KELOMPOK 1:
Akmad Zulkairi
Anggun Sianturi
Berkati Theresia
Cherlin Adelita
Emilia Putri
Ruth Febrina Sirait
Srimaya Tampubolon
Susi Afriyanti Tamba
Ilham Ramadhan
Pengertian & Fungsi
Kulit
Fungsi Kulit:
• Mengandung sel
granular (granula
lamelar) dan keratin
• Memiliki sel inti
• Tampak jelas di telapak
tangan dan kaki
Stratum Spinosum
• Terdiri dari 5-8 lapisan
• Lapisan yang paling tebal (0,2 mm)
• Sel berbentuk poligonal yang
besarnya berbeda – beda karena
adanya proses mitosis
• Terdapat sel langerhans
sel Langerhans menghasilkan sel
makrofag dan sel T yang memiliki
kemampuan mengenali
mikroorganisme dan antigen,
menangkap dan memproses
penempelan limfosit sehingga kuman
dapat diatasi.
• Lapisan ini memproduksi keratin
Stratum Germinativum
• Lapisan epidermis yang
paling dalam, berkontak
dengan dermis
• Terdiri atas sel-sel
berbentuk kubus
• Sel hidup berinti karena
mendapatkan difusi oksigen
dan nutrisi dari dermis.
• Terdapat sel merkel
Lapisan Dermis/ Korium
• Berisi 3 jenis jaringan: Kolagen dan serat elastis, Otot, Saraf
• Mendapat suplai darah dan saraf
• Lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis
• Sensori aparatus: sentuhan, tekanan, temperatur, nyeri
• Terdiri dari 2 bagian:
1. Pars Papilare: bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf
dan pembuluh darah. Papilare berfungsi sebagai penguat dari epidermis
dalam satu ikatan membran. Flexus pembuluh darah dari papilare
memberikan asupan nutrisi dan oksigen ke epidermis melalui BMZ yang
disebut papilary loops/flexus.
• Kulit memiliki pasokan darahnya melalui pembuluh darah yang berasal dari
jaringan otot dibawahnya.
• Arteri bercabang menjadi sejumlah pembuluh darah yang lebih kecil untuk
kemudian bercabang-cabang lagi menjadi jaringan kapiler yang menembus
dermis serta jaringan subkutan.
• Kapiler memungkinkan aliran nutrient dan oksigen dari dalam ruang
interstisial disekitar sel-sel kulit.
• Produk limbah mengalir kedalam kapiler dan dibawa keluar.
• Tekanan pada darah arterial yang masuk kedalam kapiler adalah sekitar 30
mmHg.
• Tekanan pada darah venosa yang meninggalkan kapiler adalah sekitar 10
mmHg.
• Perbedaan tekanan dalam kapiler sebesar 20 mmHg ini cukup rendah bila
dibandingkan dengan perbedaan tekanan dalam pembuluh arteri yang besar
didalam tubuh (85 hingga 100 mmHg) dan dikenal sebagai tekanan darah.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASALAH
KULIT
1. Usia
2. Sinar
6. Obat
Matahari
5. Nutrisi 3. Sabun
4. Hidrasi
1. Usia
Usia sangat mempengaruhi kualitas dan fungsi kulit. Pada usia bayi, dewasa,
dan usia lanjut kulit mempunyai karakteristik yang berbeda. Pada bayi,
perkembangan epidermis hampir sama dengan usia dewasa, sedangkan
perkembangan dermis hanya 60% dari usia dewasa sehingga fungsi Barirer
(pelindung) dan thermoregulasi belum berfungsi dengan baik. Bayi memiliki
kolagen 24% hingga usia 6 bulan,sedangkan dewasa hanya 1% sehingga fungsi
kolagen sangat berperan pada usia bayi dibandingkan dewasa. Bayi memiliki
pembuluh darah yang lebih banyak dan lebih kecil sehingga proses penyembuhan
luka lebih cepat dan tanpa bekas (scar minimal) pada usia dewasa, stimulasi bekerja
dan memepengaruhi kegiatan kelenjar sebasea dan folikel rambut. Epidermis
menebal dan dermis menipis sehingga memperlambat penyembuhan luka.
2. Sinar Matahari
Sinar matahari dapat meningkatkan sistem aging atau penuaan pada kulit atau
sering dikenal dengan istilahefek fotoaging. Sunbrun atau terbakar matahari yang
berlebihan akan menimbulkan resiko kanker kulit atu dikenal dengan melanoma.
Selain itu, terpapar matahari dapat menyebabkan epidermis menebal , produksi sel
langerhans menurun , dan perubahan pada dermis seperti fibroblas bertambah dan
terjadi dilatasi pembuluh darah.
3. Sabun
Sabun dengan pH basa dan normal dapat mengurangi ketebalan dan jumlah lapisan
sel stratum korneum (white, jenkinson, dan Lloyd, 1987),menurunkan fungsi
kekuatan kulit menahan air (dehidrasi kulit), dan mengubah jumlah flora normal
pada kulit, seperti staphylococcus, microccus, peptococcus, corynebacterium,
brevibacterium, propionibacterium, streptoccus, neisseria dan acetobacter (semua
kuman berada dalam satu individu), terkadang ada jamur pityrosporum. Sabun dapat
mengurangi jumlah lemak (delipidization) dalam kulit bersama dengan terangkatnya
kuman dan bakteri yang ada pada kulit. pH normal kulit adalah 5,5 sehingga
penggunaan sabun dengan pH normal dan/atau basa dapat mengubah pH kulit. Saat
ini berkembang penggunaan sabun yang memiliki pH asam karena terbukti dapat
mengurangi delipidization dan dehidrasi pada kulit (Korting dan Braun-Falco,1996).
4. Hidrasi
Hidrasi kulit yang adekuat umumnya didapat dari sekresi sebum daan stratum
korneum yang baik dan utuh pada sel keratin. Beberapa faktor yang dapat
memengaruhi hidrasi kulit adalah suhu yang terlalu lembab, terangkatnya sebum, dan
usia sehingga meningkatkan hilangnya air dari tubuh. Hal ini mengakibatkan kulit
yang cendrung kering dan bergerak sehingga penggunaan pelemnbab kulit dianjurkan
untuk menggantikan fingsi sebum sebagai barier kulit dan mencegah evaporasi
(penguapan) cairan tubuh yang berlebih.
5. Nutrisi
Nutrisi adekuat seperti asupan protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral,
yang seimbang akan menyebabkan kulit sehat sehingga suplemen tidak terlalu
berpengaruh. Jika terjadi kerusakan kulit, suplemen tertentu seperti vitamin C dapat
membantu untuk pembentukan kolagen. Beberapa vitamin yang dapat
mempertahankan kulit sehat adalah Vitamin E,C,D,A,B, piridoksin, dan ribloflavin.
Elemen mineral yang dapat mempertahankan kulit sehat adalah iron (besi) zink, dan
copper.
6. Obat
Penggunaan obat dapat memengaruhi kulit. Kortikosteroid terbukti dapat
mengganggu regenerasi epidermis dan sintesis kolagen (Ehrlich dan Hunt, 1968;
pollack,1982). Obat lainnya yang diketahui dapat memengaruhi kulit adalah
antibakteri, antihipertensitif, analgesik, antidepresan, antihistamin, diuretik, agens
hipoglikemia, sunscreen, dan kontrasepsi oral. Pengaruh yang umum ditimbulkan
adalah perubahan flora normal kulit dan reaksi antiinflamasi. Jika struktur yang ada
di deep dermal rusak, secara permanen struktur tersebut tidak dapat melakukan
regenerasi, misalnya rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar keringat. Begitu pula
lapisan subkutan, otot, tendon ligamen, dan tulang memiliki kapasitas regenerasi
yang rendah sehingga menghasilkan scar (martin 1997; Mast dan Schuttz, 1998).
Proses Fisiologi Penyembuhan Luka
1. Fase Hemostasis
Serotonin, histamin, prostaglandin dan darah
dari pembuluh darah yang cedera mengisi
bagian jaringan yang rusak.
Trombosit di dalam darah membentuk bekuan.
Fibrin di dalam bekuan akan menautkan kedua
tepi luka.
Tanda Pada Fase Inflamasi
4. Diabetes 6. Istirahat /
Melitus 5. Nyeri
tidur
7. Obat /
steroid 8.Radioterapi
2. Aspek Psikologis
Masalah
Aspek
Psikologis
Psikologi
Lain
Cemas Takut
Kesedihan/
Motivasi
Dukacita
• Fase Inflamasi
MMP memecah matriks ekstraselular yang rusak tepi
luka. Hal ini menyebabkan sel-sel luka melakukan
sintesis matriks ekstraselular yang baru untuk menutup
permukaan yang terbuka . Selain itu, MMP aktif juga
mencegah biofilm bakteri menempel ke luka; sehingga
risiko infeksi berkurang.
Stimulasi matriks
ekstraselular yang baru
Matriks Matrix
ekstaselular yang Metalloproteinase
Mencegah perlekatan
rusak (MMP)
biofilm bakteri
Degradasi Matrix
membrane kapiler metalloproteinase
(MMP) Proliferasi dan migrasi
sel
Matrix
Luka metalloproteinase
(MMP) Reorganisasi matriks
ekstraselular
Faktor Lokal
2.Penatalaksanaan 3.Temperatur
1.Hidrasi Luka
Luka Luka
Faktor Umum
2. Penyakit
1. Faktor Usia 3.Vaskularisasi
Penyerta
6. Gangguan
4. Nutrisi 5. Kegemukan Sensasi dan
Pergerakan
7. Status 8. Terapi
9. Obat
psikologis Radiasi
Proses Penutupan Luka
1. Penyembuhan luka secara primer.
Luka terjadi tanpa kehilangan banyak jaringan kulit. Luka
ditutup dengan cara dirapatkan kembali dengan menggunakan alat
bantu sehingga bekas luka tidak ada (scar) atau minimal. Proses
yang terjadi adalah epitalisasi dan deposisi jaringan ikat. Contohnya
adalah luka sayatan atau robekan dan luka operasi yang dapat
sembuh dengan alat bantu jahitan,stapler,tape eksternal atau
lem/perekat kulit.
2. Penyembuhan luka secara sekunder
Kulit mengalami luka (kerusakan) dengan kehilangan banyak jaringan
sehingga memerlukan proses granulasi (pertumbuhan sel), -kontraksi,dan
epitalisasi (penutupan epidermis) untuk menutupi luka. Pada luka seperti
ini,jika dijahit, kemungkinan terbuka lagi atau terjadi nekrosis (mati)
sangat besar. Luka yang memerlukan penutupan secara sekunder
kemungkinan memiliki bekas luka lebih luas dan waktu penyembuhan
lebih lama,namun semuanya kembali lagi bergantung pada penanganan
para klinis terhadap luka. Contohnya adalah luka tekan dan luka bakar.
3. Penyembuhan luka secara tersier atau delayed primary
Penyembuhan luka secara tersier atau delayed primary terjadi jika
penyembuhan luka secara primer mengalami infeksi atau ada infeksi
sehingga penyembuhannya terhambat. Luka akan mengalami proses
debris hingga luka menutup. Penyembuhan luka dapat juga diawali
dengan penyembuhan secara sekunder yang kemudian ditutup dengan
bantuan jahitan/dirapatkan kembali. Contohnya adalah luka operasi
yang terinfeksi. Obesitas dapat menjadi salah satu penyebab luka pasca
operasi terbuka (dehiscence). Jika kemudian dijahit kembali (ditutup).
Cara penutupan luka ini disebut penutupan luka secara tersier.