Anda di halaman 1dari 3

1.

Saluran Perdagangan
Pada awalnya, agama Islam masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan
yang dilakukan oleh perdagangan (India). Hal itu sesuai dengan
perkembangan lalu lintas perdagangan laut pada abad ke-7 M sampai dengan
abad ke-16 M. Para pedagang ini singgah di Indonesia untuk sementara
waktu dan menanti saat yang tepatu ntuk meneruskan pelayarannya ke
wilayah lain, seperti ke CIna. Pada saat para pedagang Islam singgah, terjadi
interaksi antara pedagang Islam dan penduduk lokal. Pedagang Islam
tersebut selain berdagang juga menyiarkan agama Islam sehingga penduduk
pribumi tertarik pada ajaran dan kebudayaan Islam.

-hubungan pedagang arab dg kerajaan Sriwijaya terbukti dg adanya 'Aja'ib Al


Hind, yaitu sebuah kitab yang ditulis oleh Buzurg bin Shahriyar sekitar tahun
390 H / 1000 M, berbahasa Persia. kitab ini mencatat adanya kunjungan
pedagang muslim ke kerajaan zabaj (sriwijaya).

2. Saluran perkawinan/pernikahan
Para pedagang muslim banyak yang menetap cukup lama di Indonesia.
Mereka menikahi wanita pribumi sebagai putrinya. Sebelum dinikasi, wanita
yang belum beragama Islam diminta masuk. Islam terlebih dahulu. Di antara
wanita yang dinikahi pedagang muslim adalah putri raja atau bangsawan.
Khusus pada proses perkawinan yang melibatkan putri raja atau bangsawan
sangat bermanfaat bagi penyebaran agama Islam. Dengan proses seperti itu,
agama Islam menjadi cepat berkembang. Apabila seorang raja atau adipati
sudah masuk Islam maka rakyatnya juga akan mudah diajak masuk Islam.

-Contoh pernikahan yang melibatkan putri raja atau bangsawan, antara lain
perkawinan Maulana Ishak dengan putri Raja Blambangan yang melahirkan
Sunan Giri; perkawinan Raden Rahmat (Sunan Ampel) dengan Nyai Gede
Manila, putri TumenggungWilatikta; perkawinan putri Kawunganten dengan
Sunan Gunung Jati di Cirebon; perkawinan putri Adipati Tuban (R.A.Teja)
dengan Syekh Abdurrahman (muslim arab) yang melahirkan Syekh Jali
(Laleluddin). Dari pernikahan itu, terbentuk ikatana kekerabatan yang kuat.

3 . Saluran pendidikan
Saluran ini digunakan para mubaligh dari beberapa negeri untuk
menyebarkan Islam. Kedatangan para mubaligh menyebabkan dakwah Islam
semakin marak dan gerakan dakwah semakin luas. Gerakan dakwah tidak
hanya terbatas di pantai-pantai barat Sumatear, melainkan sampai ke pulau-
pulau bagian timur Indonesia. Selain itu, para pelaut Bugis ikut menyebarkan
Islam hingga kepulauan Maluku dan Papua yang bekerja sama dengan para
Mubaligh dari Gresik, Jawa Timur. Pulau Jawa saat itu menjadi barometer
penyebaran Islam di Indonesia. Penyebaran Islam melalui saluran pendidikan
sangat berpengaruh pada penyebaran Islam di Indonesia. Selain melalui para
mubaligh dan wali songo, penyebaran Islam dilakukan dengan mendirikan
lembaga pendidikan, yaitu pondok pesantren. Pondok pesantren menampung
pemuda dari berbagai daerah untuk menimba ilmu agama Islam. Para santri
yang sudah tamat dari pesantren mulai berdakwah menyebarkan Islam di
daerahnya masing-masing. Dengan saluran penyebaran Islam di Indonesia
yang satu ini, agama Islam berkembang dan menyebar cepat ke seluruh
Indonesia.

-Pesantren yang telah berdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, antara
lain Pesantren Sunan Ampel di Surabaya dan Pesantren Sunan Giri di Giri.
Pada saat itu, terdapat berbagai kyai dan ulama yang dijadikan guru agama
atau penasihat agama di kerajaan-kerajaan. Kyai Dukuh adalah guru Maulana
Yusuf di Kerajaan Banten. Kyai Ageng Sela adalah guru dari Jaka Tingkir.
Syekh Yusuf merupakan penasihat agama Sultan Ageng Tirtayasa di
Kerajaan Banten.

3. Saluran dakwah

Proses islamisasi di Indonesia juga dilakukan melalui saluran dakwah yang


dilakukan oleh para ulama. Peranan ulama sangat besar dalam proses awal
perkembangan Islam di Indonesia. Mereka sangat aktif menyebarkan agama
Islam di berbagai wilayah di Indonesia. Para ulama yang sangat berjasa
dalam penyebaran agama Islam di Jawa adalah Wali songo

Adapun nama-nama Wali songo adalah sebagai berikut.

1). Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik berasal dari Persia.
2). Sunan Ampel atau Raden Rahmat.
3). Sunan Drajat atau Syarifudin (putra Raden Rahmat)
4). SunanBonang atau Mahdun Ibrahim (putra Raden Rahmat)
5). Sunan Giri atau Raden Paku (murid Sunan Ampel).
6). Sunan Kalijaga atau Joko Said.
7). Sunan Kudus atau Jafar Sidiq.
. Sunan Muri atau Raden Umar Said.
9). Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah.

5. Saluran Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran atau cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Para
ahli tasawuf biasanya memiliki keahlian yang dapat membantu masyarakat,
misalnya ahli menyembuhkan penyakit. Mereka mengajarkan agama Islam di
Indonesia menyesuaikan dengan pola pikir masyarakat yang masih
berorientasi pada agama Hindu dan Buddha sehingga mudah dimengerti.
Oleh karna itu, masyarakat pribumi mudah menerima agama Islam.

-Tokoh tasawuf dan karya nya


1.Hamzah Fansuri (w. 1016 H/ 1607 M)
Hamzah Fansuri diakui sebagai seorang pujangga Islam yang sangat populer
sezamannya dan namanya masih menghiasi sejarah kesusastraan melayu. Ia
juga adalah ulama dan sufi yang pertama kali menghasilkan karya tulis
tasawuf dan ilmu-ilmu dalam bahasa melayu yang sangat bagus dan
kemudian menjadi bahasa pemersatu bangsa Indonesia. Tempat Hamzah
Fansuri belum diketahui sampai sekarang, kata “Fansuri” pada namanya
diambil dari nama sebuah daerah di bagian pantai barat Sumatra Utara yang
terletak di antara Sibolga dan Singkel yang orang Arab dikenal dengan kata
Fansur.

Karya-karyanya dalam bentuk syair dan prosa terkumpul dalam beberapa


buku yang terkenal seperti Syair Burung Pingai, Syair Dagang, Syair
Pungguk, Syair Sidang Faqir, Syair Ikan Tongkol, dan Syair Perahu. Karyanya
dalam kajian ilmiah seperti Asarar Al-Arifin fi Bayan Ilm As-Suluk wa at-
Tauhid, Syarb Al-Asyiqin Al-Muhtadi, Ruba’i Hamzah Al-Fansur

Anda mungkin juga menyukai