Anda di halaman 1dari 13

TEORI BELAJAR HUMANISTIK-SOSIAL

MAKALAH

Untuk memenuhi mata kuliah

Belajar dan Pembelajaran

Yang dibina oleh Bapak Dr. Agus Wedi, M.Pd

Oleh :

Kelompok 3

Dina Fitri Oktafiyani (190154603215)

Geniv Islam Felantra (180521629081)

Maharani Firjatullah .Q. (180521629074)

Nanda Ayu Febriyani (180521629002)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FEBRUARI 2021

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam mempertahankan hidup manusia harus memenuhi segala
kebutuhannya, sehingga pengembangan potensi-potensi di dalam diri manusia
itu sendiri sangat diperlukan. Oleh karena itu manusia perlu belajar untuk
mendalami ilmu, dengan ilmu manusia akan menjadi seseorang yang dapat
mengembangkan potensi di dalam dirinya. Belajar adalah suatu kegiatan yang
sangat melekat pada aktifitas manusia, dan tidak dapat dipisahkan. Dengan
belajar manusia akan sekreatif mungkin untuk menyelesaikan masalah-masalah
yang timbul dalam kehidupan. Manusia dapat dikatakan telah belajar apabila dia
mengalami suatu proses perubahan dalam perilakunya. Hasil dari Belajar
selanjutnya akan menjadi model dalam proses pembelajaran. Proses belajar
menjadi satu sistem pembelajaran yang terdiri dari beberapa komponen yang
saling berinteraksi, yaitu pembelajaran, instruktur (guru), dan bahan
pembelajaran serta lingkungan pembelajaran. Untuk membantu
terselenggaranya suatu proses pembelajaran yang baik, diperlukan suatu teori
belajar. Penerapan teori belajar dalam suatu proses pembelajaran membutuhkan
pemahaman yang mendalam terhadap teori-teori tersebut.

Hingga saat ini Indonesia masih memiliki masalah tentang pendidikan.


Maraknya terjadi tawuran antar sekolah, pelecehan seksual, korupsi, kolusi, dan
nepotisme, merupakan bukti bahwa gagalnya pendidikan dalam menanamkan
nilai humanisme. Dengan menerapkan proses belajar sesuai dengan pandangan
atau teori humanistik maka peserta didik akan lebih merasa bersemangat dalam
proses pembelajaran serta perubahan ke arah yang positif terhadap cara berpikir,
tingkah laku, serta pengendalian diri. Karena pandangan humanistik bersifat
kerohanian, dan pengembangan kepribadian.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan teori belajar humanistik?
b. Siapa saja tokoh teori humanistik?
c. Bagaimana model pendidikan humanistik?
d. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran sesuai teori humanistik?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin diperoleh yaitu
sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengertian dari teori belajar humanistik
b. Untuk megetahui siapa saja tokoh dari teori humanistik
c. Untuk mengetahui model-model pembelajaran humanistik
d. Untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan teori
humanistik
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Belajar Humanistik

Pengertian teori menurut Agus Suprijono (2011) adalah susunan fakta-


fakta, konsep serta prinsip mengenai suatu fenomena yang terjadi dalam sebuah
lingkungan tertentu. Teori juga dapat diartikan sebagai suatu pendapat seseorang
yang didasarkan pada data-data atau fakta-fakta sebagai hasil dari penemuan
atau penelitian yang sudah dilakukan ( Rais El, 2012). Dapat disimpulkan
bahwa teori merupakan sebuah pendapat yang didasarkan pada fakta-fakta yang
berkonsep dan memiliki prinsip yang didapat dari penelitian maupun penemuan
pada sebuah fenomena tertentu.

Pengertian belajar adalah suatu aktivitas mental maupaun psikis yang


berlangsung pada sebuah lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam hal sikap,pola pikir, dan pengetahuan ( Wingkel, 1989 ). Sedangkan teori
belajar adalah sebuah konsep dan prinsip-prinsip belajar yang bersifat teoritis
yang telah teruji keaktualannya melalui sebuah penelitian ( Rachmawati, 2015)

Humanisme berarti memanusiakan manusia, dalam hal ini manusia adalah


peserta didik yang menjadi pusat belajar dan guru (pendidik) hanya sebagai
fasilitator (Siregar dan Nara, 2011). .rasa keingin tahuan manusia yang tingii
terhadap sesuatu fenomena memungkinkan menimbulkan rasa ingin belajar, hal
ini juga dapat dikategorikan sebagai humanisme (Scruton, 1984). Menurut
Assegaf (2011) teori belajar humanistik adalah teori belajar yang dimanfaatkan
untuk memanusiakan manusia yaitu sebagai pemahaman diri, serta pencapaian
aktualisasi diri. Sehingga dalam penerapannya teroi humanistik keatifan siswa
dalam proses belajar sangat diperlukan seperti melakukan kegiatan diskusi,
membahas materi secara kelompok.

2.2 Tokoh - Tokoh Teori Humanistik

a. Abraham Maslow
Abraham Maslow dikenal sebagai bapak psikologi humanistic.
Beliau percaya bahwa manusia memiliki rasa untuk memahami dirinya
sendiri, humanistik menganggap bahwa peserta didik mampu menetepkan
tujuan hidupnya sendiri, serta dituntun untuk bertanggung jawab atas
hidupnya sendiri dan orang-orang disekitarnya. Pembelajaran humanistik
berpatok bahwa komunikasi dan interaksi individu dengan lingkungan
sekitarnya merupakan pembelajaran yang pokok. Peserta didik dianggap
telah berhasil melalui proses belajar apabila ia memahami lingkungan
sekitar dan dirinya sendiri, teori belajar humanistik berfokus pada cara
memhami peserta didik dalam pengembangan dirinya (Arbayah, 2013).
Abraham Maslow terkenal dengan teori Hierarchy of Needs (Hirarki
Kebutuhan) menurutnya kebutuhan manusia memiliki level atau tingkatan
dari terendah sampai tertinggi. Level/tingkatan kebutuhan manusia dari
yang terendah sampai yang tertinggi antara lain :
1) Kebutuhan Fisiologi (Physiological Needs)
Kebutuhan fisiologi adalah kebutuhan yang mendasar atau dapat
dikatakan sebagai kebutuhan pokok dimana kebutuhan tersebut harus
tercukupi. Orang yang selalu merasa kekurangan dalam memenuhi
kebutuhan seharinya maka ia akan terdorong untuk mencari jalan
keluar agar tercukupi segala kebutuhannya. Contoh kebutuhan
fisiologis yaitu makan dan minum, pakaian, tempat tinggal.
2) Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety Needs)

Aman secara fisik antara lain ingin terhidar dari kriminalisasi,


teror, binatang buas, dan sebagainya. Aman secara psikis seperti tidak
dimarahi, tidak dibully, tidak dicemooh, dan sebagainya. Sebagai
pendidik harus menetapkan peraturan-peraturan untuk keselamatan dan
kenyamanan siswa-siswinya.

3) Kebutuhan Untuk Diterima (Social Needs)

Sebagai makhluk sosial sehingga saling membutuhkan antar


manusia satu dengan lainnya. Dengan mengenal atau bersosialisasi
dengan banyak orang beban akan terasa lebiih ringan. Contohnya saat
ditempat kerja, berosislaisasi sangat diperlukan agar beban-beban
pekerjaan dapat dikerjakan dengan kelompok atau tim sehingga terasa
lebih ringan. Kebutuhan ini mengarah pada rasa ingini berteman, rasa
cinta dan rasa ingin diterima.

4) Kebutuhan Untuk Dihargai (Self Esteem NeedsI)


Tingkat selanjutnya tau tingkat keempat dari hirarki kebutuhan
ialah kebutuhan untuk dihargai. Pada tingkat ini manusia cenderung
ingin diakui atas jasanya dalam sebuah pekerjaan dalam kelompok,
pengkuan,status tinggi dan resonsibilitas tinggi, dengan kata lain
seseorang membutuhkan kepercayaan serta tanggung jawab dari orang
lain. Dalam pembelajaran, siswa akan tertantang egonya saat guru
meberikan tugas-tugas yang sedikit sulit dan sebagai pendidik memberi
penghargaan kepada siswanya yang berhasil mencapai sesuatu, sekecil
apapun itu tetap harus memberikan apresiasi. Kebutuhan ini juga
disebut sebagai kebutuhan “ego”.
5) Kebutuhan Aktualisasi Diri ( Self Actualization)
Kebutuhan ini adalah level atau tingkatan tertinggi dalam
hirarki kebutuhan menurut Abraham Maslow. Pada tingkatan ini,
kebutuhan untuk mengembangkan potensi didalam diri, kecakapan,
lebih dimaskimalkan. Menurut Abraham Maslow kebutuhan sktualisasi
timbul karena rasa ingin terus menjadi pribadi yang lebih baik dari pada
sebelumnya.
b. Carl Rogers
Carl Rogers menyatakan bahwa peserta didik hendaknya tidak diberi
tekanan, biarkan mereka belajar dengan bebas, biarkan mereka menentukan
langkah sendiri sehingga berani untuk bertanggung jawab atas langlah yang
diambil. Menurut Carl Rogers ada 5 hal yang penting dalam proses belajar
humanistik, antara lain :

1) Hasrat untuk belajar: rasa keingintahuan terhadap segala sesuatu yang


terjadi disekitarnya atau. Perasaan keingntahuan tersebut
menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam dirinya, sehingga akan
terdorong untuk menemukan jawaban atau memecahkan masalah
tersbut. Hal tersebut dikatakan sebagai proses belajar.
2) Belajar bermakna: seseorang yang belajar untuk mencari pemahaman
dan ilmu yang bermakna bagi kehidupannya. Jika dianggap tidak
bermakna ia tidak akan melakukannya.
3) Belajar tanpa hukuman merupakan belajar dimana peserta didik
terlepas dari tekanan dari guru, sehingga anak akan menentukan
langkahnya sendiri dan menemukan hal-hal baru
4) Belajar dengan daya usaha atau inisiatif sendiri: siswa yang
berinisiatif tinggi berarti siswa yang mampu menentukan langkah-
langkahnya, siwa tersebut telah memhami dirinya sendiri dan tau
mana yang baik untuk dirinya.
5) Belajar dan perubahan: keadaan dunia terus berubah, oleh karena itu
siswa dituntut untuk mengembangkan potensi didalam dirinya agar ia
mampu memecahkan permasalahan dalam setiap kondisi apapun.
Dengan begitu belajar tidak hanya memhami sejarah atau hal-hal
yang terjadi dimasa lampau saja tetapi harus praktek secara langsung
di kehidupan.
Implikasi teori belajar humanistik menurut Carl Rogers , membagi dua
macam program, antara lain :
1) . Confluent Education
Confident education merupakan proses pendidikan yang
memadukan pengalaman dan pengetahuan didalam ruang kelas.
Dalam pembelajaran ini siswa tidak dituntut untuk aktif
mengemukakan pendapatnya, mencatat hal-hal yag disampaikan
guru, berdebat sehat atau beradu argumen untuk menemukan jawaban
dari sebuahh permasalahan yang dibahas.
2) .Cooperative Learning
Pembelajaran cooperative learning, cooperative berarti bekerja
sama, sehingga dalam prakteknya metode pembelajaran yang
digunakan adalah, peserta didik dikelompokan sehingga bekerja sama
dengan kelompok kecil tersebut untuk saling membantu dalam
belajar.
c. Arthur Combs
Arthur Combs merupakan seorang psikolog dan pendidik yang
memulai karir akademis sebagai profesor ilmu biologi dan psikolo
sekolah di sebuah sekolah umum di Ohio. Menurutnya hal yang
terpenting yang harus dilakukan guru adalah mencari cara agar
pemahaman siswa terhadap belajar mampu dituangkan dalam praktik
kehidupan secara langsung. Beliau juga berpendapat bahwa setiap
manusia itu memiliki potensi yang sangat penting yang harus
dikembangkan. Faktor-faktor yang menghambat pengembangan potensi
anak didik antara lain:
1) Keterbatasan Fisiologi
Kondisi fisiologi merupakan faktor utama peserta didik untuk
menunjang usahanya dalam mengeksplor lingkungan sekitar. Misal
kekurangan gizi menyebabkan tergaggu aktivitas seperti mudah
terserang penyakit, malas, lesu, mudah marah, dan sebagainya.
2) Terbatasnya Kesempatan
kebanyakan para pendidik dan orang tua memberikan kesempatan
yang terbatas terhadap anak didik sehingga potensi yang dimili
mereka tidak berkembang secara seimbang dan optimal dan bahkan
mematikan potensi anak. Pemberian stimulasi, pengalaman baru serta
kebebasan eksplorasi dan berinteraksi dengan dunia sekitarnya akan
menumbuhkan dan 39 mengembangkan kemampuan serta potensi
yang dimiliki anak.
3) Keterbatasan Kebutuhan Manusia
Combs mengatakan bahwa kepuasan atas pemenuhan kebutuhan
dalam diri menyebabkan individu dapat mengaktualisasikan dirinya.
Pemberian kebebasan pada anak untuk menentukan langkah-langkah
pengembangan potensi didalam dirinya, akan membuat anak didik
menjadi seimbang dalam perkembanganya sehingga mampu
melaksanakan dan meenyelesikan tugas-tugas.
4) Konsep Diri
Combs berpendapat bahwa konsep diri adalah pandangan diri
tentang diri sendiri. Dalam hal ini konsep diri memiliki tiga dimensi
diantaranya, pertama, pengetahuan tentang diri sendiri. Pengetahuan
ini meliputi apa yang diketahui tentang diri sendiri, seperti usia, jenis
kelamin, bakat, minat, dan kemampuan. Kedua, harapan diri
merupakan diri ideal, dan ketiga, penilaian tentang diri. Ini
merupakan hasil oengukuran terhadap diri sendiri yang disebut harga
diri.
5) Tantangan dan ancaman
Pada dasarnya anak didik akan merasakan hadirnya suatu
tantangan bila dihadapkan pada suatu masalah yang menarik dan
memiliki kesempatan untuk meraih kesuksesan. Dan ancaman akan
timbul bila anak merasa tidak mampu menangani suati permasalahan
yang dihadapinya
Tujuan pendidikan humanistik menurut comb, antara lain :
a. Memahami kebutuhan dan tujuan setiap siswa, menciptakan
program untuk mengembangkan kreatifitas dalam diri siswa;
b. Memudahkan aktualisasi diri siswa dan perasaan diri mampu;
c. Memperkuat keterampilan dasar
d. Memutuskan pendidikan pribadi dan penerapannya
e. Memahami perasaan manusia, nilai dan presepsi dalam proses
pendidikan
f. Mengembangkan suasana belajar yang menantang dan bisa
dimengerti, mendukung, menyenangkan, serta bebas dari
ancaman.
g. Mengembangkan siswa yang tulus, hormat, serta menghargai
orang alin dan kreatif dalam pemecahan masalah.

2.3 Model Pendidikan Humanistik


Model pembelajaran humanistik menganggap bahwa siswa sebgai
subjek yang membas menentukan langkah dan keputusannya sendiri kemana
arah hidupnya. Dengan kata lain siswa diberi tanggung jawab sepeuhnya atas
hidupnya sendiri dan orang disekitarnya. Pendidikan humanistik menekankan
bahwa komunikasi dan relasi adalah hal yang mendasar dalam pendidikan.
Berikut bebrapa model pembelajaran humanistik :
a. Humanizing of the classroom
Pendidikan model ini bertumpu pada tiga hal, yakni menyadari diri
sebagai suatu proses pertumbuhan yang akan selalu berubah-ubah, mengenali
konsep dan identitas diri, dan memiliki kesimbangan pola pikir dan hati.
Maksdunya siswa sebagai peserta didik harus mampu mamahami diri sendiri
sebagai subjek yang akan selalu berubah-ubah, pengambangan potensi yang
maksimal akan membentuk siswa yang kreatif dalam memecahkan
masalahnya dengan lingkungan disekitar.

b. Active Learning

Bahwa belajar membutuhkan keterlibatan antara mental dan tindakan,


jika belajar hanya mendengarkan ceramah guru meteri tersebut akan mudah
hilang atau terlupakan. Siswa akan paham, dengan cara mendengar, melihat,
diskusi, dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, dan
cara untuk menguasai pelajaran yang terbagus adalah dengan mengajarkan.
Belajar aktif cenderung bersifat, menyenangkan, menarik, dan menuntut
siswa untuk cepat.

c. Quantum Learning

Konsep dari model pembelajaaran ini adalah suasana pembelajaran


yng gebira, sehingga siswa akan mudah menyerap materi yang baru
disampaikan dan akan mudah memahaminya. Dalam prakteknya quantem
learning menganggap bahwa siswa mampu menuangkan potenis
kenalarannya dan menciptakan prestasi yang tak terduga sebelumnya.

d. The Accelerated Learning


Merupakan pembelajaran yang berlangsung secara cepat,
menyenangkan, dan memuaskan. Dalam model ini, guru diharapkan mampu
mengelola kelas menggunakan pendekatan Somatic, Auditory, Visual, dan
Intellectual (SAVI). Somatic dimaksudkan sebagai learning by moving and
doing (belajar dengan bergerak dan berbuat). Auditory adalalah learning by
talking and hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual
diartikan learning by observing and picturing (belajar dengan mengamati
dan mengambarkan). Intellectual maksudnya adalah learning by problem
solving and reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan
refleksi).
2.4 Langkah Pembelajaran Humanistik
Sejumlah ahli pendidikan menyatakan bahwa humanistik merupakan filosofi
belajar yang sangat berfokus dan memperhatikan keunikan potensk yang ada
pada masing-masing siswa. Langkah-langkah dalam pembelajaran humanistik
antara lain:
a. Menentukan tujuan pembelajaran yang jelas
b. Memahami kempauan yang dimiliki masing, masing siswa, karena setiap
siswa beda kemampuan beda cara pemahaman materi
c. Mengidentifikasi dan memahami secara mendalam topik-topik mata
pelajaran
d. Merancang dan menyediakan media serta fasilitas yang baik untuk
menunjang pembelajaran
e. Membimbing siswa untuk belajar secara aktif dimana siswa ikut andil
dalam proses pembelajaran melalui diskusi.
f. Membimbing siswa agar memahami makna dari pengalaman belajarnya
g. Membimbing siswa agar membuat konseptualisasi dari hasil
pengalamnnya belajar
h. Membimbing siswa agar menerapkan konsepnya pada kehidupan nyata
i. Membimbing siswa agar mampu mengevaluasi proses dan hasil
belajarnya sendiri.

Berdasarkan pemaparan diatas pendidik hendaknya menerapakannya


dalam proses pembelajaran, dan juga pendidik hendaknya memahami setiap
karakter dan kemampuan masing-masing muridnya. Sehingga proses belajar
dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan peserta didik yang berkualitas
BAB 3

PRNUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori humanistik merupakan teori yang sangat memanusiakan manusia,


dimana teori ini mempertikan potensi masing-masing siswa, dan cara
pengembangan potensi secara maksimal. Tokoh dari teori humanistik adalah
Abraham Maslow, Carl Rogers, Arthur Comb. Menurut Abraham manusia
memiliki tingkatan atau level kebutuhan hidup yang menunjang proses belajar
yaitu kebutuhan fisologi, kebutuhan aan rasa aman, kebutuhan untuk diterima,
kebutuhan untuk dihargai, dan kebutuhan aktualisasi diri. Carl rogers
berpendapat ada 5 hal penting dalam proses belajar humanistik yaitu, hasrat
untuk belajar, belajar bermakna, belajar tanpa hukuman, belajar dengan adanya
usaha dan inisiatif, serta belajar dan perubahan. Sedangkan combs
mengemukakan faktor-faktor penghambat pengembangan potensi peserta didik
yaitu, keterbatasan fisiologi, terbatasnya kesempatan, keterbatasan kebutuhan
manusia, konsep diri, serta tantangan dan ancaman. Terdapat modep
pembelajaran humanistik antara lain Humanizing of the classroom, Active
Learning, Quantum Learning, dan The Accelerated Learning.

3.2 Saran

Langkah-langkah atau tahapan pembelajaran sesuai teori humanistik harus


diterapkan agar keberlangsungan proses belajar berjalan dengan baik san
menghasilkan peserta didika yang berkualitas serta memiliki potensi yang baik
DAFTAR PUSTAKA

Abraham H.Maslow, Motivation And Personality, (Harper & Row: 1970), hlm. 46

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 2011), hal. 15

Arbayah, Model Pembelajaran Humanistik, Vol 13. No. 2, Desember 2013

Dra.Tutik Rachmawati, M.Pd dkk, Teori belajar dan Proses Pembelajaran yang
mendidik, (Yogyakarta: GAVA MEDIA, 2015), hal. 36

El Rais El Rais, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hal.
667

Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2011), hlm. 34

Iskandar. (2016). Implementasi Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslom


terhadap peningkatan kinerja pustakawan. Jurnal Ilmu Perpustakaan,
Informasi, dan Kearsipan Khizanah Al- Hikmah, 4(1), 24-34.

Prasetyo Irawan, Suciati dan IGK Wardani, Teori Belajar, Motivasi dan
Keterampilan Mengajar, Jakarta : PAU-PPAI Universitas Terbuka, 1996

W. S Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1989), hal. 36

Anda mungkin juga menyukai