Anda di halaman 1dari 11

EPITEL PIPI DAN SEL DARAH

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu mengetahui cara pembuatan sediaan ulas epitel rongga
pipi dan mengetahui gambaran berbagai jenis epitel rongga pipi.
2. Mahasiswa mampu mengamati sel darah dan mengklasifikasikan sel darah
dalam kondisi sel hipertonis, hipotonis dan isotonis.

B. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Tanggal : Senin, 6 Mei 2019
Lokasi praktikum : Lab Anatomi Fisiologi Manusia Universitas Esa Unggul

C. LANDASAN TEORI
Jaringan epitelium (epithelial tissue) terdapat dalam wujud lapisan-
lapisan sel yang terkemas dengan rapat. Pada banyak epitelium, sel-sel tersebut
dipatri menjadi satu oleh tight junction (persambungan ketat). Permukaan
bebas pada epitelium itu terpapar ke udara atau cairan, sementara sel-sel yang
berada di bagian dasar rintangan itu melekat ke suatu membran basal
(Campbell, 2004).
Jaringan epitel adalah jaringan yang melapisi permukaan tubuh, organ
tubuh atau permukaan saluran tubuh hewan. Bentuk jaringan epitel berupa
lembaran selapis atau beberapa lapis. Jaringan epitel terdiri atas sel-sel yang
bentuknya sama, yang berkumpul dengan sangat erat dengan bahan
ekstraseluler atau matriks yang sangat sedikit. Jaringan epitel adalah salah satu
dari empat jaringan dasar yaitu jaringan otot, jaringan ikat dan jaringan saraf.
Jaringan epitelterdiri dari sel-sel polihedral yang berkumpul dengan erat
dengan sangat sedikitzat intersel. Pelekatan diantara sel-sel ini kuat, Jadi
terbentuk lapisan-lapisan yang menutupi permukaan tubuh dan melapisi
rongga-rongganya (Umar, 2011: 59).

1
Struktur jaringan epitel:
a. Pada umumnya salah satu permukaan epithelium bersifat bebas dan
menghadap kecairan atau udara.
b. Epithelium tidak memiliki suplay darah. Nutisinya berasal dari difusi
pembuluh-pembuluh darah dibawah jaringan ikat.
c. Sel-sel epitel tersusun rapat dengan sedikit materi interseluler. 4) Sel-sel
epitel bereprosuksi dengan cepat untuk mengganti sel yang rusak atau
hilang. (Ethel Sloane, 2004: 69)
Fungsi jaringan epitel:
a. Perlindungan terhadap dehidrasi, trauma, iritasi mekanik, dan zat toksi.
b. Absorpsi gas atau nutrient, seperti pada paru-paru atau saluran pencernaan.
c. Tranpor cairan, mucus, nutrient, atau zat partikel lain.
d. Sekresi produk-produk yang telah disintesis, seperti horman, enzim, dan
perspirasi yang dihasilkan oleh epithelium glandular.
Jaringan epitel terbagi menjadi dua klasifikasi yaitu epithelium penutup
dan epithelium glandular.
a. Epithelium penutup dan pelapis adalah lapisan sel yang menutupi bagian
internal dan eksternal permukaan tubuh dan organ serta melapisi rongga
tubuh dan organ berongga.
b. Epithelium glandular berasal dari epithelium yang melapisi atau menutupi
sel-sel yang tumbuh sampai kedalam jaringan penunjang.

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma
darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan
trombosit. Volume darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat
badan atau kira-kira lima liter. Sekitar 55% adalah plasma darah, sedang 45%
sisanya terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 )
Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Setiap milliliter
darah mengandung rata-rata sekitar 5 miliar eritrosit (sel darah merah),
yang secara klinis sering dilaporkan dalam hitung sel darah merah sebagai 5
juta per millimeter kubik (mm3).

2
Sel darah merah memiliki struktur yang jauh lebih sederhana
dibandingkan kebanyakan sel pada manusia. Pada hakikatnya, sel darah merah
merupakan suatu membran yang membungkus larutan hemoglobin (protein ini
membentuk sekitar 95% protein intrasel sel darah merah), dan tidak memiliki
organel sel, misalnya mitokondria, lisosom atau aparatus Golgi. Sel darah
manusia, seperti sebagian sel darah merah pada hewan, tidak berinti.
Namun, sel darah merah tidak inert secara metabolis. Melalui proses
glikolisis, sel darah merah membentuk ATP yang berperan penting dalam
proses untuk memperthankan bentuknya yang bikonkaf dan juga dalam
pengaturan transpor ion (mis. oleh Na+, K+ ATPase dan protein penukar anion
serta pengaturan air keluar-masuk sel. Bentuk bikonkaf ini menigkatkan
rasio permukaan-terhadap-volume sel darah merah sehingga mempermudah
pertukaran gas. Sel darah merah mengandung komponen sitoskeletal yang
berperan penting dalam menentukan bentuknya. (Norma, 2006).

D. ALAT DAN BAHAN


Kegiatan Praktikum I
Alat :
1. Tusuk gigi.
2. Kaca Preparat.
3. Cover Glass.
4. Mikroskop.
5. Pipet.
Bahan :
1. Methylen Blue.
2. Epitel pipi.
3. Aquadest.
Kegiatan Praktikum II
Alat
1. Kaca preparat.
2. Cover glass.
3. Lancing device.

3
Bahan
1. Darah kapiler.
2. NaCl 0,1 %
3. NaCl 0,3 %
4. NaCl 0,6 %
5. NaCl 0,9 %
6. NaCl 2 %

E. CARA KERJA
Praktikum I : Pembuatan sediaan ulas epitel rongga mulut
1. Menorehkan/ mengeruk secara perlahan bagian dalam pipi dari dalam
rongga mulut dengan menggunakan ujung tumpul tusuk gigi hingga
diperoleh sendinya.
2. Meneteskan sedikit air dengan pipet tetes diatas objek glass lalu
menyebarkan lendir pada ujung tusuk gigi dan mengaduk dengan tetesan air
tadi agar sel-sel tidak mengelompok.
3. Tutup dengan coverglass agar tidak terbentuk gelembung dibawah
coverglass.
4. Menghisap air yang berlebihan dengan kertas isap melalui tepi coverglass.
5. Meneteskan methylen blue dengan hati-hati pada pinggir cover glass yang
berlawanan agar methylene blue cepat merata.
6. Amatilah objek dibawah mikroskop dengan perbesaran objektif 10x. Sel
mukosa mulut sangat transparan, gunakan diafragma dengan pembukaan
kecil. Pilihlah salah satu sel yang paling baik untuk diamati, kemudian
perbesar dengan besaran objektif 40x.
7. Gambarkan sel mukosa mulut dan sebutkan bagian-bagiannya.

Praktikum II: Mengamati sel darah merah ( hipotonis, isotonis, dan hipertonis )
1. Siapkan objek glass dan cover glass.
2. Menggoyangkan tangan yang akan digunakan ke arah bawah.
3. Jari yang akan di ambil darahnya diurut dahulu hingga ke ujung jari,
sehingga darah menumpul lalu ditahan dengan jari lain.

4
4. Ambil lancing device.
5. Tusuk jari yang sudah di tahan dengan jari lain tadi, darah pertama di buang,
lalu darah selanjutnya di letakkan pada objek glass.
6. Diberi larutan NaCL dengan konsentrasi yang berbeda pada masing-masing
preparat yang berbeda juga.
7. Di amati dibawah mikroskop dan di gambar.

F. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Praktikum sel epitel pipi
Preparat Supravital Epitelium Mukosa Mulut
Keterangan :
1. Perbesaran : 40x perbesaran
2. Pewarnaan : Methylen Blue
3. Pelaku : Kadek Urip Astawa Yasa

Sitoplasm
a

Nukleus

Sel
epitel

5
Hasil praktikum sel darah dalam larutan
1. Sampel darah kapiler Luthfi Aditia Perdana
Keterangan :
1. Darah dengan NaCL 0,1 %
2. Sel darah mengembang.
3. Bergerombol dan berdekatan.
4. Hipotonis.

2. Sampel darah kapiler Angelica Anggia


Keterangan :
1. Darah dengan NaCL 0,3 %
2. Sel darah mengembang.
3. Bentuk agak membulat di bandingkan 0,1 %
4. Hipotonis.

6
3. Sampel darah kapiler Kadek Urip Astawa Yasa
Keterangan:
1. Darah dengan NaCL 0,6 %
2. Sel darah mengembang.
3. Bentuk lebih membulat di bandingkan 0,3 %
4. Hipotonis.

4. Sampel darah Ramitha Dewi


Keterangan :
1. Darah dengan NaCL 0,9 %
2. Sel darah stabil tidak mengembang dan berkerut.
3. Bentuk membulat.
4. Isotonis.

7
5. Sampel darah kapiler Febrinda Feronika
Keterangan :
1. Darah dengan NaCL 2 %
2. Sel darah mengkerut.
3. Bentuk tipis panjang.
4. Hipertonis.

G. PEMBAHASAN
Praktikum I
Metode yang digunakan dalam praktikum pertama yaitu metode
supravital yang menggunakan sel hidup dengan pewarnaan dan besifat
sementara. Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan epitel dari salah satu
anggota kelompok kami yaitu kadek. Dalam pengamatan sel dapat menyerap
warna dengan baik, terlihat perbedaan yang cukup signifikan sebagai penanda
antara sitoplasma dengan nukleus, dimana nukleus berwarna lebih gelap dari
sitoplasma. “Epithelium hanya terdiri atas sel-sel yang saling berdekatan, yang
berbentuk pipih. Hanya ada sedikit material antarsel.” (Rudyatmi, 2014).
Berdasar literatur tersebut, sel satu dengan lainnya sulit dibedakan.
Saat pengamatan sel masih dalam bentuk asalnya, tidak terjadi
plasmolisis atau krenasi karena menggunakan zat warna netral.

8
Praktikum II
Pada praktikum kali ini, dilakukan pengamatan sel darah dengan
pencampuran NaCl dengan konsentrasi yang berbeda untuk di amati adanya
perbedaan pada struktur dari sel darah merah. Sel darah di ambil dari ujung jari
dengan bantuan lancing device, lalu di campur dengan NaCl kemudian di amati
di bawah mikroskop.
Terlihat sel darah merah tidak memiliki inti dan masing-masing preparat
yang berisi darah dengan penambahan NaCl konsentrasi berbeda dapat
memberikan hasil yang berbeda pula.
Stuktur sel darah dapat berubah karena perubahan media lingkungan dan
memiliki respon adanya pengkerutan atau pembengkakan jika sel darah
ditempatkan dalam medium hipertonik, hipotonik, dan isotonik. Hiperosmotik
merujuk pada larutan yang mempunyai osmolaritas lebih tinggi dibandingkan
dengan cairan ekstrasel normal tanpa memperhatikan kemampuan zat terlarut
tersebut untuk menembus membran sel, sehingga sel darah yang menerima
terlalu banyak air maka akan menunjukkan respon pembengkakan pada selnya.
Aliran materi terutama air terjadi dari luar ke dalam sel dan ion ke luar
lingkungan dengan cara difusi sehingga sel darah akan mengembang dan sel
menjadi pecah.
Dari hasil pengamatan di atas, kita dapat mengetahui pengaruh macam-
macam konsentrasi larutan NaCl tehadap sel darah merah :
1. Pemeberian larutan NaCl 0.1% pada sel darah merah. Sel darah pada
objek glass bersama larutan NaCl 0,1 % menghasilkan sel darah
merah yang mengembang dari ukuran normalnya itu menandakan larutan
NaCl 0,1 % tersebut adalah larutan hipotonis, sehingga menyebabkan
air pada larutan NaCl masuk ke dalam sel darah merah dan
akhirnya sel darah merah menjadi membesar atau
mengembang.
2. Pemeberian larutan NaCl 0.3% pada sel darah merah. Sel darah pada objek
glass bersama larutan NaCl 0,3 % menghasilkan sel darah merah yang
mengembang dari ukuran normalnya itu menandakan larutan NaCl 0,3 %
tersebut adalah larutan hipotonis, sehingga menyebabkan air pada

9
larutan NaCl masuk ke dalam sel darah merah dan akhirnya sel darah
merah menjadi membesar atau mengembang, namun tidak terlalu besar
seperti 0,1 %.
3. Pemeberian larutan NaCl 0.6% pada sel darah merah. Sel darah pada objek
glass bersama larutan NaCl 0,6 % menghasilkan sel darah merah yang
mengembang dari ukuran normalnya itu menandakan larutan NaCl 0,6 %
tersebut adalah larutan yang bersifat hipotonis bagi sel darah, sehingga
menyebabkan air pada larutan NaCl masuk ke dalam sel darah merah
dan akhirnya sel darah merah menjadi membesar atau mengembang,
namun tidak terlalu besar seperti 0,3 %.
4. Pemeberian larutan NaCl 0.9% pada sel darah merah. Sel darah pada objek
glass bersama larutan NaCl 0,9 % menghasilkan sel darah merah yang
tidak mengembang dan tidak mengerut menandakan larutan NaCl 0,9 %
tersebut adalah larutan isotonis, sehingga dapat diartikan bahwa sel
berada dalam keadaan seimbang.
5. Pemeberian larutan NaCl 2% pada sel darah merah. Sel darah pada objek
glass bersama larutan NaCl 2 % menghasilkan sel darah merah yang
mengerut dari ukuran normalnya itu menandakan larutan NaCl 2 %
tersebut adalah larutan yang bersifat hipertonis bagi sel darah, sehingga
menyebabkan air pada larutan NaCl masuk keluar dari sel darah merah
dan akhirnya sel darah merah menjadi mengkerut.

G. KESIMPULAN
Praktikum I
a. Preparat epitelium mukosa mulut merupakan preparat sementara yang
dibuat dengan metode supravital, pewarnaan methylene blue
b. Pewarnaan dengan zat warna methylene blue dapat mewarnai sel epitelium
mukosa mulut dengan kontras, sehingga dapat dibedakan antara inti sel
dengan bagian lain seperti sitoplasma

10
Praktikum II
a. Sel darah dapat dipengaruhi oleh beberapa konsentrasi larutan yang akan
berdampak pada struktur sel darah itu sendiri, yaitu lisis, plasmolisis
ataupun seimbang

Daftar Pustaka
Umar, Zulkarnaim. Buku Daras Struktur Hewan. Makassar: UIN Alauddin
Press,2011
Campbell, Neil A. 2004. Biologi. Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Erlangga
Puspitawati Ria. 2003. Struktur Makroskopik dan Mikroskopik Jaringan Lunak
Mulut. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia; 10 (Edisi Khusus) : 462-
467
Rudyatmi E. 2014. Diktat Mikriteknik. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA
UNNES
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Kedokteran
ECG
Norma, A, 2006, Sel Darah Pada Manusia, Yudhistira, Bandung
Evelyn CP, 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta. Gramedia

11

Anda mungkin juga menyukai