Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ETIKA PROFESI KEPENDIDIKAN

Dosen Pengampu : Istanto S.Pd.I.,M.Pd

Disusun Oleh :

1. Aulia Hanna Sayidah (G000220120)

2. Ayu Aguatina Eka Putri (G000220132)

3. Anita Isnaini (G000220134)

4. Ulil Nur Hidayati (G000220139)

5. Rosa Melinda (G000220149)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

TAHUN 2023
BERITA ACARA

NIM Nama Judul


G000220120 Aulia Hanna Sayidah Teori Konstrustifistik
G000220132 Ayu Agustina Eka Putri Teori Kognitifistik
G000220134 Anita Isnaini Teori Behavioristik
G000220139 Ulil Nur Hidayati Teori Sosial
G000220149 Rosa Melinda Teori Humanistik
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang urgensi dalam kehidupan manusia. Hakikat dari
pendidikan itu sendiri adalah terbentuknya kepribadian atau karakter seseorang. Selain
itu, pendidikan berguna untuk mengembangkan diri agar dapat melangsungkan
kehidupan. Kemudian pendidikan juga menjadi tolak ukur dari kualitas suatu bangsa
Kunci kesuksesan dari pendidikan ditentukan oleh bagaimana proses belajar itu
berlangsung. Hal ini dikarenakan kegiatan belajar dan mengajar merupakan inti dari
pelaksanaan pendidikan. Oleh sebab itu, proses belajar selalu mendapatkan perhatian
khusus bagi ahli pendidikan agar pendidikan bisa berjalan dengan sebagaimana mestinya.
Proses belajar itu sendiri dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan
guna mendapatkan perubahan dan perkembangan pada diri seseorang kearah yang lebih
baik dalam hal keterampilan, pemahaman, dan sikap sebagai hasil dari pengalaman yang
telah dilalui.
Pada kajian psikologi pendidikan terdapat banyak teori-teori yang membahas terkait
belajar. Teori-teori tersebut berguna sebagai landasan pelaksanaan pembelajaran dalam
pendidikan. Salah satu diantara teori belajar tersebut ialah teori belajar sosial Albert
Bandura. Teori belajar sosial Albert Bandura menyimpulkan bahwa manusia mengambil
informasi dan memutuskan tingkah laku yang akan diadopsi berdasarkan lingkungan dan
tingkah laku orang lain yang ada disekitarnya1.

RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian teori?
2. Apa pengertian belajar?
3. Apa saja macam-macam teori belajar?
4. Apa kegunaan teori- teori belajar dalam pembelajaran.

1
Wahyuni, Nurul, Wahidah Fitriani. 2022. “Relevansi Teori Belajar Sosial Albert Bandura Dan Metode
Pendidikan Keluarga Dalam Islam”. Jurnal Ilmu Kependidikan. 11 (2): 60-61
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian teori
2. Untuk mengetahui pengertian belajar
3. Untuk mengetahui macam-macam teori belajar
4. Untuk mengetahui kegunaan teori belajar dalam pembelajaran
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori
Menurut beberapa ahli Snelbecker dalam Wahyono (2005) teori dapat
didefinisikan sebagai sejumlah proposisi yang terintegrasi secara sintaktik, artinya
sekumpulan proposisi ini mengikuti aturan-aturan tertentu yang dapat menghubungkan
secara logis proporsi satu dengan yang lain. Selain itu proposisi ini dapat digunakan
untuk menjelaskan dan memprediksi peristiwa-peristiwa yang sedang diamati. Selain
itu menurut Glaser dan Straus (1967) teori berasal dari sebuah data yang diperoleh
secara analitis dan sistematis melalui metode komparatif. Selain itu teori menurut
Ziauddin (1996) teori adalah seperangkat konsep/konstruk, definisi dan proposi yang
berusaha menjelaskan hubungan sistematis suatu fenomena, dengan cara merinci
hubungan sebab akibat yang terjadi.2
Teori didefinisikan sebagai sekumpulan proposisi yang berhubungan dan dapat
diuji secara empiris. Menurut Singarimbun & Efendi teori adalah serangkaian asumsi,
konsep, abstrak, definisi dan proposisi untuk menerangkan sesuatu fenomena sosial
secara sistematis dengan cara memutuskan hubungan antara konsep. Selanjutnya
Kinayati & Sumaryati (2004) menjelaskan bahwa teori adalah serangkaian asumsi,
konsep, konstruk, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara
sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.

B. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja
oleh setiap individu, sehingga terjadi perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu,
dari yang tidak dapat berjalan menjadi dapat berjalan, tidak dapat membaca menjadi
dapat membaca dan sebagainya3.
Belajar adalah suatu proses perubahan individu yang berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya ke arah yang baik maupun tidak baik. Belajar setiap orang dapat
dilakukan dengan cara berbeda. Ada belajar dengan cara melihat, menemukan dan
juga meniru. Karena melalui belajar seseorang akan mengalami pertumbuhan,
perkembangan dan perubahan dalam dirinya baik secara fisik maupun psikis. Secara
2
Lili marliyah. 2021. “Hakekat teori dalam riset sosial”. Journal of economic education and entrepreneurship.
2(1):30-37
3
M.Ismail Makki, Aflahah. 2019. Konsep Dasar Belajar dan Pembelajaran. Pamekasan: Duta Media Publishing
fisik jika yang dipelajari berkaitan dengan dimensi motorik. Sementara secara psikis
jika yang dipelajari berupa dimensi afeksi.

C. Macam - Macam Teori Belajar


1. Teori Humanistik
a) Pengertian Teori Humanistik
Secara luas definisi teori belajar humanisitk ialah sebagai aktivitas
jasmani dan rohani guna memaksimalkan proses perkembangan. Sedangkan
secara sempit pembelajaran diartikan sebagai upaya menguasai khazanah
ilmu pengetahuan sebagai rangkaian pembentukan kepribadian secara
menyeluruh. Pertumbuhan yang bersifat jasmaniyah tidak memberikan
perkembangan tingkah laku. Perubahan atau perkembangan hanya disebabkan
oleh proses pembelajaran seperti perubahan habit atau kebiasaan, berbagai
kemampuan dalam hal pengetahuan, sikap maupun keterampilan4.
Dalam pandangan humanism, manusia memegang kendali terhadap
kehidupan dan perilaku mereka, serta berhak untuk mengembangkan sikap
dan kepribadian mereka. Teori humanistic berupaya mengerti tingkah laku
belajar menurut pandangan peserta didik dan bukan dari pandangan
pengamat.Humanisme meyakini pusat belajar ada pada peserta didik dan
pendidik berperan hanya sebagai fasilitator. Sikap serta pengetahuan
merupakan syarat untuk mencapai tujuan pengaktualisasian diri dalam
lingkungan yang mendukung.
Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang spesial, mereka
mempunyai potensi dan motivasi dalam pengembangan diri maupun perilaku,
oleh karenanya setiap individu adalah merdeka dalam upaya pengembangan
diri serta pengaktualisasiannya.
Penerapan teori humanistic pada kegiatan belajar hendaknya pendidik
menuntun peserta didik berpikir induktif, mengutamakan praktik serta
menekankan pentingnya partisipasi peserta didik dalam pembelajaran. Hal
tersebut dapat diaplikasikan dengan diskusi sehingga peserta didik mampu
mengungkapkan pemikiran mereka di hadapan audience. Pendidik
mempersilakan peserta didik menanyakan materi pelajaran yang kurang

4
Budi agus sumanti,nurul ahmad. 2019. “Teori belajar humanistic dan implikasinya terhadap pembelajaran
Pendidikan agama islam”. Jurnal Pendidikan dasar. 3(2):1-18
dimengerti. Proses belajar menurut pandangan humanistic bersifat
pengembangan kepribadian, kerohanian, perkembangan tingkah laku serta
mampu memahami fenomena di masyarakat. Tanda kesuksesan penerapan
tersebut yaitu peserta didik merasa nyaman dan bersemangat dalam proses
pembelajaran serta adanya perubahan positif cara berpikir, tingkah laku serta
pengendalian diri.
b) Tokoh - tokoh Teori Humanistik
a. Abraham Maslow
Dalam perspektif humanistik (humanistic perspective) menuntut
potensi peserta didik dalam proses tumbuh kembang, kebebasan
menemukan jalan hidupnya. Humanistic menganggap peserta didik
sebagai subjek yang merdeka guna menetapkan tujuan hidup dirinya.
Peserta didik dituntun agar memiliki sifat tanggung jawab terhadap
kehidupannya dan orang di sekitarnya.
Pembelajaran humanistic menaruh perhatian bahwa pembelajaran
yang pokok yaitu upaya membangun komunikasi dan hubungan individu
dengan individu maupun individu dengan kelompok. Pendidik
memfasilitasi siswa menggali, mengembangkan dan menerapkan
kecakapan-kecakapan yang mereka punya supaya mampu
memaksimalkan potensinya.
Maslow terkenal sebagai bapak aliran psikologi humanistic, ia
yakin bahwa manusia berperilaku guna mengenal dan mengapresiasi
dirinya sebaikbaiknya. Teori yang termasyhur hingga saat ini yaitu teori
hirarki kebutuhan. Dalam teori psikologinya yaitu semakin besar
kebutuhan maka pencapaian yang dipunyai oleh individu semakin
sungguh-sungguh menggeluti sesuatu. Menurut hierarki kebutuhan
Maslow, pemuasan kebutuhan seseorang dimulai dari yang terendah
yaitu: 1) fisiologis, 2) rasa aman, 3) cinta dan rasa memiliki, 4) harga
diri, 5) aktualisasi diri.
b. Carl Rogers
Carl Rogers menyatakan bahwa peserta didik yang belajar
hendaknya tidak ditekan, melainkan dibiarkan belajar bebas, peserta
didik diharapkan bisa mengambil sebuah langkah sendiri dan berani
bertanggung jawab atas langkah-langkah yang diambilnya sendiri. Para
ahli psikologi humanistic berupaya menggambarkan keterampilan dan
informasi kognitif dengan segi-segi afektif, nilai-nilai, dan perilaku antar
pribadi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka menurut Rogers dalam
Sri Rumini dkk, membagi dua macam program, yaitu:
Confluent education, adalah proses pendidikan yang memadukan antara
pengalaman afektif dan belajar kognitif (pengetahuan) di dalam kelas.
Cooperative Learning, Pembelajaran cooperative learning mengacu pada
metode pembelajaran,
2. Teori Konstruktivistik
a) Pengertian Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme merupakan teori yang sudah tidak asing lagi bagi
dunia pendidikan, sebelum mengetahui lebih jauh tentang teori
konstruktivisme alangkah lebih baiknya di ketahui dulu konetruktivisme itu
sendiri. Konstruktivisme berarti bersifat membangun. Dalam konteks filsafat
pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan
hidup yang berbudaya modern. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas,
bahwa konstruktivisme merupakan sebuah teori yang sifatnya membangun,
membangun dari segi kemampuan, pemahaman, dalam proses pembelajaran.
Sebab dengan memiliki sifat membangun maka dapat diharapkan keaktifan
dari pada siswa akan meningkat kecerdasannya.5
b) Tokoh Teori Konstruksivistik
a. Hill
mengatakan, sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu
tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang di pelajari.8 Menurut hill
konstruktivisme merupakan bagaimana menghasilkan sesuatu dari apa
yang dipelajarinya, dengan kata lain bahwa bagaimana memadukan
sebuah pembelajaran dengan melakukan atau mempraktikkan dalam
kehidupannya supaya berguna untuk kemaslahatan.
b. Shymansky
Mengatakan konstuktivisme adalah aktivitas yang aktif, di mana
peserta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa
yang mereka pelajari, dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan

5
Suparlan. 2019. “Teori Kontruktivisme dalam Pembelajaran”. Jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan. 1(2): 79-
88
ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dimilikinya.
Berdasarkan pendapatnya di atas, maka dapat di pahami bahwa
konsturktivisme merupakan bagaimana mengaktifkan siswa dengan cara
memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk memahami apa yang
mereka telah pelajari dengan cara menerpakan konsep-konsep yang di
ketahuinya kemudian mempaktikkannya ke dalam kehidupan sehari-
harinya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat dibuat
sebuah kesimpulan yaitu konstruktivisme merupakan sebuah teori yang
memberikan keluasan berfikir kepada siswa dan memberikan siswa di
tuntut untuk bagaimana mempraktikkan teori yang sudah di ketahuinya
dalam kehidupannya.
3. Teori Social
a) Pengertian Teori Social
Albert Bandura merupakan salah satu psikolog aliran behaviorusme (H.
M. M. Adi, 2019) yang terkenal dengan eksperimen Bobo Doll yang
menunjukkan bahwa anak meniru perilaku agresif orang dewasa yang ada
dilingkungan sekitarnya dengan serupa (Thobroni, 2015).
Eksperimen ini menunjukkan bahwa terdapat proses pembelajaran
langsung melalui kegiatan observasi (observational learning) dan proses
peniruan yang disebut sebagai modeling (Anggreni & Rudiarta, 2022).
Eksperimen ini menghasilkan teori belajar sosial (social learning)
(Hardiyanti, 2020). Teori belajar sosial memaparkan bahwa tingkah laku
manusia tidak hanya dipengaruhi oleh stimulus respon (S-R) (Rusul, 2014)
melainkan hasil dari interaksi antara lingkungan sekitarnya dengan skema
kognitif manusia tersebut (Rohmah, 2012).
Albert Bandura menjelaskan ada 4 komponen penting dalam teori
belajar sosial ini diantaranya: a. Memperhatikan (attention): memperhatikan
suatu perilaku/objek. b. Menyimpan (retention): proses menyimpan apa yang
telah diamati untuk diingat (Gauthier & Latham, 2022). c. Memproduksi
gerakan motorik (motor reproduction): menerjemahkan hasil pengamatan
menjadi tingkah laku sesuai dengan model yang telah diamati (Silahuddin,
2019). d. Penguatan dan motivasi (vicarious-reinforcement and motivational):
dorongan motivasi untuk mengulang-ulang perbuatan yang ada supaya tidak
hilang (Desmita, 2016). Dengan demikian, dapat dilihat bahwa pada dasarnya
teori belajar sosial menggambarkan perilaku manusia sebagai bentuk interaksi
timbal balik yang berkelanjutan antara perilaku, kognitif, serta dampak dari
lingkungan yang didapatkan melalui tahap mengamati dan meniru.

4. Teori Behavioristik
a) Pengertian Teori Behavioristik
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage,
Gagne dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman.Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang
berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan
pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar.Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu
dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya
perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang
bila dikenai hukuman.6
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas yang menuntut
pebelajar untuk mengungkapkan Kembali pengetahuan yang sudah dipelajari
dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran
menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti
urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum
secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku
teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan
kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi
menekankan pada hasil belajar.
b) Tokoh-tokoh Teori Behaviorisme
a. Edward Lee Thorndike
Menurutnya belajar merupakan proses interaksi antara stimulus
dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan
belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap
6
Gusnarib Wahab, Rosnawati. 2021. Teori-teori belajar dan pembelajaran. Jawa Barat: Penerbit Adab
melalui alat indera. Respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik
ketika belajar, juga dapat berupa pikiran, perasaan, gerakan atau
tindakan.teori ini sering disebut teori koneksionisme.
b. John Watson
John Watson dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme di
Amerika Serikat. Karyanya yang paling dikenal adalah “Psychologyas
the Behaviourist view it” (1913). Menurut Watson dalam beberapa
karyanya, psikologi haruslah menjadi ilmu yang obyektif, oleh karena itu
ia tidak mengakui adanya kesadaran yang hanya diteliti melalui metode
introspeksi. Watson juga berpendapat bahwa psikologi harus dipelajari
seperti orang mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam.Oleh karena itu,
psikologi harus dibatasi dengan ketat pada penyelidikanpenyelidikan
tentang tingkahlaku yang nyata saja. Meskipun banyak kritik terhadap
pendapat Watson, namun harus diakui bahwa peran Watson tetap
dianggap penting, karena melalui dia berkembang metode-metode
obyektif dalam psikologi. Belajar merupakan proses interaksi antara
stimulus dan respon, namun keduanya harus dapat diamati dan diukur.
c. Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu
gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan. Hukuman
(punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar.
Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah
tingkah laku seseorang
d. Burrhus Frederic Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan tentang belajar lebih
mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Respon yang diterima
seseorang tidak sesederhana konsep yang dikemukakan tokoh
sebelumnya, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling
berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon
yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-
konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya
mempengaruhi munculnya perilaku.
5. Teori Kognitivistik
a) Pengertian Teori Kognitivistik
Definisi “Cognitive” berasal dari kata “Cognition” yang mempunyai
persamaan dengan “knowing” yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas
kognition/kognisi ialah perolahan penataan, penggunaan pengetahuan
(Muhibbin, 2005: 65). Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan proses
belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon sebagaimana dalam teori behaviorisme,
lebih dari itu belajar dengan teori kognitivisme melibatkan proses berpikir
yang sangat kompleks (Nugroho, 2015: 290).7
Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku sesorang
ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Dalam praktek pembelajaran, teori
kognitif antara lain tampak dalam rumusan-rumusan seperti: “tahap-tahap
perkembangan” yang dikemukakan oleh j.piaget, advance organizer oleh
ausubel, pemahaman konsep oleh bruner, hirarki belajar oleh gagne,
webteacing oleh norman dan sebagainya (Budiningsih, 2015: 34).
b) Tokoh Teori kognitivistik
a. Jang Piaget
Mengemukakan pendapatnya tentang perkembangan kognitif
anak yang terdiri atas beberapa tahap. Menurut Piaget, bahwa belajar
akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan
kognitif peserta didik (Ibda, 2015). Peserta didik hendaknya diberi
kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang
ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan tilikan dari guru.
Proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan
kognitif yang dilalui oleh siswa yang terbagi kedalam empat tahap, yaitu
(Winfred F. Hill, 2011: 160-161; Erawati, dkk, 2014: 70):
1) Tahap sensorimotor (anak usia lahir-2 tahun)
2) Tahap preoperational (anak usia 2-8 tahun) (Suyudi, dkk, 2013:
108).

7
Nurhadi. 2020. “Teori Kognitivisme Serta Aplikasinya Dalam Pembelajaran”. Jurnal Edukasi Dan Sains. 2(1): 77-
95
3) Tahap operational konkret (anak usia 7/8-12/14 tahun)
4) Tahap operational formal (anak usia 14 tahun lebih) (Muhibbin:
68)
b. Jarome Bruner
Perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan kebudayaan.
Bagi Bruner, perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh
lingkungan kebudayaan, terutama bahasa yang biasanya digunakan.
Sehingga, perkembangan bahasa memberi pengaruh besar dalam
perkembangan kognitif (Hilgard dan Bower, 1981; Muhaimin, dkk. 2012:
200).
Menurut Bruner untuk mengajarkan sesuatu tidak usah menunggu
sampai anak mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan
pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan padanya.
Dengan kata lain, perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan
dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya
sesuai dengan tingkat perkembangannya (Pahliwandari, 2016: 160).
Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan
adalah kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat
diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan tinggi, tetapi
disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif mereka, artinya
menuntut adanya pengulangan-pengulangan.
c. Ausebel.
Proses belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan
pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru (belajar menjadi
bermakna/ meaning full learning). Proses belajar terjadi melalui tahap-
tahap (Budiningsih, 2015: 43) Menurut Ausebel siswa akan belajar
dengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan kemudian
dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (Advanced
Organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan
kemampuan belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep atau
informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan
dipelajari oleh siswa.
d. Robert M. Gagne
Menurut gagne belajar dipandang sebagai proses pengolahan
informasi dalam otak manusia. Dalam pembelajaran terjadi proses
penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan
keluaran dalam bentuk hasil belajar. Ada beberapa tahapan Pengolahan
otak manusia diantaranya:
1) Reseptor (alat indera): menerima rangsangan dari lingkungan dan
mengubahnya menjadi rangsaangan neural, memberikan symbol
informasi yang diterimanya dan kemudian di teruskan.
2) Sensory register (penempungan kesan-kesan sensoris): yang terdapat
pada syaraf pusat, fungsinya menampung kesan-kesan sensoris dan
mengadakan seleksi sehingga terbentuk suatu kebulatan perceptual.
Informasi yang masuk sebagian masuk ke dalam memori jangka
pendek dan sebagian hilang dalam system.
3) Short term memory (memory jangka pendek): menampung hasil
pengolahan perceptual dan menyimpannya. Informasi tertentu
disimpan untuk menentukan maknanya. Memori jangka pendek
dikenal juga dengan informasi memori kerja, kapasitasnya sangat
terbatas, waktu penyimpananya juga pendek. Informasi dalam memori
ini dapat di transformasi dalam bentuk kode-kode dan selanjutnya
diteruskan ke memori jangka panjang.
4) Long Term memory (memori jangka panjang) :menampung hasil
pengolahan yang ada di memori jangka pendek. Informasi yang
disimpan dalam jangka panjang, bertahan lama, dan siap untuk
dipakai kapan saja.
5) Response generator (pencipta respon): menampung informasi yang
tersimpan dalam memori jangka panjang dan mengubahnya menjadi
reaksi jawaban.

D. Kegunaan Teori Belajar dalam Proses Pembelajaran


1. Teori Humanistik
a) Mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatif-dialogis
dan humanis.
b) Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan
berpendapat, kebebasan mengungkapkan gagasan.
c) Keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebih-lebih
adalah kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta
didik yang tentunya mempunyai pandangan yang berbedabeda.8
2. Teori Kontrusktivistik
a) Guru bukan satu-satunya sumber belajar. Maksudnya yaitu dalam proses
pembelajaran guru hanya sebagai pemberi ilmu dalam pembelajaran, siswa
tuntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajarannya, baik dari segi latihan,
bertanya, praktik dan lain sebagainya, jadi guru hanya sebagi pemberi arah
dalam pembelajaran dan menyediakan apa-apa saja yang dibutuhkan oleh
siswanya.
b) Siswa (pembelajaran) lebih aktif dan kreatif. Maksudnya di mana siswa
dituntut untuk bisa memahami pembelajarannya baik di dapatkan di sekolah
dan yang dia dapatkan di luar sekolah, sehingga pengetahuan-pengetahuannya
yang dia dapatkan tersebut bisa dia kaitkan dengan baik dan seksama, selain
itu juga siswa di tuntut untuk bisa memahami ilmu-ilmu yang baru dan dapat
di koneksikan dengan ilmu-ilmu yang sudah lama
c) Pembelajaran menjadi lebih bermakna. Belajar bermakna berarti menginstrksi
informasi dalam struktur penelitian lainnya. Artinya pembelajaran tidak
hanya mendengarkan dari guru saja akan tetapi siswa harus bisa mengaitkan
dengan pengalaman-pengalaman pribadinya dengan informasi-informasi yang
dia dapatkan baik dari temanya, tetangganya, keluarga, surat kabar, televisi,
dan lain sebagainya
d) Pembelajaran memiliki kebebasan dalam belajar. Maksudnya siswa bebas
mengaitkan ilmu-ilmu yang dia dapatkan baik di lingkungannya dengan yang
di sekolah sehingga tercipta konsep yang diharapkannya. Kelima, perbedaan
individual terukur dan di hargai. Keenam, guru berfikir proses membina
pengetahuan baru, siswa berfikir untuk menyelesaikan masalah, dan membuat
keputusan.

8
M,Andi Setiawan. 2017. Belajar Dan Pembelajaran. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia
3. Teori Social (Albert Bandura)
a) Intensionalitas
Peserta didik adalah perencana yang bukan hanya sekedar ingin memprediksi
masa depan, tetapi intens membangun komitmen proaktif dalam mewujudkan
setiap rencana.
b) Mem-prediksi
Peserta didik memiliki kemampuan mengantisipasi hasil tindakan, dan
memilihperilaku mana yang dapat memberi keberhasilan dan perilaku yang
mana untuk menghindari kegagalan.
c) Reaksi-diri
Peserta didik lebih daripada sekedar berencana dan merenungkan perilaku
kedepan karena manusia juga sanggup memberikan reaksi-diri dalam
prosesmotivasi dan meregulasi diri terhadap setiap tindakan yang dilakukan.
d) Refleksi diri
Peserta didik adalah mahkluk yang dilengkapi dengan kemampuan merefleksi-
diri. Kemampuan manusia merefleksi-diri, membentuk kepercayaan-diri dari
manusia, bahwa manusia sanggup melakukan tindakan-tindakan yang
akanmenghasilkan efek yang diinginkan.
4. Teori Behavioristik
a) Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan kondisi
belajar.
b) Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan
belajar mandiri. Jika murid menemukan kesulitan baru ditanyakan pada guru
yang bersangkutan.
c) Mampu membentuk suatu perilaku yang diinginkan mendapatkan pengakuan
positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative yang
didasari pada perilaku yang tampak.
d) Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat
mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk
sebelumnya. Jika anak sudah mahir dalam satu bidang tertentu, akan lebih
dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang
berkesinambungan tersebut dan lebih optimal.
e) Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimuls yang lainnya dan
seterusnya sampai respons yang diinginkan muncul.9
5. Teori kognitivistik
a) Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami
bahan belajar secara lebih mudah.
b) Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih
menekankan pada teori kognitif yang mengutamakan pada pengembangan
pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu.
c) Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu memeberikan dasar-
dasar dari materi yang diajarkan unruk pengembangan dan kelanjutannya
deserahkan pada peserta didik, dan pendidik hanya perlu memantau, dan
menjelaskan dari alur pengembangan materi yang telah diberikan.
d) Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat memaksimalkan
ingatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk mengingat semua materi-
materi yang diberikan karena pada pembelajaran kognitif salah satunya
menekankan pada daya ingat peserta didik untuk selalu mengingat akan
materi-materi yang telah diberikan.
e) Menurut para ahli kognitif itu sama artinya dengan kreasi atau pembuatan
satu hal baru atau membuat suatu yang baru dari hal yang sudah ada, maka
dari itu dalam metode belajar kognitif peserta didik harus lebih bisa
mengkreasikan hal-hal baru yang belum ada atau menginovasi hal yang yang
sudah ada menjadi lebih baik lagi.

KESIMPULAN
9
Familus. 2016. “Teori Belajar Aliran Behavioristik Serta Implikasinya Dalam Pembelajaran”. Jurnal Ppkn Dan
Hukum. 11(2): 108-109
Teori belajar menjelaskan bagaimana siswa menerima, memproses, dan menyimpan
pengetahuan selama belajar. Pengaruh kognitif, emosional, dan lingkungan, serta pengalaman
sebelumnya, semuanya berperan dalam bagaimana pemahaman, atau pandangan dunia,
diperoleh atau diubah dan pengetahuan serta keterampilan dipertahankan.

Teori belajar mengacu pada seperangkat pernyataan umum yang digunakan untuk
menggambarkan realitas pembelajaran. Ada beberapa teori belajar dalam Pendidikan
diantaranya yaitu teori belajar humanistic, teori belajar teori belajar konstruktivistik, teori
belajar behavioristik, dan teori belajar kognitif. Dan teori-teori tersebut memberikan banyak
kegunaan di dalam proses pembelajaran.

Daftar Pustaka
Wahyuni Nurul, Wahidah Fitriani. 2022. “Relevansi Teori Belajar Sosial Albert Bandura Dan
Metode Pendidikan Keluarga Dalam Islam”. Jurnal Ilmu Kependidikan. 11 (2): 60-61

Marliyah Lili. 2021. “Hakekat teori dalam riset sosial”. Journal of economic education and
entrepreneurship. 2(1):30-37
Ismail Makki, M, Aflahah. 2019. Konsep Dasar Belajar dan Pembelajaran. Pamekasan: Duta
Media Publishing
Agus Sumanti Budi,Nurul Ahmad. 2019. “Teori Belajar Humanistic Dan Implikasinya
Terhadap Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”. Jurnal Pendidikan Dasar. 3(2): 1-
18

Suparlan. 2019. “Teori Kontruktivisme dalam Pembelajaran”. Jurnal Keislaman dan Ilmu
Pendidikan. 1(2): 79-88

Wahab Gusnarib , Rosnawati. 2021. Teori-teori belajar dan pembelajaran. Jawa Barat:
Penerbit Adab

Nurhadi. 2020. “Teori Kognitivisme Serta Aplikasinya Dalam Pembelajaran”. Jurnal Edukasi
Dan Sains. 2(1): 77-95
Familus. 2016. “Teori Belajar Aliran Behavioristik Serta Implikasinya Dalam Pembelajaran”.
Jurnal Ppkn Dan Hukum. 11(2): 108-109

Andi Setiawan, M. 2017. Belajar Dan Pembelajaran. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia

Anda mungkin juga menyukai