Anda di halaman 1dari 5

MODEL PENDIDIKAN ISLAM SUNAN KALIJAGA

DENGAN PENDIDIKAN ISLAM KONTEMPORER

Disusun Oleh:
Raden Rizki Gilangswara_G000220036
Muhammad Naufal Arrizky_G000220052
Syahri Abdidurrohman_G000220028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2023
Latar Belakang

Meski mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, masuknya Islam ke


Indonesia pada tahun ke tahun masih menjadi perdebatan di kalangan ulama. Islam
di Indonesia secara historis dan sosiologis sangat kompleks. Pertanyaan bermacam-
macam, misalnya yang berkaitan dengan asal usul dan awal perkembangan Islam.
Berbicara tentang Pendidikan Islam di Indonesia sangat erat kaitannya dengan
perdebatan masuknya Islam di Indonesia.
Berkaitan dengan hal terseut, Mahmud Yunus mengatakan bahwa Sejarah
Pendidikan Islam sudah ada sebelum masuknya Islam di Indonesia. Nabi Muhammad
memperkenalkan Islam dan penularannya juga menyebarkan ke luar negeri,
termasuk ke Indonesia. Dibandingkan dengan masuknya Islam di daerah lain,
Indonesia sedikit berbeda. Keunikannya terlihat dari masuknya Agama Islam ke
Indonesia yang sedikit berbeda dengan daerah lainnya. Islam diperkenalkan secara
damai ke Indonesia oleh para pedagang dan misionaris. Mengenai penyebaran Islam
secara umum melalui penaklukan, contohnya adalah penaklukan Irak, Iran (Parsis),
Mesir, Afrika Utara, dan Andalusia. Salah satu peristiwa yang di anggap penting oleh
Sejarah Indonesia adalah masuknya dan berkembangnya agama Islam di Tanah Air,
tidak diragukan lagi bagaimana peristiwa tahun ini telah mempengaruhi Sejarah dan
pemikiran kita hingga saat ini.
Dakwah merupakan Tindakan yang mengajak manusia untuk mengikuti jalan
kebenaran, selalu beribadah kepada Allah SWT. Dakwah merupakan kewajiban bagi
umat umat Islam, seperti halnya Sunan Kalijaga pemilihan model dakwah yang tepat
akan membantu lancarnya dakwah. Ia menciptakan khotbah-khotbah yang unik
sepeerti penciptaan Wayang Kulit, Pakaian Kesalehan, Kidung Lil Lil, Cangkul Botak,m
Suruk Bingung, dan lain-lain. Sunan Kalijaga mengintegrasikan ajaran Islam ke dalam
budaya Jawa, sehingga dakwahnya cepat dan tepat. Model dakwah pilihan Sunan
Kalijafa terbutki sangat efektif bila dignakan oleh para dakwah. Kesenian Wayag,
Lantunan, Grebeg Maulud, yang masih dapat disaksikan hingga saat ini merupakan
proses pencapaian Sunan Kalijaga yang luar biasa. Oleh larena itu, dakwah Sunan
Kalijaga berhasil mencapai kesuksesannya.

Pembahasan
Raden Said adalah nama pemberian Sunan Kalijaga. Selain itu, ia dikelan
dengan julukan Raden Abdurrahman, Pangeran Tuban, Syekh Malaya, dan Lokajaya.
Ia adalah putra Raden Sahur dan Temanggung Wilatika Adipati Tuban. Mengenai
nama Kalijaga yang disandangnya, ada beberapa catatan berbeda. Kalijaga artinya
menjaga aliran Sungai. Ada yang mengartikan Kalijaga sebagaia orang yang menjaga
aliran kepercayaan Masyarakat pada masa itu. Sunan Kalijaga sangat halus dalam
berdakwah, dia tidak langsung menunjukan sikap anti pati terhadap kepercayaan
Masyarakat pada zaman itu, semua aliran didekati, dipegauli yang kemudian pada
akhirnya diarahkan kepada agama Islam.
Masyarakat Cirebon percaya bahwa nama tersebut berasal dari desa Kalijaga
di Cirebon. Sunan Kalijaga dan Sunan Gunung Jati berteman dekat dan keduanya
pernah tinggal di Cirebon. Masyarakat Jawa mengaitkan “jaga kali”, atau mandi
“kungkum” di Sungai, dengan aktivitas favorit wali ini. Namun, beberapa orang
mengklaim bahwa frasa tersebut berasal dari Bahasa Arab “qadli dzaqa”, yang
menyinggung posisinya sebagai “pangeran suci” kekaisaran. Dia mengikuti gaya
dakwah yang sama dedngan instruktur dan sahabat karibnya Sunan Bonang.
Pemahamannya tentang agama biasanya sufisme berbasis salaf. Dia juga
menggunakan seni dan budaya sebagai platform untuk khotbahnya. Ia percaya
bahwa Masyarakat akan menghindari suatu daerah jika sikapnya diserang dan sangat
menerima budaya setempat. Untuk mendekatinya dengan sukses, seseorang harus
mengikuti pengaruhnya. Menurutnya, begitu Islam di pahami, kebiasaan lama akan
hilang begitu saja. Ia berdakwag melalui seni ukir, wayang, gamelan, dan seni suara.
Tokoh wali yang sangat banyak mengandung misteri adalah Sunan Kalijaga.
Sebagai penyeru agama, Sunan Kalijaga termasyur kemana-mana, ia seorang mubalig
keliling yang daerah operasinya sangat luas. Pengikutnya tidak terbatas pada satu
dua golongan saja. Banyak kaum bangswan serta kaum cendikiawan yang tertarik
kepada tablighnya, karena dalam berdakwah ia amat pandai menyesuaikan diri
dengan keadaan. Ia berusaha mengawinkan adat istiadat jawa dengan kebudayaan
Islam, dan menjadikannya media untuk meluaskan syiar Islam.

 Model Dakwah Sunan Kalijaga


a. Wayang Kulit:
Salah satu karya besarnya Sunan Kalijaga adalah menciptakan bentuk ukiran
wayang kulit yang bentuknya dirubah sedimikian rupa, sehingga tidak menyalahi
hukum Islam. Tembang-temang yang diciptakan Sunan Kalijaga sebenernya
merupakan ajaran makrifat, ajaran mistis, dalam agama Islam. Meski banyak
tembang yang telah diciptakannya, tapi hanya tembang ilir-ilir yang dikenal oleh
Masyarakat Jawa, tembang ini diajarkan kepada anak-anak SD di Jawa, sudah
barang tentu tembang-temang tersebut dimaksudkan untuk tujuan dakwah.
Tembang ini sekalipun termasuk jenis “tembang dolanan” namun bila
direnungkan secara dalam, syair tersebut sangat indah dan mengandung nilai
dakwah Islamiyah yang tinggi nilainya.

Dalam kisah kewalian, Sunan Kalijaga dikenal sebagai orang yang menciptakan
“pakaian takwa”, tembang-temang Jawa, seni memperingati Maulid Nabi yang
telah di kenal dengan sebutan Grebed Mulud. Upacara Sekaten (syahadatain,
mengucapkan dua kalimat syahadat) yang dilakukan setiap tahun untuk
mengajak orang jawa masuk Islam adalah ciptaannya.

b. Serat Dewi Ruci:


Serat dewi ruci merupakan bentuk cerita wayang melalui kisah pengembaraan
spiritual Bima melukiskan perjalanan spiritual. Sunan Kalijaga sendiri yang pernah
menekuni paham sufisfik dari Syekh Siti Jenar.

Kisah Dewaruci ini menceritakan dan menggambarkan perjalanan Bima mencari


kesempurnanan hidup. Ia dengan niat dan laku yang sungguh-sungguh, Sentosa,
kuat dan teguh pendiriannya serta tidak ragu, dapat menemukan guru sejatinya,
yaitu “Dewaruci”. Dalam perjalanan ini, Bima mampu menemukan jati dirinya,
sehingga ia merupakan tokoh “manunggaling kawulo gusti”. Dengan kata lain,
dalam lakon Dewaruci lebih mencerminkn bahwa Bima sedang melakukan
mawas diri (intropeksi diri) dengan tujuan menyucikan dirinya agar Bersatu
dengan-Nya (pamoring kawulo gusti). Ajaran yang terkandung dalam lakon Bima
Suci tidak bertentangan dengan monotheistis.

Kisah Dewa Ruci termasuk bentuk metode dakwah. Hal ini dapat dinuktikan
dengan serat Dewa Ruci yang menjadi kisah perjalanan Bima saat sedang
melakukan intropeksi diri, karena Tindakan tersebut bisa mendekatkan diri
kepada Allah SWT.

c. Suluk Linglung:
Merupakan salah satu karya sastra Jawa yang memuat beragam pengetahuan
dan juga nasehat yang diajarkan oleh Sunan Kalijaga. Suluk Linglung ditulis oleh
Iman Anom, seorng pujangga dari Surakarta dan masih keturunsn dekat Sunan
Kalijaga. Adanya nilai moral yang dapat diambil dari suluk linglung adalah kisah
erjalanan spiritual Sunan Kalijaga yaitu akhlak kepada Allah SWT, dan Rasul-Nya,
akhlak kepada diri sendiri, dan akhlak kepada semua.

d. Lagu Gundul-gundul Pacul:


Gundul-gundul pacul merupakan karya Sunan Kalijaga yang sering dinyanyikan
anak-anak. Lagu ini memiliki nasehat dari sang Sunan untuk kesejahteraan
rakyatnya. Makna yang terkandung di dalam lagu tersebut, yaitu kepala plontos
tanpa rambut. Kepala adalah lambing kehomatan dan kemuliaan seseorang,
sementara rambut adalah mahkota lambing keindahan kepala. Dengan demikian,
gundul artinya kehormatan yang tanpa mahkota.
Pacul adalah cangkul, alat pertanian yang terbuat dari lempeng besi segi empat,
merupakan lambing rakyat kecil yang kebanyakan adalah petani.

e. Grebeg Maulud:
Grebeg atau grebegan merupakan upacara keagamaan yang diprakarsai oleh
Sunan Kalijaga. Konon, upacara ini dilakukan oleh para wali untuk memperingati
hari kelahiran Nabi Muhammad SAW di masjid Demk. Dalam upacara ini, para
wali tablig atau ceramah untuk mengajarkan Islam kepada Masyarakat yang hadir
dalam upacara tersebut. Dalam upacara tersebut, Sunan Kalijaga juga
menciptakan gong yang disebut Gong Sekaten yang diambil dari kata “Gong
Syahadatain”. Bila alat tersebut ditabuh, iramanya mengandung makna, bahwa
siapa pun manusia dan dimana pu mereka berada, hendaknya berkumpul untuk
memeluk agama Islam.

Kesimpulan
Pendidikan Islam sejak semula berkembangnya senantiasa meletakkan
pandangan filosofisnya kepada sasaran sentralnya. Sunan Kalijaga menggunakan
tradisi dan budaya (culture) masyarakat sebagai sarana dakwahnya. Dengan
memperhatikan potensi psikologis dan pedagogis pada masyarakat saat itu, Sunan
Kalijaga menggunakan model pendidikan dalam pandangan falsafah untuk
menyampaikan pesan untuk masyarakat pada saat itu dengan cara menciptakan
karya-karya berupa tembang, alat musik, pakaian dan wayang. Sunan Kalijaga tidak
membuang nilai-nilai agama dan kepercayaan lama masyarakat yang sudah menjadi
kebiasaan hidupnya. Beliau menyusupakn nilai-nilai Islam kedalam kepercayaan, tata
cara, adat kebiasaan hidup yang sudah ada sebelumnya dalam karya-karya yang
beliau ciptakan.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai model dakwah Sunan Kalijaga dalam
menyebarkan Islam di Indonesia, Model dakwah Sunan Kalijaga diharapkan mampu
menjadi acuan oleh para Da’i dalam melakukan dakwah sehingga mampu
menyampaikan dakwah sama dengan yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga.

Anda mungkin juga menyukai