
humanistik Rogers pun mempunyai berbagai nama antara lain : teori yang berpusat
pada pribadi (person centered), non-directive, klien (client-centered ), teori yang
berpusat pada murid (student-centered ), teori yang berpusat pada kelompok (group
centered), dan person to person). Namun istilah person centered yang sering
digunakan untuk teori Rogers. Rogers menyebut teorinya bersifat humanis dan
menolak pesimisme suram dan putus asadalam psikoanalisis serta menentang teori
behaviorisme yang memandang manusia seperti robot.

Teori humanisme Rogers lebih penuh harapan dan optimis tentang manusia
karena manusia mempunyai potensi-potensi yang sehat untuk maju. Dasar teori ini
sesuai dengan pengertian humanisme pada umumnya, dimana humanisme adalah
doktrin, sikap, dan cara hidup yang menempatkan nilai-nilai manusia sebagai pusat
dan menekankan pada kehormatan, harga diri,dan kapasitas untuk merealisasikan
diri untuk maksud tertentu.

Asumsi dasar teori Rogers adalah:

 Kecenderungan formatif : Segala hal di dunia baik organik maupun non-


organik tersusun dari hal-hal yang lebih kecil.
 Kecenderungan aktualisasi : Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk
bergerak menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap
individual mempunyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan
masalahnya.

b. Struktur Kepribadian

Sejak awal Rogers mengamati bagaimana kepribadian berubah dan


berkembang, dan ada tiga konstruk yang menjadi dasar penting dalam teorinya:
Organisme, Medan fenomena, dan self.

1. Organisme

Pengertian organisme mencakup tiga hal:

 Mahkluk Hidup

Organisme adalah mahkluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya


dan merupakan tempat semua pengalaman, potensi yang terdapat dalam kesadaran
setiap saat, yakni persepsi seseorang mengenai kejadian yang terjadi dalam diri dan
dunia eksternal.

 Realitas Subyektif

Organisme menganggap dunia seperti yang dialami dan diamatinya. Realita


adalah persepsi yang sifatnya subyektif dan dapat membentuk tingkah laku.

 Holisme

Organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan dalam satu


bagian akan berpengaruh pada bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna
pribadi dan bertujuan, yaitu tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan
mengembangkan diri.

2. Medan fenomena

Medan fenomena adalah keseluruhan pengalaman, baik yang internal


maupun eksternal, baik disadari maupun tidak disadari. Medan fenomena ini
merupakan seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di dunia,
sebagaimana persepsi subyektifnya.

3. Self

Konsep diri mulai terbentuk mulai masa balita ketika potongan-potongan


pengalaman membentuk kepribadiannya dan menjadi semakin mawas diri akan
identitas dirinya begitu bayi mulai belajar apa yang terasa baik atau buruk, apa ia
merasa nyaman atau tidak. Jika struktur diriitu sudah terbentuk, maka aktualisasi
diri mulai terbentuk. Aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk
mengaktualisasikan sang diri sebagai mana yang dirasakan dalam kesadaran.
Sehingga kecenderungan aktualisasi tersebut mengacu kepada pengalaman organik
individual, sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh, akan kesadaran dan ketidak-
sadaran, psikis dan kognitif. Diri dibagi atas 2 sub sistem :

 Konsep diri yaitu penggabungan seluruh aspek keberadaan dan pengalaman


seseorang yang disadari oleh individual (meski tidak selalu akurat).

 Diri ideal yaitu cita-cita seseorang akan diri.

Terjadinya kesenjangan akan menyebabkan ketidakseimbangan dan


kepribadian menjadi tidak sehat.

Menurut Carl Rogers ada bebeapa hal yang mempengaruhi Self atau diri,
yaitu:

1) Kesadaran

Tanpa adanya kesadaran, maka konsep diri dan diri ideal tidak akan ada. Ada 3
tingkat kesadaran.

o Pengalaman yang dirasakan dibawah ambang sadar akan ditolak atau


disangkal.

o Pengalaman yang dapat diaktualisasikan secara simbolis akan secara


langsung diakui olehstruktur diri.
o Pengalaman yang dirasakan dalam bentuk distorsi. Jika pengalaman yang
dirasakan tidak sesuai dengan diri (self), maka dibentuk kembali dan
didistorsikan sehingga dapat diasimilasikan oleh konsep diri.

2) Kebutuhan

o Pemeliharaan

Pemeliharaan tubuh organisme dan pemuasannya akan makanan, air, udara,


dan keamanan,sehingga tubuh cenderung ingin untuk statis dan menolak
untuk berkembang.

o Peningkatan diri

Meskipun tubuh menolak untuk berkembang, namun diri juga mempunyai


kemampuan untuk belajar dan berubah.

o Penghargaan positif ( positive regard)

Begitu kesadaran muncul, kebutuhan untuk dicintai, disukai, atau diterima


oleh orang lain.

o Penghargaan diri yang positif (positive self-regard)

o Berkembangannya kebutuhan akan penghargaan diri (self-regard) sebagai


hasil dari pengalaman dengan kepuasan atau frustasi. Diri akan menghindari
frustasi dengan mencari kepuasan akan positive self-regard.Stagnasi Psikis.

3) Stagnasi Psikis

Stagnasi psikis terjadi bila :

 Ada ketidakseimbangan antara konsep diri dengan pengalaman yang


dirasakan oleh diri organis. Ketimpangan yang semakin besar antara konsep
diri dengan pengalaman membuat seseorang menjadi mudah terkena serangan.
Kurang akan kesadaran diri akan membuat seseorang berperilaku tidak logis,
bukan hanya untuk orang lain namun juga untuk dirinya. Jika kesadaran diri
tersebut hilang, maka muncul kegelisahan tanpa sebab dan akan memuncak
menjadi ancaman.Untuk mencegah tidak konsistennya pengalaman dengan
konsep diri, maka perludiadakan pertahanan diri dari kegelisahan dan ancaman
adalah penyangkalan dan distorsi terhadap pengalaman yang tidak konsisten.
Distorsi adalah salah interpretasi pengalaman dengan konsep diri, sedangkan
penyangkalan adalah penolakan terhadap pengalaman. Keduanya menjaga
konsistensi antara pengalaman dan konsep diri supaya berimbang. Cara
pertahanan adalah karakteristik untuk orang normal dan neurotik. Jika
seseorang gagal dalam menerapkan pertahanan tersebut, maka individu akan
menjadi tidak terkendali atau psikotik. Individu dipaksakan untuk menerima
keadaan yang tidak sesuai dengan konsep dirinya terus menerus dan akhirnya
konsep dirinya menjadi hancur. Perilaku tidak terkendali ini dapat muncul
mendadak atau dapat pula muncul bertahap.

 Dinamika Kepribadian

1.Penerimaan Positif (Positive Regard )

Orang merasa puas menerima regard positif,kemudian juga merasa puas dapat
memberi regard positif kepada orang lain.

2.Konsistensi dan Salingsuai Self ( Self Consistensy and Congruence)

Organisme berfungsi untuk memelihara konsistensi (keajegkan = keadaan


tanpa konflik ) dari persepsi diri, dan kongruen (saling suai) antara persepsi
self dengan pengalaman.

4) Aktualisasi Diri ( Self Actualization)

Freud memandang organisme sebagai sistem energi, dan mengembangkan


teori bagaimana energi psikis ditimbulkan, ditransfer dan disimpan. Rogers
memandang organisme terus menerus bergerak maju. Tujuan tingkah laku
bukan untuk mereduksi tegangan energi tetapi mencapai aktualisasi diri yaitu
kecenderungan dasar organisme untuk aktualisasi: yakni kebutuhan
pemeliharaan (maintenance) dan peningkatan diri (enhancement ).
5) Perkembangan Kepribadian

Rogers meyakini adanya kekuatan yang tumbuh pada semua orang yang
mendorong orang untuk semakin kompleks, ekspansi, sosial, otonom, dan
secara keseluruhan semakin menuju aktualisasi diri atau menjadi pribadi yang
berfungsi utuh (Fully F unctioning Person) Ada lima ciri kepribadian yang
berfungsi sepenuhnya:

1. Terbuka untuk mengalami (openess to experience)

Orang yang terbuka untuk mengalami mampu mendengar dirinya sendiri,


merasakan mendalam, baik emosional maupun kognitif tanpa merasa
terancam. Mendengar orang membual menimbulkan rasa muak tanpa harus
diikuti perbuatan untuk melampiaskan rasa muak tersebut.

2. Hidup menjadi ( E xistential living )

Kecenderungan untuk hidup sepenuhnya dan seberisi mungkin pada seiap


eksistensi.Disini orang menjadi fleksibel, adaptable, toleran, dan spontan.

3. Keyakinan Organismik (Organismic trusting)

Orang mengambil keputusan berdasarkan pengalaman organismiknya


sendiri,mengerjakan apa yang dirasanya benar sebagai bukti kompetensi dan
keyakinannya untuk mengarahkan tingkah laku. Orang mampu memakai
perasaan yang terdalam sebagai sumber utama membuat keputusan.

4. Pengalaman kebebasan ( E xperiental Freedom)

Pengalaman hidup bebas dengan cara yang diinginkan sendiri, tanpa perasan
tertekan atau terhambat. Orang itu melihat banyak pilihan hidup dan merasa
mampu mengerjakan apa yang ingin dikerjakannya.

5. Kreatifitas (C reativity)

Merupakan kemasakan psikologik yang optimal. Orang dengan good life


kemungkinan besar memunculkan produk kreatif dan hidup kreatif.
C. Aplikasi Teori Humanistik Carl Roger Dalam Pendidikan

Teori Roger dalam bidang pendidikan adalah dibutuhkannya 3 sikap dalam


fasilitator belajar yaitu (1) realitas di dalam fasilitator belajar, (2) penghargaan,
penerimaan, dan kepercayaan, dan (3) pengertian yang empati.

Realitas di dalam fasilitator belajar. Merupakan sikap dasar yang penting.


Seorang fasilitator menjadi dirinya sendiri dan tidak menyangkal diri sendiri,
sehingga ia dapat masuk kedalam hubungan dengan pelajar tanpa ada sesuatu yang
ditutup-tutupi. Penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan.Menghargai pendapat,
perasaan, dan sebagainya membuat timbulnya penerimaan akan satu dengan
lainnya. Dengan adanya penerimaan tersebut, maka akan muncul kepercayaan akan
satu dengan lainnya. Pengertian yang empati. Untuk mempertahankan iklim belajar
atas dasar inisiatif diri, maka guru harus memiliki pengertian yang empati akan
reaksi murid dari dalam. Guru harus memiliki kesadaran yang sensitif bagi jalannya
proses pendidikan dengan tidak menilai atau mengevaluasi. Pengertian akan materi
pendidikan dipandang dari sudut murid dan bukan guru. Menurut Rogers yang
terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan
prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:

a. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa
tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.

b. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.


Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru
sebagai bagian yang bermakna bagi siswa

c. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan


ide barusebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

d. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang


proses.
Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar
humanistik yang penting diantaranya ialah :

a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.

b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid


mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.

c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya


sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.

d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan
diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.

e. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh


dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.

f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.

g. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.

h. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik


perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang
mendalam dan lestari.

i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah


dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya
sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.

j. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah
belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap
pengalamandan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.

Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang
fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun
1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondisi yang mendukung
yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif
adalah :

1.Merespon perasaan siswa

2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang.

3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa

4. Menghargai siswa

5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan

6.Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan


kebutuhan segera dari siswa)

7. Tersenyum pada siswa

Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos
siswa,meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih
prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai,
mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi
perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan
menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.

D. Prinsip-prinsip Belajar

Ada beberapa asumsi yang mendasari pendekatan humanistik. Pertama,


peserta didik mempelajari apa yang mereka butuhkan dan ingin diketahui. Kedua,
belajar tentang cara-cara belajar adalah lebih penting dibandingkan dengan
memperoleh pengetahuan actual. Ketiga,evaluasi tang dilakukan oleh peserta didik
sendiri adalah sangat bermanfaat dalam pekerjaannya. Keempat , perasaan adalah
sama pentingnya dengan fakta, dan belajar merasakan adalah sama pentingnya
dengan belajar cara-cara berpikir. Kelima, belajar akan terjadi apabila peserta didik
tidak merasakan adanya ancaman.
1. swa arah (Self-Direction)

Prinsip swa arah menyatakan bahwa sekolah hendaknya memeberikan


kesempatankepada peserta didik untuk memutuskan bahan belajr yang ingin
dipelajari. Bahan belajar yang ingin dipelajari peserta didik adalah memenuhi
kebutuhan, keinginan, hasrat ingin tahu, dan fantasinya. Prinsip ini lebih
menekankan pada motivasi intrinsik, dorongan dari dalam untuk bereksplorasi, dan
hasrat ingin tahu yang timbul dari dalam diri sendiri.Prinsip belajar swa arah ini
sangat penting bagi pendekatan humanistik. Peserta didik hendaknya diberikan
kesempatan untuk mengarahkan belajarnya, memilih apa yang ingin mereka
pelajari, dan dalam belajar tertentu, mengarahkan kapan dan bagaimana peserta
didik itu akan memepelajarinya. Dalam prinsip ini anak akan menjadi peserta didik
yang mampu mengarahkan belajarnya sendiri, memotivasi diri, dan tidak menjadi
penerima informasi nyang pasif. Oleh karena itu, peserta didik akan belajar dengan
motivasi yang tinggi apabila mereka memilih beberapa pilihan bahan ajar yang akan
mereka pelajari.Tugas fasilitator di dalam mengarahkan peserta didik menjadi
pembelajar swa-arah adalah sebagai berikut:

a. Mendorong peserta didik untuk memenuhi kompetensi baru

b. Membantu memperjelas aspirasinya guna meningkatkan kompetensinya.

c. Membantu mendiagnosa kesenjangan antara aspirasi dengan kinerjanya


sekarang.

d. Membantu mengidentifikasi masalah-masalah kehidupan yang mereka


alami.

e. Melibatkan peserta didik dalam proses merumuskan tujuan belajar dengan


mempertimbangan kebutuhan peserta didik yang telah didiagnosa.

2. Belajar tentang cara-cara belajar( learning how to learn)

Prinsip kedua dalam pendekatan humanistik adalah bahwa sekolah


hendaknya menghasilkan anak-anak yang secara terus-menerus menumbuhkan
keinginannya untuk belajar dan mengetahi cara-cara belajar. Pengetahuan anak
yang diproleh dari orang lain adalah kurang berharga. Bagi anak, apa yang
dipelajari tidak membuat kenyataan itu berbeda, selama anak-anak itu ingin
memepelajari. Tugas sekolah adalah memebuat anak ingin belajar dengan
tujuanyang eksplisit.Para pendidik humanistik memiliki keyakinan bahwa tujuan
akhir pendidikan adalah mengubah batas-batas yang menjadi pendorong individu
untuk mendidik diri sendiri. Keinginan belajar merupakan kondisi motivasional
yang diharapkan ileh peserta didik, kemudian tugas pendidik dan sekolah adalah
membantu peserta didik belajar tentang cara-cara belajar.Tugas fasilitator dalam
membantu peserta didik mengetahui cara-cara belajar adalah sebagai berikut:

a. Memotivasi peserta didik mempelajari tugas-tugas belajar yang telah


dirancang bersama.

b. Membantu merancang pengalaman belajar, memilih bahan belajar dan


metode belajar,dan melibatkan peserta didik dalam pembuatan keputusan bersama.

3. Evaluasi diri( self evaluation)

Prinsip ini menyatakan bahwa evaluasi diri adalah sangat diharapkan oleh
peserta didik.Evaluasi diri merupakan prasarat bagi perkembangan kemandirian
peserta didik . evaluasi yang dilakukan oleh sekolah atau pendidik yang diakhiri
dengan kenaikan kelas dan kelulusan dipandang sebagai tindakan yang
mengganggu aktifitas belajar peserta didik. Evaluasi yang diwujudkan dalam
bentuk tes dan bentuk tes objektif yang memiliki karakteristik jawaban yang benar
adalah satu, atau ujian yang memprasaratkan peserta tidak boleh membuka buku
atau catatan dalam bentuk apapun juga dipandang tidak relevan dengan pendekatan
humanistik.Alasannya adalah apabila tujuan ujian itu digunakan untuk memberikan
balikan atau bimbingan belajar kepada peserta didik atau perbaikan pembelajaran
yang diperlukan oleh pendidik, maka buku atau catatan harus boleh dibuka oleh
peserta didik pada waktu mengerjakan ujian.Tugas fasilitator dalam kegiatan
evaluasi diri pada peserta didik adalah sebagi berikut:
a. Melibatkan peserta didik dalam mengembangkan kriteria kinerja, dan
metode dalam mengukur kemajuan tujuan belajarnya.
b. Membantu mengembangkan dan menerapkan prosedur evaluasi kemajuan
belajar.

4. Pentingnya perasaan ( important of felling)

Pendekatan humanistik tidak membedakan domain kognitif dan afektif


dalam belajar,dalam arti kedua domain ini merupakan satu-kesatuan yang tidak
dapat dipisah-pisahkan. Dalam praktik pembelajaran ada kecenderungan pendidik
lebih terkonsentrasi pada domain kognitif dan melupakan domain afektif. Dalam
pandangan humanistik, domain afektif adalah sama pentingnya dengan domain
kognitif, sehingga keduanya tidak boleh dipisahkan,Dari sudut pandang
humanistic, belajar merupakan kegiatan memperoleh informasi atau pengalaman
baru, dan secara personal peseta didik menemukan makna akan informasi dan
pengalamn baru tersebut. Kegagalan peserta didik di sekolah adalah bukan
disebabkan olehkurangnya mereka memperoleh atau pengalaman, melainkan
karena sekolah tidak memeberi kesempatan kepada peseta didik untuk
mengembangkan makna personal dan perasaan mengenaiobjek , peristiwa, atau
pengetahuan. Tugas fasilitator di dalam mengembangkan perasaan positif peserta
didik terhadap pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Membantu peserta didik menggunakan pengalamannya sendiri sebagai


sumber belajar dengan menggunakan teknik seperti diskusi, permainan peran, studi
kasus, dansejenisnya.

b. Menyampaikan isi pembelajaran berdasarkan sumber-sumber belajar yang


sesuai dengantingkat pengalaman peserta didik.

c. Membantu menerapkan hasil belajar ke dalam dunia nyata. Hal ini akam
membuat belajar lebih bermakna dan terpadu.

5. Bebas dari ancaman ( freedom of treat)


Belajar akan lebih mudah, lebih bermakna, dan lebih diperkuat apabila
belajar itu terjadi dalam suasana yang bebas dari ancaman. Pendidikan yang
berlangsung selama ini di pandang oleh pakar humanistik sebagai tempat yang tidak
menghargai speseta didik, menjijikkan ,membuat malu peseta didik, dan
mengancam identitas sosial peseta didik. Persoalan utamanya adalah peseta didik
selalu dikendalikan dan dievaluasi oleh sekolah dan pendidik, mereka tidak
memiliki pilihan untuk memilih bahan ajar, dan tidak ada kesempatan memilih
kegiatan belajar.

a. Melibatkan peserta didik dalam mengembangkan kriteria kinerja, dan


metode dalam mengukur kemajuan tujuan belajarnya.

b. Membantu mengembangkan dan menerapkan prosedur evaluasi kemajuan


belajar

6. Pentingnya perasaan ( important of felling)

Pendekatan humanistik tidak membedakan domain kognitif dan afektif


dalam belajar,dalam arti kedua domain ini merupakan satu-kesatuan yang tidak
dapat dipisah-pisahkan. Dalam praktik pembelajaran ada kecenderungan pendidik
lebih terkonsentrasi pada domain kognitif dan melupakan domain afektif. Dalam
pandangan humanistik, domain afektif adalah sama pentingnya dengan domain
kognitif, sehingga keduanya tidak boleh dipisahkan. Dari sudut pandang
humanistic, belajar merupakan kegiatan memperoleh informasi atau pengalaman
baru, dan secara personal peseta didik menemukan makna akan informasi dan
pengalamn baru tersebut. Kegagalan peserta didik di sekolah adalah bukan
disebabkan oleh kurangnya mereka memperoleh atau pengalaman, melainkan
karena sekolah tidak memeberi kesempatan kepada peseta didik untuk
mengembangkan makna personal dan perasaan mengenai objek , peristiwa, atau
pengetahuan. Tugas fasilitator di dalam mengembangkan perasaan positif peserta
didik terhadap pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Membantu peserta didik menggunakan pengalamannya sendiri sebagai
sumber belajar dengan menggunakan teknik seperti diskusi, permainan peran, studi
kasus, dan sejenisnya.

b. Menyampaikan isi pembelajaran berdasarkan sumber-sumber belajar yang


sesuai dengantingkat pengalaman peserta didik

c. Membantu menerapkan hasil belajar ke dalam dunia nyata. Hal ini akam
membuat belajar lebih bermakna dan terpadu.

d. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar


yang paling luasdan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai
tujuan mereka.

e. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk
dapatdimanfaatkan oleh kelompok.

f. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan


menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba
untuk menanggapidengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi
kelompok.

g. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur


dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota
kelompok,dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti
siswa yang lain.

h. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan
juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai
suatu andilsecara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa.

i. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan


adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar .

j. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba


untuk menganalidan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
E. Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru
memberikan motivasi,kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa.
Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa
untuk memperoleh tujuan pembelajaran.Siswa berperan sebagai pelaku utama
(student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan
siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan
meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.Tujuan pembelajaran lebih kepada
proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui
adalah :

1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas.

2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat


jelas , jujur dan positif.

3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar


atas inisiatif sendiri.

4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses


pembelajaran secara mandiri.

5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya


sendiri,melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang
ditunjukkan.

6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa,
tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas
segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.

7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya.

8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.


Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada
materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani,
perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan
aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan
terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap ataskemauan sendiri.Siswa
diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat
oranglain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa
mengurangi hak-hak oranglain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika
yang berlaku.

F. Ciri-ciri guru yang baik dan kurang baik menurut Humanistik

Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor,
adil, menarik,lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah
dan wajar. Ruang kelaslebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada
perubahan.Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa
humor yang rendah,mudah menjadi tidak sabar, suka melukai perasaan siswa
dengan komentar yang menyakitkan, bertindak agak otoriter, dan kurang peka
terhadap perubahan yang ada.

G. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Humanistik

Kelebihan Teori Belajar Humanistik:

1. Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat
pembentukankepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap
fenomena sosial.

2. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah,
berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas
kemauan sendiri.
3. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang
lain danmengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi
hak-hak orang lainatau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.

Kekurangan Teori Belajar Humanistik:

1. Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses
belajar.

2. Siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam
proses belajar.

H. Kesimpulan

Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan


dibimbingoleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada
pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Dalam teori belajar humanistik, belajar
adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si
pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswadalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi
diridengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar
dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.

Prinsip- prinsip belajar humanistik secara umum:

a. Manusia mempunyai belajar alami.

b. Belajar signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid


mempuyai relevansidengan maksud tertentu.

c. Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya.

d. Belajar lancar jika siswa dilibatkan dalam proses belajar.


e. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang
mendalam.

f. Kepercayaan diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk


mawas diri.

g. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.


Daftar Pustaka

Novinasuprobo.wordpress.com/teori-belajar-humanistik perpustakaan-
online.blogspot.com/teori-belajar-humanistik.html.

Rifai, Achmad dan Catharina Tri Anni.2009.Psikologi


Pendidikan.Semarang.UNNES PRESS.

Trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/teori-belajar
humanistik.docwww.docstoc.com/docs/21640556/Teori-Belajar
Humanistik.

www.lintasberita.com/Lifestyle/teori-belajar-humanistik

www.pdf-searcher.com/pdf/teori-belajar-humanistik.html

www.scribd.com/doc/TEORI-BELAJAR-HUMANISTIK

Anda mungkin juga menyukai