Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH

STEM CELL

GUNA MEMENUHI TUGAS


BIOTEKNOLOGI

DOSEN PENGAMPU:
Solikah Ana Estikomah, S.Si, M.Si

Disusun Oleh:
Sofiani Lathifah
NIM: 3720167181488

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
NGAWI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Terkait dengan hakekatnya, stem cell kini telah menjadi topik utama pembicaraan
banyak ilmuwan, ahli medis, bahkan orang awam diseluruh penjuru dunia. Sejumlah
keunikan yang dimiliki stem cell membuatnya berbeda dari sel-sel jenis lain yang
menyusun organisme. Karakteristik yang dimiliki stem sel ini telah memberikan secercah
harapan akan tersedianya terapi medis jenis baru bagi penderita penyakit degenerative
yaitu penyakit-penyakit yang mengiringi proses penuaan seperti stroke, parkinson,
Alzheimer, dan sebagainya
Para ahli telah mulai meneliti kemungkinan penggunaan stem celluntuk
mengobati penyakit-penyakit atau kelainan-kelainan yang tak mungkin lagi untuk
diobati dengan obat-obatan atau tindakan operatif. Stem cell adalah sumber dari
semua sel dalam individu dan ini merupakan sebuah sumber bagi pengobatan sel
yang sekarang ini merupakan sebuah jalan revolusi untuk mengatasi berbagai
penyakit yang mematikan. Stem cell atau sel induk ialah sekelompok sel di dalam
tubuh mahluk dengan kemampuan regenerasi, yang dapat mengalami diferensiasi
lebih lanjut menjadi sel-sel lain (sel-sel pembangun organ maupun sel-sel darah)
misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, dan sel pankreas.
Di tingkat dunia saat ini sel induk merupakan salah satu fokus utama dalam
penelitian bioteknologi, khususnya dalam kaitannya dengan terapi sel serta
pengobatan regeneratif. Dunia sekarang sedang mengalami pergeseran paradigma
dalam hal pengobatan, dari obat-obatan kimia konvensional menuju ke arah terapi
yang lebih molekuler, perubahan ini telah membuka pintu harapan untuk
menyembuhkan bermacam penyakit yang sebelumnya tidak dapat disembuhkan.
Penggunaan dan pengembangan sel punca dalam bidang penelitian dan
aplikasinya diklinik dalam rangka mengobati penyakit tidak terlepas dari masalah
etik yang mungkin membayanginya, khususnya penggunaan dan pemanfaatan sel
punca yang berasal dari embrio (embryonic stem cells). Meskipun demikian stem

1
cell ini tetap merupakan satu fenomena menarik dan merupakan hal baru dalam
dunia IPTEK. Stem cell merupakan hal yang baru dipublikasikan untuk dapat
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyrakat. Walaupun masih
tergolong mahal, tidak bisa dipungkiri stem cell ini merupakan sebuah harapan
baru dalam bidang pengobatan.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan stem cell?
1.2.2 Bagaimanakah penggolongan stem cell?
1.2.3 Bagaimanakah pemanfaatan kultur stem cell dalam bidang bioteknologi?
1.2.4 Apa sajakah kelebihan dan kekurangan penggunaan stem cell?

1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian stem cell.
1.3.2. Untuk mengetahui penggolongan stem cell.
1.3.3. Untuk mengetahui pemanfaatan kultur stem cell dalam bidang
bioteknologi.
1.3.4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan penggunaan stem cell.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Stem Cell


Stem cell adalah sel primitif yang memiliki kemampuan memperbaru
dan potensi untuk berdiferensiasi, merupakan sel yang bersumber dari tubuh, dalam
keadaan tertentu dapat berdiferensiasi menjadi berbagai fungsi jaringan sel maupun organ,
dalam dunia medis disebut sebagai “sel multi-fungsi”. Stem cell juga merupakan awal
mula dari pertumbuhan sel lain yang menyusun keseluruhan tubuh organisme, termasuk
manusia. Stem cell dalam bahasa mandarin berasal dari kata “pohon”, “batang” dan
“sumber”, artinya stem sel sama seperti batang pohon yang dapat tumbuh cabang, daun,
berbunga dan berbuah. Oleh karena itu, ilmuan menamakannya sebagai stem cell. Dalam
bahasa indonesia kata stem cell akhir-akhir ini diartikan sebagai sel punca. Kata punca
berarti awal mula. Makna sebagai sel awal mula ini semakin diteguhkan pada penemuan
keberadaan stem cell pada awal kehidupan manusia, yaitu pada masa embrio. Hal ini tentu
menegaskan bahwa stem cell adalah sel yang menjadi awal mula terbentuknya 200 jenis
sel yang menyusun tubuh manusia.

3
Gambar 1. Sifat/karakter sel punca yaitu differentiate dan self regenerate/renew
Sel Punca mempunyai 2 sifat yang khas yaitu:
1. Differentiate yaitu kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi sel lain. Sel
Punca mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel yang khas (spesifik)
misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas dan lain-lain
2. Self regenerate/self renew yaitu kemampuan untuk memperbaharui atau
meregenerasi dirinya sendiri. Stem cells mampu membuat salinan sel yang
persis sama dengan dirinya melalui pembelahan sel.

2.2 Penggolongan Stem Cell


Berdasarkan pada kemampuannya untuk berdifferensiasi sel punca dikelompokkan
menjadi:
1. Totipoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi semua jenis sel.
Yang termasuk dalam sel punca totipoten adalah zigot dan morula. Sel-sel ini
merupakan sel embrionik awal yang mempunyai kemampuan untuk
membentuk berbagai jenis sel termasuk sel-sel yang menyusun plasenta dan tali
pusat. Karenanya sel punca kelompok ini mempunyai kemampuan untuk
membentuk satu individu yang utuh.

4
Gambar 2. Sel Punca totipoten dan pluripoten
2. Pluripoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi 3 lapisan
germinal (ektoderm, mesoderm, dan endoderm) tetapi tidak dapat menjadi
jaringan ekstraembrionik seperti plasenta dan tali pusat. Yang termasuk sel
punca pluripoten adalah sel punca embrionik (embryonic stem cells).
3. Multipoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai jenis
sel misalnya sel punca hemopoetik (hemopoetic stem cells) yang terdapat pada
sumsum tulang yang mempunyai kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi
berbagai jenis sel yang terdapat di dalam darah seperti eritrosit, lekosit dan
trombosit. Contoh lainnya adalah sel punca saraf (neural stem cells) yang
mempunyai kemampuan berdifferensiasi menjadi sel saraf dan sel glia.
4. Unipotent yaitu sel punca yang hanya dapat berdifferensiasi menjadi 1 jenis sel.
Berbeda dengan non sel punca, sel punca mempunyai sifat masih dapat
memperbaharui atau meregenerasi diri (self-regenerate/self renew). Contohnya
erythroid progenitor cells hanya mampu berdifferensiasi menjadi sel darah
merah.

Gambar 3. Multipotent dan unipotent stem cell pada sumsum tulang

5
Berdasarkan sel induk yang ditemukan dalam berbagai jaringan tubuh,
maka sel induk dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu :
1. Sel induk embrio (embryonic stem cell) adalah sel induk yang diambil dari embrio
pada fase blastosit yang terdiri dari 50-150 sel (berumur 5-7 hari setelah
pembuahan). Pada saat ini massa sel bagian dalam mengelompok dan
mengandung sel-sel induk embrionik. Selanjutnya sel-sel diisolasi dari massa sel
bagian dalam dan dikultur secara in vitro di laboratorium. Sel induk embrional
dapat diarahkan menjadi semua jenis sel yang dijumpai pada organisme dewasa,
seperti sel-sel darah, sel-sel otot, sel-sel hati, sel-sel ginjal, dan sel-sel lainnya.
Embryonic stem cell biasanya didapatkan dari sisa embrio yang tidak dipakai pada
IVF (in vitro fertilization). Akan tetapi saat ini telah dikembangkan teknik
pengambilan sel induk embrionik (embryonic stem cell) yang tidak
membahayakan embrio tersebut, sehingga dapat terus hidup dan tumbuh. Untuk
masa dapan hal ini mungkin dapat mengurangi kontroversi etis terhadap
embryonic stem cell.

Gambar 4. Pembuatan kultur sel induk embrio


Sumber: http://stemcells.nih.gov

6
2. Sel induk dewasa (adult stem cells) adalah sel induk dewasa yang mempunyai dua
karakteristik. Karakteristik pertama adalah sel-sel tersebut dapat berfroliferasi
untuk periode yang panjang untuk memperbaharui diri. Karakteristik kedua, sel-
sel tersebut dapat berdiferensiasi untu menghasilkan sel-sel khusus yang
mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi yang spesial. Salah satu macam
sel induk dewasa adalah sel induk hematopoietik (hematopoietik stem cell), yaitu
sel induk pembentuk darah yang mampu membentuk sel darah merah, sel darah
putih, dan keeping darah yang sehat. Sumber sel induk hematopoietik dapat
ditransplantasikan dari beberapa organ seperti: sumsum tulang, sel darah tepi, dan
darah tali pusar.
 Transplantasi sel induk dari sumsum tulang (bone marrow transplantation).
Sumsum tulang adalah jaringan spons yang terdapat dalam tulang-tulang
besar seperti tulang pinggang, tulang dada, tulang punggung dan tulang rusuk.
Sumsum tulang merupakan sumber yang kaya akan sel induk hematopoietik.
Sejak dilakukan pertama kali kira-kira 30 tahun yang lalu, transplantasi
sumsum tulang digunakan sebagai bagian dari pengobatan leukemia, limfoma
jenis tertentu, dan anemia aplastik. Karena teknik dan angka keberhasilannya
semakin meningkat, maka pemakaian transplantasi sumsum tulang sekarang
ini semakin meluas. Pada transplantasi ini prosedur yang dilakukan cukup
sederhana, yaitu biasanya dalam keadaan teranastesi total. Sumsum tulang
(sekitar 600 cc) diambil dari tulang panggul donor dengan bantuan sebuah
jarum suntik khusus, kemudian sumsum tulang itu disuntikkan ke dalam vena
resipien. Sumsum tulang donor berpindah dan menyatu di dalam tulang
resipien dan sel-selnya mulai berfroliferasi. Pada akhirnya, jika semua
berjalan lancar, seluruh sumsum tulang resipien akan tergantikan dengan
sumsum tulang yang baru. Namun, prosedur transplantasi sumsum tulang
memiliki kelemahan karena sel darah putih resipien telah dihancurkan oleh
terapi radiasi dan kemoterapi. Sumsum tulang yang baru memerlukan waktu
sekitar 2-3 minggu untuk menghasilkan sejumlah sel darah putih yang

7
diperlukan guna melindungi resipien terhadap infeksi. Transplantasi sel induk
dari sumsum tulang (bone marrow transplantation).
 Transplantasi sel induk darah tepi (peripheral blood stem cell transplantation)
seperti halnya sumsum tulang, peredaran darah tepi merupakan sumber sel
induk walaupun jumlah sel induk yang dikandung tidak sebanyak pada
sumsum tulang. Untuk mendapatkan jumlah sel induk yang jumlahnya
mencukupi untuk suatu transplantasi, biasanya pada donor diberikan
granulosyte coloni stimulating factor (G-CSF) untuk menstimulasi sel induk
hematopoietik bergerak dari sumsum tulang ke peredaran darah.
Transplantasi ini dilakukan dengan proses yang disebut aferesis. Jika resipien
membutuhkan sel induk hematopoietik, pada proses ini darah lengkap diambil
dari donor dan sebuah mesin akan memisahkan darah menjadi komponen-
komponennya, secara selektif memisahkan sek induk dan mengembalikan
sisa darah ke donor. Transplantasi sel induk darah tepi pertama kali berhasil
dilakukan pada tahun 1986. Keuntungan transplantasi sel induk darah tepi
adalah lebih mudah didapat. Selain itu pengambilan sel induk darah tepi tidak
menyakitkan dan hanya membutuhkan sekitar 100cc. Keuntungan lain sel
induk darah tepi lebih mudah tumbuh. Namun, sel induk darah tepi lebih
rentang tidak setahan sumsum tulang. Sumsum tulang juga lebih lengkap,
selain mengandung sel induk juga ada jaringan penunjang untuk pertumbuhan
sel. Karena itu, transplantasi sel induk darah tepi tetap perlu dicampur dengan
sumsum tulang.
 Transplantasi sel induk darah tali pusat. Pada tahun 1970-an para peneliti
menemukan bahwa darah plasenta manusia mengandung sel induk yang sama
dengan sel induk yang ditemukan dalam sumsum tulang. Karena sel induk
dalam sumsum tulang telah berhasil mengobati pasien-pasien dengan
penyakit-penyakit kelainan darah yang mengancam jiwa seperti leukemia dan
gangguan-gangguan sistem kekebalan tubuh, maka para peneliti percaya
bahwa mereka juga dapat menggunakan sel induk dari darah tali pusat untuk
menyelamatkan jiwa pasien mereka. Darah tali pusat mengandung sel induk

8
yang bermakna dan memiliki keunggulan diatas transplantasi sel induk dari
sumsum tulang atau dari darah tepi bagi pasien-pasien tertentu. Transplantasi
sel induk dari darah tali pusat telah mengubah bahan sisa dari proses kelahiran
menjadi suatu sumber yang dapat menyelamatkan jiwa. Transplantasi sel
induk darah tali pusat pertama kali dilakukan di Prancis pada penderita
anemia fanconi tahun 1988 pada tahun 1991, darah tali pusat di
transplantasikan pada penderita Chronic Myelogenous Leukimia. Kedua
trasnplantasi ini berhasil dengan baik. Sampai saat ini telah dilakukan kira-
kira tiga ribu transplantasi darah tali pusat.

Gambar 5. Transplantasi sel induk darah tali pusat

9
2.3 Penggunaan Kultur Stem Cell dalam Bidang Bioteknologi
Stem cell dapat digunakan untuk keperluan baik dalam bidang riset
maupun pengobatan. Adapun penggunaan kultur stem cell adalah sebagai berikut:

2.3.1 Pemanfaatan Stem Cell Dalam Riset


1. Terapi gen
Stem cell (dalam hal ini hematopoietic stem cell) digunakan sebagai alat
pembawa transgen ke dalam tubuh pasien dan selanjutnya dapat dilacak
jejaknya apakah stem cell ini berhasil mengekspresikan gen tertentu dalam
tubuh pasien. Dan karena stem cell mempunyai sifat self-renewing, maka
pemberian pada terapi gen tidak perlu dilakukan berulang-ulang, selain itu
hematopoietic stem cell juga dapat berdiferensiasi menjadi bermacam-macam
sel, sehingga transgen tersebut dapat menetap di berbagai macam sel.
2. Mengetahui proses biologis.
yaitu perkembangan organisme dan perkembangan kanker. Melalui stem cell
dapat dipelajari nasib sel, baik sel normal maupun sel kanker.
3. Penemuan dan pengembangan obat baru.
Yaitu untuk mengetahui efek obat terhadap berbagai jaringan.
4. Terapi sel (cell based therapy)
Stem cell dapat hidup diluar tubuh manusia, misalnya di cawan petri. Sifat ini
dapat digunakan untuk melakukan manipulasi pada stem cells yang akan
ditransplantasikan ke dalam organ tubuh untuk menangani penyakit-penyakit
tertentu tanpa mengganggu organ tubuh.

Ada beberapa alasan mengapa stem cell merupakan calon yang bagus
dalam cell-based therapy:
1. Stem cell tersebut dapat diperoleh dari pasien itu sendiri. Artinya transplantasi
dapat bersifat autolog sehingga menghindari potensi rejeksi. Berbeda dengan
transplantasi organ yang membutuhkan organ donor yang sesuai (match),
transplantasi stem cell dapat dilakukan tanpa organ donor yang sesuai.

10
2. Mempunyai kapasitas proliferasi yang besar sehingga dapat diperoleh sel
dalam jumlah besar dari sumber yang terbatas. Misalnya pada luka bakar luas,
jaringan kulit yang tersisa tidak cukup untuk menutupi lesi luka bakar yang
luas. Dalam hal ini terapi stem cell sangat berguna.
3. Mudah dimanipulasi untuk mengganti gen yang sudah tidak berfungsi lagi
melalui metode transfer gen. Hal ini telah dijelaskan dalam penjelasan
mengenai terapi gen di atas.
4. Dapat bermigrasi ke jaringan target dan dapat berintegrasi ke dalam jaringan
serta berinteraksi dengan jaringan sekitarnya.

2.3.2 Penggunaan Stem Cell Dalam Pengobatan Penyakit


Para ahli saat ini sedang giat melakukan berbagai penelitian untuk
menggunakan stem cell dalam mengobati berbagai penyakit. Penggunaan stem
cell untuk mengobati penyakit dikenal sebagai Cell Based Therapy. Prinsip
terapi yang dimaksud adalah dengan melakukan transplantasi stem cell pada
organ yang rusak. Tujuan dari transplantasi stem cell ini adalah sebagai berikut.
1. Mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel baru yang sehat pada
jaringan atau organ tubuh pasien.
2. Menggantikan sel-sel spesifik yang rusak akibat penyakit atau cidera tertentu
dengan sel-sel baru yang ditranspalantasikan.
Sel induk embrio (Embryonic stem cell) sangat plastik dan mempunyai
kemampuan untuk dikembangkan menjadi berbagai macam jaringan sel seperti
neuron, kardiomiosit, osteoblast, fibroblast, sel-sel darah dan sebagainya,
sehingga dapat dipakai untuk menggantikan jaringan yang rusak. Sel induk
dewasa (adult stem cells) juga dapat digunakan untuk mengobati berbagai
penyakit degeneratif, tetapi kemampuan plastisitasnya sudah berkurang.
Keuntungan dari penggunaan sel stem dewasa yaitu tidak atau kurang
menimbulkan masalah dan kontroversi etika.
1. Penggunaan sel punca embrionik untuk mengobati cidera pada medula spinalis
(spinal cord)

11
3. Cidera pada medula spinalis disertai demielinisasi menyebabkan hilangnya
fungsi neuron. Sel punca dapat mengembalikan fungsi yang hilang dengan cara
melakukan remielinisasi. Percobaan dengan sel Mendapatkan pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel baru yang sehat pada jaringan atau organ tubuh pasien.
4. Menggantikan sel-sel spesifik yang rusak akibat penyakit atau cidera tertentu
dengan sel-sel baru yang ditranspalantasikan.
Sel induk embrio (Embryonic stem cell) sangat plastik dan mempunyai kemampuan
untuk dikembangkan menjadi berbagai macam jaringan sel seperti neuron,
kardiomiosit, osteoblast, fibroblast, sel-sel darah dan sebagainya, sehingga dapat
dipakai untuk menggantikan jaringan yang rusak. Sel induk dewasa (adult stem cells)
juga dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit degeneratif, tetapi
kemampuan plastisitasnya sudah berkurang. Keuntungan dari penggunaan sel stem
dewasa yaitu tidak atau kurang menimbulkan masalah dan kontroversi etika.
1. Penggunaan sel punca embrionik untuk mengobati cidera pada medula spinalis
(spinal cord)
Cidera pada medula spinalis disertai demielinisasi menyebabkan hilangnya fungsi
neuron. Sel punca dapat mengembalikan fungsi yang hilang dengan cara melakukan
remielinisasi. Percobaan dengan sel punca embrionik tikus dapat menghasilkan
oligodendrosit yang kemudian dapat menyebabkan remielinisasi akson yang rusak.
2. Penggunaan sel punca pada penyakit stroke
Pada penyakit stroke dicoba untuk menggunakan sel punca mesenkim
(mesenchymal stem cell) dari sumsum tulang autolog. Penelitian ini didasarkan pada
hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Mesenchymal stem cells
diperoleh dari aspirasi sumsum tulang. Setelah disuntikkan perifer MSC akan
melintas sawar darah otak pada daerah otak yang rusak. Pemberian MSC
intravenous akan mengurangi terjadinya apoptosis dan menyebabkan proliferasi sel
endogen setelah terjadinya stroke.
3. Penggunaan sel punca dalam pengobatan diabetes
Pada diabetes, terjadi kekurangan insulin atau kurangnya kepekaan terhadap insulin.
Dalam hal ini transplantasi sel pulau Langerhans diharapkan dapat memenuhi

12
kebutuhan insulin. Pada awalnya, kira-kira 10 tahun yang lalu, hanya 8%
transplantasi sel pulau Langerhans yang berhasil. Hal ini terjadi karena reaksi
penolakannya besar sehingga diperlukan sejumlah besar steroid; padahal makin
besar steroid yang dibutuhkan, makin besar pula kebutuhan metabolik pada sel
penghasil insulin. Namun, baru-baru ini penelitian yang dilakukan oleh James
Shapiro dkk. di Kanada, berhasil membuat protokol transplantasi sel pulau
Langerhans dalam jumlah banyak dengan metode imunosupresi yang berbeda
dengan yang sebelumnya. Pada penelitian tersebut, 100% pasien yang diterapi
transplantasi sel pulau Langerhans pankreas tidak memerlukan injeksi insulin lagi
dan gula darahnya tetap normal setahun setelah transplantasi. Penelitian-penelitian
yang sudah dilakukan untuk diabetes ini mengambil sumber stem cell dari kadaver,
fetus, dan dari embryonic stem cell. Selanjutnya, masih dibutuhkan penelitian
untuk menemukan cara membuat kondisi yang optimal dalam produksi insulin,
sehingga dapat menggantikan injeksi insulin secara permanen.
4. Penggunaan sel punca untuk skin replacement
Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai stem cell, maka peneliti telah dapat
membuat epidermis dari keratinosit yang diperoleh dari folikel rambut yang dicabut.
Hal ini memungkinkan transplantasi epidermis autolog, sehingga menghindari
masalah penolakan. Pemakaian skin replacement ini bermanfaat dalam terapi ulkus
vena ataupun luka bakar.
5. Penggunaan sel punca dalam penyakit Parkinson
Pada penyakit Parkinson, didapatkan kematian neuron-neuron nigra-striatal,
yang merupakan neuron dopaminergik. Dopamin merupakan neurotransmiter yang
berperan dalam gerakan tubuh yang halus. Dengan berkurangnya dopamin, maka
pada penyakit Parkinson terjadi gejala-gejala gangguan gerakan halus. Dalam hal
ini transplantasi neuron dopamin diharapkan dapat memperbaiki gejala penyakit
Parkinson. Tahun 2001, dilakukan penelitian dengan menggunakan jaringan
mesensefalik embrio manusia yang mengandung neuron-neuron dopamin. Jaringan
tersebut ditransplantasikan ke dalam otak penderita Parkinson berat dan dipantau
dengan alat PET (Positron Emission Tomography). Hasilnya setelah transplantasi

13
terdapat perbaikan dalam uji-uji standar untuk menilai penyakit Parkinson,
peningkatan fungsi neuron dopamin yang tampak pada pemeriksaan PET;
perbaikan bermakna ini tampak pada penderita yang lebih muda. Namun setelah 1
tahun, 15% dari pasien yang ditransplantasi ini kambuh setelah dosis levodopa
dikurangi atau dihentikan.
6. Penggunaan sel punca dalam pengobatan HIV
Pada awalnya pengobatan HIV/AIDS ditemukan tidak sengaja dalam
pengobatan penyakit leukemia dengan sistem stem sel. Dimana HIV/AIDS
menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh menjadi rentan terhadap
gangguan virus atau penyakit. Dengan sel punca maka sel-sel yang mengalami
degradasi akan tergantikan sehingga kekebalan tubuh pengidap akan berangsur
pulih. Namun setelah itu terjadi mutasi gen yang mengakibatkan sel darah menjadi
resisten terhadap virus HIV.
Mutasi tersebut terjadi pada reseptor yang dikenal sebagai CCR5, yang secara
normal ditemukan pada permukaan T cell – sel pada sistem kekebalan tubuh yang
diserang oleh virus HIV. Gen yang telah bermutasi tersebut dikenal sebagai CCR5
delta 32, dan ditemukan pada 1% - 3% populasi orang kulit putih di Eropa.
Virus HIV menggunakan CCR5 sebagai co-reseptor untuk merusak sistem
kekebalan tubuh. Sejak CCR5 bermutasi menjadi CCR5 delta 32, virus HIV tidak
lagi mampu menyerang sel sehingga terjadi kekebalan tubuh alami pada orang yang
mengalami mutasi gen.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Sel Induk (Stem Cell)


Dalam penggunaannya stem cell memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan antara lain:
1. Penggunaan sel induk embrionik (embryonic stem cell) pada terapi sel.
 Kelebihan penggunaan sel induk embrionik antara lain:
a. Mudah didapatkan, biasanya dapat diperoleh dari klinik fertilitas.

14
b. Bersifat pluripotent artinya mempunyai kemampuan untuk berdifferensiasi
menjadi berbagai macam sel yang merupakan turunan ketiga lapis germinal
(ektoderm, mesoderm dan endoderm), tetapi tidak dapat membentuk
selubung embrio.
c. Immortal artinya dapat berumur panjang sehingga dapat memperbanyak
diri ratusan kali pada media kultur.
d. Reaksi penolakan tehadap imunitas rendah.
 Kekurangan penggunaan sel induk embrionik adalah:
a. Dapat diperoleh dari sel pasien sendiri sehingga dapat menghindari
terjadinya penolakan imun.
b. Sel induk dewasa sudah terspesialisasi sehingga induksi menjadi lebih
sederhana.
c. Penggunaan sel induk dewasa tidak terlalu menimbulkan problem etika.
 Kekurangan dari penggunaan sel induk dewasa antara lain:
a. Sel induk dewasa ditemukan dalam jumlah kecil di 12 tempat yang berbeda
dalam tubuh (otak, darah, kornea, retina, jantung, lemak, kulit, daerah gigi,
pembuluh darah pada sumsum tulang belakang, otot tengkorak, dan usus).
sehingga sulit mendapatkan sel induk dewasa dalam jumlah banyak.
b. Masa hidupnya tidak selama sel induk embrionik.
c. Bersifat multipotent, yaitu dapat berdiferensiasi menjadi lebih dari satu
macam sel sehingga differensiasi tidak seluas sel induk embrionik yang
bersifat pluripotent.
2. Penggunaan sel induk dari darah tali pusat.
 Kelebihan penggunaan sel induk dari darah tali pusat adalah:
a. Mudah diperoleh, karena sudah tersedia di bank darah tali pusat.
b. Siap pakai, karena telah melalui proses prescreening, testing dan
pembekuan.
c. Kontaminasi virus sangat minimal dibandingkan dengan sel induk yang
berasal dari sumsum tulang.
d. Cara pengambilannya mudah, tidak beresiko dan menyakiti donor.

15
 Kekurangan penggunaan sel induk dari darah tali pusat adalah:
a. Kemungkinan terkena penyakit genetik. Ada beberapa penyakit genetik
yang terdeteksi saat lahir sehingga diperlukan pengamatan setelah donor
meningkat menjadi dewasa.
b. Jumlah sel induk relatif terbatas sehingga ada ketidaksesuaian antara jumlah
sel induk yang diperlukan resipien dengan jumlah yang tersedia dari donor.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat diambil beberapa simpulan


yaitu sebagai berikut.

1. Sel Punca atau stem cell adalah sel yang tidak/belum terspesialisasi dan
mempunyai kemampuan/potensi untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel-
sel yang spesifik yang membentuk berbagai jaringan tubuh.
2. Berdasarkan pada kemampuannya untuk berdifferensiasi sel punca
dikelompokkan menjadi: totipoten, pluripoten, multipoten, unipotent.
Sedangkan berdasarkan sel induk yang ditemukan dalam berbagai jaringan
tubuh, sel induk dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu : Sel induk
embrio (embryonal stem cell) dan Sel induk dewasa (adult stem cells).
3. Pemanfaatan stem cell dalam bioteknologi yakni digunakan dalam riset dan
dalam pengobatan penyakit. Pemanfaatan stem cell dalam riset adalah untuk
terapi gen, engetahui proses biologis, yaitu perkembangan organisme dan
perkembangan kanker, penemuan dan pengembangan obat baru dan terapi sel
(cell based therapy). Sedangkan penggunaan stem cell dalam pengobatan
penyakit, yaitu untuk mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel
baru yang sehat pada jaringan atau organ tubuh pasien dan untuk menggantikan
sel-sel spesifik yang rusak akibat penyakit atau cidera tertentu dengan sel-sel
baru yang ditranspalantasikan.
4. Dalam penggunaan stem cell tentu saja terdapat kelebihan dan kekurangan,
secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut. Keuntungannya yaitu stem cell
mudah didapatkan, stem cell mempunyai kemampuan untuk berdifferensiasi
menjadi berbagai macam sel. Sedangkan kekurangannya adalah adanya
kemungkinan terkena penyakit genetik pada sel induk tali pusat, secara kode
etik penggunaan stem cell masih kontroversial khususnya dalam penggunaan
sel induk embrionik.

17
Daftar Pustaka

Brooks, Geo.F, dkk.1996. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta.EGC


Campbell, Neil A., dkk. 2002. Biologi Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Citrawathi, Desak Made, dkk. 2001. Anatomi dan Fisiologi Manusia.Singaraja:
Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
D. Enger, Eldon, dkk. 2007.Consepts In Biology. New York: The McGraw-Hill
Companies.
Ismaya Fitriani, Aulia. 2012.Stem Cell. Tanjung Pura.Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura
Kalthoff, Klaus. 2001. Analysis of Biological Development. Evenue of The Americans:
Mc Graw Hill Higher Education
Setiawan, Benjamin. 2006. Aplikasi Terapeutik Sel Stem Embrionik pada Berbagai
Penyakit Degeneratif. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran No.153, (online)
(diakses pada tanggal 19 Maret 2011)
Voyles, Bruce A. 2002. The Biology of Viruses Second Edition. New York: McGraw-
Hill

18

Anda mungkin juga menyukai