Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH WALI SONGO

Guna Memenuhi Tugas Remedi PABP

(Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti)

Disusun Oleh :

Rafli Maulil

XI TEI

SMK INDUSTRI MANDIRI KARAWANG

TAHUN PELAJARAN 2023


KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Walisongo ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku
umatnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Makalah Sejarah Indonesia yang berjudul Makalah Walisongo ini.
Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet
yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan
makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan
makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan Makalah Walisongo ini sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah
Walisongo ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
DAFTAR ISI
• KATA PENGANTAR
• DAFTAR ISI
• BAB I PENDAHULUAN
• A. Latar Belakang
• B. Rumusan Masalah
• BAB II PEMBAHASAN
• A. Pengertian Walisongo
• B. Nama-nama para Walisongo
• 1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
• 2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)
• 3. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
• 4. Sunan Drajat
• 5. Sunan Kudus
• 6. Sunan Giri
• 7. Sunan Kalijaga
• 8. Sunan Muria (Raden Umar Said)
• 9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
• C. Peran Walisongo di Berbagai Bidang
• 1. Peran Walisongo di Bidang Pendidikan
• 2. Peran Walisongo di Bidang Politik
• 3. Peran Walisongo di Bidang Dakwah
• BAB III PENUTUP
• A. Kesimpulan
• B. Saran

BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah
Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau
Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-
Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya
Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol
penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang
juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan
Kerajaan-kerajaan Islam di Pulau Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan
masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo
ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan dalam makalah ini adalah:

1. Apa pengertian Walisongo?


2. Siapa saja nama-nama Walisongo?
3. Bagaimana peranan Walisongo dalam berbagai bidang?

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Walisongo
Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali yang
sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam
bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari
kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi
menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat.
Pendapat lain yang mengatakan bahwa Walisongo adalah sebuah majelis
dakwah yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah). Para Walisongo adalah pembaharu
masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk
manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan,
bercocoktanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke
pemerintahan.

B. Nama-nama para Walisongo


Dari nama para Walisongo tersebut, pada umumnya terdapat 9 nama yang
dikenal sebagai anggota Walisongo yang paling terkenal, yaitu:
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad
ke14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti
pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy. Dalam cerita rakyat, ada
yang memanggilnya Kakek Bantal.
2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, ia umumnya dianggap sebagai
sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta,
Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di
Jawa.
3. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri
adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui
kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan
sebagai penggubah Suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering
dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan
memasukkan rebab dan bonang, yang sering dihubungkan dengan namanya.
Universitas Leiden menyimpan sebuah karya sastra bahasa Jawa bernama Het
Boek van Bonang atau Buku Bonang. Menurut G.W.J. Drewes, itu bukan karya
Sunan Bonang namun mungkin saja mengandung ajarannya. Sunan Bonang
diperkirakan wafat pada tahun 1525. Ia dimakamkan di daerah Tuban, Jawa
Timur.
4. Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel. Nama asli dari sunan drajat adalah
masih munat. masih munat nantinya terkenal dengan nama sunan drajat. Nama
sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan drajat terkenal juga dengan
kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-anak yatim dan
orang sakit. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri
adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada
masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan
peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam.
Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan,
bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat
Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya
terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan
wafat pada 1522.
5. Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan
Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai
Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki
peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai
panglima perang, penasihat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim
peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi
Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa
Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya
yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran
Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
6. Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri merupakan murid dari
Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan
pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik; yang selanjutnya berperan sebagai
pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke
kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri
Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
7. Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung
Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia
adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan
kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit
dan tembang suluk. Tembang Suluk lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya
dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan
menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab
binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.
8. Sunan Muria (Raden Umar Said)
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah
putra dari Sunan Kalijaga dari istrinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana
Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi
Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.
9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah
Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari
pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu
anak dari Sri Baduga Maharaja. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon
sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian
menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga
berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten,
sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.

C. Peran Walisongo di Berbagai Bidang


Dari gambaran singkat tentang perjalanan hidup dan perjuangan Walisongo
dalam menyebarkan agama Islam di daerah Jawa, khususnya dan di wilayah
nusantara pada umumnya, maka peran mereka dapat dibentuk seperti bidang
pendidikan, bidang politik dan yang paling terkenal adalah bidang dakwah dan
diklasifikasikan menjadi:
1. Peran Walisongo di Bidang Pendidikan
Peran Walisongo di bidang pendidikan terlihat dari aktivitas mereka dalam
mendirikan pesantren, sebagaimana yang dilakukan oleh Sunan Ampel, Sunan
Giri, dan Sunan Bonang. Sunan Ampel mendirikan pesantren di Ampel Denta
yang dekat dengan Surabaya yang sekaligus menjadi pusat penyebaran Islam
yang pertama di Pulau Jawa. Di tempat inilah, ia mendidik pemuda-pemudi Islam
sebagai kader, untuk kemudian disebarkan ke berbagai tempat di seluruh Pulau
Jawa. Muridnya antara lain Raden Paku (Sunan Giri), Raden Makdum Ibrahim
(Sunan Bonang), Raden Kosim Syarifuddin (Sunan Drajat), Raden Patah (yang
kemudian menjadi sultan pertama dari Kerajaan Islam Demak), Maulana Ishak,
dan banyak lagi mubalig yang mempunyai andil besar dalam islamisasi Pulau
Jawa.
Sedangkan Sunan Giri mendirikan pesantren di daerah Giri. Santrinya banyak
berasal dari golongan masyarakat ekonomi lemah. Ia mengirim juru dakwah
terdidik ke berbagai daerah di luar Pulau Jawa seperti Madura, Bawean, Kangean,
Ternate dan Tidore. Sunan Bonang memusatkan kegiatan pendidikan dan
dakwahnya melalui pesantren yang didirikan di daerah Tuban. Sunan Bonang
memberikan pendidikan Islam secara mendalam kepada Raden Fatah, putera raja
Majapahit, yang kemudian menjadi sultan pertama Demak. Catatan-catatan
pendidikan tersebut kini dikenal dengan Suluk Sunan Bonang.
2. Peran Walisongo di Bidang Politik
Pada masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di
Jawa, Walisongo mempunyai peranan yang sangat besar. Di antara mereka
menjadi penasihat Raja, bahkan ada yang menjadi raja, yaitu Sunan Gunung Jati.
Sunan Ampel sangat berpengaruh di kalangan istana Majapahit. Istrinya berasal
dari kalangan istana dan Raden Patah (putra raja Majapahit) adalah murid beliau.
Dekatnya Sunan Ampel dengan kalangan istana membuat penyebaran Islam di
daerah Jawa tidak mendapat hambatan, bahkan mendapat restu dari penguasa
kerajaan. Sunan Giri fungsinya sering dihubungkan dengan pemberi restu dalam
penobatan raja. Setiap kali muncul masalah penting yang harus diputuskan, wali
yang lain selalu menantikan keputusan dan pertimbangannya. Sunan Kalijaga
juga menjadi penasihat kesultanan Demak Bintoro.
3. Peran Walisongo di Bidang Dakwah
Sudah jelas sepertinya, peran Walisongo cukup dominan adalah di bidang
dakwah, baik dakwah melalui lisan. Sebagai mubalig, Walisongo berkeliling dari
satu daerah ke daerah lain dalam menyebarkan agama Islam. Sunan Muria dalam
upaya dakwahnya selalu mengunjungi desa-desa terpencil. Salah satu karya yang
bersejarah dari Walisongo adalah mendirikan mesjid Demak. Hampir semua
Walisongo terlibat di dalamnya. Adapun sarana yang dipergunakan dalam
dakwah berupa pesantren-pesantren yang dipimpin oleh para Walisongo dan
melalui media kesenian, seperti wayang. Mereka memanfaatkan pertunjukan-
pertunjukan tradisional sebagai media dakwah Islam, dengan membungkuskan
nafas Islam ke dalamnya. Syair dari lagu gamelan ciptaan para wali tersebut berisi
pesan tauhid, sikap menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya atau
menyembah yang lain.

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
Para sembilan Wali itu ialah Maulana Malik Ibrahim adalah yang tertua. Sunan
Ampel adalah anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan
Maulana
Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan
Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus
murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid
Sunan sIbrahim yang lebih dahulu meninggal.
Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan
abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya, Gresik, Lamongan di Jawa
Timur, Demak, Kudus, Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka
adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya.
Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru, mulai dari kesehatan,
bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga
pemerintahan. Mereka mendapat gelar susuhunan (sunan), yaitu sebagai
penasihat dan pembantu Raja. Para Wali melakukan dakwahnya dengan sangat
tekun, mereka mampu memahami kondisi masyarakat Jawa pada saat itu.

B. Saran
Dengan mengetahui sejarah singkat Walisongo, mari kita bersama-sama
meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT. Setelah mengetahui cara
Walisongo menyebarkan Islam pada umat Islam terdahulu, marilah kita juga
menyiarkan agama Islam dengan cara yang disenangi oleh masyarakat zaman
sekarang.
SEKIAN & TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai