Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM


tentang

WALI SONGO

DISUSUN OLEH:

RAHMAD ILAHI
KELAS : XII IPS

PEMBIMBING:

SUMARLIN, S.PdI, Ma

MADRASAH ALIYAH BHAKTI KERAPATAN JUJUN


TAHUN AJARAN 2016-2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang WALI SONGO.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk menambah pengentahuan penyusun.
Demi kesempurnaan makalah ini, penyusun mohon kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun.
Demikianlah makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca
semua, apabila ada kekurangan mohon maaf sebesar-besarnya.

Jujun, 11 November 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Sejarah masuknya Islam ke wilayah Nusantara sudah berlangsung
demikian lama, sebagian berpendapat bahwa Islam masuk pada abad ke7 M yang datang lansung dari Arab. Pendapat lain mengatakan bahwa
Islam masuk pada abad ke-13, dan ada juga yang berpendapat bahwa
Islam masuk pada sekitar abad ke 9 M atau 11 M . Perbedaan pendapat
tersebut dari pendekatan historis semuanya benar, hal tersebut didasar
bukti-bukti sejarah serta peneltian para sejarawan yang menggunakan
pendekatan dan metodenya masing-masing.
Berdasarakan beberapa buku dan keterangan sumber referensi sejarah,
bahwa Islam mulai berkembang di Nusantara sekitar abad 13 M. Hal
tersebut tak lepas dari peran tokoh serta ulama yang hidup pada saat itu,
dan diantara tokoh yang sangat berjasa dalam proses Islamisasi di
Nusantara terutama di tanah Jawa adalah Walisongo. Peran Walisongo
dalam proses Islamisasi di tanah Jawa sangat besar. Tokoh Walisongo yang
begitu dekat dikalangan masyarakat muslim kultural Jawa sangat mereka
hormati. Hal ini karena ajaran-ajaran dan dakwahnya yang unik serta
sosoknya yang menjadi teladan serta ramah terhadap masyarakat Jawa
sehingga dengan mudah Islam menyebar ke seluruh wilayah Nusantara
Walisongo adalah sekelompok manusia pilihan Allah swt untuk
menyebarkan agama islam dan memberi petunjuk kepada umatnya ke
jalan yang benar. Walisongo menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa
yang terbagi dari Surabaya-Gresik-Lamongan JawaTimur, Demak-KudusMuria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat. Keberhasilan Islamisasi
Jawa merupakan hasil perjuangan dan kerja keras Walisongo. Proses
Islamisasi berjalan dengan damai, baik politik maupun kultural, meskipun

terdapat konflik itupun sangat kecil sehingga tidak mengesankan sebagai


perang maupun kekerasan ataupun pemaksaan budaya. Penduduk Jawa
menganut dengan suka rela. Walisongo menerapkan metode dakwah yang
lentur atau baik sehingga dapat diterima baik oleh masyarakat jawa.
Kehadiran para Wali ditengah-tengah Pulau Jawa tidak dianggap sebagai
ancaman. Para Wali ini menyebarkan agama Islam dengan menggunakan
pendekatan budaya dengan cara akuluturasi seni budaya lokal yang
dikemas dengan Islam seperti wayang, tembang jawa, gamelan , upacaraupacara adat yang digabungkan dengan Islam dan dengan kepiawaan
para Wali menggunakan unsur-unsur lama (Hindu-Buddha) sebagai media
dakwah mereka dan sedikir demi sedikit mereka memasukan nilai-nilai
ajaran agama islam kedalam unsur dan bisa juga disebut metode ini
metode sinkretisme yang berarti pencampuradukan sebagai unsur aliran
atau paham sehingga yang bentuk abstrak yang berbeda membentuk
keserasiaan. Walisongo merupakan simbol penyebaran agama Islam di
Indonesia khususnya Pulau Jawa. Pada masa era itu didominasinya agama
Hindu Buddha dan budaya Nusantara dan kemudian yang digantikan
dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran islam di
Indonesia khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh yang lain juga berperan.
Namun peranan sangat besar yang mereka mainkan hanya tidak hanya
dalam kontek sejarah pendirian Islam di Jawa ,juga pengaruhnya begitu
besar dalam pembentukannya kebudayan masyarakat Pemikiran dan
gerakan yang dilakuakn oleh para Wali dalam pengembangan dakwah
Islam secara langsung, membuat para Sembilan Wali ini disebut
dibanding yang lain. Dalam kata lain, masing-masing tokoh peranan yang
unik dalam penyebaran agama Islam.

B.

Rumusan Masalah

1.

Dengan cara apa para Walisongo menyebarkan agama Islam ?

2.

Bagaimana peranan Walisongo dalam penyebaran agama Islam ?

3.

Strategi apa yang dilakukan para Walisongo dalam menyebarkan


Islam sampai
Nusantara ?

C.

Tujuan
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai proses perkembangan
islam di Indonesia bagi para pembaca. Disamping itu, makalah ini juga bertujuan
untuk memberikan informasi kepada para pembaca bahwa kami menjelaskan
sejarah perkembangan islam dan perkembangan pada masa yang akan datangnya.

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Arti Walisongo
Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah

wali yang sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan,
atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata
songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti
mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa
Jawa, yang berarti tempat.
Pendapat lain yang mengatakan bahwa Walisongo adalah sebuah
majelis dakwah yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana
Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah). Saat itu, majelis
dakwah Walisongo beranggotakan Maulana Malik Ibrahim sendiri, Maulana

Ishaq (Sunan Wali Lanang), Maulana Ahmad Jumadil Kubro (Sunan


Kubrawi); Maulana Muhammad Al-Maghrabi (Sunan Maghribi); Maulana
Malik Isra'il (dari Champa), Maulana Muhammad Ali Akbar, Maulana
Hasanuddin, Maulana 'Aliyuddin, dan Syekh Subakir.
Dari nama para Walisongo tersebut, pada umumnya terdapat
sembilan nama yang dikenal sebagai anggota Walisongo yang paling
terkenal, yaitu:
1.

Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim

2.

Sunan Ampel atau Raden Rahmat

3.

Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim

4.

Sunan Drajat atau Raden Qasim

5.

Sunan Kudus atau Ja'far Shadiq

6.

Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin

7.

Sunan Kalijaga atau Raden Said

8.

Sunan Muria atau Raden Umar Said

9.

Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah


Para

Walisongo

adalah

intelektual

yang

menjadi

pembaharu

masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam


bentuk

manifestasi

kesehatan,

peradaban

bercocok-tanam,

baru

masyarakat

perniagaan,

Jawa,

kebudayaan,

mulai

dari

kesenian,

kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.

B. Sejarah Singkat Walisongo


1.

Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik)


Maulana Malik Ibrahim biasa dipanggil Syekh Magribi. Malik
Ibrahim adalah wali tertua diantara walisongo yang menyiarkan
islam di Jawa Timur pastinya di Gresik.Maulana Magribi datang
kejawa pada tahun 1404 M. Beliau berasal dari desa Samarkandi di

Asia kecil. Kehadiran beliau jauh sesudah masuknya agama islam di


Jawa Timur. Hal ini dapat diketahui dari batu nisan wanita seorang
muslim yang bernama Fatihah binti Maimun yang wafat pada tahun
476 H atau 1087 M. Malik Ibrahim ahli dalam bidang pertanian dan
pengobatan yang biasa kalo sekarang orang bilang pengobatan
herbal sejak beliau di Gresik pertanian kota Gresik naik tajam dan
orang-orang yang sakit banyak disembuhkannya oleh beliau dengan
daun-daunan tertentu atau sekarang disebut obat herbal. Malik
Ibrahim menetap di Gresik dan membangun mesjid, pesantren untuk
mengajarkan agama islam kepada umatnya kepada masyarakat
hingga beliau wafat pada hari senin 12 Rabiul Awal 822 H /1419 M,
dan dimakamkan di Gapura Wetan Gresik. Pada nisannya ada tulisan
Arab yang menunjukan bahwa dia adalah seorang penyebar agama
Islam yang gigih dan cakap.

2.

Raden Rahmat (Sunan Ampel)


Sunan Ampel dilahirkan pada tahun 1401 di champs. Setelah
Syekh Maulana Ibrahim wafat maka Sunan Ampel diangkat menjadi
sesepuh Walisongo sebagai mufti atau pemimpin agama Islam.
Nama asil dari Sunan Ampel adalah Raden Rahmat. Sedangkan
sebutan Sunan merupakan gelar kewaliannya. Sunan Ampel adalah
penerus cita-cita dan perjuangan Maulana Malik Ibrahim. Ia memulai
aktivitasnya dengan mendirikan pondok pesantren di Ampel Denta,
dekat Surabaya yang sekaligus menjadi pusat penyebaran Islam
yang pertama di Jawa. Di tempat inilah dididik pemuda-pemudi Islam
sebagai anggota yang terdidik, untuk kemudian disebarkan ke
berbagai tempat di seluruh pulau Jawa. Muridnya antara lain Raden
Paku yang kemudian terkenal dengan sebutan Sunan Giri. Sunan

Ampel sangat berpengaruh di kalangan istana Majapahit, bahkan


isterinya pun berasal dari kalangan istana. Raden Fatah, putera
Prabu Brawijaya, raja Majapahit, menjadi murid beliau. Dekatnya
Sunan Ampel dengan kalangan istana membuat penyebaran Islam di
daerah kekuasaan Majapahit, khususnya di pantai utara Pulau Jawa
tidak mendapat hambatan yang berarti, bahkan mendapat restu dari
penguasa

kerajaan.Sunan

Ampel

tercatat

sebagai

perancang

kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa dengan ibukota di Bintoro. Dan


akhirnya Beliau wafat pada tahun 1478 . Dimakamkan disebelah
barat Masjid Sunan Ampel.

3.

Raden Paku (Sunan Giri)


Sunan

Giri

dilahirkan

pada

tahun

1442.

Sunan

Giri membangun Giri Kedaton sebagai pusat penyebaran agama


Islam di Jawa yang pengaruhnya sampai ke Madura, Lombok,
Kalimantan, Sulawesi dan bahkan sampai Maluku.Pengaruh Giru
terus berkembang sampai menjadi kerajaan kecil yang yang disebut
Giri Kedaton,setelah Ia wafat dimakamkan di desa Giri, Kebomas,
Gresik.

4.

Raden Maknum Ibrahim (Sunan Bonang)


Sunan Bonang dilahirkan pada tahun 1465 Raden Maulana
Makdum Ibrahim. Dia adalah Putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng
Manila. Sejak kecil Raden Makdum Ibrahim sudah diberi pelajaran
agama Islam secara tekun dan disiplin. Disebutkan, sewaktu masih
remaja Raden Makdum Ibrahim dan Raden Paku meneruskan
pelajaran agama Islam hingga ke tanah seberang yaitu Negeri Pasai.
Keduanya menambah pengetahuan kepada Syekh Awwalul Islam

atau ayah kandung dari Sunan Giri. Dan juga belajar kepada para
ulama besar yang banyak menetap di Negeri Pasai seperti ulamaulama yang berasal dari Baghdad, Mesir, Arab, dan Pars. Sunan
Bonang wafat pada tahun 1525 M dan makamnya berada di desa
Bonang.

5.

Raden Qosim (Sunan Drajad)


Sunan Drajad dilahirkan pada tahun 1470 M. Nama kecilnya
adalah Raden Qasim, dan beliau terkenal dengan kecerdasannya,
beliau menyebarkan agama Islam di desa Drajat sebagai tanah
perdikan di kecamatan Paciran. Tempat ini diberikan oleh kerajaan
Demak.

6.

Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)


Syarif Hidayatullah lahir sekitar 1450 M, namun ada juga
pendapat yang lain bahwa beliau lahir sekitar 1448 M. Sunan
Gunung Jati adalah salah satu dari kelompok besar ulama. Beliau
merupakan satu-satunya penyebar agama Islam di Jawa Barat.

7.

Raden Jafar Sadiq (Sunan Kudus)


Sunan Kudus lahir pada 9 September 1400 M. Sunan Kudus
lahir di Kudus Jawa Tengah. Beliau adalah penyebar agama Islam di
Indonesia yang tergabung dalam Walisongo dan beliau meninggal
pada 5 mei 1550 M. Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnnya
negara-negara Islam di Nusantara. Cara Sunan Kudus mendekati
masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol
Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus.
Bentuk menara, gerbang dan pancuran atau padasan wudhu yang

melambangkan delapan jalan Budha.Sebuah wujud kompromi yang


dilakukan Sunan Kudus.Bapaknya Sunan Kudus adalah putra Sultan
di Palestina yang bernama Sayyid Fadhal Ali Murtahza. Beliau
meniggal dalam keadaan bersujud ketika sholat subuh.

8.

Raden Said (Sunan Kalijaga)


Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama
Raden Said. Beliau terkenal karena menyebarkan agama Islam
melalui metode budaya Jawa atau disatu padukan ajaran-ajaran
agama islam dengan budaya jawa,Sunan Kalijaga, merupakan wali
yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir
sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati
Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe.
Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam.Nama
kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah
nama panggilan seperti Lokajaya,Syekh Malaya, Pangeran Tuban
atau Raden Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkut asalusul

nama

Kalijaga

yang

disandangnya.Masyarakat

Cirebon

berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon.


Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat
erat dengan Sunan Gunung Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya
dengan kesukaan wali ini untuk berendam (kungkum) di sungai (kali)
atau jaga kali. Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari
bahasa Arab qadli dzaqa yang menunjuk statusnya sebagai
penghulu suci kesultanan.Van Den Berg menyatakan bahwa Sunan
Kalijaga merupakan keturunan Arab yang silsilahnya sampai kepada

Rasulullah Shallallahualaihiwasallam Beliau wafat di Desa Kadilangu


dekat dengan kota Demak.

9.

Raden Umar Said (Sunan Muria)


Raden Umar Said diperkirakan lahir pada abad ke-15. Sunan
Muria adalah salah seorang walisongo yang banyak berjasa dalam
menyiarkan agama Islam di pedesaan Pulau Jawa. Ia adalah putra
Sunan Kalijaga. Nama aslinya Raden Umar Said atau Raden Said.
Sedang nama kecilnya adalah Raden Prawoto, namun ia lebih
terkenal

dengan

nama

Sunan

Muria

karena

pusat

kegiatan

dakwahnya dan makamnya terletak di Gunung Muria. Beliau wafat


diperkirakan pada abad ke-15.

C. Peran Walisongo Dalam Berbagai Bidang


Dari gambaran singkat tentang perjalanan hidup dan perjuangan
walisongo dalam menyebarkan agama Islam di daerah Jawa, khususnya
dan di wilayah nusantara pada umumnya, maka peran mereka dapat
dibentuk seperti Bidang Pendidikan, Bidang Politik dan yang paling
terkenal adalah Bidang Dakwah. Dan dikalisifisikan menjadi:

1.

Bidang Pendidikan
Peran walisongo di bidang pendidikan terlihat dari aktivitas
mereka dalam mendirikan pesantren, sebagaimana yang dilakukan
oleh Sunan Ampel, Sunan Giri, dan Sunan Bonang. Sunan Ampel
mendirikan pesantren di Ampel Denta yang dekat dengan Surabaya
yang sekaligus menjadi pusat penyebaran Islam yang pertama di
Pulau Jawa. Di tempat inilah, ia mendidik pemuda-pemudi Islam

sebagai kader, untuk kemudian disebarkan ke berbagai tempat di


seluruh Pulau Jawa. Muridnya antara lain Raden Paku (Sunan Giri),
Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Raden Kosim Syarifuddin
(Sunan Drajat), Raden Patah (yang kemudian menjadi sultan
pertama dari Kerajaan Islam Demak), Maulana Ishak, dan banyak
lagi mubalig yang mempunyai andil besar dalam islamisasi Pulau
Jawa. Sedangkan Sunan Giri mendirikan pesantren di daerah Giri.
Santrinya banyak berasal dari golongan masyarakat ekonomi lemah.
Ia mengirim juru dakwah terdidik keberbagai daerah di luar Pulau
Jawa seperti Madura, Bawean, Kangean, Ternate dan Tidore. Sunan
Bonang memusatkan kegiatan pendidikan dan dakwahnya melalui
pesantren

yang

didirikan

di

daerah

Tuban.

Sunan

Bonang

memberikan pendidikan Islam secara mendalam kepada Raden


Fatah, putera raja Majapahit, yang kemudian menjadi sultan pertama
Demak. Catatan-catatan pendidikan tersebut kini dikenal dengan
Suluk Sunan Bonang.

2.

Bidang Politik
Pada

masa

pertumbuhan

dan

perkembangan

kerajaan-

kerajaan Islam di Jawa, Walisongo mempunyai peranan yang sangat


besar. Di antara mereka menjadi penasehat Raja, bahkan ada yang
menjadi raja, yaitu Sunan Gunung Jati. Sunan Ampel sangat
berpengaruh dikalangan istana Majapahit. Istrinya berasal dari
kalangan istana dan Raden Patah (putra raja Majapahit) adalah
murid beliau. Dekatnya Sunan Ampel dengan kalangan istana
membuat penyebaran Islam di daerah Jawa tidak mendapat
hambatan, bahkan mendapat restu dari penguasa kerajaan. Sunan
Giri fungsinya sering dihubungkan dengan pemberi restu dalam

penobatan raja. Setiap kali muncul masalah penting yang harus


diputuskan, wali yang lain selalu menantikan keputusan dan
pertimbangannya.

Sunan

Kalijaga

juga

menjadi

penasehat

kesultanan Demak Bintoro.

3.

Bidang Dakwah.
Sudah jelas sepertinya, peran Walisongo cukup dominan
adalah di bidang dakwah, baik dakwah melalui lisan. Sebagai
mubalig, Walisongo berkeliling dari satu daerah ke daerah lain dalam
menyebarkan agama Islam. Sunan Muria dalam upaya dakwahnya
selalu mengunjungi desa-desa terpencil. Salah satu karya yang
bersejarah dari walisongo adalah mendirikan mesjid Demak. Hampir
semua walisongo terlibat di dalamnya. Adapun sarana yang
dipergunakan dalam dakwah berupa pesantren-pesantren yang
dipimpin olehpara Walisongo dan melalui media kesenian, seperti
wayang. Mereka memanfaatkan pertunjukan-pertunjukan tradisional
sebagai media dakwah Islam, dengan membungkuskan nafas Islam
ke dalamnya. Syair dari lagu gamelan ciptaan para wali tersebut
berisi

pesan

tauhid,

sikap

menyembah

menyekutukanya atau menyembah yang lain.

Allah

dan

tidak

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan
Walisongo menyebarkan agama Islam dipulau Jawa, yaitu dengan
proses perdagangan, berdakwah serta usaha-usaha yang dilakukan oleh
para Walisongo untuk memperluas agama Islam. Perluasan penyebaran
agama Islam di Indonesia dilakukan secara bertahap-tahap dan dengan
proses yang sistematis sehingga tidak banyak menimbulkan konflik pada
zaman itu karena pada zaman tersebut terdapatnya kebudayaan HinduBudha.

B.

Saran
Diperlukannya

proses

pembelajaran

bagaimana proses masuknya Islam di Indonesia.

untuk

lebih

mengenal

DAFTAR PUSTAKA

Dupriyadi, Dedi M. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka


Setia.
Purwadi, Enis N. 2007. Dakwah Wali Songo. Yogyakarta: Panji Pustaka
http://www.slideshare.net/FernaliaHalim/perkembangan-islam-di-indonesia16336887
https://fitwiethayalisyi.wordpress.com/bascame-ilmu/walisongo-nine-wali

Anda mungkin juga menyukai