Anda di halaman 1dari 5

Strategi Dakwah dan Sejarah Perkembangan Islam di

Indonesia
1. Proses masuknya Islam di Indonesia
Pertama, teori Gujarat. Islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat – India melalui
peran para pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M. Kedua, teori Makkah.
Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para
pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori Persia. Islam tiba di
Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya
singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M. Mereka berargumen
akan fakta bahwa banyaknya ungkapan dan kata-kata Persia dalam hikayat-hikayat
Melayu, Aceh, dan bahkan juga Jawa. Selain itu pula, temuan Marco Polo juga
menyatakan sebagai dampak interaksi orang-orang Perlak di Sumatra Utara, mereka
telah mengenal Islam. Selama masa-masa ini, dinyatakan oleh Van Leur dan Schrieke,
bahwa penyebaran Islam lebih terbantu lewat faktor-faktor politik alih-alih karena
niaga. Pandangan lain dari AH Johns dan SQ Fatimi menyebutkan penyebaran Islam
bertumpu pada imam-imam Sufi yang cakap dalam soal kebatinan, dan bersedia
menggunakan unsur-unsur kebudayaan pra Islam dan mengisinya kembali dengan
semangat yang lebih Islami.

2. 6 strategi yang digunakan untuk berdakwah:


 Perdagangan: Pembawa agama Islam pada masa-masa permulaan adalah
golongan pedagang. Ini terjadi sekitar abad 7-16 M. Saat itu kepulauan
Nusantara merupakan kawasan perdagangan internasional yang ramai
dikunjungi pedagang dari berbagai bangsa, termasuk Arab, Persia, dan
Gujarat. Hubungan perdagangan ini dimanfaatkan oleh para pedagang
muslim sebagai media dakwah.
 Perkawinan: Para pedagang muslim memiliki status sosial dan ekonomi yang
relatif lebih baik daripada penduduk pribumi. Ini menyebabkan banyak
penduduk yang tertarik untuk menjadi isteri-isteri para pedagang muslim.
Melalui perkawinan inilah terlahir seorang muslim. Alhasil, komunitas Islam
makin luas. Pada akhirnya timbul kampung-kampung dan pusat-pusat
kekuasaan Islam. Mengutip dari jurnal Kajian Proses Islamisasi di Indonesia
tulisan Latifa Dalimunthe, dakwah melaui perkawinan lebih menguntungkan
apabila terjadi antara saudagar muslim dengan anak bangsawan atau anak
raja karena mempercepat proses Islamisasi.
 Pendidikan: Penyebaran Islam melalui pendidikan awalnya terjadi di
lingkungan keluarga, kemudian berkembang di surau, masjid, pesantren, dan
akhirnya masuk di rumah para bangsawan. Pesantren memiliki peran penting
dalam penyebaran agama Islam. Para ahli agama mendidik santri tentang
Islam. Setelah selesai menuntut ilmu para santri diharapkan dapat pulang ke
kampung halaman untuk melanjutkan dakwah. Dengan cara ini agama Islam
terus tersebar ke seluruh penjuru Nusantara.
 Tasawuf: Ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, selalu berusaha
menghayati kehidupan masyarakat, dan hidup bersama di tengah-tengah
masyarakat. Mereka mengajarkan teosofi yang telah bercampur dengan
ajaran yang sudah dikenal luas masyarakat lokal. Dengan cara ini agama Islam
lebih mudah dimengerti dan diterima.
 Kesenian: Para penyebar agama Islam memanfaatkan kebudayaan yang telah
ada sebagai media untuk berdakwah. Strategi dakwah melalui kesenian ini di
antaranya dilakukan oleh Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga
menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk untuk
mengajarkan nilai-nilai Islam. Beliau merupakan tokoh pencipta layang
Kalimasada dan lakon wayang 'Petruk Jadi Raja'.
 Politik: Strategi dakwah melalui jalur politik memiliki efek besar. Jika suatu
pemerintahan dipimpin oleh seorang raja yang telah menganut Islam, maka
banyak rakyatnya yang secara sukarela memeluk agama yang sama dengan
pemimpin mereka. Jika dakwah telah berhasil masuk dalam ranah politik,
maka kebijakan-kebijakan kenegaraan dapat disinergikan dengan tujuan
dakwah. Selain itu, strategi politik juga ditempuh melalui penaklukkan
kerajaan non Islam oleh kerajaan Islam.

3. Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia:


Kerajaan Islam di Indonesia diperkirakan kejayaannya berlangsung antara abad ke-12
sampai dengan abad ke-13. Berkembangnya kerajaan-kerajaan tersebut salah
satunya di karenakan maraknya lalu lintas perdagangan laut yang terjadi. Pedagang-
pedagang Islam dari Arab, India, Persia, Tiongkok, berbaur dengan masyarakat
Indonesia yang menyebabkan menyebarnya agama Islam di Indonesia. Kerajaan
tersebut tersebar pesat dibeberapa daerah di Indonesia yaitu di Sumatra, Jawa,
Maluku, dan Sulawesi. Masuknya Islam di Indonesia menandai munculnya era baru
dalam berbagai aspek kehidupan yang berkembang di masyarakat. Aturan-aturan
hidup yang mulai menjadi bagian yang tidak terpisahkan mulai dipraktekkan atau
diimplemantasikan dalam setiap aspek kehidupan. Aturan-aturan hidup tersebut
tidak hanya berkaitan dengan aspek legalitas formal yang bernuansa hukum,
melainkan pula nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama Islam yang berkaitan
dengan aspek kehidupan ekonomi, budaya, sosial kemasyarakatan bahkan politik
yang menjadi bagian dari bagaimana Islam mendekatkan diri pada masyarakat
Nusantara.
Dari berbagai kerajaan Islam yang ada di Indonesia, kerajaan Samudera Pasai
merupakan kerajaan Islam pertama yang muncul pada abad pertengahan yaitu pada
tahun 1267 M, bukti bahwa kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam
dapat dilihat dari salah satu pendapat petualang muslim asal Maroko yang bernama
Abu Abdullah Ibnu Batuthah pada tahun 1304 M – 1368 M yang melakukan
perjalanan ke Samudera Pasai. Kerajaan Samudera Pasai menjadi salah satu
penyebar agama Islam pada abad ke 11-12 yang dapat membuat jumlah penganut
agama Islam melampaui jumlah penganut agama Corak Hindu dan Buddha yang
sebelumnya merupakan agama yang paling dominan di Jawa dan sebagian di
Sumatera termasuk Bali dan pulau-pulau Timur Indonesia. Kerajaan Samudera Pasai
juga menjadi salah satu pusat studi Islam di Indonesia karena adanya campur tangan
atau kerja keras dari tokoh atau pemimpin yang ada di kerajaan Samudera Pasai itu
sendiri. Tokoh atau pemimpin kerajaan Samudera Pasai yang terkenal dalam
penyebaran agama Islam adalah Sultan Malik Al – Shaleh. Sultan Malik Al- Shaleh
merupakan putra Batak Gayo, bekas prajurit kesultanan Daya Pasai, pada mulanya
beliau bernama Meurah Silu dan belum menganut agama Islam. Tetapi, tidak lama
setelah Raja Merah Silu bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, beliau
kemudian masuk agama Islam dan mengganti namanya.

Sejak akhir abad ke-15 M dan permulaan abad ke-16 M, pusat-pusat perdagangan di
pesisir utara, seperti Gresik, Demak, Dermayu, Cirebon, dan Banten telah
menunjukkan kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh para wali di Jawa. Kemudian
kegiatan itu muncul sebagai kekuatan politik dengan adanya kerajaan Demak sebagai
penguasa Islam pertama di Jawa yang berhasil menyerang ibukota Majapahit. Para
wali dengan bantuan kerajaan Demak, Pajang dan Mataram dapat mengembangkan
Islam ke seluruh daerah-daerah penting di Jawa, bahkan di luar Jawa, seperti ke
Banjarmasin, Hitu, Ternate, Tidore, dan Lombok. Perkembangan Islam secara
struktural atau pada level birokrasi diawali dengan masuk Islamnya para raja-raja
yang kemudian diikuti oleh rakyatnya. Perpindahan agama para penguasa ini
memfasilitasi percepatan perkembangan Islam secara kuantitatif. Bahkan, dengan
masuknya Islam dalam kelompok bangsawan dan raja, pada akhirnya mereka akan
mendalami dan memahami Islam dalam komunitasnya dan ini awal munculnya sosok
sultan yang menjadi ulama.

4. Peranan tokoh umat Islam di Indonesia:


Salah satu cara penyebaran agama Islam ialah dengan cara mendakwah. Di samping
sebagai pedagang, para pedagang Islam dahulu juga berperan sebagai mubaligh. Ada
juga para mubaligh yang datang bersama pedagang dengan misi agamanya.
Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara para ulama mendatangi
masyarakat objek dakwah, dengan menggunakan pendekatan sosial budaya. Pola ini
memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis budaya setempat yang dialiri
dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu, para ulama ini juga mendirikan
pesantren- pesantren sebagai sarana pendidikan Islam.
Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Wali Songo (9 wali). Wali
ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada
Allah.

Kesembilan wali tersebut adalah seperti berikut:

1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim), menyiarkan Islam di sekitar Gresik.


2. Sunan Ampel (Raden Rahmat), menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur.
3. Sunan Drajat (Syarifudin), menyiarkan agama di sekitar Surabaya
4. Sunan Bonang (Makdum Ibrahim), menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan
Rembang.
5. Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said), menyiarkan Islam di Jawa Tengah.
6. Sunan Giri (Raden Paku), menyiarkan Islam di luar Jawa, yaitu Madura, Bawean,
Nusa Tenggara, dan Maluku.
7. Sunan Kudus (Jafar Sodiq), menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah.
8. Sunan Muria (Raden Umar Said), menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria,
terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah.
9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah), menyiarkan Islam di Banten, Sunda
Kelapa, dan Cirebon.

5. Peranan Lembaga Organisasi / Pendidikan Islam:


Di Indonesia, organisasi pendidikan islam tumbuh subur dan sangat memberikan
pengaruhnya terhadap kemajuan islam juga kemajuan bangsa. Berikut adalah
contoh-contoh organisasi pendidikan islam di Indonesia yang memiliki kiprah dan
sejarah panjang dalam perjalanannya.
 Muhammadiyah sudah ada sejak pra perang dunia ke-2. Muhammadiyah
lahir di Yogyakarta (19 November 191) yang didirikan oleh KH Ahmad
Dahlam. Organisasi ini lahir juga karena atas saran dan rujukan para murid KH
Ahmad Dahlan dan anggota Budi Utomo agar terdapat lembaga pendidikan
yang bisa dikembangkan. Muhammadiyah bergerak atas nama islam,
dakwah, serta memberikan pembaharuan di tengah-tengah masyarakat.
Muhammadiyah menempatkan diri dan menitik beratkan kepada masalah
pendidikan sebagai salah satu aspek yang hendak dibangun. Untuk itu banyak
sekali Universitas, Sekolah (mulai tingkat dasar hingga tinggi) yang muncul
karena perkmbangan dari Muhammadiyah itu sendiri.
 Nahdatul Ulama (NU) adalah salah satu organisasi pendidikan islam yang juga
besar di Indonesia. Kiprah NU sudah sejak 91 tahun yang silam. NU sendiri
didirikan oleh para ulama-ulama yang fokus pada masalah fiqih islam agar
dapat memberikan manfaat dan kemaslahatan untuk agama islam,
khususnya di Indonesia. Hal ini dilakukan NU dengan berbagai ikhtiar salah
satunya adalah mengadakan pertemuan dengan para ulama untuk
membahas fiqih-fiqih imam mahdzab yang ada. NU juga melakukan
penyiaran islam berdasarkan Mahdzab yang telah ditetapkan tersebut untuk
dijalankan. Tidak hanya itu, tetapi untuk mendukungnya NU juga mendirikan
berbagai badan dalam sektor pertanian dan perusahaan yang juga berbasis
islam. Sebelum NU berkiprah kepada masalah politik, NU memfokuskan diri
pada masalah pendidikan dan pengajaran islam. NU mendirikan berbagai
madrasah di berbagai cabangnya. Sejak zaman penjajahan pula, NU sudah
mendirikan berbagai pesantren dan madrasah, pengajian, dan hal lain yang
mengangkat ummat islam dari keterpurukan.
 Persatuan Islam (PERSIS) adalah organisasi sislam yang juga besar di
Indonesia dan berasal di kota Bandung. Persatuan Islam memiliki 230
pesantren yang tersebar di berbagai daerah untuk memajukan pendidikan
islam. Persis didirikan untuk tujuan menyebarkan islam sesuai dengan yang
dibawa oleh Rasulullah SAW. Persis menghindari pemahaman islam yang
sudah tercampur oleh adat atau tradisi setempat yang sudah tidak murni bagi
mereka. Salah satu ulama yang terkenal adalah Ahmad Hasan,
memperkenalkan islam yang dibawa Persis dengan murni dari Al-Quran dan
Hadist. Tidak ada pencampuran, tidak ada taqlid, bersikap kritis, dan mau
untuk menggali islam lebih mendalam.
AKMAL AUFA ALIM
XII IPS 6
ABSEN 4

Anda mungkin juga menyukai