Anda di halaman 1dari 2

Jalur-jalur penyebaran Islam di Indonesia

Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam ke Nusantara pada umumnya berjalan dengan
damai. Oleh karena itu, Islam mendapat sambutan yang sangat sangat baik dari masyarakat, baik kalangan
Raja, bangsawan, maupun rakyat biasa. Ada tiga alasan mengapa Islam sangat mudah diterima di
masyarakat nusantara:
1. Syarat memeluk Islam sangat mudah, cukup dengan mengucapkan kalimat syahadat
2. Tata cara peribadatan Islam itu sangat sederhana, sehingga tidak perlu persiapan yang rumit
3. Islam tidak mengenal yang namanya pelapisan kasta, seperti halnya agama Hindu. Maka tidak heran
kalau orang Nusantara apalagi yang berasal dari golongan bawah secara ekonomi dan sosial mudah
menerima agama ini
Peran Islam yang berlangsung damai itu dapat terlihat pada cara cara penyebarannya yaitu melalui:
1. Saluran perdagangan
Perdagangan merupakan metode penyebaran Islam yang paling kentara bahkan dapat dikatakan
sebagai jalur pertama dan utama penyebaran awal Islam. Menurut ahli yang bernama Tome Pires
sekitar abad ke-7 sampai abad ke-16, lalu lintas perdagangan yang melalui nusantara sangat ramai.
Dalam proses ini pedagang nusantara dan pedagang asing dari Gujarat dan Timur Tengah bertemu
dan saling bertukar pengaruh. Sebagian dari para pedagang asing ini tinggal di wilayah dekat pantai
yang disebut yaitu Pekojan. Lama-lama jumlah mereka semakin banyak, demikian juga pengaruh
Islam di tempat tinggal mereka. Hal ini juga menjelaskan mengapa kerajaan-kerajaan Islam di
nusantara seperti Bone, Banjar, Banten, Demak, Cirebon, Samudra Pasai, Ternate, Tidore, Bacan,
Jailolo, Pitu dan Deli selalu berawal dari wilayah pesisir. Sementara itu, karakteristik kultur pesisir
yang mudah menerima serta terbuka terhadap hal-hal baru merupakan faktor lain yang mempermudah
penyebaran agama dan kebudayaan Islam.
2. Perkawinan
Pedagang-pedagang dan juga keluarganya menikah dengan perempuan pribumi, putra-putri para
bangsawan dan bahkan dengan anggota keluarga Kerajaan. Hal ini berdampak positif terhadap
perkembangan Islam karena pedagang atau ulama itu masyarakat kan perempuan idamannya untuk
mengucapkan kalimat syahadat terlebih dahulu. Anak-anak hasil pernikahan itu pun cenderung
mengikuti agama Islam agama yang dianut orang tuanya. Perkawinan anak-anak kaum bangsawan
ataupun Raja punya dampak lebih. Mereka lebih mudah mempengaruhi istana untuk mendukung
penyebaran Islam. Lama-kelamaan, seluruh anggota keluarga istana memeluk islam maka kerajaan
yang tadinya bercorak hindu-budha perlahan-lahan menjadi bercorak Islam. Perkawinan juga tidak
hanya terjadi antara para saudagar dan rakyat pribumi, atau antara para saudagar dan kaum berdarah
biru, tetapi juga di antara putra-putri kesultanan Islam itu sendiri.
3. Pendidikan
Perkembangan Islam yang semakin meluas mendorong munculnya para ulama dan mubalig. Para
ulama dan mubalig menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok
pesantren di berbagai daerah. Di sana, kaum muda dari berbagai daerah dan golongan menimba
pengetahuan tentang Islam. Mereka lalu kembali ke daerah asal dan menyebarkan ajaran-ajaran
tentang Islam. Saluran ini sangat efektif untuk mempercepat dan memperluas penyebaran Islam
hingga ke daerah-daerah terpencil. Pesantren awal yang ada pada saat itu diantaranya:
Pesantren Ampel Denta, yang ada di Surabaya yang didirikan oleh Sunan Ampel.
Pesantren Sunan Giri, juga yang ada di Surabaya yang didirikan oleh Sunan Giri. Pesantren ini
terkenal hingga Maluku. Banyak santri dari Maluku datang berguru pada Sunan Giri atau para Kyai
dari kiri diundang mengajar ke itu.
4. Ajaran tasawuf
Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah bercampur dengan mistik atau hal-hal yang bersifat
magis. Ahli-ahli tasawuf biasanya memiliki kekuatan magis dan keahlian dalam bidang pengobatan.
Kata tasawuf sendiri sebenarnya berasal dari kata sufi yang berarti kain wol yang terbuat dari bulu
domba. istilah ini muncul karena para ahli tasawuf biasanya memakai jubah dan terbuat dari wol.
Ajaran tasawuf ini diperkirakan masuk ke nusantara sekitar abad 13 tetapi baru berkembang pesat
sekitar abad ke-17. Ajaran ini banyak dijumpai dalam cerita-cerita babad dan hikayat dari masyarakat
setempat. Pengajaran ini mudah berkembang, terutama di Jawa karena ajaran Islam melalui tasawuf
disesuaikan dengan pola pikir masyarakat yang masih berorientasi agama Hindu. Lewat tasawuf,
bentuk Islam yang diperkenalkan menunjukkan kesamaan dengan alam pikiran orang-orang Jawa
Hindu, Syiwa, dan Buddha
5. Dakwah
Melalui saluran dakwah, penyebaran Islam tidak dapat dilepaskan dari peranan para wali. Ada
sembilan wali yang menyebarkan Islam dengan cara berdakwah yang disebut juga dengan sebutan
Walisongo. Mereka dikenal telah memiliki ilmu serta penghayatan yang tinggi terhadap Islam, dan
mempunyai ciri khas masing-masing untuk menyebarkan agama Islam. Sembilan wali :
 Sunan Gresik
 Sunan Gunung Jati
 Sunan Ampel
 Sunan Giri
 Sunan Bonang
 Sunan Kudus
 Sunan Kalijaga
 Sunan Muria
 Sunan Drajat
6. Kesenian
Agama Islam juga disebarkan melalui kesenian. Beberapa bentuknya telah disebutkan seperti
wayang, gamelan, serta gending (lagu-lagu yang yang berisi syair-syair nasihat dan dasar-dasar
agama Islam). Kesenian yang berkembang sebelumnya tidak musnah tetapi diperkaya dengan seni
Islam, dijadikan satu (akulturasi). Seni sastra juga berkembang pesat pada masa Islam. Banyak buku
tentang tasawuf, hikayat, dan babad disatuin ke dalam bahasa Melayu.

Anda mungkin juga menyukai