1
Ridin Sofwan, “Dampak Metode Para Wali Mengislamkan Tanah Jawa”, dalam Ridin
Sofwan dkk, Jurnal Jarlit Dewa Ruci, Nomor 3, 2000, hlm.2
33
halnya Wali Sanga, mereka dapat dengan lebih mudah memasukkan Islam
karena agama tersebut tidak dibawanya dalam bungkus Arab, namun dalam
racikan dan kemasan yang bercita rasa Jawa. Artinya masyarakat diberi
“bingkisan” yang dibungkus budaya Jawa namun isinya Islam.2 Dan masih
banyak lagi upaya mengambil unsur-unsur budaya lama dengan memasukkan
nilai-nilai Islam yang dalam hal ini nilai-nilai iman, misalnya seperti yang
dilakukan oleh Sunan Kalijaga dengan “Kidung Rumeksa Ing Wengi”.
Ridin Sofwan mengutip ungkapan Katsumiko Seino tentang cara-cara
yang digunakan oleh para wali dalam menghadapi budaya lama yaitu sebagai
berikut:
1. Menjaga, memelihara (keeping) upacara-upacara, tradisi-tradisi lama
contoh menerima upacara tingkeban, mitoni
2. Menambah (addition) upacara-upacara, tradisi-tradisi lama dengan tradisi
baru, contoh menambah perkawinan Jawa dengan akad nikah secara Islam.
3. Menginterpretasikan tradisi lama ke arah pengertian yang baru atau
menambah fungsi baru (modification) terhadap budaya lama, contoh
wayang di samping sebagai sarana hiburan juga sebagi sarana pendidikan.
4. Menurunkan tingkatan status atau kondisi sesuatu (devalution) dari budaya
lama ; contoh status dewa dalam wayang diturunkan derajatnya dan
diganti dengan Allah.
5. Mengganti (exchange) sebagian unsur lama dalam suatu tradisi dengan
unsur baru, contoh selamatan atau kenduren motifasinya diganti.
6. Mengganti secara keseluruhan (subtitution) tradisi lama dengan tradisi
baru, contoh sembahyang di kuil diganti sembahyang di masjid sehingga
tidak ada unsur pengaruh Hindu di masjid.
7. Menciptakan tradisi, upacara baru (creation of new ritual) dengan
menggunakan unsur lama, contoh menciptakan gamelan dan upacara
sekaten.
2
Marwanto, Islam dan Demistifikasi Simbol Budaya, http://www.giocities.com/
Aegean/3922/opini.htm
34
3
Op. Cit., hlm. 4
4
Hj. Siti Munawaroh Thowaf, Aspek Theologi Islam Dalam Pewayangan, Siti
Munawaroh Thowaf, dkk., Jurnal Theologia, Nomor 15, 1992, hlm. 22-23
5
Dr. Purwadi, Sejarah Sunan Kalijaga Sintesis Ajaran Wali Sanga Vs Syeh Siti Jenar,
Persada, Yogyakarta, 2003, hlm. 150
35
Sunan Kalijaga adalah profil tokoh agama yang sekaligus budayawan yang
kreatif, hampir seluruh hidupnya dipenuhi perjuangan untuk kepentingan umat.
Salah satu usahanya dibidang kebudayaan adalah pelestarian wayang kulit,
kerawitan, sastra Jawa dan adat tradisi. Bahkan tanpa terasa dengan wayang kulit,
gending sekaten dan lagu Ilir-Ilir dapat dijadikan sebagai sarana dakwah
penyebaran agama Islam. Sebabnya tidak lain karena Sunan Kalijaga mampu
mengolah dan memberi bumbu penarik bagi masa yang dihadapinya.7
6
Umar Hasyim, Sunan Kalijaga, Menara Kudus, Kudus, tt, hlm. Pendahuluan
7
Imam Anom, Suluk Linglung Sunan Kalijaga, Balai Pustaka, Jakarta, 1984, hlm. ix
8
Suwardi Endraswara, Mistik Kejawen Sinkretisme, Simbolisme dan Sufisme Dalam Budaya
Spiritual Jawa, Narasi, Yogyakarta, 2003, hlm. 102-103
36
12
Dr. Purwadi, op. cit., hlm. 150
13
Achmad Chodjim, Mistik dan Ma’rifat Sunan Kalijaga, Serambi Ilmu Semesta, Jakarta,
2003,hlm.32-52.
Lihat,R.Wiryopanitra, Serat Kidungan Kawedar, DEPDIKBUD,Jakarta:1979,hlm.7.
Hasil wawancara dengan Raden Muhammad Sudiyoko (79) tahun, ahli waris Sunan
Kalijaga, Kadilangu, Demak
Kidung Sunan Kalijaga http://www.minggupagi.com/article.php?sid=1360.
Kidung Dandang Gula, Tolak Balak, Jum’at,8 Agustus 2003 14:42.
http://www.astaga.com/komentar/index.p hp?act=view&id=71906&cat-403&start,
M. Heriwijaya, Islam Kejawen: Sejarah, Anyaman Mistik dan Simbolisme Jawa,
(Yogyakarta: Gelombang Pasang, 2004), hlm. 44,
Kangdjeng Susuhunan Kalidjaga, Kidungan Pepak Djangkep, (Sala: S. Muliya t.th), hlm.
3-4
38
14
Sunan Kalijaga, http//:www.jawapalace.org/sunankalijogo.html
15
Ibid.
39
pertama sampai ke bait kelima.19 Berbeda lagi dengan Dr. Purwadi yang
mengatakan bahwa bait kidung yang biasa dilantunkan oleh orang Jawa
adalah bait pertama sampai pada bait ke delapan.20 Sedangkan menurut
penelitian penulis sendiri bahwa yang di dalam makna Kidung Rumeksa
Ing Wengi itu tidak berhenti pada bait ke lima atau kedelapan saja
melainkan sampai pada bait ke sembilan karena pada bait kesepuluh
awalan baitnya dimulai dengan “Ana kidung reke Ki Hartati” yang berarti
bahwa “Ada lagu Pujian yang bernama Ki Hartati”. Adapun lirik kidung
tersebut adalah sebagai berikut:
19
Achmad Chodjim, op. cit., hlm. 32 - 34
20
Dr. Purwadi, loc, cit, hlm. 250 - 253
41
Terjemahannya:
Ada nyanyian yang menjaga di malam hari. Kukuh selamat
terbebas dari penyakit. Terbebas dari semua malapetaka. Jin setan
jahat pun tidak ada yang berani. Juga berbuat jahat. Guna-guna pun
tak ada yang berani. Api dan juga air. Pencuri pun jauh tak ada yang
menuju padaku. Guna-guna sakti pun lenyap.
Semua penyakitpun bersama-sama kembali, Barbagai hama
sama-sama habis, Dipandang dengan kasih sayang, Semua senjata
lenyap, Seperti katuk jatuhnya besi, Semua racun menjadi hambar,
Binatang buas jinak, Kayu ajaib dan tanah angker, Lubang landak
rumah manusia tanah miring, Dan tempat merak berkipu.
Tempat tinggal semua badak, Walaupun arca dan lautan
kering, Pada akhirnya semua selamat, Semuanya sejahtera, Dikelilingi
bidadari, Dijaga oleh Malaikat, Semua rasul menyatu menjadi
berbadan tunggal, Hati Adam, otakku Baginda Sis, Bibirku Musa
Napasku Nabi Isa as, Nabi Yakub mataku, Yusuf wajahku, Nabi
Daud suaraku, Nabi Sulaiman kasaktianku, Nabi Ibrahim nyawaku,
Idris di rambutku, Baginda Ali kulitku, Abu Bakar darah, daging
Umar, balung baginda Usman.
21
Kangdjeng Susuhunan Kalidjaga, Kidungan Pepak Djangkep, S. Muliya, Surakarta, t.th,
hlm. 3-4
43
Kidung ini terdiri atas sembilan bait yang disertai laku dan fungsi
pragmatisnya secara spesifik. Dan dibagi atas dua bagian, bagian pertama,
terdiri lima bait yang wajib diamalkan setiap malam, kedua, terdiri empat
bait berupa petunjuk yang menyertai laku dan wajib dilaksanakan oleh
setiap orang yang mengamalkannya.23
Adapun makna dari kidung atau sabda suci yang dimaksudkan
untuk menjaga diri di malam hari. Karena malam hari merupakan
“sumber” berbagai macam kejahatan. Walaupun siang hari tidak jauh
beda, namun malam hari lebih banyak lagi, karena malam hari kejahatan
tidak dilakukan secara tidak terang-terangan. Pada bait pertama, berisi
ajaran tentang perlindungan dari dari berbagai kejahatan yang bisa
dilakukan di malam hari. Bukan hanya kejahatan dari hasil perbuatan jahat
orang atau pencuri, tetapi juga kejahatan ghaib seperti sihir, teluh, tuju,
22
M. Heriwijaya, Islam Kejawen : Sejarah, Anyaman Mistik dan Simbolisme Jawa,
Gelombang Pasang, Yogyakarta, 2004, hlm. 48-50
23
Ibid, hlm. 45
44
24
Achmad Chodjim, lok. cit, hlm. 37
25
R. Wiryapanitra, Serat Kidungan Kawedhar, Effhar dan Dahara Prize, Semarang, 1995,
cet. I, hlm.9
26
Achmad Codjim, op. cit., hlm. 50
45
27
R. Wiryapanitra, T.W.K. Hadisoeprapto dan Siswoyo, Serat Kidungan Kawedhar,
Departemen P dan K, Jakarta, 1979, hlm. 12
46
Chodjim, bahwa para dewa merupakan anak cucu dari Nabi Sis. Dan hasil
cipta hening dari para dewa itu berwujud kesurgaan, suatu tempat surgawi
yang ada di dalam metafisik, yang disebut swargaloka.28
Nabi Musa dinyatakan sebagai pangucapan dalam kidung. Dia
diyakini sebagai seorang Nabi yang bercakap-cakap secara langsung
dengan Allah. Nabi yang ucapannya dipercaya penuh oleh kaumnya.
Sehingga mampu melepaskan Bani Israel dari kekuasaan Fir’aun. Maka
dalam Kidung Rumeksa Ing Wengi ini, daya Nabi Musa diyakini sebagai
ucapan pembaca kidung. Yaitu ucapan yang mengandung daya dan
kekuatan yang sangat luar biasa.29
Maksud dari penempatan Nabi Musa sebagai pengucapan adalah
pengharapan terhadap apa yang dirapalkan. Ketika sang pembaca doa
menyebut semua penyakit, hama dan petaka tidak mengena, maka apa
yang diucapkan itu benar-benar menjadi kenyataan. Dalam agama hal ini
disebut wasilah, perantaraan. Jembatan yang dilakui pembaca dalam
berhubungan dengan Tuhan. Dalam kidung ini termuat dengan tegas
bahwa semua Nabi itu merupakan Nabinya orang Islam.30
Bait yang keempat, napasku Nabi Isa linuwih artinya napas itu
menjadi ikatan badan dan apa bila mampu memusatkan gerak napas yang
berasal dari dalam atau luar, sesungguhnya dapat menimbulkan kenyataan
kehendak yang sungguh terhormat. Yang demikian itu diumpamakan
seperti halnya Nabi Isa yang juga menjadi pengikat agama. Nabi Yakub
pamiyar saningwang, Nabi Yakub adalah seorang Nabi yang tetap
pengabdiannya kepada Allah, serta selalu suka mendengarkan firasat
perintah Allah, maka diibaratkan pendengaran , agar paling tidak juga
mau mendengar-dengarkan (mendakwahkan) ajaran yang baik, atau firasat
dari Tuhan. Dawud swaraku mangke, Nabi Dawud dihadirkan karena
beliau telah deberi karunia oleh Allah yaitu Allah mengutusnya sebagai
Nabi dan rasul mengurniainya nikmah, kesempurnaan ilmu, ketelitian
28
Achmad Chodjim, op. cit, hlm. 51
29
Ibid, hlm. 52
30
Ibid,. hlm. 52
47
31
Kisah Para Nabi, http://www.dzikir.org/b_ceri16.htm
48
pembuka kegaiban. Jadi wajah ini menjadi tirai gaib yang hebat atau
32
titipan Tuhan.
Nabi Sulaiman kasekten mami, Nabi Sulaiman yang telah berkuasa
penuh atas kerajaan Bani Isra'il yang makin meluas dan melebar, Allah
telah menundukkan baginya makhluk-makhluk lain, yaitu Jin Angin dan
burung-burung yang kesemuanya berada di bawah perintahnya melakukan
apa yang dikehendakinya dan melaksanakan segala komandonya. Di
samping itu Allah memberinya pula suatu kurnia berupa mengalirnya
cairan tembaga dari bawah tanah untuk dimanfaatkannya bagi karya
pembangunan gedung-gedung, perbuatan piring-piring sebesar kolam air,
periuk-periuk yang tetap berada diatas tungku yang dikerjakan oleh
pasukan Jin-Nya. Sebagai salah satu mukjizat yang diberikan oleh Allah
kepada Sulaiman ialah kesanggupan beliau menangkap maksud yang
terkandung dalam suara binatang-binatang dan sebaliknya binatang-
binatang 33 dapat pula mengerti apa yang ia perintahkan dan ucapkan.
Idris ing rambutku, Karena rambut sebagai pelindung kepala dan
sekaligus sebagai mahkota. Dalam Al-Qur’an nama Idris hanya disebut
dua kali, yaitu Q.S. Maryam: 56 dan al-Anbiya’ :85. Dalam ayat-ayat
tersebut, Idris digolongkan sebagai Nabi yang shiddiq, dan sabar. Shiddiq
ialah orang yang senantiasa berbuat kebenaran dan ucapannya setulus
hatinya. Orang yang shiddiq merupakan orang yang mampu dalam praktik,
dan bukan hanya ngomong atau pandai dalam hal teori. Sedangkan orang
yang sabar dapat dipahami sebagai orang yang mampu mengendalikan
hawa nafsunya, menahan diri dari berbaga godaan, dan mengikuti prosedur
yang benar dalam meniti hidupnya. Daya Nabi Idris dihadirkan pada
rambut agar daya shiddiq dan kesabarannya bisa menjadi peneduh dan
juga pelindung dari berbagai terpaan godaan dan bencana dalam
kehidupan.34
32
R Wiryapanitra, loc cit, hlm.19
33
Kisah Nabi Sulaiman, http://www.dzikir.org/b_ceri17.htm
34
Achmad Chodjim, op, cit., hlm.60
49
Nabi Idris adalah keturunan keenam dari Nabi Adam putera dari
Yarid bin Mihla'iel bin Qinan bin Anusy bin Syith bin Adam A.S. dan
adalah keturunan pertama yang dikurniai keNabian menjadi Nabi setelah
Adam dan Syith. Nabi Idris menurut sementara riwayat bermukim di
Mesir di mana ia berdakwah untuk agama Allah s.w.t. mengajarkan tauhid
dan beribadat menyembah Allah s.w.t. serta memberi beberapa pendoman
hidup bagi pengikut-pengikutnya agar menyelamat diri dari seksaan
diakhirat dan kehancuran serta kebinasaan di dunia. Ia hidup sampai usia
82 tahun.
Diantara beberapa nasihat dan kata-kata mutiaranya ialah :
1. Kesabaran yang disertai iman kepada Allah s.w.t. membawa
kemenangan
2. Orang yang bahagia ialah orang yang berwaspada dan mengharapkan
syafaat dari Tuhannya dengan amal-amal solehnya.
3. Bila kamu memohon sesuatu kepada Allah s.w.t. dan berdoa maka
ikhlaskanlah niatmu demikian pula puasa dan sholatmu
4. Janganlah bersumpah dalam keadaan kamu berdusta dan janganlah
menuntup sumpah dari orang yang berdusta agar kamu tidak
menyekutui mereka dalam dosa.
5. Taatlah kepada raja-rajamu dan tunduklah kepada pembesar-
pembesarmu serta penuhilah selalu mulut-mulutmu dengan ucapan
syukur dan puji kepada Allah s.w.t.
6. Anganlah iri hati kepada orang-orang yang baik nasibnya, kerana
mereka tidak akan banyak dan lama menikmati kebaikan nasibnya.
7. Barang siapa melampaui kesederhanaan tidak sesuatu pun akan
memuaskannya.
8. Tanpa membagi-bagikan nikmat yang diperolehnya seorang tidak
dapat bersyukur kepada Allah s.w.t. atas nikmat-nikmat yang
diperolehinya itu.35
35
Peradaban Masa Ali bin Abi Thalib, http://tanbihul_ghafilin.tripod.com/himpunankisah
paraNabi1.htm
50
36
Ibid., hlm. 61
37
Peradaban Masa Ali bin Abi Thalib, op. cit.
51
sahabat empat adalah merupakan kulit, darah, daging dan tulang bagi
kebangn umat yang baru pada masa itu. Yaitu umat Islam. Maka daya ke
empat sahabat itu dihadirkan dalam kekuatan doa untuk keselamatan lahir
dan batin bagi pembacanya.
Abu Bakar getih, mengapa ini dihadirkan dalam kidung tersebut,
karena jika lihat sejarah dari sayidina Abu Abu Bakar As-Siddiq adalah
sifat rendah dirinya. Semasa beliau diangkat menjadi khalifah, beliau telah
memberi ucapan kepada umat Islam. Dengan segala rendah hati beliau
mengatakan bahwa beliau bukanlah yang terbaik di kalangan umat Islam.
Beliau juga memiliki sifat tawadhuk dan ini yang seharusnya dimiliki oleh
setiap manusia, dan kepribadian Abu Bakar sebelum menjadi khalifah ia
selalu membantu seorang wanita tua yang menjadi tetangganya, yaitu
membantu memberi makan unta-unta serata memerah susunya.38
Balung Baginda Utsman, karena beliau sebagai tulang penggung
Islam pada masa itu. Adapun tanda kebesaran beliau adalah beliau telah
menumpas pemberontakan yang terjadi di beberapa negeri yang telah
masuk di bawah kekuasaan Islam pada zaman Kholifah Umar, seperti
mengamankan Azerbaijan dan Armenia, kemudian melanjutkan perluasan
ke daerah-daerah yang sempat terhenti pada masa pemerintahan Umar.
Pembentukan Armada Laut yang kuat. Panglima Muawiyah bin
Abi Sofyan berulangkali mengajukan permohonan kepada Khalifah Umar
untuk menggerakkan pasukan Islam di laut. Akan tetapi, Umar selalu
menolak. Hingga Muawiyah menjadi Gubernur Syam pun jawabannya
tetap sama. Salah satu alasan Umar menolak adalah untuk memperkuat
basis pertahanan pada daerah taklukan. Dan negeri-negeri tersebut hanya
berada di daratan. Akhirnya niat baik Muawiyah, dapat terealisasikan pada
masa Utsman bin Affan. Mengingat kuatnya sektor pertahanan Roma
terutama di lautan. Melalui lautan inilah, imperium Roma banyak
menaklukkan negeri-negeri sekitar.
38
Abu Bakar Assyidiq, http://www.muis.gov.sg/websites/khutbah/ser-m-250820.html
52
39
Sofyan Wijananto, Peradaban Masa Utsman bin Affan, http://kitamuslimfren.tripod.com/
artikel.htm
40
Ustaz Syed Hasan Alatas, Siti Fatimah Azzahra, http://www.shiar-islam.com/doc32.htm
41
Achmad Chodjim, loc. cit., hlm. 62
53
dinamkan lagu pujian itu merupakan kiasan dari Sang Guru Sejati, karena
itu daya kewibawaannya juga diambilkan dari kekuasaan Sang Guru Sejati
juga, sehingga yang diperlukan adalah keselarasan dan penyesuaian
dengan Sang Guru Sejati, supaya dapat meminjam daya kewibawaan-Nya
itu.44
Sedangkan maksud dari bait ke tujuh, adalah memberikan
pengetahuan pada anak muda, jika ada yang didenda oleh negara / orang
yang dihukum denda. Serta orang yang tersangkut urusan polisi dan orang
yang terlalu banyak mempunyai pinjaman tetapi kesulitan untuk
membayar, hendaknya segeralah membaca kitab lagu pujian itu, artinya
yang dibacakan hanyalah lagu pujian yang terdapat pada lagu nomor satu,
tapi jika orang yang berilmu, lebih diutamakan memuji kebesaran Sang
Guru Sejati (Allah). Sedang waktu membacanya di malam hari dengan
nada yang lirih sebanyak dua puluh lima kali, dapat terbebas itu tentunya
dengan daya upaya juga dan telah dianugrahi berkah oleh Allah. Gusti
Allah membayar hutangnya itu tetapi dengan perantara orang lain, dan jika
seseorang terkena sakit maka akan sembuh yang jelas kesembuhannya itu,
sebenarnya harus dengan cara pengobatan, tetapi obatnya itu telah
mendapatkan berkah.45
Bait yang ke delapan, Sunan kalijaga menganjurkan orang-orang
yang hendak berdoa untuk melakukan puasa mutih. Yaitu, mengurangi
makan, dan yang dimakan hanya nasi putih atau ubi-ubian yang tawar
rasanya. Dan minumnya pun cukup air tawar. Tidak ada asin dan manis
dalam makanan dan minuman, puasa ini dilakukan setahun sekali selama
40 hari sudah cukup untuk menurunkan emosi dan dorongan hawa nafsu.
Jika pada waktu puasa usahakan bangun pada dini hari, setiap perbuatan
tampakkan dengan sikap sabar dan pasrah, apa bila ini dilakukan dengan
sungguh-sunguh dapat dikabulkan oleh Allah, dapat tercapai apa yang
dicita-citakan, serta dapat digunakan untuk menolong kepada segala
44
R.Wiryapanitra, loc.cit., hlm. 19-20
45
Ibid, hlm.20-21
55
kesulitan sanak kerabat, anak cucu, dan sebagainya. Yang demikian itu
karena mendapat berkat dari puasa yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga.46
Bait ke sembilan, artinya adalah bila ingin selamat dalam menanam
padi, maka berpuasalah satu hari satu malam, kemudian kitarilah pematang
sawah yang akan ditanam padi sambil membacakan doa Kidung Rumeksa
Ing Wengi ini terutama pada bait pertama. Semua hama akan menjadi
takut dan tidak akan menyerang tanaman padi. Apa bila kamu akan
berangkat perang melaksanakan tugas negara, lafalkanlah doa ini saat
memegang nasi, lalu kunyah dan telan sampai tiga kali puluan (suapan).
Musuh akan merasa ngeri, pergi tidak ada yang akan melawan dan
akhirnya tidak menjadi perang dan akhirnya semua selamat.47
Dari berbagai penjelasan tentang arti atau maksud dari Kidung
Rumeksa Ing Wengi di atas sangatlah jelas dan lugas, sebenarnya inti laku
pembacaan kidung tersebut adalah agar senantiasa mendekatkan diri
kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga terhindar dari kutukan dan
malapetaka yang lebih dahsyat. Dengan demikian dituntut untuk
senantiasa berbakti, beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Adapun fungsi dari kidung secara eksplisit tersurat dalam kalimat kidung
itu, diantaranya yaitu: penyembuh segala macam penyakit, pembebas
pageblug, mempercepat jodoh bagi perawan tua, penolak bala’ yang
datang di malam hari, sepeti teluh, santet, hama dan pencuri, menang
dalam perang, memperlancar cita-cita luhur dan mulia.48
Semuanya itu harus didasari dengan keimanan, karena orang yang
teguh kepercayaannya, kokoh itikatnya, matang tauhidnya, tidak akan
terkena sihir atau tenung atau modhong. Dia ikhlas karena Allah,
menyerahkan diri sepenuh hati akan segala nasibnya kepada Tuhan, di
samping berusaha keras memenuhi segala syarat-syaratnya. Kecuali itu dia
percaya dan yakin bahwa segalanya akan kembali kepada-Nya. Maka
segala puja dan puji hanya teruntuk kepada-Nya. Berlindung diri kepada-
46
Achmad Chodjim, loc. cit., hlm.29
47
R.Wiryapanitra, op. cit., hlm. 39-41
48
M. Heriwijaya, loc. cit., hlm.45, dan http://www.jawapalace.org/kidungpurwajati.html
56
Nya, beriman hanya kepada-Nya, berserah diri kepada-Nya, dan tidak ada
sesuatu yang menyekutui-Nya.49
49
Umar Hasyim, Syetan Sebagai Tertuduh Dalam Masalah Sihir, Tahayul, Pedukunan dan
Azimat, PT Bina Ilmu, Surabaya, 1991, hlm.182