Sadin Subekti
sadinsubekti@gmail.com
Abstract :
Islam is here to provide coolness for mankind under the great
Prophet Muhammad SAW. Continuing his treatise is a noble task
for the Muslim community. Indonesia, which is very strategically
located, has made many merchants not only stop by while trading
but also spread Islam. Walisongo is a continuation of the
Prophet's baton to spread Islam in Indonesia, especially on the
island of Java. Having a special strategy that made Islamic
teachings acceptable to the Javanese people at that time. Java,
which is very attached to customs and traditions, makes
Walisongo teach Islamic teachings which are full of meaning of
worship, a sign of erasing all existing customs. These nine
guardians in carrying out their da'wah are adjusted to their
respective expertise and area of knowledge. At certain times they
meet and discuss strategies, lines of struggle both within religion
and in the field of government.
Pendahuluan
Dalam perkembangan keberagamaan di tengah perkembangan
ilmu pengetahuan ini berbeda dengan keberagamaan zaman penyebaran
agama Islam di Nusantara sebelum kedatangan Walisongo. Pada zaman
sebelum kedatangan Walisongo, masih menggunakan sistem dakwah
dengan pola mengajak komunitas masyarakat dari berbagai
kepercayaan untuk menngikuti ajaran Islam. Pola dakwah seperti
sebelum kedatangan Walisongo ini berlangsung kurang mendapatkan
respon masyarakat. Kondisi masyarakat sebelum Walisongo masih kuat
mengikuti tradisi ajaran agama nenek moyang, sehingga tidak mudah
Volume V Nomer 2 September 2022 111 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
e-ISSN 2620-5122
Reny Masyitoh & Sadin Subekti Strategi Dakwah Walisongo
3
Rachmad Abdullah, Walisongo Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa (1404–1482),(
Surakarta :Al-Wafi, 2015), 150.
4
Ibid.
Volume V Nomer 2 September 2022 113 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
e-ISSN 2620-5122
Reny Masyitoh & Sadin Subekti Strategi Dakwah Walisongo
5
Asep Muhyiddin, Agus Ahmad Safe’i, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2002), 124.
Volume V Nomer 2 September 2022 114 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
e-ISSN 2620-5122
Reny Masyitoh & Sadin Subekti Strategi Dakwah Walisongo
6
Suparjo, Strategi Kultural Walisongo dalam Membangun Msyarakat Muslim Indonesia,
(Sebuah Perspertif Sosio Historis), dalam Jurnal Ilmu dakwah, Vol. 15 No. 2 (Oktober 2007),
203.
Volume V Nomer 2 September 2022 115 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
e-ISSN 2620-5122
Reny Masyitoh & Sadin Subekti Strategi Dakwah Walisongo
agama Hindu dan Budha dapat dikatakan sudah tidak berperan lagi,
namun realitasnya masyarakat masih terpengaruh oleh budaya yang
ajarannya bersumber dari ajaran Hindu Budha. Pemempatan ketiga
wilayah di Jawa tengah juga sekaligus berfungsi sebagai pusat
pelayanan penyebaran agama Islam di Indonesia Tengah, karena pada
saat itu pusat kegiatan politik dan ekonomi beralih ke daerah tersebut,
dengan runtuhnya Kerajaan Majapahit dan Munculnya Kesultanan
Demak.
Jawa Barat para wali melakukan proses penyebaran Islam
hanya dilakukan oleh seorang wali, karena penyebaran agama Islam di
Indonesia Barat sudah lebih baik, terutama di Sumatera dapat dikatakan
merata bila dibandingkan dengan kondisi di Indonesia Timur.
Sedangkan metode yang dikembagkan oleh para wali dalam
gerakan dakwahnya adalah lebih banyak melalui media kesenian
budaya setempat di samping melalui jalur sosial-ekonomi. Atau lebih
tepatnya pengislaman kultur atau mengkulturkan Islam.7
Adapun walisongo tersebut yakni :
1. Maulana Malik Ibrahim
Beliau adalah salah satu walisongo yang tinggal di Gresik
Jawa Timur. Dia dianggap sebagai nenek moyang dari para wali yang
lain.8 Menurut tradisi atau Babad Jawa, dia adalah seorang ulama dari
tanah Arab, cicit Nabi Muhammad SAW. Biasa dipanggil syeh
Maghribi yang dalam Babad Tanah Jawa disebut Makdum Brahim
Asmara. Beliau meninggal dunia pada tahun 1419 M dan
dimakamkan di Gresik Jawa Timur.
Malik Ibrahim menyebarkan Islam dengan cara melayani
kebutuhan sehari-hari masyarakat yang diajaknya. Beliau tidak
langsung mengajarkan apa itu Islam. Pola dakwah Islam yang
dikembangkannya adalah sebagai berikut:9
a. Bergaul dengan para remaja.
Dengan bergaul dan beriteraksi dengan para remaja inilah
Maulana Malik Ibrahim lebih mudah dalam menyebarkan
dakwahnya. Karena dengan begitu dapat mengerti dari mad’u
sehingga dapat enentukan metode dakwah yang tepat dalam
menyampaikan ajaran Islam.
7
Wahyu Ilaihi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, 174.
8
Widjisaksono, Mengislamkan Tanah Jawa, (Bandung: Mizan, 1995), 24.
9
Wahyu Ilaihi, Sejarah Dakwah, 174.
Volume V Nomer 2 September 2022 116 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
e-ISSN 2620-5122
Reny Masyitoh & Sadin Subekti Strategi Dakwah Walisongo
3. Sunan Giri
Nama lain Sunan Giri adalah Joko Samudra, Raden Paku,
Prabu Satmata. Selain nama tersebut beliau juga memiliki gelar sultan
Abdul Faqih, karena sangat yakin dan mendalami ilmu fiqih.
Nama Sunan Giri tidak bisa dipisahkan dari proses pendirian
kerajaan Islam pertama di Jawa, Demak.
Strategi dakwah yang dikembangkan oleh Sunan Giri adalah
sebagai berikut :
a. Membina kader da’i inti, yaitu mereka yang dididik di perguruan
Giri.
b. Mengembangkan Islam di luar Jawa.
10
Widjisaksono, Mengislamkan Tanah Jawa, 29.
Volume V Nomer 2 September 2022 118 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
e-ISSN 2620-5122
Reny Masyitoh & Sadin Subekti Strategi Dakwah Walisongo
6. Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga memiliki nama lain Muhammad Said atau
Joko Said. Beliau merupakan putra Raden Tumenggung Wilwatikto,
adipati Tuban. Beliau meninggal dan dimakamkan di Kadilangu,
dekat Demak Jawa Tengah.
Sunan Kalijaga sangat terkenal di lapisan masyarakat Jawa.
Beliau banyak bergaul dengan penguasa dan orang-orang besar.
Beliau pandai bergaul dengan siapapun, termasuk rakyat jelata,
sehingga tidak heran jika beliau dihormati di istana dan melekat di
hati masyarakat.
Sunan Kalijaga merupakan wali yang sangat dekat dengan
masyarakat muslim tanah Jawa melebihi yang lainnya. Sehingga
banyak dongeng-dongeng yang menyelimutinya pada masa
kehidupannya.
Adapun startegi dakwah yang digunakannya adalah :
a. Mendirikan pusat pendidikan di Kalikudu.
b. Berdakwah melalui kesenian. Diantaranya adalah tradisi
selametan peninggalan garama Hindu Budha di dekatkan dengan
cara tahlil.
c. Memasukkan hikayat-hikayat Islam ke dalam permainan wayang.
7. Sunan Kudus
Nama lain sunan Kudus adalah Ja’far Shodiq, Raden Undang
atau Radeng Untung. Sunan Kudus juga mendapat sebutan Amirul
Hajj, karena pernah menjadi pemimpin rombongan jama’ah haji.
Sunan Kudus terkenal sebagai ulama’ besar yang menguasai
ilmu Hadist, tafsir Al-Qur’an, sastra, mandiq dan ilmu fiqih. Dengan
ketinggian ilmu beliau, akhirnya di juluku waliyul ilmi yang artinya
wali yang menjadi gudangnya ilmu.
Strategi dakwah yang dikembangkan banyak bercorak bidang
kesenian. Salahsatu ciptaan yang terkenal adalah gending
maskumambang dan mijil. Dalam peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW. Banyak warga yang berduyung-duyung datang
menyaksikannya. Dan inilah yang dimanfaatkan untuk syiar dakwah
Islam. Di gapura masjid, semua orang harus membaca dua kalimat
syahadat terlebihdahulu sebelum memasukinya. Dan inilah yang
kemudian disebut syahadatain, suatu ucapan dalam dakwah Islam
yang di Jawa Tengah dan Jawa Timur terkenal dengan upacara
sekaten.
8. Sunan Muria
Nama lain sunan Muria adalah raden Prawoto, raden Umar
Syahid. Beliau merupakan putra Sunan Kalijogo dan Dewi Saroh.
Dalam kesehariannya, dia mencerminkan pribadi yang menempatkan
rasa cinta kepada Allah. Maka tidak heran jika beliau terkenal sebagai
sufi atau ahli tasawuf.
Dalam menyebarkan Islam, beliau juga melakukan seperti
yang dilakukan ayahandanya. Tradisi yang ada tidak dihilangkan,
tetapi diberikan warna Islam.
Strategi dakwah yang dikembangkan adalah :
a. Menjadikan daerah-daerah pelosok pegunungan sebagai pusat
kegiatan dakwah.
b. Berdakwah melalui jalur kesenian, dengan menciptakan gending
sinom, kinanti, dan sebagainya.
9. Sunan Gunung Jati
Nama lain Sunan Gunung Jati adalah Syarif Hidayatullah.
Beliau merupakan putra dari Syarif Abdullah dan Nyai Larasantang.
Selain dikenal sebagai da’i, beliau juga sebagai pahlawan bangsa
yang gigih melawan penjajah. Beliau berhasil mematahkan kekuasaan
Portugis dan kemudian mengganti Sunda Kelapa dengan Jayakarta
(kemenangan yang paripurna).
Strategi dakwah yang dikembangkannya adalah sebagai
berikut :
a. Melakukan pembinaan internal kesultanan dan rakyat yang masuk
dalam wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah harus diislamkan,
sebab mereka merupakan kekuatan pokok.
b. Melakukan pembinaan terhadap luar daerah dengan menyerahkan
tanggung jawabnya kepada para pemuda.
2. Bidang Politik
Pada masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan
Islam di Jawa, Walisongo mempunyai peranan yang sangat besar. Di
antara mereka menjadi penasehat Raja, bahkan ada yang menjadi
raja, yaitu Sunan Gunung Jati. Sunan Ampel sangat berpengaruh
dikalangan istana Majapahit. Istrinya berasal dari kalangan
istana dan Raden Patah (putra raja Majapahit) adalah murid
beliau. Dekatnya Sunan Ampel dengan kalangan istana membuat
penyebaran Islam di daerah Jawa tidak mendapat hambatan,
bahkan mendapat restu dari penguasa kerajaan. Sunan Giri, sering
dihubungkan dengan pemberi restu dalam penobatan raja. Setiap
kali muncul masalah penting yang harus diputuskan, wali yang
lain selalu menantikan keputusan dan pertimbangannya. Sunan
Kalijaga juga menjadi penasehat kesultanan Demak Bintoro.
3. Bidang Dakwah
Sudah jelas sepertinya, peran Walisongo cukup dominan
adalah di bidang dakwah, baik dakwah melaluil isan, maupun
melalui yang lainnya. Sebagai mubalig, Walisongo berkeliling
1. Da’i.
Walisongo berdakwah dengan cara damai. Yakni dengan
pendekatan pada masyarakat pribumi dan akulturasi budaya
(percampuran budaya Islam dan budaya lokal).Maulana Malik
Ibrahim sebagai perintis mengambil peranannya di daerah Gresik,
setelah beliau wafat wilayah ini di kuasai oleh Sunan Giri,
Sunan Ampel mengambil posisinya di Surabaya, Sunan Bonang
di Tuban, sementara itu Sunan Drajat di Sedayu, sedangkan di Jawa
Tengah ada tiga wali yaitu Sunan Kudus yang mengambil wilayah di
Kudus, Sunan Muria pusat kegiatan dakwahnya terletak di
Gunung Muria (sekitar 18 km sebelah utara Kota Kudus), dan
Sunan Kalijaga berdakwah di Demak, sedangkan di Jawa Barat
hanya ada satu orang wali saja yaitu Sunan Gunung Jati.Sunan
Gunung Jati menjadi Raja muda di Cirebon dan Banten di
bawah lindungan Demak, dan Sunan Giri bukan hanya ulama,
namun juga pemimpin pemerintahan, jadi beliau bersifat al-ulama
wa al-umara, sedangkan tujuh wali yang lain hanya bersifat al-ulama
saja.
2. Mad’u.
Kondisi mad’u pada masa wali ini termsuk mad’u ummah
karena pada saat itu mereka masih beragama hindu –budha, akan
3. Materi.
Materi dakwah yang diterapkan pada dakwah Walisongo ini
adalah akidah, syari’ah dan muamalah, dimana para Wali
menanamkan akidah kepada masyarakat setempat,karena
menghawatirkan penyimpangan akidah akibat tradisi masyarakat
jawa, serta memperhatikan secara khusus kepada kesejahteraan
sosial dari fakir miskin, mengorganisir amil, zakat dan infak, dan
juga mengajarkan ilmu-ilmu agama seperti ilmu fikih, ilmu hadis,
serta nahwu dan saraf kepada anak didiknya.
4. Metode.
Meskipun tidak membawa bendera tertentu kecuali Islam
dan Ahl al-Sunnah Wa al-Jama’ah, metode dakwah yang
digunakan Walisongo adalah penerapan metode yang
dikembangkan para sufi Sunni dalam menanamkan ajaran Islam
melalui keteladanan yang baik. Aliran teologinya menggunakan
teologi Asy’ariyah, sedangkan aliran sufistiknya mengarah pada Al-
Ghazali. Jejak yang ditinggalkan Walisongo itu terlihat dalam
kumpulan nasihat agama yang termuat dalam tulisan-tulisan para
murid dalam bahasa Jawa yang dikenal dengan primbon, yang
menggambarkan hakikat aliran tasawuf yang mereka anut dan
kembangkan. Hal ini juga didasarkan pada manuskrip yang
ditemukan Drewes yang diperkirakan ditulis pada masa transisi
dari Hinduisme kepada Islam, yakni pada masa Walisongo
hidup. Dalam manuskrip yang menguraikan tasawuf itu
terdapat beberapa paragraf cuplikan dari kitab al-Bidayah wa al-
Nahayah karya al-Ghazali.11
Kendati demikian, metode dakwah yang dilakukan para wali
berbeda-beda. Metode yang dilakukan Sunan Kudus tampak
unik dengan mengumpulkan masyarakat untuk melihat lembu yang
dihias sedemikian rupa sehingga tampil bagai pengantin itu kemudian
diikat di halaman masjid, sehingga masyarakat yang ketika itu masih
11
Wiwoho B, Islam Mencintai Nusantara Jalan Dakwah Sunan Kali Jaga, (Tanggerang:
Pustaka Iiman, 2017), 68.
Volume V Nomer 2 September 2022 123 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
e-ISSN 2620-5122
Reny Masyitoh & Sadin Subekti Strategi Dakwah Walisongo
5. Media.
a. Masjid
Dimana masjid ini digunakan sebagai tempat ibadah dan
kegiatan keagamaan yang lainnya. masjid Demak juga di jadikan
sentral seluruh aktivitas dan sosial kemasyarakatan.
b. Wayang
Wayang sesungguhnya merupakan boneka yang terbuat
dari kulit kerbau atau sapi, pipih yang memiliki dua tangan
yang dapat digerakkan dengan stik dan dimainkan oleh
seorang dalang, Oleh karenanya, di dalam cerita wayang itulah
terkandung nilai moral dan akhlak, perihal keimanan sampai pada
thariqah (jalan) menuju ketaqwaan kepada Allah.12
c. Pesantren.
Di mana pesantren ini berfungsi sebagai sarana
mengamalkan dan mengabdikan ilmunya kepada masyarakat,
dari pesantren yang telah didirikan lahirlah para Da’i yang
memiliki kemampuan tinggi yang tinggi dalam
memperjuangjan dakwah selanjutnya.
d. Kitab
Kitab yang berbentuk puisi maupun prosa, kitab inilah
yang kemudian dikenal dengan Suluk Sunan Bonang.
e. Gamelan
Alat musik yang di gunakan untuk mengiringi tembang atau
lagu-lagu Jawa yang bernuansa Islam.
12
Moh. Sawi Saifullah, Sejarah dan Tamadun Islam di Asia Tenggara, (Malaysia: Karisma,
2009), 50.
Volume V Nomer 2 September 2022 125 | Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman
e-ISSN 2620-5122
Reny Masyitoh & Sadin Subekti Strategi Dakwah Walisongo
Kesimpulan
Daftar Pustaka