Anda di halaman 1dari 9

Skenario 1

Seorang mahasiswa usia 20 tahun merasa perutnya sangat lapar dan nyeri saat kuliah karena
sejak pagi belum sarapan. Saat istirahat, dia segera makan dengan nasi lauk ayam goreng dan
sayur hijau bersama teman-temannya di kantin dengan tergesa-gesa sehingga lupa berdoa
sebelum makan. Saat makan sambil berdiskusi dengan temannya tiba-tiba tersedak. Kemudian
dia minum air putih dan melanjutkan makan sampai merasa kenyang. Keesokan harinya dia
khawatir karena saat buang air besar ditemukan fesesnya padat, berwarna hijau gelap, berbau
busuk dan ada sisa-sisa sayuran.

Diskusikan kasus tersebut dengan metode seven jumps!

STEP 1 : Klarifikasi istilah atau konsep

 Feses

STEP 2 : Perumusan Masalah

1. Mengapa belum sarapan sedari pagi menyebabkan rasa lapar dan nyeri di perutnya?
(Nadiya)
2. Bagaimana seseorang dapat merasakan lapar dan kenyang? (Rudi)
3. Kenapa mahasiswa tersebut tiba-tiba tersedak saat makan sambil berdiskusi? (Nadia)
4. Apa yang menyebabkan keesokan harinya dia menemukan fesesnya padat, berwarna
hijau gelap, berbau busuk dan ada sisa-sisa sayuran? (Dianita)
5. Apakah ada hubungannya antara makan tergesa-gesa dengan feses yang dihasilkan?
(Putra)
6. Mengapa dia meminum air putih saat tersedak? (Irvan)
7. Apa hal yang dapat menormalkan karakteristik feses? (Linda)
8. Bagaimana mekanisme pencernaan hingga dihasilkan feses? (Azifa)
9. Apakah karakteristik feses tersebut merupakan suatu indikasi dari gangguan pencernaan?
(Shela)
10. Mengapa ia baru buang air besar keesokan harinya? (Anna)
11. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kondisi feses mahasiswa seperti yang
dijelaskan dalam skenario? (Firmansyah)

STEP 3 : Pembahasan Masalah Secara Singkat

1. Rasa lapar muncul sebagai akibat perangsangan otak area di hipotalamus bagian lateral
yang bertanggung jawab dengan rasa lapar. Sedangkan rasa nyeri yang timbul pada perut
mahasiswa tersebut karena ia menunda makan, dan menyebabkan maag atau gastritis.
2. Penyebab rasa lapar yang lebih mungkin adalah penipisan simpanan nutrien tubuh
3. Adanya obstruksi trakea yang diakibatkan oleh benda asing
4. .
5. Ditemukan perbedaan warna dibandingkan feses pada normalnya, jika makan kita tergesa
-gesa fases akan berwarna hijau.
6. Minum setelah tersedak dapat membantu untuk mendorong makanan agar berjalan ke
kerongkongan atau oesofagus tetapi minum air setelah tersedak tidak dianjurkan
7. Karena mahasiswa tersebut mengunyah makanan dengan tergesa-gesa.
8. .
9. .
10. Karena tubuh memerlukan waktu untuk mencerna dan memproses makanan sebelum
akhirnya dibuang oleh tubuh dalam bentuk feses.
11. Umur, diet, cairan, tonus otot

STEP 4 : Analisis Masalah

1. Rasa lapar dikontrol oleh suatu daerah otak dihipotalamus sebelah lateral.
Perangsangan daerah ini menyebabkan timbulnya dorongan kuat untuk mencari makanan
dan memakannya. Hipotalamus lateral menerima banyak input yang dapat merangsang
rasa lapar. Sebagai contoh, rasa lapar dapat dirangsang oleh adanya kontraksi lapar di
lambung. Semakin lama lambung kosong, maka kontraksi ini tampaknya meningkat
frekuensi dan intensitasnya. Rasa lapar juga dirangsang oleh turunnya kadar zat-zat
gizi dalam darah, misalnya asam amino, lemak, dan glukosa, serta oleh
peningkatan atau penurunan hormon-hormon yang mengatur metabolisme. Input ke
pusat lapar hipolalamus dapat mencakup input dari bagian-bagian otak yang lain.
Misalnya, pusat-pusat otak yang lebih tinggi dapat merangsang rasa lapar sebagai
respons terhadap situasi atau pengalaman tertentu. Demikian juga, input dari pusat
emosi di otak, sistem limbik, juga dapat merangsang rasa lapar. Sebaliknya,
nukleus ventromedialis hipotalamus tampaknya merupakan tempat munculnya rasa
kenyang, kebalikan dari rasa lapar. Pusat ini juga dipengaruhi oleh penuh tidaknya
lambung serta kadar zat-zat gizi dan hormon dalam darah, telapi dalam arah yang
berlawanan. Emosi dan kebiasaan juga mempengaruhi pusat kenyang. Pada skenario
diatas, kemungkinan besar bahwa rasa lapar dipagi hari yang terjadi pada mahasiswa
tersebut diakibatkan karena kadar glukosa dalam darah yang rendah.

Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro,
yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Maag adalah
inflamasi dari mukosa lambung. Penyakit maag/gastritis bisa terjadi karena penderita
Makan secara tidak teratur, Terdapat mikroorganisme yang merugikan, mengkonsumsi
obat-obatan tertentu, mengkonsumsi Alkohol, Pola tidur yang tidak teratur dan stress, dan
Telat makan

2. Hipotalamus adalah pusat pengendali selera makan terbesar. Ada dua daerah pada
hipotalamus yang merupakan pusat penting: yaitu nukleus lateralis hipotalami sebagai
pusat rasa lapar, dan nukleus ventromedialis hipotalami sebagai pusat kenyang. Ketika
terjadi lesi pada bagian nukleus lateralis hipotalami, yang mengatur rasa lapar, maka akan
terjadi afagia dan adipsia, sebaliknya bila terjadi lesi pada bagian nukleus ventromedialis
hipotalami yang bertanggung jawab dalam mengatur rasa kenyang, maka akan
menimbulkan hiperfagia dan obesitas. Daerah lain pada otak yang berperan dalam
pengaturan selera makan adalah nukleus paraventrikular, nukleus dorsomedial, dan
nukleus arkuata pada hipotalamus. Lesi pada nukleus paraventrikular mengakibatkan
makan dalam jumlah berlebih, sedangkan lesi pada nukleus dorsomedial menyebabkan
tidak mau makan.
3. Tersedak merupakan hasil dari obstruksi trakea yang diakibatkan oleh benda asing.
Obstruksi ini dapat berupa obstruksi sebagian maupun seluruhnya. Penyebab dari
terjadinya obstruksi dapat berasal dari benda cair maupun benda padat.
Mekanisme penyumbatan serta penatalaksanaan yang dilakukan pada seseorang
yang tersedak didasari oleh anatomi dari tubuh manusia. Secara anatomis faring
(kerongkongan) berada lebih posterior dari laring (tenggorokan). Laring merupakan
saluran pernafasan sedangkan faring merupakan saluran pencernaan. Kedua saluran ini
memiliki hubungan dengan hidung dan mulut. Agar tidak terjadi nafas yang salah jalur
maupun makanan yang salah jalur terdapat erpiglotis dimana merupakan katup menutup
laring faring secara bergantian tergantung saluran mana yang sedang digunakan.
Tersedak terjadi karena makan yang seharusnya masuk kedalam faring namun masuk ke
laring karena berbagai faktor seperti:

 Umur (anak-anak lebih sering)


 Kebiasaan makan sambil berbicara
 Fisik (kelainan bawaan seperti cleft palate dan ankyloglosia)
 Кejiwaan

Ada dua kondisi saat seseorang tersedak. Yang pertama ketika orang yang
tersedak masih bisa batuk dengan adanya suara berarti terjadi obstruksi jalan nafas
sebagian sehingga lebih baik jika dibiarkan batuk terlebih dahulu karena batuk sendiri
merupakan mekanisme untuk mengeluarkan benda asing yang salah masuk ke saluran
nafas. Yang kedua ketika orang yang tersedak batuk tidak disertai suara dan penderita
tidak dapat berbicara atau bernapas hingga mengalami tanda-tanda kondisi asfiksia. Bila
keadaan kedua ini terjadi, kita dapat melakukan pertolongan pertama dengan menepuk
punggung penderita atau melakukan teknik abdominal thrusts.

4. .
5. Feses akan berbeda menjadi warna hijau tidak seperti biasanya. Dalam keadaan normal,
warna feses adalah kuning kecokelatan karena dipengaruhi oleh bilirubin. Bilirubin
adalah cairan yang dikeluarkan oleh hati dan masuk ke saluran pencernaan. Pada kasus
ini Feses yang berwarna hijau sebenarnya bisa dikatakan normal juga. Kondisi ini terjadi
karena Anda terlalu banyak mengonsumsi sayuran, makanan dan minuman dengan
pewarna hijau, ataupun suplemen zat besi. Selain itu, feses berwarna hijau juga bisa
menjadi tanda Anda mengalami diare. Ini disebabkan oleh makanan yang terlalu cepat
disalurkan ke usus besar. Karena kita makan yang terallu tergesa gesa. Sehingga, empedu
tidak punya waktu untuk mencernanya dengan sempurna. Kebiasaan makan tergesa-gesa
akan mengakibatkan efek yang kurang menguntungkan bagi pencernaan dan dapat
mengakibatkan cepat merasa lapar kembali.Selain itu makan tergesa-gesa menyebabkan
makanan tidak dapat dikunyah sampai halus, padahal makanan yang dikunyah lebih
lama akan mengakibatkan makanan menjadi lebih mudah dicerna dan waktu makan
menjadi lebih lama. Dampak lainnya usus sulit untuk meregenerasi sel-sel penyerapan
nutrisi.
6. ----------
7. Warna dan tekstur feses itu bisa untuk menadakan suatu masalah Kesehatan dalam
tubuh. Nah, umumnya, feses yang sehat berwarna kecokelatan (Warna ini berasal dari
pigmen (zat pemberi warna) yang disebut bilirubin. Bilirubin merupakan zat hasil
perombakan sel darah merah sebagai salah satu fungsi hati.), berbentuk seperti sosis,
dengan tekstur yang lembut atau padat. Dan Memiliki bau tak sedap yang khas (Bau khas
feses berasal dari pembentukan gas oleh bakteri di dalam usus. Tingginya kandungan
belerang dalam gas usus memang membuat bau feses menjadi kuat dan tidak sedap,)
Selain itu, feses juga harusnya mudah untuk dikeluarkan dan tidak begitu berair. Apabila
feses yang dikeluarkan memiliki warna yang berbeda, mungkin menandakan adanya
gangguan pada tubuh. Dalam scenario diatas disebutkan bahwa fesesnya padat, berwarna
hijau gelap.
Feses Warna hijau. Feses yang berwarna hijau sebenarnya bisa dikatakan normal.
Kondisi ini terjadi karena terlalu banyak mengonsumsi sayuran, ( seperti yang tertera di
scenario bahwa mahasiswa tersebut makan sayur hijau, atau juga bisa karena makanan
dan minuman dengan pewarna hijau, ataupun suplemen zat besi. Selain itu, feses
berwarna hijau juga bisa menjadi tanda mengalami diare. Ini disebabkan oleh makanan
yang terlalu cepat disalurkan ke usus besar. Karena tad ikan mahasiswa tersebut makan
dengan tergesa-gesa Sehingga, empedu tidak punya waktu untuk mencernanya dengan
sempurna. Jadi sebenarnya feses dengan karakteristik tersebut bisa dibilang normal
8. .
9. .
10. FAKTOR PSIKOLOGI Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi.
Penyakit-penyakit tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi
mempunyai komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau
marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi orang
yagn depresi bisa memperlambat motilitas intestinal, yang berdampak pada konstipasi.
GAYA HIDUP Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara. Pelathan
buang air besar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan defekasi pada waktu yang
teratur, seperti setiap hari setelah sarapan, atau bisa juga digunakan pada pola defekasi
yang ireguler. Ketersediaan dari fasilitas toilet, kegelisahan tentang bau, dan kebutuhan
akan privacy juga mempengaruhi pola eliminasi feses. Klien yang berbagi satu ruangan
dengan orang lain pada suatu rumah sakit mungkin tidak ingin menggunakan bedpan
karena privacy dan kegelisahan akan baunya.
OBAT-OBATAN Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh
terhadap eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis
yang besar dari tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan
codein, menyebabkan konstipasi. Beberapa obat secara langsung mempengaruhi
eliminasi. Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan
eliminasi feses. Obat-obatan ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan
tertentu seperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan
kadang-kadang digunakan untuk mengobati diare.
PROSEDUR DIAGNOSTIK Prosedur diagnostik tertentu, seperti sigmoidoscopy,
membutuhkan agar tidak ada makanan dan cairan setelah tengah malam sebagai
persiapan pada pemeriksaan, dan sering melibatkan enema sebelum pemeriksaan. Pada
tindakan ini klien biasanya tidak akan defekasi secara normal sampai ia diizinkan makan.
Barium (digunakan pada pemeriksaan radiologi) menghasilkan masalah yagn lebih jauh.
Barium mengeraskan feses jika tetap berada di colon, akan mengakibatkan konstipasi dan
kadang-kadang suatu impaksi.
ANASTESI DAN PEMBEDAHAN Anastesi umum menyebabkan pergerakan colon
yang normal menurun dengan penghambatan stimulus parasimpatik pada otot colon.
Klien yang mendapat anastesi lokal akan mengalami hal seperti itu juga. Pembedahan
yang langsung melibatkan intestinal dapat menyebabkan penghentian dari pergerakan
intestinal sementara. Hal ini disebut paralytic ileus, suatu kondisi yang biasanya berakhir
24 – 48 jam. Mendengar suara usus yang mencerminkan otilitas intestinal adalah suatu
hal yang penting pada manajemen keperawatan pasca bedah.
NYERI Klien yang mengalami ketidaknyamanan defekasi seperti pasca bedah
hemorhoid biasanya sering menekan keinginan untuk defekasi guna menghindari nyeri.
Klien seperti ini akan mengalami konstipasi sebagai akibatnya.
IRITAN Zat seperti makanan pedas, toxin baklteri dan racun dapat mengiritasi saluran
intestinal dan menyebabkan diare dan sering menyebabkan flatus
GANGGUAN SYARAF SENSORIK DAN MOTORIK Cedera pada sumsum tulang
belakan dan kepala dapat menurunkan stimulus sensori untuk defekasi. Gangguan
mobilitas bisamembatasi kemampuan klien untuk merespon terhadap keinginan defekasi
ketika dia tidak dapat menemukan toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya, klien bisa
mengalami konstipasi. Atau seorang klien bisa mengalami fecal inkontinentia karena
sangat berkurangnya fungsi dari spinkter ani.
11. Umur
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya.
Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskular
berkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasa juga mengalami perubahan
pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung. Di antaranya
adalah atony (berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot polos colon yang dapat
berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan
menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn juga menurunkan tekanan selama proses
pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol
terhadap muskulus spinkter ani yang dapat berdampak pada proses defekasi.
Diet
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya
selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanan
tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini
berdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan feses.
Makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur dapat
mengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu yang sama
setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukan
makanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon.
Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan
yang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan untuk beberapa
alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang
colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan feses yang
keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan memperlambat perjalanan chyme
di sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan reabsorbsi cairan dari chyme.
Tonus Otot
Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi.
Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi pergerakan chyme
sepanjang colon. Otot-otot yang lemah sering tidak efektif pada peningkatan tekanan
intraabdominal selama proses defekasi atau pada pengontrolan defekasi. Otot-otot yang
lemah merupakan akibat dari berkurangnya latihan (exercise), imobilitas atau gangguan
fungsi syaraf.

STEP 5 : Learning Objectives

1. Bagaimana struktur anatomi dari organ sistema digestoria?


2. Adakah ayat dalam Al-Quran dan hadist yang menjelaskan tentang pencernaan?
3. Bagaimana adab makan yang sesuai dengan sunnah Rasul dan Al-Quran?
4. Apa saja karakteristik feses dan indikasi penyakitnya?
5. Apa saja gangguan dalam sistem pencernaan?
6.

Anda mungkin juga menyukai