Anda di halaman 1dari 1

Review Film Soekarno – Indonesia Merdeka

Film Soekarno - Indonesia Merdeka yang rilis pada tanggal 11 Desember 2013 ini
disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan diproduseri oleh Raam Pujabi. Film ini berdurasi
150 menit. Banyak artis terkemuka ikut bergabung dalam meramaikan film ini, diantaranya
Ario Bayu sebagai Soekarno, Lukman Sardi sebagai Hatta, Tanta Ginting sebagai Sutan
Syahrir, Tika Bravani sebagai Fatmawati dan Maudy Koesnaedi sebagai Inggit Garnasih.

Adegan film diawali dengan latar tahun 1934 di mana serdadu pemerintah kolonial Belanda
Dutch East Indies menangkap Soekarno dan rekan-rekannya yang berada di rumah dokter
Sujudi, ketua PNI (Partai Nasional Indonesia) Jawa Tengah.

Adegan kemudian lompat kembali ke masa lalu saat Soekarno masih kecil, di mana saat itu
namanya masih Kusno, yang sering sakit-sakitan. Menurut kepercayaan Jawa, nama Kusno
tidak cocok bagi anak itu. Akhirnya dengan upacara ‘ruwatan’ maka nama yang semula
Kusno pun berganti menjadi Soekarno.

Kemudian jalan cerita maju ke masa remaja Soekarno, yang sempat menyukai Mien Hessel,
seorang gadis kecil Belanda. Namun ia diusir oleh ayah dari gadis tersebut karena
menganggapnya tidak sederajat. Disinilah jiwa nasionalisme seorang Soekarno mulai
tumbuh. Rasa nasionalismenya kembali terbakar ketika meendengar orasi dari HOS
Cokroaminoto, pendiri Sarekat Islam.  Soekarno muda pun mulai belajar berpidato sendirian
di kamarnya dan ketika berusia 24 tahun ia mulai berpidato di berbagai tempat.

Di dalam film ini, seluruh properti dibuat dengan detail dan rinci, seakan film ini benar-benar
dibuat pada zaman tesebut. Dalam penggunaaan bahasa juga sangat diperhatikan seperti
bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Belanda, dan bahasa Jepang. Para aktor sudah sangat
fasih dalam melafalkan berbagai macam bahasa tesebut.

Selain detail, penokohan di dalam film ini juga sangat kuat. Sehingga dapat digambarkan
bahwa sosok Soekarno adalah seorang yang karismatik dan juga tegas. Begitu pula dengan
pemeran Inggit digambarkan sebagai sosok yang tegar dan juga dewasa. Adapun Tika
sebagai pemeran Ibu Fatma yang usianya terpaut kurang lebih sepuluh tahun lebih muda dari
Sukarno juga sangat baik dalam menjalankan perannya.

Sayangnya, film ini telalu banyak mengambil sisi romantisme kehidupan Soekarno, dan
menggambarkan beliau sebagai seorang playboy yang mana sebenarnya tidaklah seperti itu.

Terlepas dari segala kekurangannya, film ini sudah cukup dalam menyampaikan maksudnya
sebagai film sejarah yang menggambarkan Soekarno dan tokoh-tokoh penting lainnya dalam
berjuang menggapai kemerdekaan Indonesia. Film ini dapat menjadi salah satu gambaran
bagaimana perjuangan dalam menggapai kemerdekaan Indonesia. Semoga film ini dapat
menjadi gerbang awal bagi anak-anak dan remaja untuk dapat lebih mempelajari sejarah
Indonesia, agar mengetahui betapa beratnya menggapai kemerdekaan dan dapat menjaga
negara Indonesia lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai