Menelusuri Transformasi Wahyu dan Implikasinya terhadap corak Keberagaman Islam pada
satu sisi dapat disebut sebagai High Tradition dan pada sisi lain disebut Low Tradition.Dalam
sebutan penerima islam adalah firman tuhan yang menjelaskan syariat – syariatnya yang
dimaksudkan sebagai petunjuk bagi manusia untuk mencapai kebahagiaaan di dunia dan
akhirat,termaktub dalam nash (teks suci) kemudian di himpun dalam shuhuf dan kitab suci
Al-Quran.Secara tegas dapat dikatakan hanya tuhanlah yang paling mengetahui sluruh
maksud,arti,dan makna setiap firmannya.Oleh karena itu.Kebenaran islam dalam dataran
High Tradition ini adalah mutlak.
Bandingkan pada Islam sebutan kedua : Low Tradition,pada dataran ini Islam yang
terkandung dalam Nash atau teks – teks suci bergumul dengan realitas sosial pada berbagai
masyrakat yang berbeda – beda secara kultural.Islam dalam kandngan Nash atau teks – teks
suci dibaca,dimenegerti,dipahami,kemudian ditafsirkan,dan dipraktikan dalam masyarakat
dan situasi dan kondisinya berbeda – beda kata orang,islam akhirnya tidak hanya melulu
ajaran yang tercantum pada teks – teks suci melainkan juga telah menghujud dalam historis
dalam kemanusiaan. Bila dalam sebutan pertama islam adalah wahyu yang seolah – olah
berada di langit dan kebenarannya bersifat mutlak maka pada sebutan kedua islam telah
berada dibumi menjadi agama masyrakat dan kebenarannyapun menjadi relatif.Implikasinya
pada dataran ini islam berubah menjadi ” Islams ”.
A. Proses awal Masuknya Islam di Indonesia
Islam hadir di Nusantara ini sebagai agama baru dan pendatang. Dikarenakan
kehadirannya lebih belakang dibandingkan dengan agama Hindu, Budha, Animisme
dan Dinamisme. Terlepas dari subtansi ajaran Islam, Islam bukan merupakan agama
asli bagi bangsa Indonesia, melainkan agama yang baru datang dari Arab. Sebagai
agama baru dan pendatang saat itu, Islam harus menempuh strategi dakwah tertentu,
melakukan berbagai adaptasi dan seleksi dalam menghadapi budaya dan tradisi yang
berkembang di Indonesia. Perkembangan Islam di Nusantara ini merasakan berbagai
pengalaman, disebabkan adanya keberagaman budaya dan tradisi pada setiap pulau
tersebut. Bahkan dalam satu pulau saja bisa melahirkan berbagai budaya dan tradisi.
Perjumpaan Islam dengan budaya (tradisi) lokal itu seringkali menimbulkan
akulturasi budaya. Kondisi ini menyebabkan ekpresi Islam tampil beragam dan
bervariasi sehingga kaya kreativitas kultural-religius, tetapi dalam wilayah
dan/bidang tertentu telah terjadi penyimpangan dari Islam yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad Saw setidaknya kekurangsempurnaan dalam mengamalkan ajaran-ajaran
dasar Islam
Realitas ini merupakan risiko akulturasi budaya, tetapi akulturasi budaya tidak bisa
dibendung ketika Islam memasuki wilayah baru. Jika Islam bersikap keras terhadap
budaya atau tradisi lokal yang terjadi justru pertentangan terhadap Islam itu sendiri
bahkan peperangan dengan pemangku budaya, tradisi atau adat lokal seperti perang
Padri di Sumatera. Maka jalan yang terbaik adalah melakukan seleksi terhadap
budaya maupun tradisi yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam untuk diadaptasi
sehingga mengekpresikan Islam yang khas. Ekpresi Islam lokal ini cenderung
berkembang sehingga menimbulkan Islam yang beragam.
Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme,
dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia bahkan dibeberapa
wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan
Budha. Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa
Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya. Namun Islam datang ke wilayah-
wilayah tersebut dapat diterima dengan baik, karena Islam datang dengan membawa prinsip-
prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada kasta), menghilangkan perbudakan
dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam Islam sangat mudah hanya dengan
membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada paksaan.
Tentang kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan seminar “ masuknya
Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk ke Indonesia
pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut sumber lain
menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada masa Khulafaur
Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan
Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.
ْٓاَل اِ ْك َراهَ فِى ال ِّدي ۗ ِْن قَ ْد تَّبَي ََّن الرُّ ْش ُد ِم َن ْال َغ ِّي ۚ فَ َم ْن يَّ ْكفُر
َ ِك ِب ْال ُعرْ َو ِة ْال ُو ْث ٰقى اَل ا ْنف
صا َم َ ت َوي ُْؤ ِم ۢ ْن بِاهّٰلل ِ فَقَ ِد ا ْستَ ْم َس ِ ِبالطَّا ُغ ْو
لَهَا ۗ َوهّٰللا ُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم
Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan)
antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan
beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat
kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
Proses penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan dengan cara, yaitu melalui
perdagangan, perkawinan, pendidikan, politik, kesenian, tasawuf, yang kesemuanya
mendukung meluasnya ajaran agama Islam.
1. Perdagangan
Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam dari Arab, Persia, dan
India. Mereka telah ambil bagian dalam kegiatan perdagangan di Indonesia. Hal ini
konsekuensi logisnya menimbulkan jalinan hubungan dagang antara masyarakat Indonesia
dan para pedagang Islam. Di samping berdagang, sebagai seorang muslim juga mempunyai
kewaajiban berdakwah maka para pedagang Islam juga menyampaikan dan mengajarkan
agama dan kebudayaan Islam kepada orang lain. Dengan cara tersebut, banyak pedagang
Indonesia memeluk agama Islam dan merekapun menyebarkan agama Islam dan budaya
Islam yang baru dianutnya kepada orang lain. Dengan demikian, secara bertahap agama dan
budaya Islam tersebar dari pedagang Arab, Persia, India kepada bangsa Indonesia. Proses
penyebaran Islam melalui perdagangan sangat menguntungkan dan lebih efektif dibanding
cara lainnya.
2. Perkawinan
Kedudukan ekonomi dan sosial para pedagang yang sudah menetap makin membaik. Para
pedagang itu menjadi kaya dan terhormat, tetapi keluarganya tidak dibawa serta. Para
pedagang itu kemudian menikahi gadis – gadis setempat dengan syarat mereka harus masuk
Islam. Cara itu pun tidak mengalami kesulitan. Misalnya, perkawinan Raden Rahmat ( Sunan
Ampel ) dengan Nyai Gede Manila, putri Tumenggung Wilatikta; perkawinan antara Raja
Brawijaya dengan putri Jeumpa yang beragama Islam kemudian berputra Raden Patah yang
pada akhirnya menjadi Raja Demak.
3. Politik
Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar dan memegang peranan
penting dalam proses Islamisasi. Jika raja sebuah kerajaan memeluk agama Islam, otomatis
rakyatnya akan berbondong - bondong memeluk agama Islam. Karea, masyarakat Indonesia
memiliki kepatuhan yang tinggi dan raja selalu menjadi panutan rakyatnya. Jika raja dan
rakyat memeluk agama Islam, pastinya demi kepentingan politik maka akan diadakannya
perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran agama Islam.
4. Pendidikan
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubalig yang
menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok – pondok pesantren. Dan
di dalam pesantren itulah tempat pemuda pemudi menuntut ilmu yang berhubungan dengan
agama Islam. Yang jika para pelajar tersebut selesai dalam menuntut ilmu mengenai agama
Islam, mereka mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kembali ilmu yang diperolehnya
kepada masyarakat sekitar. Yang akhirnya masyarakat sekitar menjadi pemeluk agama Islam.
Pesantren yang telah berdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain Pesantren
Sunan Ampel Surabaya yang didirikan oleh Raden Rahmat ( Sunan Ampel ) dan Pesantren
Sunan Giri yang santrinya banyak berasal dari Maluku ( daerah Hitu ), dls.
5. Seni Budaya
Perkembangan Islam dapat melalui seni budaya, seperti bangunan (masjid), seni pahat, seni
tari, seni musik, dan seni sastra. Cara seperti ini banyak dijumpai di Jogjakarta, Solo,
Cirebon, dls. Seni budaya Islam dibuat dengan cara mengakrabkan budaya daerah setempat
dengan ajaran Islam yang disusupkan ajaran tauhid yang dibuat sederhana, sehalus dan
sedapat mungkin memanfaatkan tradisi lokal, misalnya:
Membumikan ajaran Islam melalui syair – syair. Contohnya : Gending Dharma, Suluk Sunan
Bonang, Hikayat Sunan Kudus, dan lain – lain.Mengkultulrasikan wayang yang sarat dokrin.
Tokoh – tokoh simbolis dalam wayang diadopsi atau mencipta nama lainnya yang bisa
mendekatkan dengan ajaran Islam. Mencipta tokoh baru dan narasi baru yang sarat
pengajaran.
Membunyikan bedug sebagai ajakan sholat lima waktu sekaligus alarm pengingat. Sebab
insting masyarakat telah akrab dengan gema bedug sebai pemanggil untuk acara keramaian.
Menggeser tradisi klenik dengan doa – doa pengusir jin sekalugus doa ngirim leluhur.
Diantaranya yang disebut Tahlil.
6. Tasawuf
Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam keserhanaan, mereka selalu menghayati
kehidupan masyarakatnya yang hidup bersama di tengah – tengah masyarakatnya. Para Sufi
biasanya memiliki keahlian yang membantu masyarakat dan menyebarkan agama Islam. Para
Sufi pada masa itu diantaranya Hamzah Fansuri di Aceh dan Sunan Panggung Jawa.
Dengan melalui saluran diatas, agama Islam dapat berkembang pesat dan diterima
masyarakat dengan baik pada abad ke-13. Dan adapun faktor – faktor yang menyebabkan
Islam cepat bekembang di Indonesia antara lain :
Syarat masuk Islam hanya dilakukan dengan mengucapkan dua kelimat syahadat
Tata cara beribadahnya Islam sangat sederhana
Agama yang menyebar ke Indonesia disesuaikan dengan kebudayaan Indonesia
Penyebaran Islam dilakuakn secara damai.
…ك… بِ…ا… ْل… ِ…ح… ْك… َم… ِة… َو…ا… ْل… َم… ْ…و… ِع…ظ…َ ِة… ا… ْل… …َح َس…ن…َ ِة… ۖ… َو… َج…ا… ِد… ْل…هُ… ْم َ …ِّع… إِ…ل…َ ٰى… َس…بِ…ي… ِل… …َر ب ُ …ا… ْد
َ …ض َّل… َع… ْ…ن
…ۖ …س…بِ…ي…لِ… ِه َ… …ك… هُ… َو… أ…َ ْع…ل…َ ُم… بِ… َم… ْ…ن َ …َّي… أ…َ ْ…ح… َس… ُ…ن… ۚ… إِ… َّ…ن… َر…ب َ …بِ…ا…لَّ…تِ…ي… ِه
َو…هُ… َو… أ…َ ْع…ل…َ ُم… بِ…ا… ْل… ُم… ْه…ت…َ ِد…ي… …َن
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Dalam masyarakat yang pluralistik saat ini diperlukan pengembangan kiat-kiat baru
bagi para pendakwah dengan menyelaraskan dengan kemajuan tekhnologi dan
modernitas. Penggunaan media massa dan internet dirasa sangat pas dalam
menyebarkan dakwah yang lebih luas lagi. Artinya, metode seperti ini juga
menandakan sama dengan para Walisongo pada zaman dahulu menggunakan media
tradisional
Tuntutan modernitas dan globalisasi menuntut model pemahaman agama yang
saintifik, yang secara serius memperlihatkan pelbagai pendekatan, Pendekatan Islam
monodisiplin tidak lagi memadai untuk menjawab tantangan zaman yang dihadapi
umat Islam di pelbagai tempat. Agar diperoleh pemahaman Islam yang saintifik di
atas diperlukan pembacaan teks-teks agama (Quran, Al-Hadīts, dan turats) secara
integratif dan interkonektif dengan bidang-bidang dan disiplin ilmu lainnya
Di sisi lain, Islam yang telah menyebar ke seluruh penjuru dunia, mau tidak mau,
harus beradaptasi dengan nilai-nilai budaya lokal (kearifan lokal). Sebagai substansi,
Islam merupakan nilai-nilai universal yang dapat berinteraksi dengan nilai-nilai lokal
(local wisdom) untuk menghasilkan suatu norma dan budaya tertentu. Islam sebagai
raḫmatan lil „āīamin terletak pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip kemanusiaan
universal yang dibangun atas dasar kosmologi tauhid. Nilai-nilai tersebut selanjutnya
dimanifestasikan dalam sejarah umat manusia melalui lokalitas ekspresi penganutnya
masing-masing.
• Islam mengajarkan bahwa perbedaan itu adalah fitrah dari Tuhan, tetapi dalam
menjalani hidup hendaknya kita tidak mempertajam perbedaan tersebut.
• Kita harus mencari unsur-unsur persamaan di antara sesama manusia. Contoh :
berbeda suku bangsa, adat, dan bahasa tetapi harus mengedepankan kesadaran
bahwa kita adalah bangsa Indonesia
3. Pemahaman Eksklusifis
5. Pemahaman Esoteris