Anda di halaman 1dari 91

22 

of 24

BAB 4. MATERI PERKEMBANGAN ISLAM


DI NUSANTARA

 \

 BAB 4. MATERI PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA


1. 1. Standar Kompetensi : Memahami sejarah perkembangan Islam di Nusantara . Kompetensi Dasar :
Menceritakan sejarah masuknya Islam di Nusantara melalui perdagangan, sosial, dan pengajaran
Menceritakan sejarah beberapa kerajaan Islam di Jawa, Sumatera dan Sulawesi Sumber:koleksipenulis
2. 2. 2 Pembiasaan : Ajaklah siswa membaca Al Qur'an selama 5-10 menit sebelum memulai pelajaran
agama islam. Bacaan bisa dipilih dari surah-surah yang berkaitan dengan materi pelajaran atau
membaca bacaan-bacaan dalam salat.
3. 3. 3 Ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW. tidak diturunkan di negara kita indonesia,
tetapi diturunkan di Jazirah arab. Lalu bagaimana ajaran Islam tetap lestari dan dapat sampai di
Indonesia? Siapa orang yang berjuang membawakan ajaran tersebut sampai di sini? Dengan cara apa
ajaran Islam sampai? Dan bagaimana keadaan dan perkembangan ajaran Islam setelah itu di
Indonesia? Berikut kita perhatikan bersama penjelasan mengenai hal-hal tersebut di bawah ini. A.
Sejarah Masuknya Islam di Indonesia Secara historis, proses masuknya agama islam ke Indonesia
belum dapat dipastikan waktunya. Beberapa sejarawan menyebutkan abad ke-7 sebagai awal
masuknya islam. Pendapat lain mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13.
Berdasarkn penelitian para ahli, agama Islam dibawa dan dikembangkan oleh para saudagar muslim
dari Gurajat, Arab, dan Persia. Ajaran ini diterima oleh masyarakat yang tinggal di pesisir pantai utara.
Dengan demikian, melalui para saudagar inilah agama Islam mulai berkembang pesat yang ditandai
adanya kerajaan-kerajaan Islam di pesisir pantai. Perkembangan agama islam di Indonesia
berlangsung sangat cepat. Hal ini tidak terlepas dari peranan para saudagar muslim, dan mubalig, yang
dalam hal ini termasuk peran walisongo. Dengan penuh semangat mereka menyebarkan nilai- nilai
islam kepada masyarakat setempat. Nilai- nilai ajaran islam tersebut di sampaikan melalui
perdagangan, sosial, dan pendidikan. Peranan Saudagar Muslim dalam Penyebaran Agama Islam
Dengan berbagai upaya dan perjuangan yang dilakukan oleh para saudagar muslim tersebut, kehadiran
Islam di nusantara bukan hanya berkenan di kalangan masyarakat barat, melainkan juga telah
menyentuh masyarakat kelas atas, seperti kaum bangsawan, tokoh masyarakat, kepala suku, dan para
uleebalang (ketua adat).
4. 4. 4 Perjuangan para saudagar muslim tidak berhenti sampai di situ. Mereka terus berjuang dan tak
kenal lelah menyebarkan nilai-nilai ajaran Islam pada masyarakat haingga berhasil. 1. Peranan Wali
Songo dan Ulama dalam Penyebaran Agama Islam Selain para pedagang, faktor lain yang memiliki
jasa besar dalam penyebaran agama Islam di Indonesia adalah ulama dan mubaliq. Penyebaran agama
Islam khususnya di jawa dikembangkn oleh sejumblah wali. Untuk mengoordinasikan kegiatan
dakwah yang dilakukan oleh para wali tersebut, dibentuklh sebuah orgnisasi Wali Songo (Ulama
Sembilan) yang beranggotakan sembilan orang wali. Wali adalah seseorang yang mamiliki
kepribadian baik dan dianggap dekat dengan Allah swt. Serta mempunyai kemampuan atau kekuatan
yang tidak dimiliki oleh manusia biasa. Pendapat lain mengatakan bahwa seorang wali adalah orang
yang selalu dijaga oleh Allah swt dan senantiasa berbakti kepada-Nya. Wali Songo mangembangkan
agama Islam antara abad ke-14 sampai abad ke-16M. Dalam buku Babad Tanah Jawi dikatakan bahwa
dalam berdakwah para wali ini dinggap sebagai sekelompok mubaliq untuk daerah penyiaran tertentu.
Selain dikenal sebagai ulama, mereka juga berpengaruh besar dalam pemerintahan. Oleh karena itu,
mereka diberi gelar sunan atau susunan (junjungan). Berikut ini di antara Wali Songo yang berperan
dalam menyiarkan dan mengembangkan agama Islam di Pulau Jawa. a. Sunan Gresik (Maulana Malik
Ibrahim) Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Maulana Magribi karena berasal dari wilayah
Magribi (Afrika Utara). Namun, ia lebih dikenal dengan sebutan Sunan Gresik karena selama lebih 20
tahun ia berhasil mencetakkader penyebaran agama Islam pertama di Pulau Jawa. Ia berdakwah secara
intensif dan bijaksana. Meskipun bukan orang jawa, tetapi ia mampu mengatasi keadaan
5. 5. 5 masyarakat setempat dan menerapkan metode dakwah yang tepat untuk menarik simpati
masyarakat kepada Islam. Di antara upayanya, yaitu menghilangkan sistem kasta dalam masyarakat.
b. Sunan Ampel (Maulana Rahmatullah) Sunan Ampel memulai dakwahnya dari sebuah pesantren
yang didirikan di Ampel Denta (dekat Surabaya). Sunan Ampel dikenal sebagai wali yang tidak setuju
terhadap adat istiadat masyarakat jawa pada masa itu, misalnya kebiasaan mengadakan sesajin atau
selamatan. Namun, para wali lain berpendapat bahwa hal itu tidak dapat dihilangkan dengan segera,
melainkan dengan cara memasukkan nilai-nilai Islami di dalamnya. Sunan Ampel juga di anggap
sebgai penerus cita- cita dan perjuangan Sunan Gresik. c. Sunan Bonang (Maulana Makhdun Ibrahim)
Sunan Bonang termasuk Wali yang menyebarkan agama Islam dengan cara menyesuaikan
kebudayaan masyarakat Jawa, seperti wayang dan musik gamelan. Untuk itu dia menciptakan
gending-gending yang memiliki nilai-nilai keislaman. Setiap bait lagu diselingi dengan ucapan dua
kalimat syahadat (syahadatain) sehingga musik gamelan yang mengiringinya dikenal dengan istilah
Sekaten. d. Sunan Drajat (Maulana Syaifuddin) Sunan Drajat dikenal sebagai seorang wali yang
berjiwa sosial tinggi. Sumbangsih nya terhadap yatim piatu, fakir miskin, dan orang sakit cukup
banyak. Perhatiaannya yang demikian besar terhadap masalah sosial sangat tepat karena ia hidup pada
saat kerajaan majapahit runtuh dan rakyat mengalami krisis yang memprihatinkan. Selain itu, dalam
berdakwah ia juga menggunakan media kesenian. Pangkur adalah salah satu ciptaannya. e. Sunan Giri
(Maulana Ainul Yaqin) Sunan Giri yang aslinya bernama Raden Paku merupakan seorang wali yang
menyebarkan agama Islam dengan menitikberatkan pada bidang pendidikan.
6. 6. 6 Ia pernah belajar di Pesantren Anpel Denta dan juga sebagai pendiri Pesantren Giri. Dapat
dikatakan bahwa Sunan Giri merupakan tokoh pemersatu Indonesia di bidang pendidikan agama
islam. f. Sunan Kalijaga (Maulana Muhammad Syahid) Sunan Kalijaga selain dikenal sebagai seorang
wali, juga sebagai budayawan dan seniman. Karena wawasannya yang luas dan pemikirannya yang
tajam, ia tidak hanya disukai oleh rakyat tetapi juga para cendekiawan dan penguasa. Sunan Kalijaga
melakukan dakwahnya dengan cara berkelana. Sarana dakwah yang digunakan berupa pertunjukan
wayang kulit. Alur cerita dan tokoh wayang memuat nilai-nilai islam. Di antara lagu yang
diciptakannya adalah Dandanggula. g. Sunan Muria (Maulana Umar Said) Sunan Muria termasuk
salah satu Wali Songo yang dikenal pendiam, tetapi sangat tajam fatwanya. Oleh karena itu, ia juga
dikenal sebagai guru tasawuf. Dalam menyebarkan agama Islam ia lebih memfokuskan di daerah
pedesaan kerena ia sendiri tinggal di tempat yang jauh dari keramaian bersama rakyat biasa. Ia juga
seorang wali yang menyukai seni. Dua tembang yang bernuansa Islam hasil ciptaan nya adalah Sinom
dan Kinanti. Tembang Sinom umumnya melukiskan suasana ramah tamah dan nasihat. Adapun
tembang Kinanti bernada gembira digunakan untuk menyampaikan ajaran agama, nasihat, dan
falsafah hidup. h. Sunan Kudus (Maulana Ja’far Shadiq) Wali Songo yang mendapat gelar wali Al
ilmi (orang berilmu luas) adalah Sunan Kudus karena memiliki berbagai ilmu agama, seperti ilmu
tauhid, dan fikih. Karena keahliannya itu, ia mendapat kepercayaan dari Kesultanan Demak untuk
melancarkan penyebaran Islam, ia membangun sebuah masjid di Kudus yang disebut Menara Kudus
karena disampingnya terdapat Bedug Masjid. i. Sunan Gunung Jati (Maulana Syarif Hidayatullah)
7. 7. 7 Salah seorang Wali Songo yang sangat berperan dalan penyebaran agama Islam di Cirebon-Jawa
Barat adalah Sunan Gunung Jati. Ia merupakan cucu Raja Pajajaran yang lahir di Mekah. Setelah
Dewasa, ia memilih berdakwah di Jawa dan berhasil menjadikan Cirebon sebagai kerajaan Islam
pertama di Jawa Barat. Adapun para wali dalam mengembangkan agama Islam di wilayah luar Jawa
adalah : 1) Syekh Samsuddin, telah berhasil menyiarkan dan mengembangkan agama Islam di daerah
Kalimantan Barat. 2) Datuk Ribandang, telah menyiarkan dan mengembangkan agama Islam di
daerah Sulawesi. 3) Sunan Giri, telah menyiarkan dan mengembangkan agama Islam ke daerah Nusa
Tenggara, Banjarmasin, Ternate, Maluku, dan daerah-daerah lainnya disamping Pulau Jawa sendiri
sebagai pusat kegiatannya. 4) Syekh Burhanudin, telah berjasa dalam menyiarkan agama Islam di
Ulakan-Minangkabau. 2. Peranan Pedagang Muslim Pedagang-pedagang Muslim mendarat di daerah-
daerah pesisir seperti Lamuri (Aceh), Barus dan Palembang di Sumatera serta Sunda Kelapa dan
Gresik di Jawa. Dari daerah ini Islam menyebar ke daerah pesisir Indonesia lainnya seperti Bengkulu,
Banten, Demak, Giri, Gowa, Tanjungpura, Banjar, Kutai, Ternate, Tidore, Gorontalo, Jailolo dan
Papua. Dari daerah pesisir ini Islam menyebar ke daerah pedalaman. Jalan masuknya Islam ke
Indonesia diperkirakan melalui dua jalur, yaitu : 1. Jalur Utara, melalui Jazirah Arab - Damaskus –
Baghdad – Gujarat (India) – Ceylon (Srilanka) - Indonesia. 2. Jalur Selatan, melalui Jazirah Arab –
Yaman – Gujarat (India) – Ceylon (Srilanka) – Indonesia. B. Cara Penyebaran Islam di Indonesia
8. 8. 8 Kedatangan agama baru ini menarik perhatian penduduk lokal. Secara garis besar penyebaran
Islam di Indonesia melalui tiga jalur, yaitu perdagangan, hubungan sosial (perkawinan dan politik),
dan pengajaran (pesantren, tasawwuf dan kesenian). 1. Jalur Perdagangan. Kesibukan lalu-lintas
perdagangan sekitar abad ke-7 sampai abad ke-16 telah melibatkan pedagang-pedagang Muslim dari
Arab, Persia dan India. Melalui transportasi laut mereka sampai di daerah pesisir Indonesia. Sambil
berdagang mereka berdakwah baik melalui sikap mereka yang menampilkan sikap akhlakul karimah
seperti berlaku jujur, sopan, ramah, benar dalam menakar dan menimbang barang dagangan (da’wah
bil hal); maupun secara lisan dengan menjelaskan ajaran-ajaran Islam secara langsung (da’wah bil
lisan). Masuknya Islam dengan cara perdagangan ini sangat efektif, karena yang terlibat dalam urusan
perdagangan bukan hanya rakyat kecil tetapi juga para bangsawan dan raja, bahkan banyak
diantaranya sebagai pemilik kapal dan pemilik saham. Selanjutnya para pedagang Muslim ini
mendirikan pemukiman dan masjid serta mendatangkan mullah dari negeri asalnya untuk mengajar
agama. Berpusat di masjid inilah kemudian Islam menyebar ke daerah pedalaman. 2. Jalur Hubungan
Sosial Penyebaran Islam melalui jalur hubungan sosial terjadi melalui dua cara, yaitu dengan cara
perkawinan dan politik. Dari segi ekonomi para pedagang Muslim mempunyai status sosial yang lebih
tinggi dibanding rakyat setempat. Hal ini menjadi daya tarik rakyat pribumi terutama para bangsawan
untuk menikahkan anak mereka dengan pedagang Muslim atau anaknya, tentu saja sebelum menikah
anak-anak bangsawan ini
9. 9. 9 harus mengucapkan dua kalimat syahadat. Demikian yang terjadi antara Raden Rahmat (Sunan
Ampel) dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan Putri Kawunganten, Brawijaya dengan Putri
Campa yang menurunkan Raden Patah (Raja Demak yang pertama). Melalui jalur perkawinan ini,
selanjutnya Islam berkembang secara turun temurun. Dari sisi politik, masuk Islamnya raja atau
bangsawan sangat berpengaruh terhadap keyakinan yang dianut rakyatnya. Melalui kewibawaan
ataupun kebijakannya raja dan bangsawan mengislamkan rakyatnya. Demikian yang terjadi di Jawa,
Maluku dan Sulawesi. Di samping itu karena alasan politis juga, kerajaan-kerajaan Islam yang sudah
berdiri kerapkali menaklukan daerah baru yang belum Islam. Kemenangan ini menarik perhatian
rakyat di daerah taklukan dan sekitarnya untuk masuk Islam. Misalnya Raden Patah membantu
Pangeran Samudra memerangi kerajaan Daha, setelah mendapat kemenangan Pangeran beserta
rakyatnya masuk Islam. Para ulama mempunyai hubungan dekat dengan raja bahkan beberapa
diantaranya menjadi penasehat. Sebagai penghormatan, setelah seorang ulama wafat jasadnya
dimakamkan di dekat makam raja atau keluarganya. Cara-cara berdakwah Sunan Drajat banyak
dilakukan melalui kegiatan sosial seperti kegotongroyongan dan santunan. 3. Jalur Pengajaran
Setidaknya tedapat tiga cara masuknya Islam di Indonesia melalui jalur pengajaran, yaitu pesantren,
tasawwuf dan kesenian. pengajaran Islam yang dilaksanakan di kalangan keluarga bangsawan pada
umumnya dilakukan secara privat, artinya diikuti secara khusus oleh keluarga bangsawan tersebut
dengan mullah sebagai pengajar. Sedangkan pengajaran untuk kalangan rakyat umumnya berlangsung
di masjid. Pengajaran di masjid ini semakin banyak diikuti oleh para
10. 10. 10 muallaf, hal ini mendorong para kiai dan ulama semakin serius menyelenggarakan pendidikan
Islam. Agar proses pendidikan berjalan dengan baik mereka mulai mendirikan lembaga pendidikan
berupa pesantren, sedangkan muridnya disebut santri. Setelah menyelesaikan pendidikannya para
santri kembali ke daerah masing-masing ataupun dikirim ke daerah baru untuk menyebarkan Islam.
Contohnya pesantren Raden Rahmat di Ampel Denta (Surabaya) dan pesantren Sunan Giri di Giri
(Gresik). Tamatan pesantren Giri banyak yang dikirim ke Maluku untuk menyebarkan Islam.
Berdasarkan akar sejarah, pesantren di Jawa menjadi tujuan belajar para santri dari luar daerah.
Setelah tamat, merekapun kembali ke daerah asalnya untuk melanjutkan Islamisasi, dan banyak di
antaranya yang kemudian mendirikan pesantren sendiri. Penyebaran Islam melalui tasawwuf atau
teosofi (menjauhkan diri dari kesibukan duniawi untuk mendekatkan diri kepada Tuhan) terutama
diperkenalkan kepada penganut Hindu yang menganut paham teosofi tersebut. Oleh para muballigh,
teosofi Islam disesuaikan dengan alam pikiran Indonesia saat itu, sehingga Islam lebih mudah
diterima. Diantara para ulama yang berkecimpung di bidang tasawwuf adalah Hamzah al-Fansuri
(Aceh), Syaikh Lemah Abang dan Sunan Panggung (Jawa). Jalur kesenian ditempuh oleh para
muballigh karena mereka melihat masyarakat setempat menggandrungi kesenian, misalnya wayang.
Sunan Kalijaga dikenal sebagai muballigh yang mahir memainkan wayang purwa (wayang kulit).
Pagelaran wayang dilaksanakan di beranda masjid. Di depan masjid sengaja dibuat kolam yang
dangkal, tujuannya agar orang yang akan menonton wayang membersihkan kakinya terlebih dahulu.
Cerita-cerita pewayangan diambil dari Kitab Mahabharata dan
11. 11. 11 Ramayana, namun oleh Sunan diubah dengan cerita yang bernuansa Islam demikian dengan
tokoh-tokoh wayangnya. Sunan tidak meminta upah, para penonton hanya diminta mengucapkan dua
kalimah syahadat setelah selesai pertunjukan. Kesenian lain yang digunakan sebagai sarana Islamisasi
adalah sastra (hikayat, babad), seni bangunan dan seni ukir. C. Kerajaan Islam di Nusantara
Tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam terjadi melalui beberapa cara, pertama karena adanya raja atau
bangsawan yang memeluk Islam yang kemudian mengubah kerajaaannya menjadi kerajaan Islam,
contohnya Gowa - Tallo; kedua kerajaan yang sudah ada dalam keadaan lemah sehingga menjadi
peluang bagi penguasa daerah pesisir untuk mendirikan kerajaan, misalnya kerajaan Demak; ketiga
karena pemeluk Islam di suatu daerah semakin banyak dan kuat sehingga membutuhkan pimpinan,
misalnya kerajaan Samudra Pasai. Tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia berlangsung
mulai abad ke-11 M sehingga sampai abad ke-18 setidaknya terdapat 17 kerajaan. 1. Kerajaan Islam di
Jawa Islamisasi di Jawa sudah berlangsung sejak abad ke -11 terbukti dengan ditemukannya makam
Fatimah binti Maimun di Leran (Gresik) yang bertarikh 475 H atau 1082 M. Berlanjut hingga pada
saat Majapahit mencapai puncak kejayaannya sekitar abad ke -13 sudah banyak penganut Islam,
dibuktikan dengan ditemukannya nisan kuburan Muslim di Troloyo, Trowulan dan Gresik. Komunitas
Muslim dan kuatnya pengaruh penguasa yang sudah Muslim memicu tumbuhnya kerajaan-kerajaan
Islam. Tercatat adanya beberapa kerajaan Islam di Jawa, seperti Demak, Pajang, Mataram, Cirebon
dan Banten.
12. 12. 12 a. Kerajaan Demak Raden Patah adalah raja Demak pertama yang diangkat berdasarkan
kesepakatan Wali Songo, bergelar Senopati Jimbun Ngabdurahman Panembahan Palembang Sayidin
Panatagama. Raden Patah memerintah sekitar akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16. Raja Demak
sepeninggal Raden Patah adalah Pangeran Sabrang Lor (Pati Unus), Sultan Trenggono (Sultan Ahmad
Abdul ’Arifin) tahun 1524 – 1546, dan Sunan Prawoto. Masa keemasan Demak berlangsung pada
masa pemerintahan Sultan Trenggono. Pada masa ini Islam sudah tersebar ke seluruh Jawa dan
Kalimantan Selatan. Ditandai pula dengan beberapa penaklukan seperti Sunda Kelapa, Majapahit dan
Tuban (1527), Madiun (1529), Blora (1530), Surabaya (1531), Pasuruan (1535) dan beberapa daerah
lain. Kerajaan Demak berakhir karena pemberontakan beberapa adipati di sekitar Demak.
Pemerintahan Demak dilanjutkan oleh kerajaan Pajang di daerah Kartasura. b. Kerajaan Pajang Pajang
dianggap sebagai penerus kerajaan Demak. Pada mulanya Pajang merupakan salah satu kadipaten
Demak. Setelah terjadi kekacauan di Demak, penguasa Pajang, Jaka Tingkir segera mengambil alih
kekuasaan dan menjadi raja Pajang pertama, bergelar Sultan Adiwijaya. Penguasa Pajang sepeninggal
Sultan Adiwijaya adalah Aria Pangiri dan Pangeran Benawa. Puncak kejayaan Pajang dicapai pada
masa Sultan Adiwijaya diantaranya mengenalkan kesusastraan dan kesenian keraton Demak ke
masyarakat Pajang di pedalaman dan berhasil menaklukan Blora (1554) dan Kediri (1577). Hubungan
dengan kerajaan lain pada masa ini umumnya berlangsung baik. Sepeninggal Sultan Adiwijaya,
Pajang diliputi dengan intrik dan perebutan kekuasaan serta di bawah pengaruh Mataram. Riwayat
Pajang berakhir tahun
13. 13. 13 1618 karena memberontak terhadap Mataram dan berhasil dihancurkan Mataram. c. Kerajaan
Mataram Pendiri kerajaan Islam Mataram adalah Ki Gede Pemanahan. Sepeninggalnya Mataram
dipimpin oleh Panembahan Senapati Ingalaga, Panembahan Seda Ing Krapyak, Sultan Agung, dan
Amangkurat I. Pada masa Sultan Agung (wafat 1646), Mataram sudah menguasai seluruh Jawa Timur
(1636). Pada masa ini pula Belanda mulai masuk ke Jawa dan mendirikan VOC (Verinidge Oost
Indische Compagnie, persekutuan dagang Belanda). Sultan Agung tidak suka dengan maksud
kedatangan Belanda, oleh karena itu antara keduanya sering terjadi peperangan. Antara tahun 1625 –
1629 Sultan Agung menyerang Batavia yang berakhir dengan kekalahannya. Karya besar Sultan
Agung lainnya adalah mengubah penanggalan Saka dengan penanggalan Jawa – Islam pada tahun
1633. Sepeninggal Sultan Agung, Mataram diperintah oleh Amangkurat I. Masa pemerintahan
Amangkurat I diwarnai berbagai konflik, musuh politik Amangkurat I adalah kalangan yang didukung
oleh para ulama. Oleh karena itu masa pemerintahannya dinodai dengan penumpasan sekitar 5.000
ulama pada tahun 1647 M. Disamping itu campur tangan Belanda semakin kuat sehingga wilayah
Mataran semakin menyempit. Berdasarkan Perjanjian Giyanti (1755) Mataram dipecah menjadi dua
yaitu Mataram Surakarta (Kasunanan) dan Mataram Yogyakarta (Kesultanan). Kemudian muncul lagi
pecahan Mataram berikutnya yaitu Mangkunegaran dan Pakualaman. Kerajaan Mataram Islam
mempunyai andil besar dalam pengembangan Islam di Jawa. Selain perluasan Islam ke daerah-daerah
lain upaya lain untuk memajukan Islam dilaksanakan melalui pendirian masjid, penerjemahan naskah
Arab ke bahasa Jawa dan pendirian pesantren.
14. 14. 14 d. Kesultanan Cirebon Awal abad ke ke -16 Cirebon hanya sebuah pelabuhan kecil bagian
kekuasaan kerajaan Pakuan Pajajaran. Prabu Siliwangi, raja Pajajaran hanya menempatkan seorang
juru labuh bernama Pangeran Walangsungsang. Ketika berhasil memajukan Cirebon, Pangerang
Walangsungsang sudah memeluk Islam. Tetapi yang berhasil menjadikan Cirebon menjadi kerajaan
adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati (1448-1568 M), pengganti sekaligus keponakan
Pangeran Walangsungsang. Dialah pendiri kesultanan Cirebon kemudian Banten. Dari Cirebon Sunan
Gunung Jati menyebarkan Islam ke daerah lain di Jawa Barat seperti Majalengka, Kuningan, Kawali
(Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten. Penguasa Cirebon setelah Sunan Gunung Jati adalah Pangeran
Ratu atau Panembahan Ratu (wafat 1650) dan Panembahan Girilaya. Setelah Panembahan Girilaya
wafat, kesultanan Cirebon dibagi menjadi dua yaitu Kesultanan Kasepuhan dipimpin oleh
Panembahan Sepuh (Martawijaya bergelar Syamsuddin) dan Kesultanan Kanoman yang dipimpin
oleh Panembahan Anom (Kartawijaya bergelar Badruddin). e. Kesultanan Banten Setelah menguasai
Banten, Sunan Gunung Jati segera meletakkan dasar bagi pengembangan agama dan perdagangan
(1524-1525 M), selanjutnya beliau kembali ke Cirebon. Kekuasaan di Banten diserahkan kepada
anaknya, Sultan Hasanuddin. Saat kekuasaan Demak beralih ke Pajang (1568), Banten memerdekakan
diri dan Sultan Hasanuddin menjadi raja pertama. Raja-raja Banten sepeninggalnya adalah Maulana
Yusuf, Sultan Muhammad, Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulkadir, dan Sultan Abdulfath
Abdulfath.
15. 15. 15 Melalui Banten Islam tersebar ke Lampung, Bengkulu, Jayakarta dan Karawang. Kesultanan
Banten berakhir karena mulai masuknya Belanda. 2. Kerajaan Islam di Sumatera Islamisasi pesisir
Sumatera sudah dimulai sejak abad ke -7 M. Karena jumlah penganut Muslim semakin bertambah,
timbullah kerajaan-kerajaan Islam (abad ke-13) seperti Samudera Pasai dan Aceh Darussalam. a.
Samudera Pasai Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Malik al Saleh yang memerintah sampai
1207 M. Berturut-turut raja yang memerintah setelah malik al Saleh adalah Muhammad Malik al
Zahir, Mahmud Malik al Zahir, Manshur Malik al Zahir, Ahmad Malik al Zahir, Zain al Abidin Malik
al Zahir, Nahrasiyah, Abu Zaid Malik al Zahir, Mahmud Malik al Zahir, Zain al Abidin, Abdulllah
Malik al Zahir, dan Zain al Abidin. Samudera Pasai beribukota di daerah Muara Sungai Peusangan
(Aceh timur laut), erupakan salah satu mata rantai perdagangan Arab, India dan Cina. Basis
perekonomiannya adalah perdagangan dan pelayaran dengan dirham sebagai mata uangnya. Kerajaan
ini pernah disinggahi oleh Ibnu Batutah, pengembara Muslim asal Maroko pada tahun 1345 M. Tahun
1521 kerajaan ini ditaklukkan Portugis, kemudian tahun 1524 direbut dan dijadikan wilayah oleh
kerajaan Aceh Darussalam. b. Aceh Darussalam Kerajaan ini didirikan oleh Muzaffar Syah (1465 –
1497 M), saat terletak di wilayah Kabupaten Aceh Besar. Peletak kebesaran kerajaan Aceh adalah
Sultan Alauddin Riayat Syah, ia menggalang kerjasama dengan kerajaan Turki Usmani. Pada masa
Ali Mughayat Syah (1514 – 1530) Aceh memperluas wilayahnya ke Pidie dan Sumatera Timur. Raja
Aceh sepeninggalnya adalah
16. 16. 16 Salahuddin, Sultan Alauddin Riayat Syah al Kahar, dan Iskandar Muda, Iskandar Tsani
Alauddin Mughayat Syah, Ratu Taj al Alam dan raja-raja perempuan lainnya. Kerajaan Aceh
mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1608 – 1637). Pada masa
pemerintahannya wilayah Aceh meliputi seluruh pesiri timur dan barat Sumatera dan Minangkabau.
Raja Aceh yang terakhir adalah Iskandar Tsani, dia memerintah dengan moderat dan adil,
pengetahuan agama berkembang pesat. Masjid Agung Baiturrahman Banda Aceh (Sumber :
Ensiklopedi Islam) ) c. Kerajaan Islam di Sulawesi Penyebaran Islam di Sulawesi sebenarnya sudah
dirintis oleh Sultan Babullah dari Ternate. Ia mengadakan perjanjian persahabatan dengan kerajaan
Gowa-Tallo yang merupakan dua kerajaan kembar di Sulawesi. Kedua kerajaan ini biasa disebut
dengan kerajaan Makassar. Melalui perjanjian ini Sultan Babullah berusaha mengajak raja Gowa-
Tallo untuk masuk Islam, tetapi gagal. Baru setelah kedatangan Datu’ Ri Bandang ke Gowa-Tallo,
Islam berhasil masuk ke Gowa- Tallo.
17. 17. 17 d. Kerajaan Gowa – Tallo Sultan Alauddin Tumenanga ri Gaukanna (1593 – 1639) adalah raja
Gowa – Tallo pertama yang masuk Islam pada tahun 1605. Setelah itu penyebaran Islam dilakukan
berdasarkan perjanjian raja-raja Bugis – Makassar. Perjanjiani ini mengharuskan raja yang
menemukan ”hal baik” agar memberitahukannya kepada yang lain. Oleh karena itu Sultan Alauddin
menyampaikan ”pesan Islam” kepada kerajaan lainnya. Penguasa Gowa setelah Alauddin adalah
Sultan Malikussaid kemudian Sultan Hasanuddin (1653 – 1659). Gowa merupakan musuh utama
VOC. Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin terjadi peperangan besar dengan VOC yang
bersekutu dengan Aru Palaka, seorang Pangeran Bugis. Pertempuran ini berakhir dengan
penandatanganan Perjanjian Bongaya (1667). Bekas Istana kerajaan Gowa, sekarang dijadikan
museum. (Sumber : Ensiklopedi Islam) Perjanjian Bongaya mengakibatkan kekuasaan Gowa di
Sulawesi semakin lemah dan digantikan Bone. Tahun 1672 Aru Palaka menjadi Raja Bone. Kerajaan
Islam di Sulawesi mulai lemah ketika Belanda berhasil memperkuat posisinya dengan menguasai jalur
perdagangan di wilayah Indonesia Timur pada akhir abad ke -17.
18. 18. 18 e. Kerajaan Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone Selain Gowa – Tallo, di Sulawesi terdapat
kerajaan lain seperti Luwu, Wajo, Soppeng, dan Bone (kerajaan Bugis). Islamnya kerajaan Bugis
diawali dari seruan Sultan Alauddin atas dasar perjanjian raja-raja Bugis – Makassar tentang ”hal
baik” tersebut di atas. Luwu segera menerima seruan tersebut. Tiga kerajaan lain yakni Kerajaan
Bone, Soppeng dan Wajo menolak, kemudian terjadilah peperangan antara kedua belah pihak.
Peperangan ini disebut dengan Musu Selleng atau Perang Islam. Ketiga kerajaan tersebut tergabung
dalam persekutuan Tellumpoco. Karena mengalami kekalahan Kerajaan Wajo masuk Islam pada
tahun 1610 dan Bone tahun 1611. Dengan masuk Islamnya Bone maka seluruh wilayah Sulawesi
Selatan sudah masuk Islam, kecuali Tana Toraja.
19. 19. 19 1. Sejak abad ke 7 – 8 M pedagang Muslim asal Arab, Persia dan India sudah singgah di
wilayah Nusantara. 2. Penyebaran Islam di Indonesia dilakukan melalui jalur perdagangan, hubungan
sosial (perkawinan, politik) dan pengajaran (pesantren, tasawwuf, kesenian). 3. Penyebaran Islam di
Jawa dilakukan oleh Walisongo, yaitu : Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang,
Sunan Drajat, Sunan Gunung Jati, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, Sunan Muria. 4. Kerajaan Islam
yang pernah berkuasa di Indonesia adalah Samudera Pasai, Cirebon, Giri, Ternate, Demak, Aceh
Darussalam, Banten, Kutai, Buton, Palembang, Pajang, Mataram, Goa, Banjar, Kotawaringin, Bima,
Siak Sri Indrapura. Agama Islam yang kita anut sekarang ini diturunkan di Tanah arab, yang letaknya
sangatlah jauh dari tempat kita hidup sekarang ini. Coba bayangkan seandainya tidak ada orang yang
mau membawa dan menyebarkan ajaran Islam dari tanah arab sampai ke negara kita ini, tentulah kita
akan menjadi orang yang hidup dalam kegelapan (jahiliyah). Pernahkah kamu bersyukur kepada Allah
dan kepada mereka (para suhada dan mubaligh) yang telah mengorbankan waktu, harta, tenaga, dan
bahkan nyawanya untuk sampainya Islam kepada kita? Untuk itu, marilah kita senantiasa terus
bersyukur kepada Allah dan tetap mendoakan kepada para syuhada dan mubaligh agar mereka semua
selalu dalam lindungan
20. 20. 20 Allah swt. Di samping itu kita berusaha untuk tetap menerima dan mengamalkan ajaran-ajaran
Islam dengan khusu’ dan istiqamah, diiringi usaha untuk menyebarkan kepada orang lain walaupun
sangat sederhana. Dakwah : penyiaran ajaran Islam Syiar : penyebaran ajaran Islam Mubaligh : orang
yang menyiarkan ajaran Islam Syahid : orang yang mati dalam membela Islam Jihad :
memperjuangkan ajaran Islam dengan sungguh-sungguh Tabayun : meminta penjelasan A. Berilah
tanda silang (X) pada huruf a,b,c atau d pada jawaban yang paling tepat ! 1.Islam masuk ke Indonesia
pada abad …. a. 10 M b. 11 M
21. 21. 21 c. 12 M d. 13 M 2.Ajaran Islam masuk ke Indonesia dibawa pedagang, kecuali …. a. India b.
Arab c. Gujarat d. Eropa 3.Yang bukan merupakan cara penyebaran Islam di Indonesia adalah ….
a.perkawinan b.penataran c.kesenian d.perdagangan 4.Walisongo yang menyebarkan ajaran Islam
dengan cara gamelan adalah …. a.Sunan Gunung Djati b.Sunan Giri c.Sunan Kudus d.Sunan Drajat
5.Kerajaan Islam pertama di Nusantara adalah …. a.Demak b.Majapahit c.Samudra Pasai d.Padang 6.
Kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa adalah .... a.Pajang b.Demak c.Banten d.Mataram 7. Pendiri
kerajaan Samudra Pasai adalah .... a. Malik al Saleh
22. 22. 22 b.Muhammad Malik al Zahir c. Mahmud Malik al Zahir d. Manshur Malik al Zahir 8. Pendiri
kerajaan Islam Mataram adalah .... a.Ki Gede Pemanahan b.Panembahan Senapati Ing Alaga
c.Panembahan Seda Ing Krapyak d.Sultan Agung, dan Amangkurat I. 9. Tradisi sekaten diadakan
untuk memperingati Maulid Nabi yang dilaksanakan di Kota .... a.Solo b.Semarang c.Demak
d.Surabaya 10. Tradisi Dugderan yang dilaksanakan di Kota Semarang bertujuan untuk menyambut
datangnya bulan ..... a. Muharam b. Syawal c. Ramadhan d. Maulud B. Isilah titik-titik di bawah ini
dengan benar! 1. Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh .... 2. Islam masuk di Pulau Jawa pada
tahun .... 3. Walisongo yang menyebarkan Islam di Cirebon adalah .... 4. Raja pertama kerajaan
Samudra Pasai adalah .... 5. Kesenian sekaten di Kota Solo sebenarnya berasal dari kata .... C.
Pasangkan kalimat di bawah sehingga menjadi benar!
23. 23. 23 1 Sunan Kalijaga A Cirebon 2 Sunan Giri B Wayang Kulit 3 Sunan Muria C Raden Paku 4
Sunan Ampel D Maulana Umar Said 5 Syarif Hidayatullah E Surabaya D. Jawablah pertanyaan di
bawah ini dengan benar! 1. Sebutkan dan jelaskan cara penyebaran Islam di Indonesia! 2. Sebutkan 3
kerajaan Islam di Pulau Sulawesi! 3. Sebutkan seni dan tradisi Islam yang masih ada sampai sekarang!
4. Mengapa cara dakwah walisongo bisa diterima oleh masyarakat di Pulau Jawa? 5. Siapakah orang
yang berjasa membawa ajaran Islam sampai di Indonesia? TUGAS INDIVIDU Buatlah ringkasan
tentang Walisongo, cara yang digunakan dalam pendekatan dakwahnya, dan dimana ia menyebarkan
ajaran Islamnya? Kemudian kumpulkan kepada Bapak/Ibu Gurumu untuk dinilai. TUGAS
KELOMPOK Buatlah kelompok, dan coba diskusikan bersama teman dan Bapak/Ibu Gurumu,
tentang: • Masuknya Islam di Indonesia • Cara penyebaran Islam di Indonesia
24. 24. 24 • Kerajaan-keraan Islam di Pulau Jawa • Cara penyiaran Islam Walisongo • Kerajaan Islam di
Sumatra • Kesenian dan tradisi Islam yang ada Jawa Tengah
Recommended

Anda mungkin juga menyukai