Anda di halaman 1dari 68

SISTEM INTEGUMEN

KELOMPOK 1:
 Akmad Zulkairi
 Anggun Sianturi
 Berkati Theresia
 Cherlin Adelita
 Emilia Putri
 Ruth Febrina Sirait
 Srimaya Tampubolon
 Susi Afriyanti Tamba
 Ilham Ramadhan
Pengertian & Fungsi
Kulit

Fungsi Kulit:

1. Kulit memiliki fungsi proteksi


terhadap bahan kimia, bakteri,
dan virus pathogen.
Kulit adalah lapisan luar 2. Sensasi terhadap rasa sakit,
sentuhan, tekanan, dan suhu.
yang menutupi dan 3. Sintensi vitamin D terjadi di
kulit dengan bantuan sinar
melindungi tubuh serta matahari, yaitu mengubah sterol
bersifat elastis. menjadi koagulasiferol (vitamin
D).
4. Termoregulasi pda kulit
memiliki mekanisme primer, yaitu
melalui sirkulasi dan keringat.
5. Ekskresi tubuh terjadi dari hasil
keluran keringat.
LAPISAN EPIDERMIS

Stratum Korneum/ Lap Tanduk


 Lapisan kulit yang paling luar
 Berfungsi sebagai waterproff (anti air)
 Terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng
yang mati
 Tidak berinti
 Protoplasmanya telah berubah menjadi
keratin/ zat tanduk
 Terdiri dari 15-30 lapisan sel keratin yang
sudah mati.
Stratum Lusidium
 Terdapat langsung di bawah
lapisan korneum
 Lapisan sel gepeng tanpa inti
 Hanya ada pada kulit yang
tebal, tampak lebih jelas di
telapak tangan dan kaki
 Protoplasma yang berubah
menjadi protein (elerdin)
Stratum Granulosum/ Lapisan Keratohialin

• Mengandung sel
granular (granula
lamelar) dan keratin
• Memiliki sel inti
• Tampak jelas di telapak
tangan dan kaki
Stratum Spinosum
• Terdiri dari 5-8 lapisan
• Lapisan yang paling tebal (0,2 mm)
• Sel berbentuk poligonal yang
besarnya berbeda – beda karena
adanya proses mitosis
• Terdapat sel langerhans
sel Langerhans menghasilkan sel
makrofag dan sel T yang memiliki
kemampuan mengenali
mikroorganisme dan antigen,
menangkap dan memproses
penempelan limfosit sehingga kuman
dapat diatasi.
• Lapisan ini memproduksi keratin
Stratum Germinativum
• Lapisan epidermis yang
paling dalam, berkontak
dengan dermis
• Terdiri atas sel-sel
berbentuk kubus
• Sel hidup berinti karena
mendapatkan difusi oksigen
dan nutrisi dari dermis.
• Terdapat sel merkel
Lapisan Dermis/ Korium
• Berisi 3 jenis jaringan: Kolagen dan serat elastis, Otot, Saraf
• Mendapat suplai darah dan saraf
• Lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis
• Sensori aparatus: sentuhan, tekanan, temperatur, nyeri
• Terdiri dari 2 bagian:
1. Pars Papilare: bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf
dan pembuluh darah. Papilare berfungsi sebagai penguat dari epidermis
dalam satu ikatan membran. Flexus pembuluh darah dari papilare
memberikan asupan nutrisi dan oksigen ke epidermis melalui BMZ yang
disebut papilary loops/flexus.

2. Pars Retikulare: banyak mengandung jaringan ikat, folikel serabut,


pembuluh darah, saraf, kolagen. Retikulare memiliki pembuluh darah perifer
yang banyak dan berikatan yang disebut cutaneous flexus . kolagen disekresi
oleh fibrolas dan berfungsi sebagai protein pemberi kekuatan dan
fleksibilitas (tensile and strength).
Lapisan Subkutis/ hipodermis
Mengandung pembuluh darah besar,pembuluh limfe dan
serabut saraf. Lapisan paling tebal dari kulit terdiri atas
jaringan lemak (paling besar),jaringan ikat dan pembuluh darah
. hipodermis memiliki fungsi sebagai penyimpan lemak,kontrol
temperatur dan penyangga organ disekitarnya. Pada setiap
bagian tubuh memiliki ketebalan epidermis, dermis, dan
hipodermis yang berbeda bergantung pada lokasinya.
Misalnya,dikepala,dermis tipis namun dipaha,tangan dan kaki,
dermis tebal : ditelapak kaki dan tangan,epidermis
tebal,namun di wajah dan daerah kemaluan, epidemis tipis.
Hipodermis tebal pada gluteus,abdomen dan mammae
Adneksa Kulit
1. Kelenjar kulit:
Kelenjar keringat (Grandula sudorifera)
Kelenjar palit/ minyak
2. Kuku
3. Rambut
4. Organ sensoris: adanya ujung saraf sensoris di
dermis dsn sub kutis.
1. Kelenjar Pada Kulit
• Terdiri dari kelenjar keringat dan kelenjar
sebaseus/ kelenjar minyak
• Kelenjar keringat terbagi atas:
1. Kelenjar Ekrin
2. Kelenjar Apokrin
 Kelenjar Ekrin
Kelenjar ekrin adalah bagian yang keluar dari dalam
dermis dan terbentuk saluran pipa pada akhir pori-pori
epidermis. Produksi keringat sekitar 600 ml per hari
rata-rata pada orang dewasa (produksi keringat akan
lebih banyak jika sedang atau setelah berolahraga).
Produksi keringat yang terhitung (sensible) adalah 200
ml, sedangkan yang tidak terhitung (insensible) adalah
400 ml. fungsi utama kelenjar keringat ekrin adalah
sebagai termoregulasi tubuh/ pengaturan suhu. Pada
perhitungan keseimbangan cairan biasanya dikenal
dengan insensible water loss (IWL).
 Kelenjar Apokrin
• Terletak lebih dalam, sekresi lebih kental
• Banyak terdapat pada axila, areola mamae, pubis,
dan saluran telinga luar
• Fungsi apokrin pada manusia belum jelas, pada
waktu lahir berukuran kecil, tetapi pada pubertas
mulai besar dan mengeluarkan sekret, seperti
keringat mengandung air, elektrolit asam laktat,
dan glukosa, biasanya Ph sekitar 4-6,8 (Juanda
2003)
Kelenjar Sebase (Kelenjar Minyak)
• Terdapat di seluruh
permukaan kulit kecuali di
telapak tangan dan kaki
• Terletak di samping akar
rambut, bermuara pada
folikel rambut
• Fungsi: memberi lapisan
lemak, bakteriostatik,
menahan evaporasi
• Masa remaja kelenjar sebase
lebih produktif.
2. Rambut
• Terdiri dari akar rambut dan batang
• Menutupi hampir seluruh permukaan tubuh
• Diproduksi oleh folikel rambut
• Pada fase 85% mengalami fae anagen 15% mengalami
fase telogen
3. Kuku
• Bagian terminal lapisan
tanduk yang menebal
• Akar kuku: bagian yang
terbenam kulit jari
• Badan kuku: bagian di
atas jeringan lunak ujung
jari
• Tumbuh: 1mm/minggu
• Fungsi: melindungi jari
tangan
 
PASOKAN DARAH PADA KULIT

• Kulit memiliki pasokan darahnya melalui pembuluh darah yang berasal dari
jaringan otot dibawahnya.
• Arteri bercabang menjadi sejumlah pembuluh darah yang lebih kecil untuk
kemudian bercabang-cabang lagi menjadi jaringan kapiler yang menembus
dermis serta jaringan subkutan.
• Kapiler memungkinkan aliran nutrient dan oksigen dari dalam ruang
interstisial disekitar sel-sel kulit.
• Produk limbah mengalir kedalam kapiler dan dibawa keluar.
• Tekanan pada darah arterial yang masuk kedalam kapiler adalah sekitar 30
mmHg.
• Tekanan pada darah venosa yang meninggalkan kapiler adalah sekitar 10
mmHg.
• Perbedaan tekanan dalam kapiler sebesar 20 mmHg ini cukup rendah bila
dibandingkan dengan perbedaan tekanan dalam pembuluh arteri yang besar
didalam tubuh (85 hingga 100 mmHg) dan dikenal sebagai tekanan darah.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASALAH
KULIT

1. Usia

2. Sinar
6. Obat
Matahari

5. Nutrisi 3. Sabun

4. Hidrasi
1. Usia
Usia sangat mempengaruhi kualitas dan fungsi kulit. Pada usia bayi, dewasa,
dan usia lanjut kulit mempunyai karakteristik yang berbeda. Pada bayi,
perkembangan epidermis hampir sama dengan usia dewasa, sedangkan
perkembangan dermis hanya 60% dari usia dewasa sehingga fungsi Barirer
(pelindung) dan thermoregulasi belum berfungsi dengan baik. Bayi memiliki
kolagen 24% hingga usia 6 bulan,sedangkan dewasa hanya 1% sehingga fungsi
kolagen sangat berperan pada usia bayi dibandingkan dewasa. Bayi memiliki
pembuluh darah yang lebih banyak dan lebih kecil sehingga proses penyembuhan
luka lebih cepat dan tanpa bekas (scar minimal) pada usia dewasa, stimulasi bekerja
dan memepengaruhi kegiatan kelenjar sebasea dan folikel rambut. Epidermis
menebal dan dermis menipis sehingga memperlambat penyembuhan luka.

2. Sinar Matahari
Sinar matahari dapat meningkatkan sistem aging atau penuaan pada kulit atau
sering dikenal dengan istilahefek fotoaging. Sunbrun atau terbakar matahari yang
berlebihan akan menimbulkan resiko kanker kulit atu dikenal dengan melanoma.
Selain itu, terpapar matahari dapat menyebabkan epidermis menebal , produksi sel
langerhans menurun , dan perubahan pada dermis seperti fibroblas bertambah dan
terjadi dilatasi pembuluh darah.
3. Sabun
Sabun dengan pH basa dan normal dapat mengurangi ketebalan dan jumlah lapisan
sel stratum korneum (white, jenkinson, dan Lloyd, 1987),menurunkan fungsi
kekuatan kulit menahan air (dehidrasi kulit), dan mengubah jumlah flora normal
pada kulit, seperti staphylococcus, microccus, peptococcus, corynebacterium,
brevibacterium, propionibacterium, streptoccus, neisseria dan acetobacter (semua
kuman berada dalam satu individu), terkadang ada jamur pityrosporum. Sabun dapat
mengurangi jumlah lemak (delipidization) dalam kulit bersama dengan terangkatnya
kuman dan bakteri yang ada pada kulit. pH normal kulit adalah 5,5 sehingga
penggunaan sabun dengan pH normal dan/atau basa dapat mengubah pH kulit. Saat
ini berkembang penggunaan sabun yang memiliki pH asam karena terbukti dapat
mengurangi delipidization dan dehidrasi pada kulit (Korting dan Braun-Falco,1996).

4. Hidrasi
Hidrasi kulit yang adekuat umumnya didapat dari sekresi sebum daan stratum
korneum yang baik dan utuh pada sel keratin. Beberapa faktor yang dapat
memengaruhi hidrasi kulit adalah suhu yang terlalu lembab, terangkatnya sebum, dan
usia sehingga meningkatkan hilangnya air dari tubuh. Hal ini mengakibatkan kulit
yang cendrung kering dan bergerak sehingga penggunaan pelemnbab kulit dianjurkan
untuk menggantikan fingsi sebum sebagai barier kulit dan mencegah evaporasi
(penguapan) cairan tubuh yang berlebih.
5. Nutrisi
Nutrisi adekuat seperti asupan protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral,
yang seimbang akan menyebabkan kulit sehat sehingga suplemen tidak terlalu
berpengaruh. Jika terjadi kerusakan kulit, suplemen tertentu seperti vitamin C dapat
membantu untuk pembentukan kolagen. Beberapa vitamin yang dapat
mempertahankan kulit sehat adalah Vitamin E,C,D,A,B, piridoksin, dan ribloflavin.
Elemen mineral yang dapat mempertahankan kulit sehat adalah iron (besi) zink, dan
copper.

6. Obat
Penggunaan obat dapat memengaruhi kulit. Kortikosteroid terbukti dapat
mengganggu regenerasi epidermis dan sintesis kolagen (Ehrlich dan Hunt, 1968;
pollack,1982). Obat lainnya yang diketahui dapat memengaruhi kulit adalah
antibakteri, antihipertensitif, analgesik, antidepresan, antihistamin, diuretik, agens
hipoglikemia, sunscreen, dan kontrasepsi oral. Pengaruh yang umum ditimbulkan
adalah perubahan flora normal kulit dan reaksi antiinflamasi. Jika struktur yang ada
di deep dermal rusak, secara permanen struktur tersebut tidak dapat melakukan
regenerasi, misalnya rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar keringat. Begitu pula
lapisan subkutan, otot, tendon ligamen, dan tulang memiliki kapasitas regenerasi
yang rendah sehingga menghasilkan scar (martin 1997; Mast dan Schuttz, 1998).
Proses Fisiologi Penyembuhan Luka
1. Fase Hemostasis
 Serotonin, histamin, prostaglandin dan darah
dari pembuluh darah yang cedera mengisi
bagian jaringan yang rusak.
Trombosit di dalam darah membentuk bekuan.
Fibrin di dalam bekuan akan menautkan kedua
tepi luka.
Tanda Pada Fase Inflamasi

Kegiatan Fisiologis Tanda

Reaksi metabolic meningkatkan jumlah Demam/hangat (KALOR)


darah yang panas dan energi panas

Vasodilatasi pembuluh darah pada area Kemerahan (RUBOR)


luka

Vasodilatasi mengakibatkan permeabilitas Bengkak/edema (TUMOR)


dinding pembuluh darah bocor sehingga
banyak cairan ke sel

Kerusakan sel saraf Nyeri


2. Fase Inflamasi

Fase inflamasi terjadi pada awal kejadian atau saat luka


terjadi (hari ke-0) hingga hari ke-3 atau ke-5. Pada fase ini
terjadi dua kegiatan utama, yaitu respons vaskular dan
respon inflamasi. Respon Vaskular diawali dengan respons
hemostatik tubuh selama 5 detik pasca-luka (kapiler
berkontraksi dan trombosit keluar). Sekitar jaringan yang
luka mengalami iskemia yang merangsang pelepasan
histamin dan zat vasoaktif yang menyebabkan vasodilatasi ,
pelepasan tombosit, reaksi vasodilatasi dan vasokonstriksi,
dan pembentukan lapisan fibrin (meshwork).
Respons inflamasi merupakan reaksi non-spesifik
tubuh dalam mempertahankan/memberi perlindungan
terhadap benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
Respons ini diawali dari semakin banyaknya aliran
darah kesekitar luka yang menyebabkan bengkak,
kemerahan, hangat/demam, ketidaknyamanan/nyeri,
dan penurunan fungsi tubuh (tanda inflamasi). Tubuh
mengalami aktivitas bioselular dan biokimia, yaitu
reaksi tubuh memperbaiki kerusakan kulit, sel darah
putih memberikan perlindungan (leukosit) dan
membersihkan benda asing yang menempel (makrofag),
dikenal dengan proses debris (pembersihan).
Kesimpulan
Limfosit memulai proses inflamasi melalui
peningkatan permeabilitas kapiler/ lebih
gampang
Tepi luka membengkak
Sel darah putih dari daerah di sekitar luka
memakan bakteri dan debris selular sehinggga
menghancurkan bekuan.
3. Fase Proliferasi
Fase proliferasi terjadi mulai hari ke-2 sampai ke-24 yang terdiri
atas proses destruktif (fase pembersihan), proses proliferasi atau
granulasi (pelepasan sel-sel baru/pertumbuhan), dan epitelisasi (migrasi
sel/penutupan). Pada fase destruktif, sel polimorf dan makrofag
membunuh bakteri jahat dan terjadi proses debris (pembersihan) luka.
Pada fase ini, makrofag juga berfungsi menstimulasi fibroblas untuk
menghasilkan kolagen (kekuatan sel berikatan) dan elastin (fleksibilitas
sel) dan terjadi proses angiogenesis (pembentukan pembuluh darah).
Kolagen dan elastin yang dihasilkan menutupi luka dengan membentuk
matriks/ikatan jaringan baru. Proses ini dikenal juga dengan proses
granulasi, yaitu tumbuhnya sel-sel baru. Luka yang tadinya memiliki
kedalaman, permukaannya menjadi rata dengan tepi luka. Fungsi kulit
baru 20% dari normal.
Epitelisasi terjadi setelah tumbuh jaringan granulasi dan
dimulai dari tepi luka yang mengalami proses migrasi
membentuk lapisan tipis (warna merah muda) menutupi
luka. Sel pada lapisan ini sangat rentan dan muda rusak.
Sel mengalami kontraksi (pergeseran), tepi luka menyatu
hingga ukuran luka mengecil. Tidak menutup
kemungkinan epitel tumbuh tanpa adanya jaringan
granulasi sehingga menutup tidak sempurna. Pada
beberapa kasus, epitel tumbuh dan menutup dari tengah
luka, bukan dari tepi luka. Hal ini terjadi karena setiap
individu memiliki aktivitas sel yang unik dan sedikit
berbeda satu sama lain.
Kesimpulan
Jaringan sehat di sekitar luka memasok darah,
nutrisi, fibroblas, protein, dan sejumlah material
lainnya untuk membentuk jaringan granulasi yang
lunak, berwarna merah muda, dan jaringan
granulasi yang kaya vaskularisasi.
4. Fase Remodeling atau Maturasi
Fase remodeling atau maturasi terjadi mulai hari ke-21
hingga satu atau dua tahun, yaitu fase penguatan kulit baru.
Pada fase ini, terjadi sintesis matriks ekstraselular (extracellular
matrix, ECM), degradasi sel, proses remodeling (aktivitas
selular dan aktivitas vaskular menurun). Aktivitas utama yang
terjadi adalah penguatan jaringan bekas luka dengan aktivitas
remodeling kolagen dan elastin pada kulit. Kontraksi sel
kolagen dan elastin terjadi sehingga menyebabkan penekanan
ke atas permukaan kulit. Kondisi yang umum terjadi pada fase
ini adalah terasa gatal dan penonjolan (keloid) pada permukaan
kulit.
Dengan penanganan yang tepat, keloid dapat ditekan
pertumbuhannya, yaitu dengan memberikan penekanan
pada area kemungkinan terjadi keloid. Pada fase ini,
kolagen bekerja lebih teratur dan lebih memiliki fungsi
sebagai penguat ikatan sel kulit baru, kulit masih rentan
terhadap gesekan dan tekanan sehingga memerlukan
perlindungan. Dengan memberikan kondisi lembap yang
seimbang pada bekas luka dapat melindungi dari resiko
luka baru. Perlu diingat bahwa kualitas kulit baru hanya
kembali 80%, tidak sempurna seperti kulit sebelumnya
atau sebelum kejadian luka.
Kesimpulan
Fibroblas dalam jaringan granulasi
mensekresikan kolagen.
Serabut kolagen membentuk jaringan parut atau
sikatrik
Sel- sel epitel pada tepi luka memperbanyak diri
dan bermigrasi ke bagian tengah luka
Lapisan sel permukaan yang baru menggantikan
lapisan luka yang sudah dihancurkan.
Prinsip Penutupan Luka
1. Intensi Primer
Penutupan luka melalui intensi primer berlangsung segera
setelah luka terjadi. Permukaan luka yang terbuka mendapatkan
“baju epitel” dengan cara penyatuan kedua tepi luka, seperti
pada kasus luka laserasi atau robek (simple laceration) dan luka
insisi bedah. Intensi primer terjadi pada saat kedua tepi luka,
segera dipertemukan seperti juga pada luka baru yang segera
ditutup dengan flap , luka segera mendapatkan “baju epitel”, fase
inflamasi dan proliferasi berlangsung singkat dan epiteliasasi
lengkap pada pertemuan kedua tepi terjadi dalam waktu 10-14
hari.
Walaupun fase maturasi masih berlangsung selama beberapa
bulan, penutupan segera pada luka yang tidak disertai hilangnya
jaringan akan meminimalkan parut.
Contoh prosedur yang menggunakan prinsip intensi primer
adalah jahitan primer pada vulnus lacerate, penutupan luka
bedah yang segera dilakukan pada apendektomi dan section
caesarea, mastektomi yang iikuti oleh rekonstruksi
menggunakan flap. Dan luka pada pelepasan kontraktur
yang telah ditutup oleh skin graft atau skin flap. Pada
dasarnya , penyembuhan luka melalui intensi primer
merupakan pilihan untuk berbagai kondisi luka.
Luka yang sembuh pada intensi primer:
 Biasanya tidak melibatkan kehilangan jaringan
 Sembuh lewat repietelisasi dengan pertumbuhan
lapisan kulit yang menutup luka
 Biasanya penyembuhan memerlukan waktu 4
hari hingga 14 hari
 Mengakibatkan sikatrik atau parut yang ringan
2. Intensi Sekunder

Konsep penyembuhan luka melalui intensi sekunder adalah menciptakan


lingkungan lembap (moint) yang “right” and just” sampai luka
mendapatkan baju eputel. Penyembuhan luka berintensi sekunder ini
digunakan apabila penyembuhan luka berintensi primer tidak dapat
dilakukan, contohnya pada luka yang sangat besar, luka dengan banyak
jaringan nekrotik yang tidak dapat segera dibuang semuanya atau kondisi
sistemik pasien tidak mendukung untuk menjalani prosedur “debridement”
Tujuan metode ini adalah menutup luka dengan epitelnya
sendiri tanpa intervensi bedah maupun transfer epitel. Luka
sembuh melalui pembentukan kapiler baru dan kolagen
disertai epitelisasi secara alami tanpa intervensi bedah. Fse
granulasi dapat berlangsung selama beberapa minggu atau
bulan, tergantung pada jumlah jaringan yang hilang dan
penyakit penyerta. Penyembuhan luka melalui intensi
sekunder dapat meninggalkan parut yang menonjol karena
fase inflamasi yang memanjang. Oleh karena itu, luka yang
sembuh melalui intensinsekunder cenderung berkembang
menjadi parut hipertrofik. Selain itu, luka tersebut juga
berisiko menjadi koloid, walaupun pembentukan koloid
juga dipengaruhi oleh ebrbagai factor lain.
Luka yang sembuh pada intensi sekunder
 Luka mengalami kehilangan jaringan hingga
derajat tertentu
 Memrlukan waktu yang lebih lama untuk
sembuh
 Memiliki angka komplikasi yang lebih tinggi.
3. Intensi Tersier

Pada praktik klinis, banyak luka memerlukan perawatan sementara


melalui intensi sekunder sebelum sampai pada kondisi laayk untuk
dibantu dengan intervensi bedah dalam memperoleh baju berepitel.
Penutupan luka dapat ditunda apabila ditemukan adanya kontaminasi
berat atau jaringan mati (slough) yang menghambat granulasi.
Kemudian, luka dapat ditutup dengan graft, flap atau jahitan primer
melalui intervensi bedah. Kesimpulannya, pemyembuhan luka melalui
intensi tersier adalah penutupan luka secara bedah pada luka yang
sebelumnya dirawat melalui penyembuha luka berintensi sekunder baik
disegaja maupun tidak.
Luka yang sembuh pada intensi tersier
• Luka yang dibiarkan terbuka untuk mengalirkan
cairan eksudat
• Luka yang dibiarkan terbuka agar edema dapat
sembuh
• Luka yang memerluka debridement
• Luka yang dalam
• Luka yang dibiarkan agar infeksi dapat sembuh
Proses Pengelolahan Luka Pendekatan
Holistik
1. Aspek Fisika/Biologi
 

1.Nutrisi 2.Infeksi 3.Merokok

4. Diabetes 6. Istirahat /
Melitus 5. Nyeri
tidur

7. Obat /
steroid 8.Radioterapi
2. Aspek Psikologis

Masalah
Aspek
Psikologis
Psikologi
Lain

Cemas Takut

Kesedihan/
Motivasi
Dukacita

Body Image Ketidakberdayaan


3. Aspek Sosial
Lingkungan sosial dimana seseorang dibesarkan dan
bertempat tinggal memainkan peran penting dalam perkembangan
dan identitas kultural mereka. Anak –anak belajar tentang respons
terhadap peristiwa kehidupan dari keluarga mereka dan dari
kelompok lingkungan mereka baik yang lama ataupun baru.
Proses sosialisasi ini adalah suatu bagian warisan di turunkan
kultural, agama, dan latar belakang etnik. Organisasi sosial
mengacu pada unit keluarga (keluarga kecil, orang tua tunggal,
atau keluarga besar) dan organisasi kelompok sosial ( keagamaan
atau etnik) yang dapat diidentifikasi oleh klien atau keluarga.
4. Aspek Ekonomi
Pasien dengan mengalami luka akan berdampak pada kesehatan yang
berhubungan dengan kualitas hidup. Pasien akan kehilangan pekerjaan,
kesempatan berkarier, dan menurunya produktifitas akibat nyeri dari luka.
Pasien mungkin akan menghasilkan “saya sudah banyak mengeluarkan uang
untuk biaya perawatan luka”.
Pada luka kronis proses wakktu yang akan di jalani akan lebih panjang
dibandingkan dengan luka akut. Hal ini disebabkan pada luka kronis dapat
melibatkan faktor-faktor yang mempengauhi mislamya penyakit diabetes
militus yang harus menangani selain penyakitnya juga lukanya. Pada kondisi
ini pasien akan mengalami suatu krisis ekonomi yang berat. Maka dengan
demikian dibutuhkan suatu penanganan yang efektif dalam perawatan luka.
Dressing yang perlu pertimbangkan yaitu perawatan lukanya lama, kondisi
dasar luka lembab/moist, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan
mempercepat penyembuhan luka pasien.
5. Aspek Budaya/Kultur
• Budaya menggambarkan sifat non fisik seperti nilai, keyakinan, sikap, atau
adat istiadat yang disepakati oleh kelompok masyarakat dan diwariskan dari
suatu generasi ke generasi berikutnya.
• Kultur adalah juga merupakan kumpulan dari keyakinan, praktik, kebiasaan,
kesukaan, ketidaksukaan, norma, adat istiadat dan ritual yang dipelajari dari
keluarga selama sosialisasi bertaun-tahun.
• Terdapat rentang yang luas tentang keyakinan dan praktik kesehatan. Banyak
dari keyakinan ini mempunyai akar dari latar belakang budaya, etnik,
keagamaan, dan sosialdari individu, keluarga, dan komunitas. Ketika
mengantisipasi atau mengalami suatu kondisi penyakit / luka, individu bisa
saja menggunakan pendekatan modern atau tradisional untuk pencegahan
dan penyembuhan , atau menggunakan kedua pendekatan tersebut.
• Berikan informasi yang benar tentang perawatan luka, dengan memberikan
bukti-bukti tentang keberhasilan perawatan luka yang berdasarkan evidence
base. Dengan demikian masyarakat akan percaya apa yang kita lakukan.
6. Aspek Spiritual
Spiritual adalah sebuah konsep dimana beberapa perawat mengalami kesulitan untuk
mendefinisikan dan mereka merupakan unsur yang dibutuhkan. Jika kebutuhan spiritual individu
tidak terpenuhi dapat menyebabkan nyeri spiritual atau distress.
Spiritualitas dapat diartikan bahwa antara kita merespon untuk kenyataan hidup yang tak terbatas.
Naraynasamy (1996) mengelompokkan beberapa indicator dari spirituality, antara lain :
• A sense of purpose (tujuan)
• Hopefulness (harapan)
• Creativity (memiliki daya ingat)
• Joy (kesenangan )
• Enthusiasm (semangat)
• Courage (keberanian)
• Reverence (penghormatan)
• Serenity (ketenangan)
• Humour (kelucuan)
• Providing meaning in strunggle (mempersiapkan pemahaman tentang perjuangan), dan
• Suffering (penderitaan)
• Hal ini merupakan sebagai stressor sehingga menyebabkan kegagalan pada proses penyembuhan
luka. Kohler (1999) mengartikan distress spirirtual sebagai kurangnya pemahaman tentang
kehidupan seseorang.
Peran Matrix Mettalo Proteinase (MMP) dan Tissue
Inhibitor Metalloproteinase (TIMP) Dalam Penyembuhan
Luka

• Fase Inflamasi
MMP memecah matriks ekstraselular yang rusak tepi
luka. Hal ini menyebabkan sel-sel luka melakukan
sintesis matriks ekstraselular yang baru untuk menutup
permukaan yang terbuka . Selain itu, MMP aktif juga
mencegah biofilm bakteri menempel ke luka; sehingga
risiko infeksi berkurang.
Stimulasi matriks
ekstraselular yang baru

Matriks Matrix
ekstaselular yang Metalloproteinase
Mencegah perlekatan
rusak (MMP)
biofilm bakteri

Peran MMP dalam fase inflamasi. MMP membantu


pembentukan ekstraselular matriks baru dan
mencegah perlekatan biofilm bakteri.
• Fase Proliferasi

MMP mengaktifkan neoangiogesis dan migrasi sel. Melalui


mekanisme yang serupa dengan proliferasi sel-sel luka,
MMP mencegah membran kapiler . Membran kapiler yang
pecah mencetuskan terjadinya migrasi sel endotel dan
neovaskularisasi di dasar luka. Selain itu, sekresi MMP
(khusus nya MMP-1) juga mendorong mulainya profilerasi
dan migrasi sel sehingga terbentuk baju epitel untuk
menutup luka . MMP-1 dapat mengurangi kepadatan kolagen
tipe 1 yang bertujuan untuk membantu pergerakan sel-sel
epitel baru dipermukaan matriks kolagen (jaringan glanulasi)
Vaskularisasi baru

Degradasi Matrix
membrane kapiler metalloproteinase
(MMP) Proliferasi dan migrasi
sel

Peran MMP dalam fase proliferasi. MMP memicu


pembentukan jaringan vascular baru, serta proliferasi dan
migrasi sel.
• Fase Maturasi

MMP penting selama fase maturasi karena memicu terjadinya


kontraksi parut dan penyusunan matriks. MMP yang dikeluarkan
oleh miofibroblas menyebabkan kontraksi parut, yang
dibutuhkan untuk merapatkan tepi-tepi luka . Sementara itu,
perannya dalam penyisihan matriks estraselular yang tidak
teratur menghasilkan matriks ekstraselular yang teratur; yang
tampak sebagai parut yang lebih lembut dan datar.
TIMP berperan menghambat aktifitas MMP. Hal ini penting
untuk mencegah aktivasi berlebihan dari pro-MMP menjadi
MMP atau MT-MMP. Karena luka membutuhkan lingkungan
lembab yang baik dan sesuai (“right and just”) maka
penyembuhan luka juga membutuhkan kadar MMP yang tepat .
Miofibroblas

Merapatkan tepi luka

Matrix
Luka metalloproteinase
(MMP) Reorganisasi matriks
ekstraselular

Peran MMP dalam fase maturasi. Miofibroblas menghasilkan MMP


yang memicu kontraksi parut, yang dibutuhkan untuk merapatkan
tepi-tepi luka. Selain itu, MMP menyisihkan matriks ekstraselular yang
tidak teratur untuk menghasilkan ekstraselular yang teratur.
Tissue inhibitor of
metalloproteinase (TIMP)

Membrane type MMP


( MT-MMP)
Pro matrix
metalloproteinase
(Pro-MMP) Matrix
metalloproteinase
(MMP)

Peran TIMP dalam proses penyembuhan luka. TIMP bertanggung


jawab dalam menjaga keseimbangan kadar MMP. Jika kadar MMP
terlalu tinggi, TIMP akan menghambat aktivitas pro-MMP menjadi
MT-MMP atau MMP.
• Kadar MMP yang terlalu tinggi akan menyebabkan
destruksi yang tidak diinginkan pada factor pertumbuhan
(mediator inflamasi) dan protein lain. Oleh karena itu,
TIMP bertugas menyeimbangkan kadar MMP supaya
penyembuhan luka berlangsung normal. Jumlah MMP
yang banyak dan kadar TIMP yang rendah pada
umumnya ditemukan pada luka kronis melalui
pemeriksaan kandungannya dalam eksudat.
Faktor- Faktor Penyembuhan Luka

Faktor Lokal

2.Penatalaksanaan 3.Temperatur
1.Hidrasi Luka
Luka Luka
Faktor Umum

2. Penyakit
1. Faktor Usia 3.Vaskularisasi
Penyerta

6. Gangguan
4. Nutrisi 5. Kegemukan Sensasi dan
Pergerakan

7. Status 8. Terapi
9. Obat
psikologis Radiasi
 
Proses Penutupan Luka
1. Penyembuhan luka secara primer.
Luka terjadi tanpa kehilangan banyak jaringan kulit. Luka
ditutup dengan cara dirapatkan kembali dengan menggunakan alat
bantu sehingga bekas luka tidak ada (scar) atau minimal. Proses
yang terjadi adalah epitalisasi dan deposisi jaringan ikat. Contohnya
adalah luka sayatan atau robekan dan luka operasi yang dapat
sembuh dengan alat bantu jahitan,stapler,tape eksternal atau
lem/perekat kulit.
2. Penyembuhan luka secara sekunder
Kulit mengalami luka (kerusakan) dengan kehilangan banyak jaringan
sehingga memerlukan proses granulasi (pertumbuhan sel), -kontraksi,dan
epitalisasi (penutupan epidermis) untuk menutupi luka. Pada luka seperti
ini,jika dijahit, kemungkinan terbuka lagi atau terjadi nekrosis (mati)
sangat besar. Luka yang memerlukan penutupan secara sekunder
kemungkinan memiliki bekas luka lebih luas dan waktu penyembuhan
lebih lama,namun semuanya kembali lagi bergantung pada penanganan
para klinis terhadap luka. Contohnya adalah luka tekan dan luka bakar.
3. Penyembuhan luka secara tersier atau delayed primary
Penyembuhan luka secara tersier atau delayed primary terjadi jika
penyembuhan luka secara primer mengalami infeksi atau ada infeksi
sehingga penyembuhannya terhambat. Luka akan mengalami proses
debris hingga luka menutup. Penyembuhan luka dapat juga diawali
dengan penyembuhan secara sekunder yang kemudian ditutup dengan
bantuan jahitan/dirapatkan kembali. Contohnya adalah luka operasi
yang terinfeksi. Obesitas dapat menjadi salah satu penyebab luka pasca
operasi terbuka (dehiscence). Jika kemudian dijahit kembali (ditutup).
Cara penutupan luka ini disebut penutupan luka secara tersier.

Anda mungkin juga menyukai