Anda di halaman 1dari 17

Reny Masyitoh & Sadin Subekti Strategi Dakwah Walisongo

STRATEGI DAKWAH WALISONGO DI NUSANTARA


Reny Masyitoh
renymasyitoh@gmail.com

Sadin Subekti
sadinsubekti@gmail.com

Abstract :
Islam is here to provide coolness for mankind under the great
Prophet Muhammad SAW. Continuing his treatise is a noble task
for the Muslim community. Indonesia, which is very strategically
located, has made many merchants not only stop by while trading
but also spread Islam. Walisongo is a continuation of the
Prophet's baton to spread Islam in Indonesia, especially on the
island of Java. Having a special strategy that made Islamic
teachings acceptable to the Javanese people at that time. Java,
which is very attached to customs and traditions, makes
Walisongo teach Islamic teachings which are full of meaning of
worship, a sign of erasing all existing customs. These nine
guardians in carrying out their da'wah are adjusted to their
respective expertise and area of knowledge. At certain times they
meet and discuss strategies, lines of struggle both within religion
and in the field of government.

Keywords : Walisanga, Dakwah Strategy

Pendahuluan
Dalam perkembangan keberagamaan di tengah perkembangan
ilmu pengetahuan ini berbeda dengan keberagamaan zaman penyebaran
agama Islam di Nusantara sebelum kedatangan Walisongo. Pada zaman
sebelum kedatangan Walisongo, masih menggunakan sistem dakwah
dengan pola mengajak komunitas masyarakat dari berbagai
kepercayaan untuk menngikuti ajaran Islam. Pola dakwah seperti
sebelum kedatangan Walisongo ini berlangsung kurang mendapatkan
respon masyarakat. Kondisi masyarakat sebelum Walisongo masih kuat
mengikuti tradisi ajaran agama nenek moyang, sehingga tidak mudah
Volume V Nomer 2 September 2022 111 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
e-ISSN 2620-5122
Reny Masyitoh & Sadin Subekti Strategi Dakwah Walisongo

dipengaruhi oleh ajaran atau kepercayaan yang lain. Berbeda dengan


pola dakwah sebelum Walisongo, pada zaman Walisongo lebih
menekankan pada pola mengenalkan budaya baru di tengah institusi
kuasa kerajaan, yaitu budaya agama Islam yang berintegrasi dengan
budaya lokal atau nilai-nilai kearifan lokal. Pada abad ke-9 H/14 M,
masyarakat Indonesia memeluk Islam dengan massal. Para pakar
sejarah berpendapat bahwa masuk Islam penduduk pribumi secara
bersama-sama disebabkan ketika itu kaum muslimin telah memiliki
kekuatan besar dan penuh arti dengan ditandainya hadirnya beberapa
kerajaan Islam di Nusantara. Seperti kerajaan Aceh, Malaka, Demak,
Cirebon dan Ternate. Pesatnya islamisasi saat itu juga disebabkan oleh
surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan -kerajaan Hindu Budha di
Nusantara, seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda.1
Hadirnya Islam di Nusantara tidak hanya berasal dari wilayah
India dan Timur Tengah, tetapi sumber lain juga mengatakan ada
pengaruh juga dari Cina. Pada saat itu terjadilah asimilasi budaya lokal
dengan agama Islam yang salah satunya berasal dari daratan Cina.
Dalam sejarah penyebaran agama Islam Nusantara, terutama di pulau
Jawa banyak ditemukan literatur bahwa pada masa awal, da’i sebagai
penyebar Islam dipegang perannya oleh para wali “Wali sembilan”
yang lebih dikenal dengan sebutan “Walisongo”. Kisah kehebatan
mereka masih diceritakan ulang, dicetak dalam buku, dikisahkan dalam
ceramah-ceramah keagamaan. Pada tahun 1980 bahkan sejumlah film
dibuat untuk mengisahkan kejadian ajaib, serta kegiatan mereka dalam
menyebarkan agama.2
Kata “Wali” berasal dari bahasa Arab yang artinya pembela,
teman dekat, dan pemimpin. Dalam pemakaiannya wali biasanya
diartikan sebagai orang yang dekat dengan Allah SWT. Adapun
kata “Songo” berasal dari bahasa Jawa yang artinya sembilan. Maka,
Walisongo secara umum diartikan sebagai sembilan wali yang
dianggap telah dekat dengan Allah SWT dan terus-menerus beribadah
kepada-Nya serta memiliki kemampuan-kemampuan diluar kebiasaan
manusia. Para sembilan Wali itu ialah: Maulana Malik Ibrahim
adalah yang tertua. Sunan Ampel adalah anak Maulana Malik
Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang
1
Wahyu Ilaihi dan Harjani Hefni , Pengantara Sejarah Dakwah (Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2006), 171.
2
Ridin Sofwah, H. Wasit dan H. Mundiri, Islamisasi di Jawa, Walisongo Penyebar Islam di
Jawa, Menurut Penuturan Babad (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), 1.
Volume V Nomer 2 September 2022 112 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
e-ISSN 2620-5122
Reny Masyitoh & Sadin Subekti Strategi Dakwah Walisongo

berartijuga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad


adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat
sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan
Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati
adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang
lebih dahulu meninggal.3 Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal
abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni
Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di
Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para
intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya.
Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru, mulai dari
kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian,
kemasyarakatan hingga pemerintahan. Mereka mendapat gelar
susuhunan (sunan), yaitu sebagai penasehat dan pembantu Raja.
Para Wali melakukan dakwahnya dengan sangat tekun, mereka
mampu memahami kondisi masyarakat Jawa pada saat itu. Menurut
Soekomono, pakar purbakala dan sejarah kebudayaan dari UGM,
Walisongo (9 orang waliyullah) adalah penyiar penting agama
agama Islam di Jawa. Mereka dengan sengaja menyebarkan dan
mengajarkan pokok-pokok ajaran Islam di tanah Jawa. Pendapat lain
yang mengatakan bahwa Walisongo adalah sebuah majelis dakwah
yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik
Ibrahim) pada tahun 1404Masehi (808 Hijriah). Saat itu, majelis
dakwah Walisongo beranggotakan Maulana Malik Ibrahim
sendiri, Maulana Ishaq (Sunan Wali Lanang), Maulana Ahmad
Jumadil Kubro (Sunan Kubrawi); Maulana Muhammad Al-
Maghrabi (Sunan Maghribi); Maulana Malik Isra'il (dari Champa),
Maulana Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanuddin, Maulana
'Aliyuddin, dan Syekh Subakir.4
Sembilan wali ini dalam melaksanakan dakwahnya disesuaikan
dengan keahlian ilmu dan wilayahnya masing-masing. Pada waktu
tertentu mereka bertemu dan bermusyawarah, baik di Demak, Tuban
maupun di Cirebon. Dalam musyawarah inilah ditentukan garis
perjuangan, strategi dakwah, baik didalam agama maupun di bidang
pemerintah.

3
Rachmad Abdullah, Walisongo Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa (1404–1482),(
Surakarta :Al-Wafi, 2015), 150.
4
Ibid.
Volume V Nomer 2 September 2022 113 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
e-ISSN 2620-5122
Reny Masyitoh & Sadin Subekti Strategi Dakwah Walisongo

Secara spesifik, pola pengelolaan dan pengembangan budaya


masyarakat. Dalam pengembangan kebudayaan ini, bisa dilakukan
dengan memasukkan nilai-nilai universal, kearifan lokal, dan ajaran
Islam rahmatan lil’alamiin. Berbagai pola kegiatan dakwah mewarnai
kehidupan umat sebagai upaya untuk mengiringi perkembangan
kehidupan masyarakat. Mengingat kegiatan dakwah bertujuan untuk
membentuk dan meningkatkan karakter kepribadian yang baik, yang
berakhlakul karimah dan dapat membentuk pola keseimbangan unsur
jiwa sebagai manusia yang berdimensi fisik, psikis, sosial dan spiritual.
Dalam menentukan sasaran mad’u-nya (penerima pesan) para
walisongo terlebih dahulu melakukan perencanaan dan perhitungan
yang akurat diimbangi dengan pertimbangan yang rasional dan strategis
yakni dengan mempertimbangkan faktor geostrategis yang disesuaikan
dengan kondisi mad’u yang akan dihadapinya. Sehingga hasil yang
dicapai akan maksimal. Hal ini tentunya tidak lepas dari strategi
dakwah yang mereka lakukan. Maka itu proses islamisasi di Pulau Jawa
berada dalam kerangka proses akulturasi budaya.
Ketika melaksanakan misinya terjadi pembagian kerja yang
sangat sinergis walaupun mereka tidak hidup dalam satu zaman. Hal ini
dapat dilihat dari pembagian kerja dengan mengambil resening formasi
5 ; 3; 1, yakni lima di Jawa Timur, tiga di Jawa Tengah dan satu di
Jawa Barat. Dan pembagian tersebut didasarkan atas kondisi yang
terjadi pada mad’u pada saat itu.5

Strategi Dakwah Walisongo


Dakwah walisongo memiliki beberapa strategi yang dilakukan,
sehingga tidak heran dakwahnya mampu diterima oleh masyarakat
Indonesia, khususnya masyarakat pulau jawa. Sejarah membuktikan
bahwa walisongo telah berhasil membangun masyarakat. Kunci
keberhasilan meraka sangat dipengaruhi dengan strategi dakwah yang
mereka lakukan. Walisongo sangat memahami dengan keaneka
ragaman masyarakat saat itu. Latar belakang sosio-kultural menjadi
faktor penentu dalam mengambil kebijakan dan strategi dakwah.
Metode pengembangan dan pensyiaran Islam yang dilakukan
walisongo sangat mengutamakan hikmah kebijaksanaan. Mendekatkan
masyarakat dan penguasa secara langsung dengan menunjukkan

5
Asep Muhyiddin, Agus Ahmad Safe’i, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2002), 124.
Volume V Nomer 2 September 2022 114 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
e-ISSN 2620-5122
Reny Masyitoh & Sadin Subekti Strategi Dakwah Walisongo

kebaikan ajaran Islam, memberikan contoh budi pekerti yang luhur


dalam kehidupan sehari-hari serta menyesaikan situasi dan kondisi
masyarakat setempat, sehingga tidak sedikitpun tergores kesan bahwa
Islam dikembangkan oleh para wali dengan jalan kekerasan dan
paksaan. Tetapi sebaliknya, masyarakat tertarik karena ketinggian
pribadi dan memandang para wali itu sebagai suri tauladan dalam
kehidupan sehari-hari.
Walisongo memiliki sikap yang moderat terhadap adat istiadat
kebudayaan lokal. Mengadopsi kebudayaan dan tradisi lokal kemudian
mengisinya dengan nilai-nilai Islam. Sikap ini terus dipertahankan
meskipun mereka sudah menjadi mayoritas dan mempunyai kerajaan-
kerajaan Islam. Dengan demikian, masyarakat muslim dibawah
kepemimpinan walisongo menghormati kebudayaan lokal yang sudah
ada dan berkembang bersama dengan kebudayaan itu sendiri.
Walisongo bahkan sengaja mengambil instrumen kebudayaan
lokal tersebut untuk mempromosikan nilai-nilai Islam. Dengan kata
lain, nilai-nilai Islam dipromosikan dengan instrumen budaya lokal.
Beberapa contoh strategi budaya yang dikembangkan walisongo antara
lain arsitektur masjid sebagai reperesentasi tatanan sosial egaliter,
wayang sebagai sarana membangun teologi umat dan kreasi seni Islam
bernuansa budaya.6
Peta strategi dakwah mereka rumuskan dengan formasi 5 ; 3 ;
1, bukan tanpa maknah, namun pembagian wilayah tersebut memiliki
strategi dakwah agar dakwah yang mereka lakukan tepat sasaran.
Jawa Timur mendapat perhatian besar dari para wali, dengan
ditempatkannya lima wali dengan wilayah yang berbeda-beda, karena
Jawa Timur pada saat itu merupakan pusat kekuasaan politik, yakni
Kerajaan Kediri dan Majapahit. Maulana Malik Ibrahim sebagai
perintis mengambil peranannya di daerah Gresik, setelah beliau wafat
wilayah ini dikuasai oleh Sunan Giri. Sunan Ampel mengambil
posisinya di daerah Surabaya, Sunan Bonang sedikit di Utara yaitu di
Tuban, sementara itu Sunan Drajat di Sedayu.
Jawa Tengah para wali lebih terlihat sebagai penyebar Islam
yang berprofesi sebagai pedagang. Dengan mengambil posisi di
Demak, Kudus, dan Muria. Di Jawa Tengah pusat kekuasaan politik

6
Suparjo, Strategi Kultural Walisongo dalam Membangun Msyarakat Muslim Indonesia,
(Sebuah Perspertif Sosio Historis), dalam Jurnal Ilmu dakwah, Vol. 15 No. 2 (Oktober 2007),
203.
Volume V Nomer 2 September 2022 115 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
e-ISSN 2620-5122
Reny Masyitoh & Sadin Subekti Strategi Dakwah Walisongo

agama Hindu dan Budha dapat dikatakan sudah tidak berperan lagi,
namun realitasnya masyarakat masih terpengaruh oleh budaya yang
ajarannya bersumber dari ajaran Hindu Budha. Pemempatan ketiga
wilayah di Jawa tengah juga sekaligus berfungsi sebagai pusat
pelayanan penyebaran agama Islam di Indonesia Tengah, karena pada
saat itu pusat kegiatan politik dan ekonomi beralih ke daerah tersebut,
dengan runtuhnya Kerajaan Majapahit dan Munculnya Kesultanan
Demak.
Jawa Barat para wali melakukan proses penyebaran Islam
hanya dilakukan oleh seorang wali, karena penyebaran agama Islam di
Indonesia Barat sudah lebih baik, terutama di Sumatera dapat dikatakan
merata bila dibandingkan dengan kondisi di Indonesia Timur.
Sedangkan metode yang dikembagkan oleh para wali dalam
gerakan dakwahnya adalah lebih banyak melalui media kesenian
budaya setempat di samping melalui jalur sosial-ekonomi. Atau lebih
tepatnya pengislaman kultur atau mengkulturkan Islam.7
Adapun walisongo tersebut yakni :
1. Maulana Malik Ibrahim
Beliau adalah salah satu walisongo yang tinggal di Gresik
Jawa Timur. Dia dianggap sebagai nenek moyang dari para wali yang
lain.8 Menurut tradisi atau Babad Jawa, dia adalah seorang ulama dari
tanah Arab, cicit Nabi Muhammad SAW. Biasa dipanggil syeh
Maghribi yang dalam Babad Tanah Jawa disebut Makdum Brahim
Asmara. Beliau meninggal dunia pada tahun 1419 M dan
dimakamkan di Gresik Jawa Timur.
Malik Ibrahim menyebarkan Islam dengan cara melayani
kebutuhan sehari-hari masyarakat yang diajaknya. Beliau tidak
langsung mengajarkan apa itu Islam. Pola dakwah Islam yang
dikembangkannya adalah sebagai berikut:9
a. Bergaul dengan para remaja.
Dengan bergaul dan beriteraksi dengan para remaja inilah
Maulana Malik Ibrahim lebih mudah dalam menyebarkan
dakwahnya. Karena dengan begitu dapat mengerti dari mad’u
sehingga dapat enentukan metode dakwah yang tepat dalam
menyampaikan ajaran Islam.

7
Wahyu Ilaihi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, 174.
8
Widjisaksono, Mengislamkan Tanah Jawa, (Bandung: Mizan, 1995), 24.
9
Wahyu Ilaihi, Sejarah Dakwah, 174.
Volume V Nomer 2 September 2022 116 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
e-ISSN 2620-5122
Reny Masyitoh & Sadin Subekti Strategi Dakwah Walisongo

b. Membuka pendidikan pesantren.


Anak-anak yang ingin belajar ilmu agama ditampung dalam
sebuah pesantren. Mereka diperkenalkan secara langsung cara
melaksanakan ajaran Islam. Dari sini kemudian muncul kared-
kader da’i yang profesional yang pada gilirannya berperan
sebagai guru dalam masyarakat.
2. Sunan Ampel
Nama asli Sunan Ampel adalah Raden Rahmat, sedangkan
nama mudanya adalah Ahmad Rahmatullah. Beliau merupakan putra
dari Asmorokondi, seorang ulama Kamboja yang menikah dengan
putri Majapahit. Nama Ampel sendiri merupakan nama tempat tinggal
beliau di wilayah Surabaya Jawa Timur. Raden Rahmat diperkirakan
lahir pada awal abad ke-15 di Campa.
Dalam menjalankan dakwahnya, Sunan Ampel mendirikan
pesantren di tempat tinggalnya. Pesantren ini di gunakan untuk pusat
penyebaran Islam di Jawa.
Strategi dakwah yang dikembangkan Sunan Ampel adalah
sebagai berikut :
a. Menyerukan dan melanjutkan perjuangan wali sebelumnya,
dengan mengadakan pendidikan bagi masyarakat khusunya para
kader bangsa dan para mubaligh.
b. Menyiapkan dan melatih generasi Islam yang dapat diandalkan.
c. Membangun hubungan silaturahmi dan persaudaraan dengan putra
pertiwi (pribumi), yaitu menikah dengan putri daerah setempat.
d. Mempelopori berdirinya masjid agung Demak.
e. Melebarkan wilayah dakwahnya, yaitu dengan mengutus para
kepercayaannya untuk berdakwah kewilayah lainnya.

3. Sunan Giri
Nama lain Sunan Giri adalah Joko Samudra, Raden Paku,
Prabu Satmata. Selain nama tersebut beliau juga memiliki gelar sultan
Abdul Faqih, karena sangat yakin dan mendalami ilmu fiqih.
Nama Sunan Giri tidak bisa dipisahkan dari proses pendirian
kerajaan Islam pertama di Jawa, Demak.
Strategi dakwah yang dikembangkan oleh Sunan Giri adalah
sebagai berikut :
a. Membina kader da’i inti, yaitu mereka yang dididik di perguruan
Giri.
b. Mengembangkan Islam di luar Jawa.

Volume V Nomer 2 September 2022 117 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman


e-ISSN 2620-5122
Reny Masyitoh & Sadin Subekti Strategi Dakwah Walisongo

c. Menyelenggarakan pendidikan bagi masyarakat secara luas, yaitu


dengan mewujudkan gamelan sekaten, kesenian wayang kulit
yang sarat berisikan ajaran Islam, merintis permainan anak yang
berisikan ajaran Islam serta mengarang lagu-lagu Jawa yang
disisipi dengan ajaran Islam.
4. Sunan Bonang
Nama lain Sunan Bonang adalah Raden Makdum Ibrahim. Dia
merupakan putra sunan Ampel dan Nyai ageng Manila.
Sunan Bonang sangat besar perannya dalam pendirian
kerajaan Demak. Beliau merupakan pemimpin tertinggi pasukan
Demak melawan Majapahit. Sunan Bonnag menyebarkan Islam di
daerah Tuban, Pati, Madura dan pulau Bawean.
Strategi dakwah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Pemberdayaan dan peningkatan jumlah dan mutu kader da’i.
b. Memasukkan pengaruh Islam ke dalam kalangan bangsawan
keraton Majapahit.
c. Terjun langsung ketengah-tengah masyarakat.
d. Melakukan modifikasi atau pembukuan dakwah.
5. Sunan Drajat
Nama asli Sunan Drajat adalah Syaifuddin Hasyim. Beliau
merupakan salah satu putra Sunan Ampel. Jadi Sunan Drajat dan
Sunan Bonang adalah saudara kandung yang berlainan ibu.10
Dalam kehidupan sehari-hari, sunan Drajat dikenal sebagai
waliyullah yang bersifat sosial, dimana dalam menjalankan aktifitas
dakwahnya dia tidak segan-segan untuk menolong masyarakat bawah
serta memeperbaiki kehidupan sosialnya.
Strategi dakwah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Mendirikan pusat-pusat atau pos-pos bantuan yang diatur
sedemikian rupa, sehingga memudahkan dalam mengatur dan
menyalurkan bagi masyarakat yang membutuhkannya.
b. Membuat kampung-kampung percontohan.
c. Menenamkan ajaran kolektivisme, yaitu ajaran untuk bergotong
royong.
d. Di bidang kesenian beliau menciptakan tembang-tembang jawa,
yaitu pungkur.

10
Widjisaksono, Mengislamkan Tanah Jawa, 29.
Volume V Nomer 2 September 2022 118 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
e-ISSN 2620-5122
Reny Masyitoh & Sadin Subekti Strategi Dakwah Walisongo

6. Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga memiliki nama lain Muhammad Said atau
Joko Said. Beliau merupakan putra Raden Tumenggung Wilwatikto,
adipati Tuban. Beliau meninggal dan dimakamkan di Kadilangu,
dekat Demak Jawa Tengah.
Sunan Kalijaga sangat terkenal di lapisan masyarakat Jawa.
Beliau banyak bergaul dengan penguasa dan orang-orang besar.
Beliau pandai bergaul dengan siapapun, termasuk rakyat jelata,
sehingga tidak heran jika beliau dihormati di istana dan melekat di
hati masyarakat.
Sunan Kalijaga merupakan wali yang sangat dekat dengan
masyarakat muslim tanah Jawa melebihi yang lainnya. Sehingga
banyak dongeng-dongeng yang menyelimutinya pada masa
kehidupannya.
Adapun startegi dakwah yang digunakannya adalah :
a. Mendirikan pusat pendidikan di Kalikudu.
b. Berdakwah melalui kesenian. Diantaranya adalah tradisi
selametan peninggalan garama Hindu Budha di dekatkan dengan
cara tahlil.
c. Memasukkan hikayat-hikayat Islam ke dalam permainan wayang.
7. Sunan Kudus
Nama lain sunan Kudus adalah Ja’far Shodiq, Raden Undang
atau Radeng Untung. Sunan Kudus juga mendapat sebutan Amirul
Hajj, karena pernah menjadi pemimpin rombongan jama’ah haji.
Sunan Kudus terkenal sebagai ulama’ besar yang menguasai
ilmu Hadist, tafsir Al-Qur’an, sastra, mandiq dan ilmu fiqih. Dengan
ketinggian ilmu beliau, akhirnya di juluku waliyul ilmi yang artinya
wali yang menjadi gudangnya ilmu.
Strategi dakwah yang dikembangkan banyak bercorak bidang
kesenian. Salahsatu ciptaan yang terkenal adalah gending
maskumambang dan mijil. Dalam peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW. Banyak warga yang berduyung-duyung datang
menyaksikannya. Dan inilah yang dimanfaatkan untuk syiar dakwah
Islam. Di gapura masjid, semua orang harus membaca dua kalimat
syahadat terlebihdahulu sebelum memasukinya. Dan inilah yang
kemudian disebut syahadatain, suatu ucapan dalam dakwah Islam
yang di Jawa Tengah dan Jawa Timur terkenal dengan upacara
sekaten.

Volume V Nomer 2 September 2022 119 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman


e-ISSN 2620-5122
Reny Masyitoh & Sadin Subekti Strategi Dakwah Walisongo

8. Sunan Muria
Nama lain sunan Muria adalah raden Prawoto, raden Umar
Syahid. Beliau merupakan putra Sunan Kalijogo dan Dewi Saroh.
Dalam kesehariannya, dia mencerminkan pribadi yang menempatkan
rasa cinta kepada Allah. Maka tidak heran jika beliau terkenal sebagai
sufi atau ahli tasawuf.
Dalam menyebarkan Islam, beliau juga melakukan seperti
yang dilakukan ayahandanya. Tradisi yang ada tidak dihilangkan,
tetapi diberikan warna Islam.
Strategi dakwah yang dikembangkan adalah :
a. Menjadikan daerah-daerah pelosok pegunungan sebagai pusat
kegiatan dakwah.
b. Berdakwah melalui jalur kesenian, dengan menciptakan gending
sinom, kinanti, dan sebagainya.
9. Sunan Gunung Jati
Nama lain Sunan Gunung Jati adalah Syarif Hidayatullah.
Beliau merupakan putra dari Syarif Abdullah dan Nyai Larasantang.
Selain dikenal sebagai da’i, beliau juga sebagai pahlawan bangsa
yang gigih melawan penjajah. Beliau berhasil mematahkan kekuasaan
Portugis dan kemudian mengganti Sunda Kelapa dengan Jayakarta
(kemenangan yang paripurna).
Strategi dakwah yang dikembangkannya adalah sebagai
berikut :
a. Melakukan pembinaan internal kesultanan dan rakyat yang masuk
dalam wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah harus diislamkan,
sebab mereka merupakan kekuatan pokok.
b. Melakukan pembinaan terhadap luar daerah dengan menyerahkan
tanggung jawabnya kepada para pemuda.

Peran Walisongo Dalam Penyebaran Islam


Dari gambaran singkat tentang perjalanan hidup dan perjuangan
walisongo dalam menyebarkan agama Islam di daerah Jawa,
khususnya dan di wilayah nusantara pada umumnya, maka peran
mereka dapat dibentuk seperti Bidang Pendidikan, Bidang Politik
dan yang paling terkenal adalah Bidang Dakwah.
1. Bidang Pendidikan
Peran walisongo di bidang pendidikan terlihat dari aktivitas
mereka dalam mendirikan pesantren, sebagaimana yang dilakukan oleh
Sunan Ampel, Sunan Giri, dan Sunan Bonang. Sunan Ampel

Volume V Nomer 2 September 2022 120 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman


e-ISSN 2620-5122
Reny Masyitoh & Sadin Subekti Strategi Dakwah Walisongo

mendirikan pesantren di Ampel Denta yang dekat dengan Surabaya


yang sekaligus menjadi pusat penyebaran Islam yang pertama di
Pulau Jawa. Di tempat inilah, ia mendidik pemuda-pemudi Islam
sebagai kader, untuk kemudian disebarkan ke berbagai tempat di
seluruh Pulau Jawa. Muridnya antara lain Raden Paku (Sunan
Giri), Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Raden Kosim
Syarifuddin (Sunan Drajat), Raden Patah (yang kemudian menjadi
sultan pertama dari Kerajaan Islam Demak), Maulana Ishak, dan
banyak lagi mubalig yang mempunyai andil besar dalam islamisasi
Pulau Jawa. Sedangkan Sunan Giri mendirikan pesantren di daerah
Giri. Santrinya banyak berasal dari golongan masyarakat ekonomi
lemah. Ia mengirim juru dakwah terdidik keberbagai daerah di luar
Pulau Jawa seperti Madura, Bawean, Kangean, Ternate dan
Tidore. Sunan Bonang memusatkan kegiatan pendidikan dan
dakwahnya melalui pesantren yang didirikan di daerah Tuban.
Sunan Bonang memberikan pendidikan Islam secara mendalam
kepada Raden Fatah, putera raja Majapahit, yang kemudian
menjadi sultan pertama Demak. Catatan-catatan pendidikan tersebut
kini dikenal dengan Suluk Sunan Bonang.

2. Bidang Politik
Pada masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan
Islam di Jawa, Walisongo mempunyai peranan yang sangat besar. Di
antara mereka menjadi penasehat Raja, bahkan ada yang menjadi
raja, yaitu Sunan Gunung Jati. Sunan Ampel sangat berpengaruh
dikalangan istana Majapahit. Istrinya berasal dari kalangan
istana dan Raden Patah (putra raja Majapahit) adalah murid
beliau. Dekatnya Sunan Ampel dengan kalangan istana membuat
penyebaran Islam di daerah Jawa tidak mendapat hambatan,
bahkan mendapat restu dari penguasa kerajaan. Sunan Giri, sering
dihubungkan dengan pemberi restu dalam penobatan raja. Setiap
kali muncul masalah penting yang harus diputuskan, wali yang
lain selalu menantikan keputusan dan pertimbangannya. Sunan
Kalijaga juga menjadi penasehat kesultanan Demak Bintoro.

3. Bidang Dakwah
Sudah jelas sepertinya, peran Walisongo cukup dominan
adalah di bidang dakwah, baik dakwah melaluil isan, maupun
melalui yang lainnya. Sebagai mubalig, Walisongo berkeliling

Volume V Nomer 2 September 2022 121 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman


e-ISSN 2620-5122
Reny Masyitoh & Sadin Subekti Strategi Dakwah Walisongo

dari satu daerah ke daerah lain dalam menyebarkan agama Islam.


Sunan Muria dalam upaya dakwahnya selalu mengunjungi desa-desa
terpencil. Salah satu karya yang bersejarah dari walisongo adalah
mendirikan mesjid Demak. Hampir semua walisongo terlibat di
dalamnya. Adapun sarana yang dipergunakan dalam dakwah berupa
pesantren-pesantren yang dipimpin olehpara Walisongo dan melalui
media kesenian, seperti wayang. Mereka memanfaatkan
pertunjukan-pertunjukan tradisional sebagai media dakwah Islam,
dengan membungkuskan nafas Islam ke dalamnya. Syair dari lagu
gamelan ciptaan para wali tersebut berisi pesan tauhid, sikap
menyembah Allah dan tidak menyekutukannya atau menyembah yang
lain.

Pendekatan dan Unsur-Unsur Dakwah Walisongo


Struktur dakwah pada masa Walisongo meliputi
unsur-unsur dakwah sebagai berikut :

1. Da’i.
Walisongo berdakwah dengan cara damai. Yakni dengan
pendekatan pada masyarakat pribumi dan akulturasi budaya
(percampuran budaya Islam dan budaya lokal).Maulana Malik
Ibrahim sebagai perintis mengambil peranannya di daerah Gresik,
setelah beliau wafat wilayah ini di kuasai oleh Sunan Giri,
Sunan Ampel mengambil posisinya di Surabaya, Sunan Bonang
di Tuban, sementara itu Sunan Drajat di Sedayu, sedangkan di Jawa
Tengah ada tiga wali yaitu Sunan Kudus yang mengambil wilayah di
Kudus, Sunan Muria pusat kegiatan dakwahnya terletak di
Gunung Muria (sekitar 18 km sebelah utara Kota Kudus), dan
Sunan Kalijaga berdakwah di Demak, sedangkan di Jawa Barat
hanya ada satu orang wali saja yaitu Sunan Gunung Jati.Sunan
Gunung Jati menjadi Raja muda di Cirebon dan Banten di
bawah lindungan Demak, dan Sunan Giri bukan hanya ulama,
namun juga pemimpin pemerintahan, jadi beliau bersifat al-ulama
wa al-umara, sedangkan tujuh wali yang lain hanya bersifat al-ulama
saja.

2. Mad’u.
Kondisi mad’u pada masa wali ini termsuk mad’u ummah
karena pada saat itu mereka masih beragama hindu –budha, akan

Volume V Nomer 2 September 2022 122 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman


e-ISSN 2620-5122
Reny Masyitoh & Sadin Subekti Strategi Dakwah Walisongo

tetapi ada juga sebagian yang menerima islam sebagai agamanya,


jadi pada masa walisongo ini termasuk mad’u ijabah dan mad’u
ummah.

3. Materi.
Materi dakwah yang diterapkan pada dakwah Walisongo ini
adalah akidah, syari’ah dan muamalah, dimana para Wali
menanamkan akidah kepada masyarakat setempat,karena
menghawatirkan penyimpangan akidah akibat tradisi masyarakat
jawa, serta memperhatikan secara khusus kepada kesejahteraan
sosial dari fakir miskin, mengorganisir amil, zakat dan infak, dan
juga mengajarkan ilmu-ilmu agama seperti ilmu fikih, ilmu hadis,
serta nahwu dan saraf kepada anak didiknya.

4. Metode.
Meskipun tidak membawa bendera tertentu kecuali Islam
dan Ahl al-Sunnah Wa al-Jama’ah, metode dakwah yang
digunakan Walisongo adalah penerapan metode yang
dikembangkan para sufi Sunni dalam menanamkan ajaran Islam
melalui keteladanan yang baik. Aliran teologinya menggunakan
teologi Asy’ariyah, sedangkan aliran sufistiknya mengarah pada Al-
Ghazali. Jejak yang ditinggalkan Walisongo itu terlihat dalam
kumpulan nasihat agama yang termuat dalam tulisan-tulisan para
murid dalam bahasa Jawa yang dikenal dengan primbon, yang
menggambarkan hakikat aliran tasawuf yang mereka anut dan
kembangkan. Hal ini juga didasarkan pada manuskrip yang
ditemukan Drewes yang diperkirakan ditulis pada masa transisi
dari Hinduisme kepada Islam, yakni pada masa Walisongo
hidup. Dalam manuskrip yang menguraikan tasawuf itu
terdapat beberapa paragraf cuplikan dari kitab al-Bidayah wa al-
Nahayah karya al-Ghazali.11
Kendati demikian, metode dakwah yang dilakukan para wali
berbeda-beda. Metode yang dilakukan Sunan Kudus tampak
unik dengan mengumpulkan masyarakat untuk melihat lembu yang
dihias sedemikian rupa sehingga tampil bagai pengantin itu kemudian
diikat di halaman masjid, sehingga masyarakat yang ketika itu masih

11
Wiwoho B, Islam Mencintai Nusantara Jalan Dakwah Sunan Kali Jaga, (Tanggerang:
Pustaka Iiman, 2017), 68.
Volume V Nomer 2 September 2022 123 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
e-ISSN 2620-5122
Reny Masyitoh & Sadin Subekti Strategi Dakwah Walisongo

memeluk agama Hindu datang berduyun-duyun menyaksikan lembu


yang diperlakukan secara istimewa dan aneh itu. Sesudah mereka
datang dan berkumpul di sekitar masjid, Sunan Kudus lalu
menyampaikan dakwahnya. Cara ini praktis dan strategis untuk
menarik minat masyarakat yang masih banyak menganut agama
Hindu. Seperti diketahui, lembu merupakan binatang keramat Hindu.
Terhadap tokoh-tokoh masyarakat yang keras dan gigih menentang
dakwah Islamiyah, para wali menerapkan metode al-mujadalah
billati hiya ahsan (berbantah-bantah dengan jalan yang sebaik-
baiknya). Mereka diperlakukan secara personal, dan dihubungi
secara istimewa, langsung, bertemu pribadi sambil diberikan
keterangan, pemahaman dan perenungan (tadzkir) tentang Islam. Cara
ini dilakukan oleh Raden Rahmat atau Sunan Ampel ketika
berdakwah kepada Adipati Aria Damar dari Palembang. Berkat
keramahan dan kebijaksanaan Raden Rahmat, Aria Damar masuk
Islam bersama istri dan seluruh penduduk negeri yang
dipimpinnya. Metode itu dipergunakan pula oleh Sunan Kalijaga
ketika berdakwah mengajak Adipati Pandanaran di Semarang.
Mulanya terjadi perdebatan seru, tetapi perdebatan itu kemudian
berakhir dengan rasa tunduk Sang Adipati untuk masuk Islam.
Kejadian mengharukan ketika Adipati rela melepaskan jabatan
dan rela meninggalkan harta dan keluarga untuk bergabung dalam
dakwah Sunan Kalijaga.
Beberapa wali bahkan telah membuktikan diri sebagai
Kepala daerah seperti misalnya Sunan Giri, Sunan Gunung Jati,
dan Sunan Kudus yang berkuasa di daerah-daerah di sekitar
kediamanmereka.Kekuatan diplomasi dan kemampuan dalam
berhujjah atas kekuatan pemerintahan Majapahit yang sedang
berkuasa ditunjukkan oleh Sunan Ampel, Sunan Gresik dan Sunan
Majagung. Alhasil, Prabu Brawijaya I (Raja yang sedang berkuasa di
Majapahit saat itu) memberi izin kepada mereka untuk memilih
daerah-daerah yang disukai sebagai tempat tinggal. Di kawasan
baru tersebut mereka diberi kebebasan mengembangkan agama,
menjadi imam dan bahkan kepala daerah masyarakat setempat.

Volume V Nomer 2 September 2022 124 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman


e-ISSN 2620-5122
Reny Masyitoh & Sadin Subekti Strategi Dakwah Walisongo

5. Media.
a. Masjid
Dimana masjid ini digunakan sebagai tempat ibadah dan
kegiatan keagamaan yang lainnya. masjid Demak juga di jadikan
sentral seluruh aktivitas dan sosial kemasyarakatan.
b. Wayang
Wayang sesungguhnya merupakan boneka yang terbuat
dari kulit kerbau atau sapi, pipih yang memiliki dua tangan
yang dapat digerakkan dengan stik dan dimainkan oleh
seorang dalang, Oleh karenanya, di dalam cerita wayang itulah
terkandung nilai moral dan akhlak, perihal keimanan sampai pada
thariqah (jalan) menuju ketaqwaan kepada Allah.12
c. Pesantren.
Di mana pesantren ini berfungsi sebagai sarana
mengamalkan dan mengabdikan ilmunya kepada masyarakat,
dari pesantren yang telah didirikan lahirlah para Da’i yang
memiliki kemampuan tinggi yang tinggi dalam
memperjuangjan dakwah selanjutnya.

d. Kitab
Kitab yang berbentuk puisi maupun prosa, kitab inilah
yang kemudian dikenal dengan Suluk Sunan Bonang.
e. Gamelan
Alat musik yang di gunakan untuk mengiringi tembang atau
lagu-lagu Jawa yang bernuansa Islam.

12
Moh. Sawi Saifullah, Sejarah dan Tamadun Islam di Asia Tenggara, (Malaysia: Karisma,
2009), 50.
Volume V Nomer 2 September 2022 125 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
e-ISSN 2620-5122
Reny Masyitoh & Sadin Subekti Strategi Dakwah Walisongo

Kesimpulan

Indonesia merupakan negara yang sangat strategis dilalui oleh


para saudagar luar negri untuk singgah dan melajutkan perjalanan ke
negeri tujuan lain. Keindahan dan keramahan masyarakatnya membuat
bumi pertiwi sangat berkesan di hati siapapun yang pernah singgah.
Dalam perjalanan berdagang, saudagar Arab, Gujarat, Persia dan Cina
juga menyempatkan diri untuk mensyiarkan agama Islam dengan penuh
damai dan lemah lembut
Pada sejarah perjalanan Islam pertama di Indonesia, dakwah
Islam tidak mudah diterima oleh masyarakat seperti setelah kedatangan
Walisongo. Salah satu faktor yang menyebabkan dakwah Walisongo
lebih muda diterima adalah pola sistem komunikasi antara para wali
dengan masyarakat sehingga lebih menghadirkan rasa kekeluargaan
diantara kedua belah pihak. Strategi yang digunakan oleh Walisongo
ketika berdakwah menjadikan Walisongo sebagai sufi dan juga dapat
dikatakan sebagai psikologi yang dapat membawa pengaruh pada
masyarakat Jawa agar menerima dan melaksanakan ajaran-ajaran Islam
sekaligus meyakini Islam sebagai agama yang akan membawa
ketentraman. Strategi dakwah Walisongo hingga saat ini pun masih
banyak diterapkan oleh para da’i da’iyah muda mulai dari pendekatan
hingga metode dakwah yang digunakan dalam berdakwah.

Volume V Nomer 2 September 2022 126 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman


e-ISSN 2620-5122
Reny Masyitoh & Sadin Subekti Strategi Dakwah Walisongo

Daftar Pustaka

Abdullah, Rachmad, 2015, Walisongo Gelora Dakwah dan Jihat di Tanah


Jawa, Surakarta: Al-Wafi
B., Wiwoho, 2017, Islam Mencintai Nusantara Jalan Dakwah Sunan
Kalijaga, Tanggerang: Pustaka Imana
H., Mundir, Wasit dan Ridin Sofwah, 2014, Islamisasi di Jawa Walisongo
Penyebar Islam di Jawa Menurut Penuturan Babad, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Hefni, Harjani dan Wahyu Ilaihi, Pengantar Sejarah Dakwah, 2006, Jakarta:
Kencana Prenada Media
Saifullah, Moh. Sawi, 2009, Sejarah dan Tamadun Islam di Asia Tenggara,
Malaysia: Karisma
Safe’i, Agus ahmad dan Asep Muhyiddin, 2002, Metode Pengembangan
Dakwah, Bandung: Pustaka Setia
Suparjo, 2007, Strategi Kultural Walisongo dalam Membangun Msyarakat
Muslim Indonesia, (Sebuah Perspertif Sosio Historis), dalam Jurnal
Ilmu dakwah, Vol. 15 No. 2

Volume V Nomer 2 September 2022 127 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman


e-ISSN 2620-5122

Anda mungkin juga menyukai