Disusun Oleh:
1. Illodafinre Al Bachri
2. Rio Febryanto
3. Harits
SMK PANJATEK
TAHUN PELAJARAN 2023/2024
A. Latar Belakang
Wali adalah sekelompok manusia pilihan Allah SWT, yang di beri perintah
untuk membawa umat ke jalan yang benar dan di ridhoi oleh Allah SWT. Sunan
Drajat yang dikenal juga sebagai Syech Siti Jenar, lahir di Tuban, Jawa Timur,
Pada abad ke 15. Beliau adalah salah satu tokoh kunci dalam penyebaran agama
Islam di Indonesia, terutama di tanah Jawa. Sunan Drajat termasuk salah satu dari
Wali Songo, Sembilan tokoh ulama yang berperan besardalam membentuk
Masyarakat Islam di wilayah ini.
B. Tujuan Pembahasan
1. Untuk memenuhi tugas makalah.
2. Mengetahui biografi sunan drajat
3. Untuk mengetahui Sejarah perjuangan dari sunan drajat.
BAB II
PEMBAHASAN
Salah satu kontribusi Sunan Drajat adalah upayanya dalam penyebaran islam
melaluiu pendekatan yang inklusif. Beliau dikenal sebagai tokoh yang mampu
menyatukan ajaran Islam dengan budaya local, membangun jembatan antara Islam
dan Masyarakat Jawa. Meskipun metodenya kontroversial, Sunan Drajat dianggap
sebagai pemersatu dan pemimpin spiritual.
Selain itu, Sunan Drajat juga dikenal dengan karya-karyanya, seperti puisi-
puisi yang mengandung nilai-nilai kebijaksanaan dan spiritualitas tinggi,
Pengaruh Suna Drajat dapat terlihat dalam berbagai aspek kehuidupan masyarakat
Jawa, dari segi tradisional hingga tata nilai sosial.
Ada pula yang mengatakan bahwa nama Kalijaga ini berasal dari bahasacina,
yaitu nama Mas Said (nama kecilnya) berasal dari kata “Oei Sam Ik”,kemudian
diucapkan menurut lidah Jawa menjadi Said, atau R.M Syahid yang kemudian
bergelar dengan sebutan Sunan Kalijaga.
Menurut cerita, dinamakan Kalijaga juga karena dia bertapa di Sungai sampai
semak belukar tumbuh merambati badannya. Kalijaga artinya menjagakali,
berasal dari kata-kata kali yang berarti air yang mengalir, dan kata jaga yang
berarti menjaga. Jadi berarti orang yang menjaga semua aliran atau kepercayaan
yang hidup di dalam masyarakat. Selain Mas Said (R.M. Syahid) dan Kalijaga, ia
juga mempunyai nama Brandal Lokajaya, Syeikh Malaya, pangeran Tuban, dan
Raden Abdurrahman.
Tentang silsilah Sunan Kalijaga ini pun ada perbedaan, karena memang tidak
ada catatan resmi dan bahan sejarah berupa naskah yang dapat dijadikan
pegangan. Ada yang mengatakan bahwa Sunan Kalijaga itu dari keturunan bangsa
Cina, Arab atau dari keturunan Jawa asli.
B. SEJARAH PERJUANGAN SUNAN KALIJAGA
Menurut sumber naskah Sejarah yang manapun Sunan Kalijaga disebut
sebagai salah satu Waliyullah yang terasuk dalam Walisanga. Kedudukannya
sebagai seorang Wali, menurut Babad Majapahit dan para Wali, dikukuhkan
dihadapan Sunan Giri yang dianggap sebagai ketua para Wali di Jawa. Dengan
demikian, penetapan sebagai Wali itu sesuai dengan ramalan semula semenjak
Sunan Bonang di utus oleh ayahnya, Sunan Ampel Denta untuk mencari dan
mempertobatkan Sunan Kalijaga sebagai upaya mempercepat proses kearah
kedudukannya sebagai wali.
Kasus lain juga bersamaan para wali yang lain adalah upaya memberantas
ajaran aqidah yang tidak benar ataupun sesat yakni, ajaran phanteisme yang
disebarkan oleh salah seorang yang sebenarnya semula termasuk dalam kelompok
Wali yaitu Syekh Siti Jenar. Dalam serat kandaning ringgit purwa maupun babad
tanah jawi dituturkan bahwa Syekh Siti Jenar dihukum mati dihadapan sidang
pengadilan para wali, termasuk Sunan Kalijaga. Hukum itu dijatuhkan kepada
Syekh Siti Jenar oleh karena pengakuannya bahwa dirinya adalah Allah. Ajaran
tentang ketuhanan yang bersifat phanteisme dipandang sangat membahayakan
karena mengakibatkan masyarakat Islam ketika itu meninggalkan syara. Paham
itu disebut juga paham Wahdatul wujud manunggaling kawula Gusti.
Dengan kasus hukumam mati terhadap Syekh Siti Jenar tersebut, Sunan
kalijaga bersama wali lainnya tidak kompromi dengan keyakinan yang memang
sangat membahayakan, meskipun pendekatan yang dipakai para wali dalam
berdakwah juga dengan menggunakan pendekatan sufistik, tetapi sufisme yang
dianut oleh Kalijaga bukanlah sufisme yang beraliran phanteisme, tetapi sufisme
yang tetap menganut Aqidah Ahlussunnah Waljamaah.
Sikap seperti itu terlihat pada berbagai karyanya yang kalu dilihat dari kaca
mata kebudayaan cenderung mengarah pada akulturasi antara kebudayaan lama
dengan kebudayaan yang baru, hasil kreasinya kearah yang lebih islami.
Sementara itu, kalau dilihat dari segi aqidah Sunan Kalijaga cenderung pada
sinkretisme. Sebagai contoh pendirian seperti itu tampak salah satunya pada
penciptaan lambang gambar bulus di Mihrab Masjid Agung Demak yang bisa
dipandang sebagai hasil karyanya, sebagaimana ide pembuatan soko tatal. Bulus
adalah binatang yang hidup di dua alam di daratan dan di air, dan menurut
masyarakat Islam hukumnya haram, tetapi mengapa ditempatkan pada mihrab
Masjid yang justru tempat suci bagi orang islam. Ternyata itu juga merupakan
suatu bentuk kebijaksanaan berdakwah ketika itu dimana pemeluk agama lama
diingatkan bahwa didalam Masjid juga ada suatu lambang kesucian dan
keabadian, sebagaimana kepercayaan agama lama (budha) memandang bulus
sebagai binatang suci. Hanya saja kesucian dan keabadian dalam islam diperoleh
dengan cara melaksanakan shalat berbakti kepada Allah yang Maha Esa, biar
hidup abadi di alam Baqa nanti dengan bahagia.
Dalam media dakwah yang lain juga tampak sikap Sunan Kalijaga yang
demikian itu, baik dalam penciptaan, seni pakaian, seni suara, seni ukir, seni
gamelan , termasuk juga kesenian wayang. Bahkan terhadap kesenian wayang ini
Sunan Kalijaga dipandamg sebagai tokoh yang telah menghasilkan kreasi baru,
yaitu dengan adanya wayang kulit dengan segala perangkan gamelannya. Wayang
kulit ini merupakan pengembangan baru dari Wayang Beber yang memang sudah
ada sejak Zaman Erlangga. Di antara Wayang ciptaan Sunan Kalijaga bersama
Sunan Bonang dan Sunan Giri adalah Wayang punah kawan pandawa yang terdiri
dari Semar, Petruk, Gareng dan Bagong.
Agama islam. Mengamalkan Rukun islam yang ke-5 walaupun baru Syariat
namanya tetapi bagi orang yang baru mendengar sudah merasa berat. Kalau
dipaksa harus mengamalkan seluruhnya, malah menyebabkan orang itu enggan
masuk Islam. Oleh karena itu seyogyanya dimulai dengan membaca kalimat
shyahadat dulu, asal sudah mau mengucapkan dan disertai dengan rasa Ikhlas hati,
sudah bisa dinamakan masuk Islam.
Adapun tata cara ayang menjadi kepercayaan Agama lama yang harus dirubah
menurut Sunan Kalijaga ada 3 hal:
a. Bab Samadi, sebagai puji mengheningkan cipta itu mengandung maksud
untuk mencari Sasmita dan berita batin mengenai hal-hal yang sudah lewat
dan yang akan datang, itu harus diusahakan agar berubah menjadi Sholat
wajib.
b. Bab Sesaji dan Kekutug atau membakar kemenyan, itu dengan maksud
menyajikan kebaktian kepada lelembut, yakni mahkluk-mahkluk halus yang
Ghaib seperti Jin dan Syetan agar membantu maksud serta keinginannya, dan
terutama jangan hendaknya menggoda dan menggagu raktyat setempat. Hal
ini sedikit demi sedikit harus diubah sehinga menjadi tata cara pemberian
sedekah kepada Fakir miskin, tetangga dekatnya, sanak keluarga, famili, dan
sebagainya.
c. Bab Keramaian upacara tradisi keagamaan, pemeluk Agama yang lama jika
mengadakan peralatan perkawinan, yang kaya membuat keramaian meniru
dewa yang dianutnya, misalnya:
1. Upacara atau hiasan tumbuh-tumbuhan serta kembar mayang yang diatur
sebagai Hiasan dalam upacara perkawinan. Itu yang ditiru pertamanan
pohon Kelepu Dewa Daru.
2. Suara Gamelan yang dipukul oleh para niaga itu meniru Gamelan
Lokananta dikhayangan.
3. Wanita menari sambil Sesindenan atau menyanyi menurutkan Irama
Gamelan, itu yang ditiru tarian Waranggana mengelu-elukan datangnya
para dewa.
4. Pria yang menanggapi tarian Waranggana, yang diikuti oleh yang lain-
lain yang kemudian dinamai Tayuban, itu yang ditiru adalah gerak
kedatangan para Dewa.
5. Tata cara demikian itu oleh islam, terang sekali hukumnya: Musyrik yang
berarti menduakan Tuhan dan Haram yang artinya dilarang untuk
dikerjakan. Oleh karena itu sedikit demi sedikit harus di usahakan untuk
dihilangkan. Walaupun begitu, usahanya harus disertai kebijaksanaan
sehingga dapat membuka hati rakyat banyak.
Tata cara yang ada hubungannya dengan kepercayaan agama tadi (Semadi,
sesaji, keramaian), apabila justru di gunakan alat penerangan dengan cara yang
bijaksana, artinya kekeliruan itu di luruskan dengan perlahan-lahan, maka rakyat
lekas sekali bisa mengikuti ajaran islam yang benar, misalnya upacara
memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Surakarta dan Yogyakarta dengan
keramaian sekaten, grebeg maulud, grebeg besar dan grebeg syawal.
Sunan Kalijaga adalah seorang Dalang Wayang Purwa. Ia terkenal sebagai
dalang wayang kulit yang sangat menarik. Bila Sunan Kalijaga pentas di suatu
Desa, penonton berjubel-jubel memadati halaman. Pentas wayang Sunan Kalijaga
adalah dalam rangka mendakwahkan Islam. Ia tidak pernah menarik bayaran
materi. Sebagai bayarannya ia mengajak kepada seluruh hadirin untuk
bersyahadat mengucapkan sumpah pengakuaan bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan mengakui bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah. Sunan Kalijaga
mengajak kepada seluruh masyarakat untuk mengurangi perbutan Syirik dan setia
kepada ajaran islam. Lewat sarana itulah Sunan kalijaga berhasil merata islam di
seluruh bumi Jawa. Dalam media dakwah yang lain juga tampak sikap Sunan
Kalijaga yang demikian itu, baik dalam penciptaan, seni pakaian, seni suara, seni
ukir, seni gamelan , termasuk juga kesenian wayang. Bahkan terhadap kesenian
wayang ini Sunan Kalijaga dipandang sebagai tokoh yang telah menghasilkan
kreasi baru, yaitu dengan adanya wayang kulit dengan segala perangkan
gamelannya.
Masyarakat kita bangsa Indonesia, khususnya Jawa masih gemar sekali hal
wayang itu, mulai dari dahulu hingga sekarang baik di desa maupun di kota. Oleh
karena itu wali Sanga memperhatika tersebut untuk keperluan memasukkan
dakwah islamiyah. Ketika mendalang itulah Sunan kalijaga menyisipkan ajaran-
ajaran islam. Lakon yang di mainkan tidak lagi bersumber dari kisah Ramayana
dan Mahabarata. Sunan Kalijaga mengangkat kisah-kisah karangan, dengan
wayang Sunan Kalijaga menyajikan kata-kata mutiara yang bukan saja untuk
persembahyangan, meditasi, pendidikan, pngetahuan, hiburan, tetapi juga
menyediakan pantasi untuk nyanyian, lukisan estetis dan menyajikan iajinasi
puitis untuk petua-petua religius yang mampu mempesona dan menggetarkan jiwa
manusia yang mendengarkannya. Wayang cermin bagi kehidupan manusia,
perwatakan manusia yng berbeda-beda digambarkan oleh wayang baik yang
sedang di jejer, disamping maupun dikothak.
Wayang itu sebagai media dakwah yang senantiasa dipergunakan oleh Sunan
Kalijaga dalam kesempatan dakwahnya di berbagai daerah, dan ternyata wayang
ini merupakan media yag epektif dapat mendekatkan dan menarik simpati
rakyat terhadap agama. Kemampuan Sunan Kalijaga dalam mendalang
(memainkan wayang) begitu memikat, sehingga terkenallah berbagai nama
samaran baginya di berbagai daearah. Jika beliau mendalang di daerah Pajajaran
dikenal dengan nama Ki Dalang Sidabrangti, bila beliau mendalng di Tegal
dikenal dengan nama Ki Dalang Bengkok, dan bila beliau mendalang didaerah
Purbalingga terkenal dengan nama Ki Dalang Kumendung.
Pembuatan wayang dari kulit kerbau, dimulai oleh Sunan Kalijaga pada jaman
Raden Patah, yang bertahta di Demak. Sebelumnya lukisan wayang yang
menyerupai bentuk manusia sebagaimana yang terdapat pada relief candi
panataran di daerah Blitar. Lukisan yang mirip manusia oleh sebagian ulama
dinilai bertentangan dengan Syara. Para wali, terutama Sunan kalijaga, kemudian
menyiasatinya dengan mengubah dari lukisan yang menghadap menjadi miring.
Dahulu memakai pahatan pada bagian mata, telinga, perhiasan dan lain-lainnya
wayang hanya digambar saja. Dengan mengubah bentuk dan lukisan wayang
berbeda dengan bentuk manusia sesungguhnya, akan tidak ada alasan lagi untuk
menuduh bahwa wujud wayang melanggar hukum fiqih Islam. Selain itu atas
saran para Wali Sunan Kalijaga juga membuat tokoh semar, petruk, gareng dan
bagong sebagai tokoh panakawan yang lucu. Kadangkala, ia menggunakan tokoh
bancak dan doyok.
Salah satu Wali yang terkenal bagi orang Jawa adalah Sunan Kalijaga.
Ketenaran Wali ini adalah karena ia adalah seorang Ulama yang sakti dan cerdas.
Ia juga seorang Politikus yang mengasuh para raja beberapa kerajaan Islam.
Selain itu Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai Budayawan yang santun dan
Seniman Wayang yang hebat.
Sikap masyarakat terhadap Sunan Kalijaga ialah sangat baik dan sedikit demi
sedikit mau menerima Ajaran Agama Islam, karena Sunan Kalijaga dalam
Menyebarkan ajaran Agama Islam benar-benar memahami dan mengetahui
keadaan Rakyat yang masih Kental terpengaruh kepercayaan Agama Hindu-
Budha itu maka bertindaklah beliau sesuai dengan keadaan itu, sehingga taktik
dan strategi dakwah perjuangan mengislamisasikan Nusantara itu disesuaikan pula
dengan keadaan ruang dan waktu.
Sunan Kalijaga dikenal sebagai Ulama besar dan seorang Wali yang memiliki
kharisma tersendiri diantara Wali-wali lainnya dan paling terkenal dikalangan atas
maupun dikalangan bawah, hal ini disebabkan karena Sunan Kalijaga berkeliling
dalam berdakwah, sehingga beliau dikenal sebagai Syekh Malaya, yaitu Mubaligh
yang menyiarkan Agama Islam sambil mengembara.
Caranya berdakwah sangat luwes, rakyat Jawa yang pada waktu itu masih
banyak kepercayaan lama tidak ditentang Adat istiadatnya, beliau mendekati
rakyat yang masih Awam itu dengan cara halus, bahkan dalam berpakaian beliau
tidak memakai Jubah sehingga masyarakat tidak merasa angker dan mau
menerima dengan senang hati. Diantara anggota dewan Wali, Sunan Kalijaga
merupakan Wali yang paling populer dimata masyarakat Jawa bahkan sebagian
masyarakat Jawa menganggap sebagai Guru Agung dan Suci di Tanah Jawa.
a. Bagi Islam.
Sunan Kalijaga dikenal sebagai Ulama besar dan seorang Wali yang
memiliki kharisma tersendiri diantara Wali-wali lainnya dan paling terkenal
dikalangan atas maupun dikalangan bawah, hal ini disebabkan karena Sunan
Kalijaga berkeliling dalam berdakwah, sehingga beliau dikenal sebagai Syekh
Malaya, yaitu Mubaligh yang menyiarkan Agama Islam sambil mengembara.
Walaupun Sunan Kalijaga sudah dinyatakan lulus dari ujian, dan beliau
sudah dinyatakan sebagai Wali atau bernama Sunan Kalijaga tetapi menurut
perasaan hatinya beliau belum merasa puas atas derajat yang dicapainya itu.
Beliau ingin agar tingkat kewaliannya sederajat dengan para Wali yang lain. Maka
sambil mencari ilmu lahir batin beliau mendapat tugas baru lagi dari Sunan
Bonang sebagai Ujian yang kedua..