Anda di halaman 1dari 25

BAB III

DISKRIPSI KIDUNG RUMEKSA ING WENGI

Dalam pembahasan “Kidung Rumeksa Ing Wengi”, pasti tidak terlepas


dari sebuah sejarah, dimana sejarah itu tentu berkaitan dengan proses
Islamisasi di tanah Jawa, karena kidung tersebut sebagai salah satu media
dakwah ketika itu dan juga sebagai doa mistis. Keberhasilan peng Islam an
penduduk Jawa adalah berkat kerja keras para mubaligh yang tangguh.
Mereka adalah para wali yang terhimpun dalam suatu lembaga dakwah yang
terkenal yaitu Wali Sanga.
Proses peng Islam an pada masa itu terjadi secara damai karena metode
yang digunakan oleh para wali dalam berdakwah menggunakan metode yang
akomodatif dan fleksibel, artinya dengan menggunakan unsur-unsur budaya
lama (Hinduisme dan Buddhisme), namun secara tidak langsung memasukkan
nilai-nilai Islam ke dalam unsur-unsur lama tersebut. Mereka sangat tekun dan
benar-benar memahami kondisi sosiokultural masyarakat Jawa. Sering metode
ini disebut sebagi metode sinkretisasi. Sebagai contoh dari cara kerja metode
ini antara lain dalam bidang ritual, pembakaran kemenyan yang semula
menjadi sarana dalam penyembahan terhadap para dewa, namun metode ini
tetap juga dipakai oleh Sunan Kalijaga (beliau adalah salah satu anggota Wali
Sanga) dengan pemahaman sebatas sebagai pengharum ruangan ketika
seorang muslim berdoa sehingga doa menjadi lebih khusyu’. Dalam bidang
seni bangunan, pembangunan atap masjid yang terdiri atas tiga lapisan yang
kemudian ditafsirkan sebagai simbolisme Iman, Islam, dan Ihsan adalah
pengambil alihan makna dari tempat-tempat suci atau tempat ibadah agama
Hindu.1
Demikian pula untuk memahami nilai-nilai Islam. Para pendakwah
Islam dahulu, memang lebih luwes dan halus dalam menyampaikan ajaran
Islam kepada masyarakat yang heterogen setting nilai budayanya. Seperti

1
Ridin Sofwan, “Dampak Metode Para Wali Mengislamkan Tanah Jawa”, dalam Ridin
Sofwan dkk, Jurnal Jarlit Dewa Ruci, Nomor 3, 2000, hlm.2
33

halnya Wali Sanga, mereka dapat dengan lebih mudah memasukkan Islam
karena agama tersebut tidak dibawanya dalam bungkus Arab, namun dalam
racikan dan kemasan yang bercita rasa Jawa. Artinya masyarakat diberi
“bingkisan” yang dibungkus budaya Jawa namun isinya Islam.2 Dan masih
banyak lagi upaya mengambil unsur-unsur budaya lama dengan memasukkan
nilai-nilai Islam yang dalam hal ini nilai-nilai iman, misalnya seperti yang
dilakukan oleh Sunan Kalijaga dengan “Kidung Rumeksa Ing Wengi”.
Ridin Sofwan mengutip ungkapan Katsumiko Seino tentang cara-cara
yang digunakan oleh para wali dalam menghadapi budaya lama yaitu sebagai
berikut:
1. Menjaga, memelihara (keeping) upacara-upacara, tradisi-tradisi lama
contoh menerima upacara tingkeban, mitoni
2. Menambah (addition) upacara-upacara, tradisi-tradisi lama dengan tradisi
baru, contoh menambah perkawinan Jawa dengan akad nikah secara Islam.
3. Menginterpretasikan tradisi lama ke arah pengertian yang baru atau
menambah fungsi baru (modification) terhadap budaya lama, contoh
wayang di samping sebagai sarana hiburan juga sebagi sarana pendidikan.
4. Menurunkan tingkatan status atau kondisi sesuatu (devalution) dari budaya
lama ; contoh status dewa dalam wayang diturunkan derajatnya dan
diganti dengan Allah.
5. Mengganti (exchange) sebagian unsur lama dalam suatu tradisi dengan
unsur baru, contoh selamatan atau kenduren motifasinya diganti.
6. Mengganti secara keseluruhan (subtitution) tradisi lama dengan tradisi
baru, contoh sembahyang di kuil diganti sembahyang di masjid sehingga
tidak ada unsur pengaruh Hindu di masjid.
7. Menciptakan tradisi, upacara baru (creation of new ritual) dengan
menggunakan unsur lama, contoh menciptakan gamelan dan upacara
sekaten.

2
Marwanto, Islam dan Demistifikasi Simbol Budaya, http://www.giocities.com/
Aegean/3922/opini.htm
34

8. Menolak (negation) tradisi lama, contoh penghancuran patung-patung


Budha di candi-candi sebagai penolakan penyembahan patung.3
Menurut Siti Munawaroh Thowaf berkembangnya Islam di pulau Jawa
adalah berkat jasa para mubaligh dan para wali, dengan penampilan setrategis
mereka sebagai penguasa dan sekaligus sebagai tokoh agama, dan ada faktor yang
sangat mendukung dalam keberhasilannya diantaranya:

1. Berjiwa patriotisme, ikhlas dalam perjuangan dan pengorbanan


2. Kreatif, komunitif, menguasai sosial psikologis
3. Kharismatik / berwibawa
4. Memiliki etos kerja yang tinggi
5. Berdedikasi tinggi, memiliki kualitas ilmu, takwa dan amalnya
6. Pandangan sosiologis, umumnya mereka bangsawan yang dihormati pada
zamannya. Merupakan cikal bakal, perintis inti masyarakat baru di
zamannya.4
Salah satu wali yang sangat terkenal bagi orang Jawa adalah Sunan
Kalijaga. Ketenaran wali ini adalah karena ia seorang ulama’ yang sakti dan
cerdas. Ia juga seorang politikus yang “mengasuh” para raja beberapa
kerajaan Islam. Selain itu Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai budayawan
yang santun dan seniman wayang yang hebat. Di antara Dewan Wali, Sunan
Kalijaga merupakan wali yang populer di mata orang Jawa. Bahkan sebagian
orang Jawa menganggap guru agung dan suci di tanah Jawa.5
Beliau sangat pandai bergaul di segala lapisan masyarakat dan di
segala tingkatan, ujer-ujer dan toleransinya sangat tinggi. Maka beliau sangat
terkenal dan populer pada masa hidupnya, terkenal di kalangan kaum ningrat,
kaum priyayi, kaum sarjana dan dikalangan rakyat jelata sekalipun. Di dalam
peranannya sebagai seorang mubaligh pari purna tersebut, Sunan Kalijaga

3
Op. Cit., hlm. 4
4
Hj. Siti Munawaroh Thowaf, Aspek Theologi Islam Dalam Pewayangan, Siti
Munawaroh Thowaf, dkk., Jurnal Theologia, Nomor 15, 1992, hlm. 22-23
5
Dr. Purwadi, Sejarah Sunan Kalijaga Sintesis Ajaran Wali Sanga Vs Syeh Siti Jenar,
Persada, Yogyakarta, 2003, hlm. 150
35

sangat berjasa bagi perkembangan agama Islam dan perkembangan


kebudayaan bangsa Indonesia, terutama kebudayaan daerah.6
Kemampuan dalam melakukan asimilasi, adaptasi dan akulturasi budaya
Jawa dengan Islam, membawa eksis yang positif dalam tugasnya sebagai seorang
mubaligh yang tanpa menggunakan kekerasan sama sekali. Sehingga wajah Islam
yang ditempelkan tidak terkesan sangar dan galak sehingga memudahkan
masyarakat untuk hijrah dari agama terdahulu (dinamisme, animisme, Hindu dan
Budha) ke agama Islam karena peran Sunan Kalijaga yang telah dibantu oleh para
Wali Sanga di tanah Jawa.

Sunan Kalijaga adalah profil tokoh agama yang sekaligus budayawan yang
kreatif, hampir seluruh hidupnya dipenuhi perjuangan untuk kepentingan umat.
Salah satu usahanya dibidang kebudayaan adalah pelestarian wayang kulit,
kerawitan, sastra Jawa dan adat tradisi. Bahkan tanpa terasa dengan wayang kulit,
gending sekaten dan lagu Ilir-Ilir dapat dijadikan sebagai sarana dakwah
penyebaran agama Islam. Sebabnya tidak lain karena Sunan Kalijaga mampu
mengolah dan memberi bumbu penarik bagi masa yang dihadapinya.7

Di samping wayang kulit, gending sekaten dan lagu ilir-ilir, tokoh


legendaris tersebut sering memanfaatkan kesenian Jawa sebagai metode dakwah
Islam. Misalkan, jika umumnya kedatangan bulan Ramadhan disambut dengan
Marhaban Ya Ramadlan, beliau memanfaatkan lagu Dolanan Jawa yang telah
populer di masyarakat, judulnya yaitu “E, Dhayohe Teka”. Sunan Kalijaga juga
mengajarkan asal-usul kejadian manusia melalui syair Jawa berjudul Cublak –
Cublak Suweng.8 Dan beliau juga menciptakan kidung wingit yang berfungsi
sebagai tolak balak dari berbagai malapetaka dan makhluk halus. Kidung ini
diberi nama Kidung Rumeksa Ing Wengi, dan ini yang akan penulis bahas lebih
mendalam dalam penulisan skripsi ini.

6
Umar Hasyim, Sunan Kalijaga, Menara Kudus, Kudus, tt, hlm. Pendahuluan
7
Imam Anom, Suluk Linglung Sunan Kalijaga, Balai Pustaka, Jakarta, 1984, hlm. ix
8
Suwardi Endraswara, Mistik Kejawen Sinkretisme, Simbolisme dan Sufisme Dalam Budaya
Spiritual Jawa, Narasi, Yogyakarta, 2003, hlm. 102-103
36

A. Asal Usul Kidung Rumeksa Ing Wengi


1. Pengertian Kidung Rumeksa Ing Wengi
Sebelum membahas secara menyeluruh tentang Kidung
Rumeksa Ing Wengi secara khusus, maka perlu diuraikan terlebih
dahulu pengertian Kidung Rumeksa Ing Wengi itu sendiri, hal ini
dilakukan untuk mempermudah pembahasan tahap berikutnya.
Kidung dalam Ensiklopedi Indonesia diartikan sebagai karya
sastra rakyat atau puisi dalam bahasa Jawa tengahan, berupa cerita
romantikal seperti cerita pelipur lara. Berbentuk tembang yang dapat
dinyanyikan. Salah satu kidung yang terkenal adalah kidung Bali, yaitu
nyannyian berbahasa Bali tengahan (kawi Bali), kidung ini sering
dinyanyikan pada upacara Panca Yadnya. Antara lain dikenal sebagai
kidung Wargasari, Tantri, Nalat, Alis Alis Ijo, Bramara Sangupati.
Kidung-kidung tersebut biasanya digubah di Bali, menceritakan zaman
sesudah Majapahit.9
Sedangkan arti “rumeksa” adalah menjaga atau merawat,10
“ing” merupakan kata tunjuk yang berarti di dan kata “wengi” berarti
waktu mulai senja sampai terbit matahari atau malam hari.11
Jadi Kidung Rumeksa Ing Wengi apabila diartikan secara
terminologi adalah sebuah karya sastra atau puisi berbahasa Jawa
tengahan yang berbentuk tembang dan dapat dinyanyikan yang
berguna untuk menjaga atau merawat sesuatu di malam hari. Kidung
ini adalah kidung wingit (keramat), atau mantra / doa yang disusun
dengan berbahasa Jawa sebagai doa perlindungan, penyembuhan.

2. Masa Penulisan Kidung Rumeksa Ing Wengi


Sunan Kalijaga mempunyai nama kecil Raden Sahid. Kapan
tepatnya kelahiran Raden Sahid menyimpan misteri. Ia diperkirakan
lahir pada tahun 1455-an, dihitung dari pernikahan Raden Sahid
9
Ajip Rosidi, Ensiklopedi Indonesia, Ichtiar Baru, Jakarta, tt, hlm. 1776
10
S.A. Mangunsuwita, Kamus Bahasa Jawa, Yrama Widya, Bandung, 2002, hlm. 219
11
Ibid, hlm. 300
37

dengan Putri Sunan Ampel. Ketika itu Raden Sahid diperkirakan


berusia 20-an tahun. Sunan Ampel yang diyakini lahir pada tahun 1401
ketika menikahkan putrinya dengan Raden Sahid berusia 50-an
tahun.12
Begitu juga dengan penciptaan Kidung Rumeksa Ing Wengi
menyimpan misteri yang sangat dalam sekali, kapan sebenarnya
kidung ini ditulis. Usaha dalam penelusuran tentang karya sastra ini
ditulis sudah sejauh mencari dan meneliti buku-buku literer yang
membahas tentang Sunan Kalijaga sampai penulis datang dan
wawancara dengan bapak Raden Muhammad Sudiyoko (78 tahun)
yang merupakan sesepuh ahli waris Sunan Kalijaga itupun tidak
mengerti secara pasti kapan karya sastra itu ditulis. Yang jelas di sini
bahwa Kidung Rumeksa Ing Wengi diciptakan setelah Raden Sahid
menjadi seorang wali.

3. Penulis Kidung Rumeksa Ing Wengi


Ada banyak tokoh / tulisan13 yang mengatakan bahwa Kidung
tersebut diciptakan oleh Sunan Kalijaga yang mempunyai nama asli
Raden Sahid, beliau adalah putra Adipati Tuban yaitu Tumenggung
Wilatikta / Raden Sahur. Raden Sahur adalah keturunan Ranggalawe
yang beragama Hindu. Sunan Kalijaga diperkenalkan Islam oleh guru
agama Kadipaten Tuban sejak kecil.

12
Dr. Purwadi, op. cit., hlm. 150
13
Achmad Chodjim, Mistik dan Ma’rifat Sunan Kalijaga, Serambi Ilmu Semesta, Jakarta,
2003,hlm.32-52.
Lihat,R.Wiryopanitra, Serat Kidungan Kawedar, DEPDIKBUD,Jakarta:1979,hlm.7.
Hasil wawancara dengan Raden Muhammad Sudiyoko (79) tahun, ahli waris Sunan
Kalijaga, Kadilangu, Demak
Kidung Sunan Kalijaga http://www.minggupagi.com/article.php?sid=1360.
Kidung Dandang Gula, Tolak Balak, Jum’at,8 Agustus 2003 14:42.
http://www.astaga.com/komentar/index.p hp?act=view&id=71906&cat-403&start,
M. Heriwijaya, Islam Kejawen: Sejarah, Anyaman Mistik dan Simbolisme Jawa,
(Yogyakarta: Gelombang Pasang, 2004), hlm. 44,
Kangdjeng Susuhunan Kalidjaga, Kidungan Pepak Djangkep, (Sala: S. Muliya t.th), hlm.
3-4
38

Beliau dikenal sebagai mubaligh / da’i keliling, ulama besar,


seorang wali yang memiliki karisma tersendiri di antara wali yang lain,
paling terkenal di berbagai lapisan masyarakat apalagi kalangan
bawah. Ia di sebagian tempat juga dikenal bernama Syeh Malaya. Ia
dapat dikatakan ahli budaya, misalnya: pengenalan agama secara luwes
tanpa menghilangkan adat istiadat / kesenian daerah (adat lama yang
diberi warna Islami), menciptakan baju Taqwa (lalu disempurnakan
oleh Sultan Agung dengan destar nyamping dan keris serta rangkaian
lainnya), menciptakan Tembang Dandanggula dan Dandanggula
Semarangan.14

Kidung Rumeksa Ing Wengi ditulis oleh Sunan Kalijaga untuk


menjembatani hal-hal yang bersifat supranatural. Karena pada tahun-
tahun awal perkembangan Islam di Jawa bersifat sangat mistis yang
pada dasarnya kepercayaan pra Islam memandang tinggi animisme dan
dinamisme. Kenyataan yang terjadi pada penyebaran Islam pada waktu
itu banyak berbenturan pada orang-orang yang tidak kompromi dengan
diplomasi sehingga menyerang balik apa-apa yang telah diajarkan oleh
Sunan Kalijaga (ajaran Islam) yaitu dengan Black Magic. Sehingga
beliau menulis kidung wingit yang diberi nama Kidung Rumeksa Ing
Wengi yang di dalamnya memuat berbagai macam mantra untuk
menolak balak di malam hari, seperti teluh, tenung, santet dan lain
sebagainya.

Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari


seratus tahun karena dalam buku sejarah dipaparkan bahwa beliau
mengalami masa keruntuhan Kerajaan Majapahit (berakhir 1478),
Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga
kerajaan Pajang yang lahir pada tahun 1546 serta awal kerajan
Mataram di bawah pimpinan panembahan senopati.15

14
Sunan Kalijaga, http//:www.jawapalace.org/sunankalijogo.html
15
Ibid.
39

4. Tujuan Penulisan Kidung Rumeksa Ing Wengi


Sunan Kalijaga merupakan seorang ulama’ dan guru spiritual.
Salah satu ajaran Sunan Kalijaga pada masyarakat Jawa pada waktu itu
adalah Kidung Rumeksa Ing Wengi. Kidung ini merupakan sarana
dakwah dalam bentuk tembang yang populer dan menjadi “kidung
wingit” karena dipercaya membawa tuah seperti mantra sakti. Dakwah
itu dirangkai menjadi sebuah tembang bermetrum Dhandanggula berisi
sembilan bait dan seolah-olah sampai saat ini abadi. Orang-orang
pedesaan masih banyak yang hapal dan mengamalkan syair kidung ini.
Sebagai sarana dakwah kepada anak cucu, nasehat dalam bentuk
tembang lebih langgeng dan awet dalam ingatan. Sepeninggal Sunan
Kalijaga, kidung ini menjadi milik rakyat, siapapun yang membaca dan
mengamalkan sebagai doa.16
Karena kidung ini merupakan doa, dan dalam berdoa seseorang
harus yakin apa bahasa yang digunakan itu (paham yang diucapkan),
tentu saja disertai keyakinan yang tinggi, serta mengerti makna doa
yang digunakan. Maka di sinilah Sunan Kalijaga menciptakan doa
mantra yang berbahasa Jawa. Karena dengan doa berbahasa Jawa akan
mudah dihayati dan diyakini bila bahasanya dimengerti.17
Selain itu juga untuk mengantisipasi menghadapi jaman edan
yang begitu menyengsarakan sendi-sendi kehidupan rakyat, hidup serba
tidak menentu, semuanya serba sulit menentukan sikap, serta tidak ada
fundamen keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang benar dan
kokoh.18

B. Pokok Pokok Isi Kidung Rumeksa Ing Wengi


Kidung Rumeksa Ing Wengi mempunyai 45 bait tembang yang
bermetrum dandhanggula, tapi menurut Achmad Chodjim menerangkan
bahwa kidung yang sering dilantunkan oleh orang Jawa adalah bait
16
Dr. Purwadi, loc, cit, hlm. 191-192
17
Achmad Chodjim, Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga, Serambi, Jakarta, 2003, hlm. 16
18
http://www.jawapalace.org/kidungpurwajati.html
40

pertama sampai ke bait kelima.19 Berbeda lagi dengan Dr. Purwadi yang
mengatakan bahwa bait kidung yang biasa dilantunkan oleh orang Jawa
adalah bait pertama sampai pada bait ke delapan.20 Sedangkan menurut
penelitian penulis sendiri bahwa yang di dalam makna Kidung Rumeksa
Ing Wengi itu tidak berhenti pada bait ke lima atau kedelapan saja
melainkan sampai pada bait ke sembilan karena pada bait kesepuluh
awalan baitnya dimulai dengan “Ana kidung reke Ki Hartati” yang berarti
bahwa “Ada lagu Pujian yang bernama Ki Hartati”. Adapun lirik kidung
tersebut adalah sebagai berikut:

Ono kidung rumeksa ing wengi


teguh hayu luputa ing lara
luputa bilahi kabeh
jim setan datan purun
paneluhan tan ana wani
miwah panggawe ala
gunaning wong luput
geni atemahan tirta
maling adoh tan ana ngarah mring mami
guna duduk pan sirna

Sekehing lara pan samya bali


sekeh ngama pan sami miruda
welas asih pandulune
sekehing braja luput
kadi kapuk tibaning wesi
sekehing wisa tawa
sato galak tutut
kayu aeng lemah sangar
songing landak guwaning mong lemah miring
myang pakiponing merak

Pagupakaning warak sakalir


nadyan arca myang segara asat
temahan rahayu kabeh
apan sariro ayu
ingideran kang widadari
reneksa malaikat
sekatahing rarasul

19
Achmad Chodjim, op. cit., hlm. 32 - 34
20
Dr. Purwadi, loc, cit, hlm. 250 - 253
41

pan dadi sarira tunggal


ati Adam utekku baginda Esis
pangucapku ya Musa

Napasku Nabi Isa linuwih


Nabi Yakub pamyarsaningwang
Yusuf ing rupaku mangke
Nabi Daud swaraku
Jeng Sulaiman kasekten mami
Nabi Ibrahim nyawa
Idris ing rambutku
Baginda Ali kulitingwang
Abu Bakar getih daging Umar singgih
balung baginda Usman

Sumsungingsun Fatimah linuwih


Siti Aminah bajuning angga
Ayub ing ususku mangke
Nabi Nuh ing jejantung
Nabi Yunus ing otot mami
netraku ya Muhammad
panduluku Rasul
pinayungan Adam syara’
sampun pepak sekatahing para Nabi
dadya sarira tunggal

Wiji sawiji mulane dadi


apan pencar saisining jagad
kasamadan dening date
kang maca kang angrungu
kang anurat kang anyimpeni
dadi ayuning badan
kinarya sesembur
yen winacakna ing toya
kinarya dus rara tuwa gelis laki
wong edan nuli waras

Lamun ana wong kadendan kaki


wong kabanda wong kabotan uatang
yogya wacanen den age
nalika tengah dalu
ping sawelas macanen singgih
luwar saking kabanda
kang kadenda wurung
aglis nuli sinahuran
mring Hyang Sukma kang utang punika singgih
42

kang angring nuli waras

Lamun arsa tulus nandur pari


puwasaa sawengi sadina
iderana galengane
wacanen kidung iki
sekeh ngama sami abali
yen sira lunga perang
wateken ing sekul
antuka tigang pukulan
mungsuhira rep sarirep tan ana wani
rahayu ing payudan

Sing sapa reke bisa nglakoni


amutiha lawan anawaa
patang puluh dina bae
lan tangi wektu subuh
lan den sabar sukuring ati
Insya Allah tinekan
sukarsanireku
tumrap sanak rakyatira
saking sawabng ngelmu pangiket mami
duk aneng Kalijaga21

Terjemahannya:
Ada nyanyian yang menjaga di malam hari. Kukuh selamat
terbebas dari penyakit. Terbebas dari semua malapetaka. Jin setan
jahat pun tidak ada yang berani. Juga berbuat jahat. Guna-guna pun
tak ada yang berani. Api dan juga air. Pencuri pun jauh tak ada yang
menuju padaku. Guna-guna sakti pun lenyap.
Semua penyakitpun bersama-sama kembali, Barbagai hama
sama-sama habis, Dipandang dengan kasih sayang, Semua senjata
lenyap, Seperti katuk jatuhnya besi, Semua racun menjadi hambar,
Binatang buas jinak, Kayu ajaib dan tanah angker, Lubang landak
rumah manusia tanah miring, Dan tempat merak berkipu.
Tempat tinggal semua badak, Walaupun arca dan lautan
kering, Pada akhirnya semua selamat, Semuanya sejahtera, Dikelilingi
bidadari, Dijaga oleh Malaikat, Semua rasul menyatu menjadi
berbadan tunggal, Hati Adam, otakku Baginda Sis, Bibirku Musa
Napasku Nabi Isa as, Nabi Yakub mataku, Yusuf wajahku, Nabi
Daud suaraku, Nabi Sulaiman kasaktianku, Nabi Ibrahim nyawaku,
Idris di rambutku, Baginda Ali kulitku, Abu Bakar darah, daging
Umar, balung baginda Usman.

21
Kangdjeng Susuhunan Kalidjaga, Kidungan Pepak Djangkep, S. Muliya, Surakarta, t.th,
hlm. 3-4
43

Sumsumku Fatimah yang mulia, Siti Aminah kekuatan badanku,


Ayub dalam ususku, Nabi Nuh di jejantung, Nabi Yunusdi ototku, Mataku
Nabi Muhammad, Wajahku Rasul, Dipayungi oleh syariat Adam, Sudah
meliputi seluruh para Nabi, Menjadi satu dalam tubuhku.
Kejadian dari biji-biji yang satu, kemudian berpencar keseluruh
dunia, terimbas oleh Dzat-Nya, yang membaca dan yang mendengarkan,
yang menyalin dan yang menyimpannya, menjadi keselamatan badan,
sebagai sarna pengusir, jika dibacakan dalam air, dipakai mandi
perawan tua cepat bersuami. Orang gila cepat sembuh.
Jika ada orang didenda cucuku. Atau orang yang terbelenggu
keberatan hutang. Maka bacalah dengan segera. Di malam hari. Bacalah
dengan sungguh-sungguh sebelas kali. Maka tidak akan jadi didenda.
Segera terbayarkan oleh Tuhan. Karena Tuhanlah yang menjadikannya
berhutang. Yang sakit segera sembuh.
Jika ingin bagus menanam padi. Berpuasalah sehari semalam.
Kelilingi pematangnya. Bacalah nyanyian itu. Semua hama kembali. Jika
engkau pergi berperang. Bacakan kedalam nasi. Makanlah tiga suappan.
Musuhmu tersihir tidak ada yang berani. Selamat di medan perang.
Siapa saja yang dapat melakukan puasa. Mutih dan minum air
putih. Selama 40 hari. Dan bangun waktu subuh. Bersabar dan bersyukur
di hati. Insya Allah tercapai semua cita-citamu. Dan semua sanak
keluargamu. Dari daya kekuatan seperti yang mengikatku ketika di
kalijaga.22

Kidung ini terdiri atas sembilan bait yang disertai laku dan fungsi
pragmatisnya secara spesifik. Dan dibagi atas dua bagian, bagian pertama,
terdiri lima bait yang wajib diamalkan setiap malam, kedua, terdiri empat
bait berupa petunjuk yang menyertai laku dan wajib dilaksanakan oleh
setiap orang yang mengamalkannya.23
Adapun makna dari kidung atau sabda suci yang dimaksudkan
untuk menjaga diri di malam hari. Karena malam hari merupakan
“sumber” berbagai macam kejahatan. Walaupun siang hari tidak jauh
beda, namun malam hari lebih banyak lagi, karena malam hari kejahatan
tidak dilakukan secara tidak terang-terangan. Pada bait pertama, berisi
ajaran tentang perlindungan dari dari berbagai kejahatan yang bisa
dilakukan di malam hari. Bukan hanya kejahatan dari hasil perbuatan jahat
orang atau pencuri, tetapi juga kejahatan ghaib seperti sihir, teluh, tuju,
22
M. Heriwijaya, Islam Kejawen : Sejarah, Anyaman Mistik dan Simbolisme Jawa,
Gelombang Pasang, Yogyakarta, 2004, hlm. 48-50
23
Ibid, hlm. 45
44

santet dan sebagainya. Dengan melafalkan kidung ini, berbagai kejahatan


malam tersebut akan menyingkir. Bukan diperangi, tetapi ditolak. Bukan
disingkirkan, tetapi kejahatan itu sendiri yang menyingkir.24
Bait yang kedua, dari daya pujian itu, segala penyakit yang akan
menimpa lalu kembali tidak jadi mengena, segala hama yang menjadikan
kesulitan hidup pun akan menjauh, semuanya itu hanya memiliki belas
kasih. Seandainya ada yang hendak menyerang dengan senjata, dengan
sendirinya akan luput, bila pun kena, ya tidak terasakan apa-apa, ibarat
kapuk yang jatuh di atas besi. Bila terkena racun akan tawar, jika bertemu
dengan hewan buas juga tidak mau memangsa malah sebaliknya binatang
tersebut akan jinak, dan apa bila melewati pepohonan angker dan tanah
yang gawat, juga akan tawar.
Adapun yang dimaksud dari kata; sarang landak rumahnya orang
miring dan tempat merak mendekam, itu sekedar simbol, menurut
pedoman ilmu artinya, menunjukkan asal kejadian manusia, dari pria dan
wanita (ayah dan ibu). R. Wiryapanitra menerangkan bahwa ayah
menurunkan benih kepada rahim ibu kemudian larutlah benih tersebut
dalam seperma, mani, madi, wadi di situlah Tuhan Yang Maha Kuasa
menciptakan makhluknya, tetapi benih tadi masih berada di dalam nukan,
berupa cahaya bening.25
Chodjim pun menjelaskan bait kedua. Yang dimaksudkan Hayyu
dalam bahasa Arab namun dibaca dengan lidah Jawa menjadi kayu, yang
mempunyai arti hidup. Benih yang hidup disebut pohon ajaib. Sedangkan
tanah sebagai tempat tumbuhnya benih dinamakan tanah angker atau tanah
keramat. Karena tanah itu hanya layak ditanami bila dalam kedaan suci
dan halal.26

24
Achmad Chodjim, lok. cit, hlm. 37
25
R. Wiryapanitra, Serat Kidungan Kawedhar, Effhar dan Dahara Prize, Semarang, 1995,
cet. I, hlm.9
26
Achmad Codjim, op. cit., hlm. 50
45

Kemudian makna dari bait ketiga, kata pagupakaning warak sekalir


yang memiliki arti bibit manusia itu dapat berwujud, karena berasal dari
berbagai daya, seperti titipan bapak dan ibu, titipan Allah dan anasir
delapan macam yaitu, surya, candra, kartika, swasana, sedangkan empat
anasir lainnya menjadi badan kasar atau wujud badaniah yang berupa, api,
angin, air dan tanah. Yen winaca ing segara asat adalah sebuah pribahasa
yang mempunyai arti, semua anasir itu hanya diambil intisarinya, ialah
dari daya kekuasaan dari Sang Sabda Kun (Allah) atau hanya dengan
disabdakan saja telah jadi. Temahan rahayu kabeh apan sarira ayu berarti
tiap-tiap anasir dijadikan sebagai alat kebutuhan hidup manusia yang
sempurna, kemudian dapat berwujud manusia ini. Angideran kang
widadari, keterangannya adalah setelah berwujud tubuh manusia, lalu
dimasuki lima macam mudah (isian rohani) nur, perasaan, roh, nafsu, dan
budi. Rineksa malaikat maksudnya adalah manusia itu juga dijaga
malaikat, malaikat yang menjaga yang berada di dalam tubuh , menurut
pedoman Ilmu pengetahuan agama ada empat orang jumlahnya. adapun
kedudukan mereka demikian, malaikat jibril berkedudukan pada kulit,
malaikat Mikail berkedudukan pada tulang, Isrofil bertempat pada urat
atau otot-otot , dan Izroil berkedudukan pada daging manusia.27
Dalam perbendaharaan Islam Jawa ada seorang Nabi yang tidak
banyak dikenal dalam dunia Islam umumnya, yaitu Nabi Sis. Beliau
diyakini sebagai anak Nabi Adam, yaitu anak nomor enam. Kata “sis”
berasal dari kata “sit” yang artinya enam. Karena itu Nabi Sis juga dikenal
Nabi Sitta. Di dalam berbagai literatur disebutkan bahwa istri Nabi Adam,
yang disebut Siti Hawa, setiap kali melahirkan dua kembar. Tetapi, ketika
mengandung Sis, ternyata lahir tunggal, setelah itu setiap kali melahirkan
kembar dua lagi. Nabi Sis dikenal bapaknya orang-orang bijasana. Nabi
Sis adalah bapak dari orang-orang yang memiliki daya cipta yang kuat.
Menurut kitab Paramayoga karya Ranggawarsita yang dikutip oleh

27
R. Wiryapanitra, T.W.K. Hadisoeprapto dan Siswoyo, Serat Kidungan Kawedhar,
Departemen P dan K, Jakarta, 1979, hlm. 12
46

Chodjim, bahwa para dewa merupakan anak cucu dari Nabi Sis. Dan hasil
cipta hening dari para dewa itu berwujud kesurgaan, suatu tempat surgawi
yang ada di dalam metafisik, yang disebut swargaloka.28
Nabi Musa dinyatakan sebagai pangucapan dalam kidung. Dia
diyakini sebagai seorang Nabi yang bercakap-cakap secara langsung
dengan Allah. Nabi yang ucapannya dipercaya penuh oleh kaumnya.
Sehingga mampu melepaskan Bani Israel dari kekuasaan Fir’aun. Maka
dalam Kidung Rumeksa Ing Wengi ini, daya Nabi Musa diyakini sebagai
ucapan pembaca kidung. Yaitu ucapan yang mengandung daya dan
kekuatan yang sangat luar biasa.29
Maksud dari penempatan Nabi Musa sebagai pengucapan adalah
pengharapan terhadap apa yang dirapalkan. Ketika sang pembaca doa
menyebut semua penyakit, hama dan petaka tidak mengena, maka apa
yang diucapkan itu benar-benar menjadi kenyataan. Dalam agama hal ini
disebut wasilah, perantaraan. Jembatan yang dilakui pembaca dalam
berhubungan dengan Tuhan. Dalam kidung ini termuat dengan tegas
bahwa semua Nabi itu merupakan Nabinya orang Islam.30
Bait yang keempat, napasku Nabi Isa linuwih artinya napas itu
menjadi ikatan badan dan apa bila mampu memusatkan gerak napas yang
berasal dari dalam atau luar, sesungguhnya dapat menimbulkan kenyataan
kehendak yang sungguh terhormat. Yang demikian itu diumpamakan
seperti halnya Nabi Isa yang juga menjadi pengikat agama. Nabi Yakub
pamiyar saningwang, Nabi Yakub adalah seorang Nabi yang tetap
pengabdiannya kepada Allah, serta selalu suka mendengarkan firasat
perintah Allah, maka diibaratkan pendengaran , agar paling tidak juga
mau mendengar-dengarkan (mendakwahkan) ajaran yang baik, atau firasat
dari Tuhan. Dawud swaraku mangke, Nabi Dawud dihadirkan karena
beliau telah deberi karunia oleh Allah yaitu Allah mengutusnya sebagai
Nabi dan rasul mengurniainya nikmah, kesempurnaan ilmu, ketelitian
28
Achmad Chodjim, op. cit, hlm. 51
29
Ibid, hlm. 52
30
Ibid,. hlm. 52
47

amal perbuatan serta kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan,


kepadanya diturunkan kitab "Zabur", kitab suci yang menghimpunkan
qasidah-qasidah dan sajak-sajak serta lagu-lagu yang mengandungi tasbih
dan pujian-pujian kepada Allah, kisah umat-umat yang dahulu dan berita
Nabi-Nabi yang akan datang, di antaranya berita tentang datangnya Nabi
Muhammad s.a.w., Allah menjadikan gunung-gunung dan
memerintahkannya bertasbih mengikuti tasbih Nabi Daud tiap pagi dan
senja. Burung-burung pun turut bertasbih mengikuti tasbih Nabi Daud
berulang-ulang, beliau diberi peringatan tentang maksud suara atau bahasa
burung-burung. Allah telah memberinya kekuatan melunakkan besi,
sehingga ia dapat membuat baju-baju dan lingkaran-lingkaran besi dengan
tangannya tanpa pertolongan api, Nabi Daud telah diberikannya
kesempatan menjadi raja memimpin kerajaan yang kuat yang tidak dapat
dikalahkan oleh musuh, bahkan sebaliknya ia selalu memperoleh
kemenangan di atas semua musuhnya, Nabi Daud dikurniakan suara yang
merdu oleh Allah yang enak didengar sehingga kini ia menjadi kiasan bila
seseorang bersuara merdu dikatakan bahwa ia memperoleh suara Nabi
Daud.31
Nabi Ibrahim Nyawaku, orang Jawa menyebut Nabi Ibrahim
sebagai orang yang nyawanya rangkap. Karena meski dibakar, bukan
sekedar di atas bara api beliu tetap hidup dan utuh. Daya yang dapat
membuat panasnya api terasa dingin dan akhirnya tidak dapat membakar
Nabi Ibrahim.
Yusuf ing rupaku mangke, maksudnya Nabi Yusuf adalah seorang
yang menderita sejak kecil, karena dianiaya, tetapi penderitaannya itu
hanya menjadi pembuka ke arah kebenaran, sehingga dapat menduduki
jabatan Adipati di negei Mesir. Maka diibaratkan sebagai wajah , karena
wajah itu menjadi pembuka warna, sedangkan wajah itu menjadi pintu

31
Kisah Para Nabi, http://www.dzikir.org/b_ceri16.htm
48

pembuka kegaiban. Jadi wajah ini menjadi tirai gaib yang hebat atau
32
titipan Tuhan.
Nabi Sulaiman kasekten mami, Nabi Sulaiman yang telah berkuasa
penuh atas kerajaan Bani Isra'il yang makin meluas dan melebar, Allah
telah menundukkan baginya makhluk-makhluk lain, yaitu Jin Angin dan
burung-burung yang kesemuanya berada di bawah perintahnya melakukan
apa yang dikehendakinya dan melaksanakan segala komandonya. Di
samping itu Allah memberinya pula suatu kurnia berupa mengalirnya
cairan tembaga dari bawah tanah untuk dimanfaatkannya bagi karya
pembangunan gedung-gedung, perbuatan piring-piring sebesar kolam air,
periuk-periuk yang tetap berada diatas tungku yang dikerjakan oleh
pasukan Jin-Nya. Sebagai salah satu mukjizat yang diberikan oleh Allah
kepada Sulaiman ialah kesanggupan beliau menangkap maksud yang
terkandung dalam suara binatang-binatang dan sebaliknya binatang-
binatang 33 dapat pula mengerti apa yang ia perintahkan dan ucapkan.
Idris ing rambutku, Karena rambut sebagai pelindung kepala dan
sekaligus sebagai mahkota. Dalam Al-Qur’an nama Idris hanya disebut
dua kali, yaitu Q.S. Maryam: 56 dan al-Anbiya’ :85. Dalam ayat-ayat
tersebut, Idris digolongkan sebagai Nabi yang shiddiq, dan sabar. Shiddiq
ialah orang yang senantiasa berbuat kebenaran dan ucapannya setulus
hatinya. Orang yang shiddiq merupakan orang yang mampu dalam praktik,
dan bukan hanya ngomong atau pandai dalam hal teori. Sedangkan orang
yang sabar dapat dipahami sebagai orang yang mampu mengendalikan
hawa nafsunya, menahan diri dari berbaga godaan, dan mengikuti prosedur
yang benar dalam meniti hidupnya. Daya Nabi Idris dihadirkan pada
rambut agar daya shiddiq dan kesabarannya bisa menjadi peneduh dan
juga pelindung dari berbagai terpaan godaan dan bencana dalam
kehidupan.34

32
R Wiryapanitra, loc cit, hlm.19
33
Kisah Nabi Sulaiman, http://www.dzikir.org/b_ceri17.htm
34
Achmad Chodjim, op, cit., hlm.60
49

Nabi Idris adalah keturunan keenam dari Nabi Adam putera dari
Yarid bin Mihla'iel bin Qinan bin Anusy bin Syith bin Adam A.S. dan
adalah keturunan pertama yang dikurniai keNabian menjadi Nabi setelah
Adam dan Syith. Nabi Idris menurut sementara riwayat bermukim di
Mesir di mana ia berdakwah untuk agama Allah s.w.t. mengajarkan tauhid
dan beribadat menyembah Allah s.w.t. serta memberi beberapa pendoman
hidup bagi pengikut-pengikutnya agar menyelamat diri dari seksaan
diakhirat dan kehancuran serta kebinasaan di dunia. Ia hidup sampai usia
82 tahun.
Diantara beberapa nasihat dan kata-kata mutiaranya ialah :
1. Kesabaran yang disertai iman kepada Allah s.w.t. membawa
kemenangan
2. Orang yang bahagia ialah orang yang berwaspada dan mengharapkan
syafaat dari Tuhannya dengan amal-amal solehnya.
3. Bila kamu memohon sesuatu kepada Allah s.w.t. dan berdoa maka
ikhlaskanlah niatmu demikian pula puasa dan sholatmu
4. Janganlah bersumpah dalam keadaan kamu berdusta dan janganlah
menuntup sumpah dari orang yang berdusta agar kamu tidak
menyekutui mereka dalam dosa.
5. Taatlah kepada raja-rajamu dan tunduklah kepada pembesar-
pembesarmu serta penuhilah selalu mulut-mulutmu dengan ucapan
syukur dan puji kepada Allah s.w.t.
6. Anganlah iri hati kepada orang-orang yang baik nasibnya, kerana
mereka tidak akan banyak dan lama menikmati kebaikan nasibnya.
7. Barang siapa melampaui kesederhanaan tidak sesuatu pun akan
memuaskannya.
8. Tanpa membagi-bagikan nikmat yang diperolehnya seorang tidak
dapat bersyukur kepada Allah s.w.t. atas nikmat-nikmat yang
diperolehinya itu.35

35
Peradaban Masa Ali bin Abi Thalib, http://tanbihul_ghafilin.tripod.com/himpunankisah
paraNabi1.htm
50

Kemudian keempat sahabat Nabi Muhamad disebut juga, yaitu


dimulai dari Ali dan dilanjutkan dengan sahabat Abu Bakar, Umar, dan
yang terakhir Umar. Ini memang tidak sesuai dengan urutan
kekahalifahannya. Ali adalah sepupu dan menantu Rasul. Suami Fatimah,
putri bungsu Nabi s.a.w. Ali bin Abu Thalib bin Abdul Mutthalib bin
Hisyam Abu Abdu Manaf al Quraisyi al Hasyimi. Dilahirkan sepuluh
tahun sebelum Nabi diutus sebagai Rasul. Sepupu Nabi ini adalah orang
pertama masuk Islam dari kalangan anak-anak. Ibunya bernama Fatimah
binti As’ad bin Hasyim bin Abd Manaf. Sewaktu kecil ia diberi nama
Haidarah oleh ibunya. Kemudian diganti oleh ayahnya menjadi Ali.
Menginjak usia enam tahun, ia diasuh oleh Nabi Muhammad saw.
Ia adalah orang kedua yang menerima dakwah Islam setelah Khadijah
binti Khuwailid. Sebagai anak asuh Rasul, ia menguasai banyak masalah
keagamaan secara mendalam. Ia juga dikenal cerdas, sebagaimana sabda
Nabi saw, “Aku kota ilmu pengetahuan sedang Ali adalah pintu
gerbangnya.” 36
Dalam khazanah Jawa, dia dilambangkan sebagai kulit manusia.
Dalam kidung daya sahabat Ali dihadirkan sebagai kulit sang pembaca
kidung, yang diharapkan adalah sebagai perlindungan. Sebagaimana kulit
untuk melindungi tubuh manusia. Dan juga sebagai pintu rasa manusia
apabila tingkat rasa seseorang itu tinggi, maka kulitnya bagaikan radar.
Karena bila dilihat dari sejarah, dalam hal peperangan, Ali dikenal sebagai
panglima yang gagah perkasa. Keberaniannya menggetarkan hati lawan-
lawannya. Zul fiqar sebagai pedang yang selalu menemaninya dalam
setiap peperangan, ia tebas semua musuh dalam medan perang. Hampir di
semua peperangan yang terjadi di masa Nabi s.a.w, ia selalu menjadi
andalan barisan terdepan.37
Abu Bakar, Umar, dan Usman dihadirkan sebagai daya yang
mendukung eksistensi darah, daging dan tulang. Secara keseluruhan

36
Ibid., hlm. 61
37
Peradaban Masa Ali bin Abi Thalib, op. cit.
51

sahabat empat adalah merupakan kulit, darah, daging dan tulang bagi
kebangn umat yang baru pada masa itu. Yaitu umat Islam. Maka daya ke
empat sahabat itu dihadirkan dalam kekuatan doa untuk keselamatan lahir
dan batin bagi pembacanya.
Abu Bakar getih, mengapa ini dihadirkan dalam kidung tersebut,
karena jika lihat sejarah dari sayidina Abu Abu Bakar As-Siddiq adalah
sifat rendah dirinya. Semasa beliau diangkat menjadi khalifah, beliau telah
memberi ucapan kepada umat Islam. Dengan segala rendah hati beliau
mengatakan bahwa beliau bukanlah yang terbaik di kalangan umat Islam.
Beliau juga memiliki sifat tawadhuk dan ini yang seharusnya dimiliki oleh
setiap manusia, dan kepribadian Abu Bakar sebelum menjadi khalifah ia
selalu membantu seorang wanita tua yang menjadi tetangganya, yaitu
membantu memberi makan unta-unta serata memerah susunya.38
Balung Baginda Utsman, karena beliau sebagai tulang penggung
Islam pada masa itu. Adapun tanda kebesaran beliau adalah beliau telah
menumpas pemberontakan yang terjadi di beberapa negeri yang telah
masuk di bawah kekuasaan Islam pada zaman Kholifah Umar, seperti
mengamankan Azerbaijan dan Armenia, kemudian melanjutkan perluasan
ke daerah-daerah yang sempat terhenti pada masa pemerintahan Umar.
Pembentukan Armada Laut yang kuat. Panglima Muawiyah bin
Abi Sofyan berulangkali mengajukan permohonan kepada Khalifah Umar
untuk menggerakkan pasukan Islam di laut. Akan tetapi, Umar selalu
menolak. Hingga Muawiyah menjadi Gubernur Syam pun jawabannya
tetap sama. Salah satu alasan Umar menolak adalah untuk memperkuat
basis pertahanan pada daerah taklukan. Dan negeri-negeri tersebut hanya
berada di daratan. Akhirnya niat baik Muawiyah, dapat terealisasikan pada
masa Utsman bin Affan. Mengingat kuatnya sektor pertahanan Roma
terutama di lautan. Melalui lautan inilah, imperium Roma banyak
menaklukkan negeri-negeri sekitar.

38
Abu Bakar Assyidiq, http://www.muis.gov.sg/websites/khutbah/ser-m-250820.html
52

Pembentukan Komite Pembukuan Al Qur’an. Adanya keragaman


bacaan dan tulisan pada masa Utsman mendatangkan perpecahan yang
tidak kecil. Hal inilah yang membuat Huzaifah bin Yaman merasa perlu
meminta penyelesaian kepada khalifah Utsman. Maka segera dibentuklah
komite pembukuan Al Qur’an, dipimpin oleh Zaid bin Tsabit dan
beranggotakan Abdullah bin Zubeir dan Abdurrahman bin Harits. Langkah
awal adalah meminta kumpulan naskah Al Qur’an yang disimpan Hafsah
binti Umar. Naskah ini merupakan kumpulan tulisan Al Qur’an yang
berserakan pada masa Abu Bakar r.a. Kemudian dari kumpulan naskah itu,
dibentuklah sebuah mushaf, dengan cara menyalin ulang. Dialek yang
dipakai Al Qur’an adalah bahasa suku Quraisy.39
Sungsumingsun Patimah linuwih, Fatimah dihadirkan sebagai
sumsum, darah diproduksi oleh sumsum. Dan darah ibarat nyawa, sebab
jika kekurangan darah atau darah berhenti mengalir di dalam tubuh
menyebabkan kematian, jadi menghadirkan Fatimah dimaksudkan untuk
menghadirkan kekuatan kehidupan yang selalu mengalir di dalam tubuh .
Dalam tulisan Syed Hasan Alatas, Fatimah adalah putri Nabi s.a.w. yang
mendapat gelar Assidiqah (wanita terpercaya), Athahirah (wanita suci), al-
Mubarakah (yang diberkahi Allah) dan yang paling disebutkan adalah
Fatimah Azzahra (bunga yang mekar semerbak.40 Kemudian daya dari
ibunda Nabi, yaitu Aminah juga dihadirkan sebagai kekuatan jasmani.
Kekuatan wadahnya zat hidup. Kekuatan yang dikandung oleh Aminah
yang menyebabkan kehadiran Nabi, kehadiran daya ini kepada pembaca
kidung untuk membangun kekuatan tubuh. Kuat untuk menolak petaka
serta menerima amanat atau ajaran yang luhur.41
Ayub Ing Ususku Mangke, Nabi Ayub di hadirkan dalam kidung
tersebut untuk menjadi kekuatan. Dalam kisah Nabi Ayub beliau adalah
orang yang sangat sabar walau diuji oleh Allah, ini terbukti ketika beliau

39
Sofyan Wijananto, Peradaban Masa Utsman bin Affan, http://kitamuslimfren.tripod.com/
artikel.htm
40
Ustaz Syed Hasan Alatas, Siti Fatimah Azzahra, http://www.shiar-islam.com/doc32.htm
41
Achmad Chodjim, loc. cit., hlm. 62
53

diuji dengan penyakit dan kehilangan ahli keluarganya, namun keimanan


dan ketakwaannya tetap utuh.42 Daya Nabi Nuh dihadirkan untuk menjadi
kekuatan jantung. Karena beliau selalu sabar dan kuat dalam mengemban
tugas sebagai Nabi Allah. Nabi Nuh yang dikurniakan Allah s.w.t. dengan
sifat-sifat yang patut dimiliki oleh seorang Nabi, fasih dan tegas dalam
kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam tindak-tanduknya melaksanakan
tugas risalahnya kepada kaumnya dengan penuh kesabaran dan
kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut mengetuk hati nurani
mereka dan kadang kala dengan kata-kata yang tajam dan nada yang kasar
bila menghadapi para pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan
menerima hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka yang
tidak dapat mereka membantahnya atau mematahkannya.43 Kemudian
daya Nabi Yunus juga dihadirkan sebagai kekuatan otot. Jika dilihat dari
sejarah beliau tidak mati ketika ikan menelannya. Beliau ibarat otot yang
mampu menahan kekuatan negatif yang menelannya.
Maksud yang terkandung dalam bait ke enam, adalah sebagai
berikut; manusia itu adalah berasal dari setitik bibit, ialah hidup yang
berdiri sendiri serta berharga diri, kemudian dapat tersebar dan
berkembang biak menjadi beribu-ribu memenuhi dunia ini, itu semua
asalnya hanya berasal yang satu itu, ialah bibit kehidupan hamba Allah
semua itu dijaga atau dilestarikan dan diberkahi oleh Zat Allah. Baik yang
membaca lagu pujian itu, maupun yang mendengarkan, ataupun yang
menuliskannya, bahkan yang hanya memelihara lagu pujian itu atau
menyimaknya, semua akan mendapat berkah keselamatan dalam segala
tingkah lakunya. Lagu pujian ini jika dibacakan dekat air, lalu
disemburkan ludahnya, air semburan itu mempunyai keberkahan; jika
dipakai mandi oleh gadis terlambat berjodoh, akan segera mendapatkan
jodoh, jika digunakan untuk mandi oleh orang yang berpenyakit gila, tentu
akan segera sembuh gilanya. Artinya bagi orang yang berilmu yang
42
Iktibar: Nabi Ayub Diuji Sakit, http://www.hmetro.com.my/Current_News/HM/
Friday?Ad%20Din/20050506113557/Article/indexs_html
43
http://tanbihul_ghafilin.tripod.com/himpunankisahparaNabi1.htm,. loc. cit.
54

dinamkan lagu pujian itu merupakan kiasan dari Sang Guru Sejati, karena
itu daya kewibawaannya juga diambilkan dari kekuasaan Sang Guru Sejati
juga, sehingga yang diperlukan adalah keselarasan dan penyesuaian
dengan Sang Guru Sejati, supaya dapat meminjam daya kewibawaan-Nya
itu.44
Sedangkan maksud dari bait ke tujuh, adalah memberikan
pengetahuan pada anak muda, jika ada yang didenda oleh negara / orang
yang dihukum denda. Serta orang yang tersangkut urusan polisi dan orang
yang terlalu banyak mempunyai pinjaman tetapi kesulitan untuk
membayar, hendaknya segeralah membaca kitab lagu pujian itu, artinya
yang dibacakan hanyalah lagu pujian yang terdapat pada lagu nomor satu,
tapi jika orang yang berilmu, lebih diutamakan memuji kebesaran Sang
Guru Sejati (Allah). Sedang waktu membacanya di malam hari dengan
nada yang lirih sebanyak dua puluh lima kali, dapat terbebas itu tentunya
dengan daya upaya juga dan telah dianugrahi berkah oleh Allah. Gusti
Allah membayar hutangnya itu tetapi dengan perantara orang lain, dan jika
seseorang terkena sakit maka akan sembuh yang jelas kesembuhannya itu,
sebenarnya harus dengan cara pengobatan, tetapi obatnya itu telah
mendapatkan berkah.45
Bait yang ke delapan, Sunan kalijaga menganjurkan orang-orang
yang hendak berdoa untuk melakukan puasa mutih. Yaitu, mengurangi
makan, dan yang dimakan hanya nasi putih atau ubi-ubian yang tawar
rasanya. Dan minumnya pun cukup air tawar. Tidak ada asin dan manis
dalam makanan dan minuman, puasa ini dilakukan setahun sekali selama
40 hari sudah cukup untuk menurunkan emosi dan dorongan hawa nafsu.
Jika pada waktu puasa usahakan bangun pada dini hari, setiap perbuatan
tampakkan dengan sikap sabar dan pasrah, apa bila ini dilakukan dengan
sungguh-sunguh dapat dikabulkan oleh Allah, dapat tercapai apa yang
dicita-citakan, serta dapat digunakan untuk menolong kepada segala

44
R.Wiryapanitra, loc.cit., hlm. 19-20
45
Ibid, hlm.20-21
55

kesulitan sanak kerabat, anak cucu, dan sebagainya. Yang demikian itu
karena mendapat berkat dari puasa yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga.46
Bait ke sembilan, artinya adalah bila ingin selamat dalam menanam
padi, maka berpuasalah satu hari satu malam, kemudian kitarilah pematang
sawah yang akan ditanam padi sambil membacakan doa Kidung Rumeksa
Ing Wengi ini terutama pada bait pertama. Semua hama akan menjadi
takut dan tidak akan menyerang tanaman padi. Apa bila kamu akan
berangkat perang melaksanakan tugas negara, lafalkanlah doa ini saat
memegang nasi, lalu kunyah dan telan sampai tiga kali puluan (suapan).
Musuh akan merasa ngeri, pergi tidak ada yang akan melawan dan
akhirnya tidak menjadi perang dan akhirnya semua selamat.47
Dari berbagai penjelasan tentang arti atau maksud dari Kidung
Rumeksa Ing Wengi di atas sangatlah jelas dan lugas, sebenarnya inti laku
pembacaan kidung tersebut adalah agar senantiasa mendekatkan diri
kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga terhindar dari kutukan dan
malapetaka yang lebih dahsyat. Dengan demikian dituntut untuk
senantiasa berbakti, beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Adapun fungsi dari kidung secara eksplisit tersurat dalam kalimat kidung
itu, diantaranya yaitu: penyembuh segala macam penyakit, pembebas
pageblug, mempercepat jodoh bagi perawan tua, penolak bala’ yang
datang di malam hari, sepeti teluh, santet, hama dan pencuri, menang
dalam perang, memperlancar cita-cita luhur dan mulia.48
Semuanya itu harus didasari dengan keimanan, karena orang yang
teguh kepercayaannya, kokoh itikatnya, matang tauhidnya, tidak akan
terkena sihir atau tenung atau modhong. Dia ikhlas karena Allah,
menyerahkan diri sepenuh hati akan segala nasibnya kepada Tuhan, di
samping berusaha keras memenuhi segala syarat-syaratnya. Kecuali itu dia
percaya dan yakin bahwa segalanya akan kembali kepada-Nya. Maka
segala puja dan puji hanya teruntuk kepada-Nya. Berlindung diri kepada-
46
Achmad Chodjim, loc. cit., hlm.29
47
R.Wiryapanitra, op. cit., hlm. 39-41
48
M. Heriwijaya, loc. cit., hlm.45, dan http://www.jawapalace.org/kidungpurwajati.html
56

Nya, beriman hanya kepada-Nya, berserah diri kepada-Nya, dan tidak ada
sesuatu yang menyekutui-Nya.49

49
Umar Hasyim, Syetan Sebagai Tertuduh Dalam Masalah Sihir, Tahayul, Pedukunan dan
Azimat, PT Bina Ilmu, Surabaya, 1991, hlm.182

Anda mungkin juga menyukai