Anda di halaman 1dari 2

Nama : Khalishafa Qinthara Nurjannah

NPM : 2106743900
Mata Kuliah : Sejarah Perkembangan Islam Indonesia
Topik : Saluran Penyebaran Islam

Sejarah yang ditoreh para agen penyebar agama Islam di Indonesia hingga Islam bisa
menjadi seperti saat ini sangatlah panjang. Perjuangan dan pengorbanan yang dikerahkan pun
tidak mudah. Disambutnya agama Islam dengan baik hingga agama Islam dapat menyebar
dengan cepat di Nusantara didorong oleh beberapa factor, di antaranya: mudahnya syarat
masuk Islam, penyebaran agama Islam dengan damai dan kekeluargaan, tidak adanya system
kasta, upacara keagamaan yang lebih sederhana, dan lain sebagainya. Agama Islam ini masuk
melalui saluran-saluran yang sangat berperan dalam penyebaran agama Islam ke seluruh
Nusantara.

Saluran yang pertama kali membawa Islam diyakini adalah saluran pedagangan. Islam
dibawa oleh para pedagang yang masuk ke wilayah Nusantara. Kondisi geografis Indonesia
yang berada di antara jalur perdagangan Arab-Cina menjadi factor utama banyaknya
pedagang Islam dari Arab, Persia, dan India yang singgah bahkan bermukim. Mereka
melakukan aktivitas perdagangan sekaligus menyebar agama Islam melalui dakwah. Pun,
syahbandar memberi pelayanan yang baik kepada para pedagang muslim.

Pedagang Islam yang datang ke Nusantara tidak membawa istrinya, sehingga jika
pedagang Islam ingin menikahi pribumi yang non-muslim, ia harus diislamkan dahulu
dengan cara mengucap dua kalimat syahadat sebagai syarat pernikahan yang sah. Perkawinan
ini akan lebih berpengaruh jika terjadi antar saudagar, bangsawan, ulama, dan penguasa
karena dapat mempercepat Islamisasi.1

Saluran pendidikan juga ikut andil besar dalam penyebaran agama Islam. Pendirian
pesantren yang merupakan lanjutan dari pendidikan yang sudah ada di jaman pra-Islam
melahirkan santri-santri yang akan melahirkan orang-orang alim, ustadz, ulama atau kiai
yang kemudian menyebarkan dan membagikan ilmu agama mereka di kampung halaman
mereka masing-masing. Selain pesantren, ulama-ulama juga dijadikan guru agama atau
penasihat agama oleh kaum bangsawan atau raja-raja. Guru atau penasihat agama dapat

1
Poesponegoro, Marwati Djoened, and Notosusanto, Nugroho. Sejarah nasional Indonesia: Zaman
pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Indonesia, Balai Pustaka, 2008, hlm.
170.
memberikan pengaruh di bidang politik kepada-raja-raja sehingga Islamisasi dapat lebih
cepat menyebar.2

Selain pendidikan, ada saluran bernama tasawuf. Dengan memakai ajaran tasawuf
atau sufisme, Islam dapat lebih mudah diterima oleh masyarakat Indonesia karena sufisme
dalam banyak aspek sejalan dengan praktik-praktik dan pandangan keagamaan masyarakat
Indonesia, sehinga sufi dinilai sangat penting dalam sejarah Islam awal di Nusantara.3 Di
antara sufi memiliki keahlian tentang pengobatan dan memiliki kekuatan magis.4

Saluran yang digunakan selanjutnya adalah saluran kesenian. Saluran kesenian dapat
melalui cabang seni seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir, seni tari, seni music, seni
sastra dan sebagainya. Seni yang paling terkenal dijadikan sebagai media penyebaran adalah
seni wayang oleh Sunan Kalijaga, seni gamelan oleh Sunan Drajat. Adapun seni sastra berupa
naskah-naskah kuno, hikayat, dan buku mengenai tasawuf. 5

Terakhir, saluran politik. Pemahaman konsep bahwa raja adalah dewa menumbuhkan
sikap kesetiaan rakyat yang besar kepada raja. Agama yang dianut raja adalah agama yang
dianut rakyat, maka dari itu saat seorang raja memeluk agama Islam, rakyat nya akan
mengikuti, contohnya kerajaan Goa-Tallo.

Dengan demikian, saluran saluran tersebut dengan berhasil mengislamisasi


masyarakat Indonesia yang terbukti masih terus berkembang hingga saat ini. Secara garis
besar, fase konversi keislaman dibagi menjadi tiga tahap, yaitu kedatangan Islam, penetrasi,
dan Islamisasi. Melihat perjuangan untuk menyebarkan agama Islam dari berbagai saluran
yang dikerahkan pada saat itu, sudah sepatutnya kita selalu menjaga dan memumpuk nilai-
nilai Islam dalam diri kita sebagai seorang muslim.

2
Ibid, hlm. 173.
3
Jajat Burhanudin, Kees van Dijk, Islam in Indonesia: Contrasting Images and Interpretations, Amsterdam
University Press, 2013, hlm. 109.
4
Ahmad Khalil, Islam Jawa, Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm. 7.
5
Jajat Burhanudin, Islam Dalam Arus Sejarah Indonesia, Prenada Media, 2017, hlm. 187.

Anda mungkin juga menyukai