Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

STRATEGI ISLAMISASI WALI SONGO DI INDONESIA

Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Kebudayaan
Islam

Dosen Pengampu: Waluyo Erry Wahyudi, M.Pd.I

Disusun oleh kelompok 11:

Asep Aditya Saputa (2111010404)


Vilda Wulandari (2111010150)

Kelompok 11

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah, Sang pencipta langit dan
bumi serta segala isinya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta kasih
sayang-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
Sejarah Kebudayaan Islam yang berjudul “Strategi Islamisasi Wali Songo di
Indonesia” tanpa ada halangan apapun sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Tak lupa pula shalawat dan salam penulis panjatkan kepada
Rasulullah Muhammad yang telah diutus ke bumi sebagai lentara bagi hati
manusia, Nabi yang telah membawa manusia dari zaman kebodohan menuju
zaman yang penuh dengan pengetahuan yang luar biasa seperti saat ini.
Penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, begitu juga
dengan makalah ini yang tak luput dari kekurangan. Sehingga dibutuhkan saran
dan kritik yang membangun untuk menciptakan karya yang lebih baik lagi dimasa
yang akan datang. Semoga Allah SWT menilai ibadah yang penulis kerjakan dan
senantiasa membimbing kita ke jalan yang diridhoi-Nya. Amin.

Bandar Lampung, 23 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Singkat Wali Songo................................................................................2
B. Strategi Dakwah Wali Songo................................................................................5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................6
B. Saran......................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN

iii
A. Latar Belakang
Dalam penyiaran agama Islam di Jawa, terdapat sejumlah mubaligh yang
lebih dikenal dengan sebutan wali. Mereka memiliki tugas rangkap, yaitu sebagai
mubaligh atau guru, sekaligus pemimpin masyarakat mendampingi para raja Jawa.
Para wali yang memiliki tugas rangkap tersebut berjumlah 9 orang.
Para walisongo adalah pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh
mereka terasa dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat jawa
mulai dari perniagaan, pelayaran dan perikanan, bercocok tananm dan
persawahan, pengobatan, kebudayaan, kesenian, pendidikan, kemasyarakatan,
hingga ke dalam masalah aqidah, politik, militer, hukum, dan pemerintahan di
kerajaan-kerajaan islam.
Sementara itu, para walisongo yang umum dikenal di kalangan masyarakat
adalah: (1) Maulana Malik Ibrahim, (2) Sunan Ampel, (3) Sunan Bonang, (4)
Sunan Giri, (5) Sunan Drajat, (6) Sunan Kalijaga, (7) Sunan Kudus, (8) Sunan
Muria, (9) Sunan Gunung Djati. Mereka tidak hidup pada saat yang bersamaan.
Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah
juga dalam hubungan guru dan murid.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu wali songo?
2. Bagaimana strategi dakwah wali songo?

C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui arti dari wali songo.
2. Mengetahui strategi dakwah dari wali songo.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Singkat Wali Songo

iv
Dalam penyiaran agama Islam di Jawa, terdapat sejumlah mubaligh yang
lebih dikenal dengan sebutan wali.1 Mereka memiliki tugas rangkap, yaitu sebagai
mubaligh atau guru, sekaligus pemimpin masyarakat mendampingi para raja Jawa.
Para wali yang memiliki tugas rangkap tersebut berjumlah 9 orang. Dari sinilah di
duga muncul sebutan walisanga atau sembilan wali.2 Adapun penjelasan tokoh-
tokoh walisongo adalah sebagai berikut:
1. Sunan Gresik
Syekh Maulana Malik Ibrahim berasal dari Turki merupakan putra dari
syekh Jumadil Kubra (Maulana Akbar), dia adalah seorang ahli irigasi dan tata
negara yang ulung. Syekh Maulana Malik Ibrahim datang ke pulau Jawa pada
tahun 1404 M bertepatan dengan masa kepemimpinan khalifah Turki Utsmani. Di
Gresik, beliau juga memberikan pengarahan agar tingkat kehidupan rakyat gresik
semakin meningkat. Beliau memiliki gagasan mengalirkan air dari gunung untuk
mengairi sawah dan ladang.3 Syekh Maulana Malik Ibrahim seorang wali songo
yang dianggap sebagai ayah dari wali songo. Beliau wafat di gresik pada tahun
882 H atau 1419 M.
2. Sunan Ampel
Raden Rahmat adalah putra Syekh Maulana Malik Ibrahim dari istrinya
bernama Dewi Candrawulan. Ia dilahirkan tahun 1401 M di Champa. Beliau
memulai aktivitasnya dengan mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat
dengan Surabaya. Pada awal islamisasi pulau Jawa, Sunan Ampel menginginkan
agar masyarakat menganut keyakinan yang murni. Ia tidak setuju bahwa
kebiasaan masyarakat seperti kenduri, sesaji dan sebagainya tetap hidup dalam
sistem sosio-kultural masyarakat yang telah memeluk agama Islam. Namun wali-
wali yang lain berpendapat bahwa untuk sementara semua kebiasaan tersebut
harus dibiarkan karena masyarakat sulit meninggalkannya secara serentak. Dan
beliau wafat pada tahun 1478 M dimakamkan disebelah masjid Ampel.4

1
Saifuddin Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia, Bandung, Al-Ma’rif, 1981, hal. 247.
2
Ibid, hal. 260
3
Rachmad Abdullah, Wali Songo Glora Dakwah dan Jihad ditanah Jawa, (1404-1482 M)(Solo: Al-
Wafi, 2015), hal. 80
4
Ibid, hal. 92

v
3. Sunan Bonang
Nama aslinya adalah Raden Makdum Ibrahim. Beliau Putra Sunan Ampel.
Beliau diperkirakan lahir tahun 1465 M diampel dari seorang perempuan bernama
Nyai Ageng Manila, putri seorang adipati di Tuban. Sunan Bonang terkenal
sebagai ahli ilmu kalam dan tauhid. Beliau dianggap sebagai pencipta gending
pertama dalam rangka mengembangkan ajaran Islam di pesisir utara Jawa Timur.
Sunan Bonang wafat di pulau Bawean pada tahun 1525 M.
4. Sunan Giri
Sunan Giri merupakan putra dari Maulana Ishak dan ibunya bernama
Dewi Sekardadu putra Menak Samboja. Beliau lahir di Blambangan tahun 1442
M. Nama Sunan Giri tidak bisa dilepaskan dari proses pendirian kerajaan Islam
pertama di Jawa, Demak. Ia adalah wali yang secara aktif ikut merencanakan
berdirinya negara itu serta terlibat dalam penyerangan ke Majapahit sebagai
penasihat militer.
5. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Raden Syarifudin. Ada sumber lain yang mengatakan
namanya adalah Raden Qasim, putra Sunan Ampel dengan seorang ibu bernama
Dewi Candrawati. Jadi Raden Qasim itu adalah saudaranya Raden Makdum
Ibrahim (Sunan Bonang). Oleh ayahnya yaitu Sunan Ampel, Raden Qasim diberi
tugas untuk berdakwah di daerah sebalah barat Gresik, yaitu daerah antara Gresik
dengan Tuban. Di desa Jalang itulah Raden Qasim mendirikan pesantren. Beliau
wafat pada tahun 1522 M.
6. Sunan Kalijaga
Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah
nama panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden
Abdurrahman. Ia lahir sekitar tahun 1450 M. Beliau merupakan putra Raden
Sahur putra Temanggung Wilatika Adipati Tuban. Terdapat beragam versi
menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang disandangnya.5Sunan Kalijaga

5
Kriswanto Kawarasan, “Sejarah Wali Songo Lengkap (Cerita Wali Songo)” diakses dari
https://juragansejarah.blogspot.com/2013/05/sejarah-wali-songo-lengkap-cerita-wali.html pada
tanggal 23 februari 2023 pukul 21:11

vi
menggunakan kesenian dalam rangka penyebaran Islam, antara lain dengan
wayang, sastra dan berbagai kesenian lainnya.
7. Sunan Kudus
Riwayat Sunan Kudus dikenal ketika masih bernama Raden Amir Haji
yang menikah dengan Dewi Siti Rahil binti Sunan Bonang. Seperti murid-murid
pilihan dari Sunan Ampel, Raden Amir Haji dimasukkan sebagai salah seorang
Walisongo bergelar syekh Ja’far Shidiq atau Sunan Kudus. 6 Beliau memiliki
keahlian khusus dalam bidang agama, terutama dalam ilmu fikih, tauhid, hadits,
tafsir serta logika. Karena itulah di antara walisongo hanya ia yang mendapat
julukan wali al-‘ilm (wali yang luas ilmunya), dan karena keluasan ilmunya ia
didatangi oleh banyak penuntut ilmu dari berbagai daerah di Nusantara. Sunan
Kudus wafat pada tahun 1550 M dan dimakamkan di Kudus.
8. Sunan Muria
Beliau adalah putra dari Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama
kecilnya adalah Raden Prawoto, atau ada yang menyebutnya Raden Umar Said,
atau Raden Said ibn Raden Syahid.7 Dalam berdakwah ia seperti ayahnya yaitu
menggunakan cara halus, ibarat menganbil ikan tidak sampai keruh airnya. Sunan
Muria dalam menyebarkan agama Islam. Sasaran dakwah beliau adalah para
pedagang, nelayan dan rakyat jelata. Beliau adalah satu-satunya wali yang
mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah.
9. Sunan Gunung jati
Syarif Hidayat atau yang lebih populer dikenal dalam literatur tentang
Cirebon Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung jati lahir di Makkah pada tahun
1448 M.8 Dialah pendiri dinasti Raja-raja Cirebon dan kemudian juga Banten.
Sunan Gunung Jati adalah cucu Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi. Setelah selesai
menuntut ilmu pada tahun 1470 M dia berangkat ke tanah Jawa untuk
mengamalkan ilmunya.

6
Saifuddin Zuhri, Op.cit., hal. 293
7
Solichin Salam, Sekitar Wali Sanga, hal. 56
8
Edi S. Ekadjati, Sunan Gunung jati Penyebar dan Penegak Islam di Tatar Sunda, Jakarta, Pustaka
Jaya, 2005, hal. 10-11.

vii
B. Strategi Dakwah Wali Songo
Strategi dapat diartikan sebagai tata cara dan usaha-usaha untuk menguasai
dan mendayagunakan segala sumber daya untuk mencapai tujuan. Beberapa
strategi Wali Songo dalam pelaksanaan dakwah dapat dikemukakan antara lain:
Pertama, Pembagian Wilayah Dakwah. Para Walisongo dalam melakukan
aktivitas dakwahnya antara lain sangat memperhitungkan wilayah strategis. Para
wali melihat realitas masyarakat yang masih dipengaruhi oleh budaya yang
bersumber dari ajaran Hindu dan Budha. Saat itu para Wali mengakui seni sebagai
media komunikasi yang mempunyai pengaruh besar terhadap pola pikir
masyarakat. Oleh kerana itu, seni dan budaya yang sudah berakar di tengah-
tengah masyarakat menurut mereka perlu dimodifikasi, dan akhirnya bisa
dimanfaatkan untuk kepentingan dakwah.
Kedua, sistem dakwah dilakukan dengan pengenalan ajaran Islam melalui
pendekatan persuasif yang berorientasi pada penanaman aqidah Islam yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Rangkaian penggunaan sistem
dakwah ini, misalnya ketika Raden Rahmat atau Sunan Ampel dan kawan-kawan
berdakwah kepada Adipati Aria Damar dari Palembang. Berkat keramahan dan
kebijaksanaan Raden Rahmat, akhirnya Raden Aria Damar sudi masuk Islam
bersama istrinya, yang diikuti pula oleh hampir seluruh anak negerinya.
Ketiga, berusaha menguasai kebutuhan-kebutuhan pokok yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat, baik kebutuhan yang bersifat materil maupun
spiritual. Faktor kebutuhan pokok amat vital bagi masyarakat dewasa itu adalah
menyangkut masalah air, baik air sebagai kebutuhan keluarga sehari-hari maupun
sebagai irigasi pertanian. (Ridin Sofwan, dkk, 2000: 262)

viii
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Wali Songo adalah sebuah dewan dakwah, dewan mubaligh, organisasi
ulama dalam bentuk lembaga dakwah para wali yang berjumlah sembilan. Dalam
dakwahnya para wali memiliki strategi dalam menyampaikan dakwanya kepada
orang yang berada di tanah jawa yang pertama; pembagian wilayah dakwah yang
masyarakatnya masih di pengaruhi oleh budaya hindu dan buddha. Kedua; sistem
dakwah dilakukan dengan pengenalan ajaran Islam melalui pendekatan persuasif
yang berorientasi pada penanaman aqidah Islam yang disesuaikan dengan situasi
dan kondisi yang ada. Ketiga; , berusaha menguasai kebutuhan-kebutuhan pokok
yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, baik kebutuhan yang bersifat materil
maupun spiritual.

B. Saran
Kami sebagai penulis sangat mengharapkan saran dan juga kritik dari para
pembaca, agar dapat kami jadikan pelajaran di kemudian hari. Mohon maaf
apabila ada terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini dan kepada Allah SWT.
kami mohon ampun. Terima Kasih.

9
DAFTAR PUSTAKA

Edi S. Ekadjati, Sunan Gunung jati Penyebar dan Penegak Islam di Tatar Sunda,
Jakarta, Pustaka Jaya, 2005, hal. 10-11.
Kriswanto Kawarasan, “Sejarah Wali Songo Lengkap (Cerita Wali Songo)”
diakses dari https://juragansejarah.blogspot.com/2013/05/sejarah-wali-
songo-lengkap-cerita-wali.html pada tanggal 23 februari 2023 pukul 21:11
Rachmad Abdullah, Wali Songo Glora Dakwah dan Jihad ditanah Jawa, (1404-
1482 M)(Solo: Al-Wafi, 2015), hal. 80
Saifuddin Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia,
Bandung, Al-Ma’rif, 1981, hal. 247. Ibid, hal. 260
Op.cit., hal. 293
Solichin Salam, Sekitar Wali Sanga, hal. 56

Anda mungkin juga menyukai