Anda di halaman 1dari 22

Tujuan Pembelajaran

Mahasiswa diharapkan dapat :


1. Memahami dan menjelaskan definisi pembelahan sel dan siklus sel
2. Memahami dan menjelaskan fungsi pembelahan sel
3. Memahami dan menjelaskan jenis pembelahan sel
4. Memahami dan menjelaskan fase-fase siklus sel
5. Memahami dan menjelaskan proses atau tahapan mitosis dan meiosis
6. Memahami dan menjelaskan regulasi siklus sel dengan check point, cyclin dependent
kinase, dan gen p53

Topik :
1. Siklus sel
2. Regulasi siklus sel

Skenario 1

Siklus sel

L dan M (18 tahun) adalah mahasiswa baru FKUMM, mereka sedang membahas tentang
mitosis dan meiosis pada sel. Sewaktu SMA mereka sudah dijelaskan tentang ini saat
pelajaran biologi, namun kali ini mereka membahas lebih jauh tentang fase G dan fase S pada
siklus sel. Mereka juga berdebat tentang perbedaan reproduksi, replikasi, proliferasi dan
regenerasi. Mereka juga masih kebingungan tentang peran protein p53 yang disebut sebagai
guardian of genome.

Kata kunci : mitosis, meiosis, fase G, fase S

Klarifikasi istilah :

Mitosis adalah sebuah proses yang terjadi dalam inti, yang terjadi pada sel yang sedang
membelah. Mitosis terdiri dari fase profase, metafase, anafase, dan telofase, sehingga
menghasilkan pembentukan dua inti baru yang masing-masing memiliki jumlah kromosom
yang sama dengan inti induknya ( Merriam Webster Dictionary).
Meiosis adalah proses di mana satu sel eukariotik diploid membelah untuk menghasilkan
empat sel haploid yang sering disebut gamet. Meiosis sangat penting untuk reproduksi
seksual yang terjadi pada semua eukariota.

Reproduksi (atau prokreasi atau pengembangbiakan) adalah proses biologis dimana


organisme individu baru dihasilkan dari "orang tua" mereka. Ada dua bentuk reproduksi yaitu
aseksual dan seksual.

Reproduksi seksual adalah proses biologis yang menciptakan organisme baru dengan
menggabungkan bahan genetik dari dua organisme dalam proses yang dimulai dengan
meiosis, jenis pembelahan sel khusus. Masing-masing dari dua organisme induk
menyumbang setengah dari susunan genetik keturunan dengan membuat gamet haploid.
Sebagian besar organisme membentuk dua jenis gamet yang berbeda.

Replikasi adalah salinan tepat dari sampel yang sedang dianalisis, seperti sel, organisme atau
molekul, di mana prosedur yang persis sama dilakukan. Vaux, D.; Fidler, F. & Cumming, G.
(2012). "Replicates and repeats—what is the difference and is it significant?

Proliferasi sel adalah proses yang menghasilkan peningkatan jumlah sel, dan didefinisikan
oleh keseimbangan antara pembelahan sel dan hilangnya sel melalui kematian atau
diferensiasi sel. Proliferasi sel meningkat pada tumor. Proliferasi merupakan eningkatan
jumlah sel sebagai hasil dari pertumbuhan sel dan pembelahan sel. (National Cancer Institute)

Regenerasi adalah proses pembaruan, pemulihan, dan pertumbuhan yang membuat genom,
sel, organisme, dan ekosistem tahan terhadap fluktuasi atau peristiwa alam yang
menyebabkan gangguan atau kerusakan. [1] Setiap spesies mampu regenerasi, dari bakteri
hingga manusia. Carlson BM (2007) Principles of Regenerative Biology

Gen p53, juga disebut sebagai TP53 atau protein tumor, adalah gen yang mengkode protein,
yang mengatur siklus sel dan berfungsi sebagai penekan tumor. Dinamakan p53 karena massa
molekulnya berada dalam fraksi sel protein 53 kilodalton.

Rumusan Masalah :

1. Apakah peran mitosis dan meiosis dalam siklus sel?


2. Apa saja tahapan atau proses yang terjadi pada mitosis ?
3. Apa saja tahapan atau proses yang terjadi pada meiosis?
4. Apakah perbedaan antara mitosis dan meiosis.
5. Apakah peran fase G dan fase S di dalam siklus sel ?
6. Apakah hubungan antara siklus sel dengan reproduksi, replikasi, proliferasi dan
regenerasi?
7. Apakah peran atau hubungan antara p53 dan siklus sel ?

Jawaban :

1. Mitosis dan meiosis merupakan salah satu dari dua fase besar yang terjadi pada siklus
sel, yaitu interphase dan mitosis. Mitosis terjadi pada sel tubuh atau sel somatis,
sedangkan meiosis terjadi pada sel gamet.

2. Mitosis adalah proses pembelahan sel induk menjadi dua sel anakan secara
sempurna, dimana setiap sel anakan membawa kromosom yang jumlahnya sama
dengan sel induknya, pada fase inilah yang disebut sebagai perkembangan karena dari
satu sel berkembang menjadi dua sel, yang terdiri dari dua peristiwa besar yaitu: 1)
mitosis: dimana pada peristiwa ini terjadi pembagian kromosom pada dua inti sel dari
calon sel anakan. 2) Sitokenesis: yaitu terjadinya pembagian sitoplasma menjadi dua
bagian sama untuk dua sel anakan. Pada fase M ini membutuhkan waktu kurang dari
satu jam. Untuk sel eukaryot. Fase M ini terdiri dari empat tahapan, berurutan mulai
dari profase,metafase, anafase dan telofase
Profase
Pada fase ini terjadi proses penebalan pada benang-benang kromosom menjadi
kromatid, namun membran inti sel masih menyelimuti kromatid tersebut.
Metafase
Ditandai dengan hilangnya membran inti, kemudian benang-benang kromatid berada
pada bagian ekuator.
Anafase
benang-benang kromatid ditarik pada posisi dua kutub yang berlawanan oleh
benang-benang spindel.
Telofase
Benang-benang kromatid pada masing-masing kutub tersebut kemudian dibungkus
oleh membran yang disebut sebagai membran inti.
Sehingga pada fase telofase ini sudah terbentuk dua inti sel (kariokinesis) yang
ditandai terbentuknya membran inti, dan ditandai dengan adanya pemisahan
sitoplasma (sitokinesis), dan akhirnya dihasilkan dua sel anakan yang sempurna,
dimana setiap sel anakan membawa 23 pasang kromosom yang sama persis dengan
jumlah kromosom sel induknya.

3. Meiosis dapat dibagi ke dalam dua periode pembelahan sel; pembelahan I dan
pembelahan II atau sering disebut meiosis I dan meiosis II.
Pada setiap periode pembelahan tersebut terdapat tahap yang lebih kecil yang mirip
tahapan yang ada pada mitosis; yaitu
Meiosis I terdiri dari Profase I; metafase I; anafase I; telofase I
Meiosis II terdiri dari profase II, metafase II, anafase II, dan tolefase II .
Sebelum profase II atau setelah telofase I, kadang-kadang sel berada dalam tahapan
interfase tetapi sering juga tanpa adanya fase antara tersebut

4. Perbedaan antara mitosis dan meiosis


5. Apakah peran fase G dan fase S di dalam siklus sel ?

Fase G dan Fase S merupakan interphase di dalam siklus sel, dimana fase G terdiri
dari fase G0, Fase G1 dan fase G2.
Interphase dibagi menjadi 3 fase, yaitu: fase G1 (presintesis), S (sintesis DNA) dan G2
(post duplikasi DNA) (Junqueira and Carneiro, 2003). Namun sel-sel yang tidak
membelah terus menerus (sel neuron dan sel otot), aktivitas sel (sementara ataupun tetap)
tidak melalui siklus ini dan tetap dalam fase istirahat, yaitu fase G0 (Junqueira and
Carneiro 2003; Manson et al, 2006).
Dalam fase G1 terjadi pembentukan makromolekul yang penting untuk dimulainya
duplikasi DNA. Sel juga mensintesis RNA, protein regulator yang penting untuk
replikasi DNA. Nucleoli juga terbentuk kembali, mulai terjadi duplikasi centrioles.
Proses duplikasi centrioles ini baru sempurna pada fase G2.
Pada fase S (fase sintesis), terjadi sintesis dan replikasi DNA dan centriole (Junqueira
and Carneiro, 2003) serta duplikasi genome (Gartner and Hiatt, 2007). Sel memiliki
komplemen DNA 2 x normal. Jumlah sel autosom dan germinal berbeda, dimana
DNA pada sel autosom adalah diploid sedangkan sel germinal yang dihasilkan dari
meiosis memiliki chromosome yang haploid (Gartner and Hiatt, 2007).
Dalam fase G2, RNA dan protein yang penting untuk pembelahan sel akan disintesis,
terjadi penyimpanan energi yang diperlukan untuk mitosis, , replikasi DNA dianalisa
dan kesalahan yang terjadi akan diperbaiki (Gartner and Hiatt, 2007).

6. Sel memiliki kemampuan untuk memperbanyak diri sehingga dapat mempertahankan


jenis dan sifatnya. Proses perbanyakan diri memiliki fungsi untuk perkembangbiakan
maupun pertumbuhan. Perkembangbiakan yang terjadi pada sel eukariotik melibatkan
adanya pembuahan dari sel gamet jantan dengan gamet betina. Sel eukariotik selain
memiliki kemampuan untuk berkembang biak, juga memiliki kemampuan untuk
memperbaiki sel yang telah rusak dengan cara pembelahan sel.Perbaikan sel terjadi
pada sel yang rusak akibat kecelakaan dari luar tubuh, maupun selyang rusak karena
faktor dari dalam tubuh (apoptosis).Fungsi perbaikan sel juga dapat terjadi pada sel
yang sudah tua sehingga harus diganti dengan sel baru karena sudah tidak dapat
menjalankan aktivitas sel dengan baik.
Proses pembelahan sel diawali dengan penggandaan organel sel, sintesis materi
genetik, dan menentukan kesiapan sel dalam membelah. Semua proses yang terjadi
pada pembelahan untuk tujuan regenerasi, perbanyakan atau perkembangbiakan
individu, maupun pertumbuhan ukuran tubuh diatur dalam Siklus Sel.

7. Gen p53 berfungsi untuk meregulasi G1/S dan G2/M checkpoint (Goodman, 2008).
Gen p53 akan merestriksi masuknya sel yang memiliki kerusakan DNA untuk menuju
fase S (setiap saat meregulasi siklus sel melewati restriction point). Sebanyak 50%
kanker terjadi karena mutasi p53. Sel dengan mutasi p53, tidak tertahan pada fase G1
dan akan terus melanjutkan siklus serta pembelahan sel dengan kesalahan DNA.
Fungsi utama gen ini, yaitu sebagai transcription activator sehingga meregulasi gen-
gen tertentu yang terlibat dalam pembelahan sel, dan sebagai restriction point pada
fase G1 bila terdapat kesalahan DNA sehingga menghambat pembelahan sel
(memungkinkan perbaikan DNA sebelum replikasi DNA dan pembelahan sel terjadi).
Gen p53 akan menginisiasi apoptosis bila kerusakan DNA terlalu berat dan tidak
dapat diperbaiki (Manson et al, 2006; Goodman, 2008). Mutasi p53 akan
menyebabkan sel tidak dapat diperbaiki, siklus berlanjut terus walaupun terdapat
DNA yang rusak dan apoptosis tidak terjadi.
Sasaran Pembelajaran :

1. Definisi pembelahan sel dan siklus sel

Pembelahan sel adalah penambahan jumlah sel, dimana sel induk akan
mentransferkan informasi genetik ke sel anak melalui proses pembelahan bertahap,
yang bertujuan untuk mendapatkan anak yang memiliki informasi genetis yang sama
dengan induknya.

Siklus sel adalah fungsi sel yang paling mendasar berupa duplikasi akurat sejumlah
besar DNA di dalam kromosom, dan kemudian memisahkan hasil duplikasi tersebut
hingga terjadi dua sel baru yang identik. Siklus sel yang berlangsung kontinu dan
berulang (siklik), disebut proliferasi. (Bruce Alberts, Alexander Johnson, Julian
Lewis, Martin Raff, Keith Roberts, and Peter Walter (2002). Molecular Biology of the
Cell - An Overview of the Cell Cycle )

2. Fungsi pembelahan sel


Pada tubuh yang sehat, untuk pertumbuhan, untuk mengganti sel yang rusak, dan
untuk perkembangan embryo hingga menjadi organisme dewasa
Secara sexual (reproduksi) , untuk menghasilkan sel sperma dan ovum melalui proses
pembelahan mitosis dan meiosis.
Tujuan pembelahan sel untuk reproduksi, regenerasi dan pertumbuhan

3. Jenis pembelahan sel

a. Pembelahan biner
Pembelahan sel secara biner, dimana satu sel akan memperbanyak diri menjadi dua
sel. Terjadi pada sel prokariot, misalnya bakteri
Terjadi secara spontan dan tanpa tahapan. Biasanya terjadi pada DNA sirkulair dan
berukuran kecil. Terjadi pada bakteri (prokariot)

b. Mitosis
Pembelahan sel induk menjadi dua sel anakan secara sempurna, dimana setiap sel
anakan membawa kromosom yang jumlahnya sama dengan sel induknya.
Pada hewan bersel satu, untuk memperbanyak diri(reproduksi). Pada hewan bersel
banyak untuk memperbanyak sel dan pertumbuhan. Sel induk diploid (2n)
menghasilkan 2 sel anakan diploid (2n). Terjadi pada seluruh jaringan tubuh, baik
jaringan somatic (vegetatif) maupun jaringan germinatif (generatif).
Mitosis adalah suatu proses terbaginya sitoplasma dan nucleus sama besar menjadi 2
anak sel yang identik. Pertama-tama, materi nucleus terbagi dalam suatu proses yang
disebut karyokinesis. Proses ini kemudian diikuti oleh pembagian sitoplasma yang
disebut cytokinesis. Fase mitosis dibagi lagi menjadi 5 tahap, yaitu: prophase,
prometaphase, metaphase, anaphase dan telophase (Fawcett and Jensh, 2002; Gartner
and Hiatt, 2007).

c. Meiosis
Meiosis adalah jenis pembelahan sel yang khusus dan akan menghasilkan sel
germinal, yaitu ovum dan spermatozoa. Terjadi pengurangan jumlah chromosome
dari diploid (2n) menjadi haploid (n). Tiap gamet membawa jumlah DNA dan
chromosome yang haploid. Selain itu terjadi pula rekombinasi gen sehingga terjadi
variasi dan perbedaan kelompok gen (Gartner and Hiatt, 2007).

4. Fase – fase siklus sel

Siklus sel dibagi menjadi 2 peristiwa besar, yaitu mitosis (pembelahan sel) dan
interphase. Pada fase mitosis yang berlangsung lebih singkat daripada interphase,
terjadi pembelahan nucleus dan cytoplasma sel, sehingga terbentuk 2 sel anak
(Manson et al, 2006; Gartner and Hiatt, 2007). Interphase merupakan interval antara
pembelahan selama sel menjalankan fungsinya dan mempersiapkan mitosis (Manson
et al, 2006). Karena itu, selain terjadi replikasi materi genetik, ukuran dan isi sel juga
bertambah (Gartner and Hiatt, 2007).
Interphase terdiri dari 3 fase yaitu fase istirahat /G0 (Gap 0), fase G1, fase S (sintesis),
fase G2. Pada interphase, terjadi penggandaan kromosom yaitu pada fase G1, S, G2.
Pada fase M/Mitosis (kariokinesis dan sitokinesis), terjadi pembelahan sel menjadi
dua secara sempurna dan setiap sel anakan membawa kromosom yang jumlahnya
sama dengan sel induknya.
Gambar 1. Siklus Sel Pada Sel Eukaryot
(Bruce Alberts, 2008)

Interphase

Pada interphase, sel hasil dari mitosis mengalami pertambahan ukuran baik
volume maupun massanya, karena terjadi pertambahan pada semua komponen sel.
Interfase pada manusia berlangsung selama 23-24 jam.
Interphase dibagi menjadi 3 fase, yaitu: fase G1 (presintesis), S (sintesis DNA) dan G2
(post duplikasi DNA) (Junqueira and Carneiro, 2003). Namun sel-sel yang tidak
membelah terus menerus (sel neuron dan sel otot), aktivitas sel (sementara ataupun
tetap) tidak melalui siklus ini dan tetap dalam fase istirahat, yaitu fase G0 (Junqueira
and Carneiro 2003; Manson et al, 2006).
Fase G1 dan G2 pada siklus sel tidak hanya melakukan perbanyakan organel, namun
juga bertugas mengatur dan memonitor lingkungan internal maupun eksternal sel,
serta memastikan bahwa kondisi sudah sesuai dan persiapan sudah lengkap untuk sel
membelah.
G1 memiliki peran untuk memonitor lingkungan eksternal. Jika lingkungan di
luar sel belum memungkinkan untuk melakukan penggandaan organel, maka sel
akan masuk ke fase istirahat atau G0.

Fase G1

Sel anak yang terbentuk selama mitosis akan memasuki fase G1. Untuk sel-sel yang
cepat membelah (sel-sel embrionik), G1 berlangsung sangat cepat sedangkan untuk sel-
sel lain (fibroblast, spermatogonia prepubertal), fase G1 berlangsung sangat lama
sehingga diperkirakan berada dalam fase G0 (Henrikson et al, 1997).
Dalam fase G1 terjadi pembentukan makromolekul yang penting untuk dimulainya
duplikasi DNA. Selain itu, sel juga mensintesis RNA, protein regulator yang penting
untuk replikasi DNA. Volume sel yang berkurang karena pembelahan sel ketika mitosis
akan kembali normal. Nucleoli juga terbentuk kembali, mulai terjadi duplikasi
centrioles. Proses duplikasi centrioles ini baru sempurna pada fase G2

Fase S

Terjadi sintesis dan replikasi DNA dan centriole (Junqueira and Carneiro, 2003)
serta duplikasi genome (Gartner and Hiatt, 2007). Semua yang diperlukan oleh
nucleoprotein, termasuk histon didatangkan dan digabungkan ke dalam molekul
DNA, membentuk materi chromatin. Sel sekarang memiliki komplemen DNA 2 x
normal. (Gartner and Hiatt, 2007).
Proses penggandaan kromosom terjadi pada fase S membutuhkan waktu sekitar 10
- 12 jam. Fase S merupakan fase terlama karena membutuhkan waktu separo dari
waktu siklus sel. Pada saat sel memasuki fase S, kromosom akan mengganda karena
terjadinya replikasi DNA. Bila pada manusia, replikasi sel yang semula kromosom
jumlahnya 46, berubah menjadi dua kali lipatnya (2X46).
Selain itu terdapat sintesis berbagai protein yang dibutuhkan untuk pengaturan
pertumbuhan sel dengan melibatkan proses transkripsi. Dalam proses transkripsi
terjadi proses sintesis mRNA dengan DNA sebagai cetakannya dan dilanjutkan ke
proses translasi. Dalam proses translasi terjadi proses sintesis protein dengan
mRNA sebagai cetakannya. Protein yang disintesis pada fase G1 dan fase S
dibutuhkan dalam proses persiapan untuk menuju fase M, selain itu kromosom yang
disintesis juga membutuhkan protein histon. Kromosom yang telah mengganda
selanjutnya akan dibagi sama rata pada anakan sel.

Fase G2

Dalam fase G2, RNA dan protein yang penting untuk pembelahan sel akan disintesis,
terjadi penyimpanan energi yang diperlukan untuk mitosis, sintesis tubulin untuk
kumpulan dalam microtubule yang diperlukan untuk mitosis, replikasi DNA dianalisa
dan kesalahan yang terjadi akan diperbaiki (Gartner and Hiatt, 2007).
Fase Mitosis

Mitosis dimulai pada akhir fase G2 dan mengakhiri siklus sel. Mitosis adalah suatu
proses terbaginya sitoplasma dan nucleus sama besar menjadi 2 anak sel yang identik.
Pertama-tama, materi nucleus terbelah dalam suatu proses yang disebut karyokinesis.
Proses ini kemudian diikuti oleh pembelahan sitoplasma yang disebut cytokinesis.
Fase mitosis dibagi lagi menjadi 5 tahap, yaitu: prophase, prometaphase, metaphase,
anaphase dan telophase ( Gartner and Hiatt, 2007). Fase M membutuhkan waktu
sekitar 1 jam pada sel mammalia.

Prophase
Terjadi proses penebalan pada benang-benang kromosom menjadi kromatid, namun
membran inti sel masih menyelimuti kromatid tersebut.

Metafase
Ditandai dengan hilangnya membran inti, kemudian benang-benang kromatid berada
pada bagian ekuator.
Anafase
Benang-benang kromatid ditarik pada posisi dua kutub yang berlawanan oleh
benang-benang spindel.

Telofase
Benang-benang kromatid pada masing-masing kutub tersebut kemudian dibungkus oleh
membran yang disebut sebagai membran inti. Sehingga pada fase telofase ini sudah terbentuk
dua inti sel (kariokinesis) yang ditandai terbentuknya membran inti, dan ditandai dengan
adanya pemisahan sitoplasma (sitokinesis), dan akhirnya dihasilkan dua sel anakan yang
sempurna, dimana setiap sel anakan membawa 23 pasang kromosom yang sama persis
dengan jumlah kromosom sel induknya.
Tugas Setiap Fase dalam Siklus Sel (Grisson and Song, 2007).

5. Proses dan tahapan meiosis

Meiosis adalah jenis pembelahan sel yang khusus dan akan menghasilkan sel germinal,
yaitu ovum dan spermatozoa. Pengurangan jumlah chromosome dari diploid (2n) menjadi
haploid (n). Tiap gamet membawa jumlah DNA dan chromosome yang haploid. Selain itu
terjadi pula rekombinasi gen sehingga terjadi variasi dan perbedaan kelompok gen (Gartner
and Hiatt, 2007).
Proses ini memiliki 2 tahap, meiosis I dan meiosis II. Pada meiosis I (reductional division),
terjadi pasangan chromosome yang homolog berderet, anggota tiap pasangan berpisah dan
menuju ke kutub yang berlawanan, sel membelah namun tiap anak sel hanya menerima
setengah dari jumlah chromosome (haploid).
Pada meiosis II (equatorial division), 2 chromatid dari masing-masing chromosome
berpisah seperti pada mitosis kemudian diikuti migrasi chromatid ke kutub yang
berlawanan dan pembentukan 2 sel anak. Peristiwa ini menghasilkan 4 sel anak (gamet)
dengan jumlah chromosome dan DNA yang haploid (Gartner and Hiatt, 2007).
Awal meiosis terjadi setelah interphase. Dalam gametogenesis, sewaktu sel-sel germinal
berada pada fase S, jumlah DNA dan chromosome adalah 4n.

Interval dan Jumlah Chromosome Masing-masing Fase dalam Siklus Sel (Henrikson et al,
1997)

Prophase I
Prophase I memerlukan waktu yang panjang dan terbagi menjadi 5 tahap, yaitu leptotene,
zygotene, pachytene, diplotene dan diakinesis.
Leptotene
Chromosome yang terdiri atas 2 chromatid yang bergabung di centromere, mulai
berkondensasi, membentuk rantai yang panjang dalam nucleus.
Zygotene
Pasangan-pasangan chromosome yang homolog saling mendekati dan berada
dalam 1 deret dan bersinaps melalui synaptonemal complex, membentuk tetrad.
Pachytene
Chromosome berkondensasi dan menebal serta memendek, terbentuk chiasmata (tempat
terjadinya crossing over) sebagai pertukaran materi genetik antara chromosome-
chromosome yang homolog.
Diplotene
Chromosome terus berkondensasi dan mulai memisah, menampakkan chiasmata.
Diakinesis
Chromosome berkondensasi maksimal dan nucleolus menghilang, demikian pula dengan
membran nucleus sehingga chromosome berada bebas dalam cytoplasma (Gartner and
Hiatt, 2007).

Metaphase I
Masing-masing pasangan chromosome yang homolog, terdiri dari 2 chromatid yang berderet
pada bidang equatorial secara acak, dan spindle fibers kemudian melekat pada kinetochore
(Gartner and Hiatt, 2007).
Anaphase I
Migrasi chromosome menuju ke kutub yang berlawanan. Di sini, chromosome masih
mengandung 2 chromatid. T
Telophase I
Chromosome telah mencapai kutub yang berlawanan, nucleus terbentuk kembali dan terjadi
cytokinesis sehingga terbentuk 2 sel anak. Tiap sel berjumlah 23 chromosome namun karena
masing-masing chromosome memiliki 2 chromatid, maka isi DNA masih diploid. Setelah itu
setiap anak sel yang baru terbentuk akan memasuki meiosis II (Gartner and Hiatt, 2007).

Meiosis II
Sangat serupa dengan mitosis serta terbagi menjadi prophase II, metaphase II, anaphase II,
telophase II dan cytokinesis.
Prophase II
Chromosome berderet pada bidang equator, kinetochore melekat pada spindle fibers
Metaphase II
Kinetochore melekat pada spindle fibers
Anaphase II
Migrasi chromatid ke kutub yang berlawanan
Telophase II
Chromosom bergerak ke kutub berlawanan, terbentuk kantung nucleus, chromosom
memanjang
Cytokinesis
Pembelahan sitoplasma sehingga terbentuk 4 anak sel yang memiliki jumlah chromosome
dan DNA yang haploid. Kadang-kadang terjadi kelainan jumlah chromosome akibat non
disjunction pada meiosis I, seperti misalnya pada klinefelter syndrome, down syndrome,
turner syndrome dan sebagainya (Gartner and Hiatt, 2007).

Skema Meiosis Non disjunction pada meiosis

6. Regulasi siklus sel oleh check point


Sel memiliki mekanisme kontrol, yaitu pada checkpoint, yang memeriksa kejadian-
kejadian pertumbuhan sel, sintesis DNA, dan ketepatan segregasi chromosome
sebelum sel meninggalkan suatu fase dalam siklus sel (Gartner and Hiatt, 2007).
Terdapat 3 tempat untuk mengatur siklus sel (checkpoint), yaitu:
Check point pertama terletak pada akhir fase G1, ketika sel menyelesaikan suatu
siklus pembelahan. Sel tidak dapat menyelesaikan fase ini bila tidak memiliki nutrisi
yang cukup ataupun growth factor (Manson, et al, 2006). Bila ada kesalahan DNA,
siklus sel akan tertahan pada fase G1 dan tidak dapat memasuki fase S. Sehingga
dapat memberikan waktu bagi sel untuk memperbaiki kerusakan DNA sebelum
memasuki fase S. Tertahannya siklus pada fase ini dimediasi oleh aktivitas p53
(Junqueira and Carneiro, 2003).
Check point yang kedua terdapat pada permulaan fase M. Sel tidak dapat melakukan
titik ini bila ada kerusakan atau kesalahan DNA (Manson, et al, 2006).
Check point yang ketiga terdapat di akhir fase M. Sel akan tertahan di titik ini jika
mitotic spindle gagal untuk berkumpul secara adekuat (Manson, et al, 2006).
Menurut Goodman (2008), terdapat 4 tempat terjadinya checkpoint, yaitu pada
perbatasan fase G1/S, intra fase S, perbatasan fase G2/M dan dalam mitosis. Menurut
Albert et al (2002) checkpoint terjadi pada perbatasan G1/S, G2/M dan M.

Lokasi Checkpoint pada Siklus Sel (Albert et al, 2002).

7. Regulasi siklus sel oleh cyclin


Komponen utama pada siklus sel diatur oleh protein kinase yang dikenal sebagai
cyclin-dependent kinases (Cdks). Cyclin mengontrol siklus sel dengan mengatur
cyclin dependent kinases (CDKs). CDKs menjadi aktif ketika berikatan dan
membentuk kompleks dengan protein cyclin (Manson et al, 2006).
Aktivitas kinase mengalami kenaikan atau penurunan sehingga mempengaruhi
perubahan siklus dalam fosforilasi protein interseluler yang terlibat dalam pengaturan
siklus sel. Bila terjadi peningkatan aktivitas Cdks pada checkpoint G2/M, maka akan
menyebabkan kromosom berkondensasi, membrane inti akan menghilang, perakitan
benang spindle dan akan segera terjadi proses mitosis. Cdks tidak bisa melakukan
proses fosforilasi jika tidak terdapat protein cyclin, sehingga kerja Cdks sangat
bergantung dengan protein cyclin. Aktivitas protein kinase Cdks akan berjalan jika
berikatan dengan cyclin.
Terdapat 4 kelas protein cyclin, masing-masing memiliki peran pada siklus sel
tertentu yang akan berikatan pada Cdks yang spesifik sehingga dapat berfungsi.
Semua sel eukariotik membutuhkan protein Cyclin. Empat macam protein cyclin
tersebut adalah:
1. G1-Cdk
2. G1/S-cyclin mengaktivasi Cdks pada akhir fase G1, memicu sel untuk masuk ke
tahap sintesis. Konsentrasinya akan menurun pada fase S
3. S-cyclin berikatan dengan Cdk menstimulasi penggandaan kromosom, S-cyclin
akan meningkat hingga masuk ke fase mitosis, cyclin ini juga memiliki peran
untuk mengontrol awal pembelahan mitosis (profase)
4. M-cyclin mengaktivasi Cdks untuk menstimulasi ke fase mitosis pada checkpoint
G2/M, konsentrasi M-cyclin akan menurun pada pertengahan mitosis.

Mekanisme hubungan antara protein cyclin dengan Cdk pada proses siklus sel

Aktivitas cyclin dapat dihambat oleh CDK inhibitor. Paling sedikit terdapat 2 kelas
CDK inhibitor (CKIs), yaitu CIP/KIP family yang merupakan suatu kinase inhibitor
dan INK4. Bentuk dasar kelompok CIP/KIP family adalah p21. Kinase inhibitor ini
berhubungan erat dengan p27 dan p57, yang semuanya mampu berikatan dan
membentuk kompleks dengan CDK1/cyclin B, CDK2/cyclin A, CDK2/cyclin E,
CDK4/cyclin D dan CDK6/cyclin D serta menghambat aktivitas kinase kompleks
tersebut (Goodman, 2008).
Sedangkan bentuk dasar dari INK4 adalah p16 yang tergantung pada pRb atau protein
lain, yaitu p107 atau p130. Anggota INK4 yang lain, berdasarkan struktur dan
fungsinya, antara lain: p15, p18 dan p19. Kelas ini berikatan secara ekslusif dengan
CDK 4 dan 6, yang mencegah CDK ini berikatan dengan cyclinnya sehingga
menghambat aktivitas kinasenya . (Goodman,2008)

Inhibisi Aktivitas Kompleks Cyclin CDK (Albert et al, 2002).

8. Regulasi siklus sel oleh gen p53

P53 adalah tumor suppressor gene yang penting, disebut pula sebagai penjaga gen
(guardian of the genome). P53 berfungsi untuk meregulasi G1/S dan G2/M
checkpoint (Goodman, 2008).
Siklus sel berada dalam keseimbangan antara proliferasi, tidak aktif dan kematian
(apoptosis). Bila pertumbuhan dan pembelahan sel tidak terkontrol karena mutasi
DNA, terjadilah perubahan ekspresi gen-gen (meningkat maupun menurun) yang
berhubungan dengan kontrol siklus sel, sehingga menimbulkan kanker. Perubahan
ekspresi gen diakibatkan oleh bahan-bahan kimia (benzene, nitrosamine), radiasi
(ultraviolet), infeksi virus dan kelainan genetik. Mutasi gen-gen dapat dikelompokkan
menjadi oncogenes (Ras, Fos, Myc) dan tumor suppressor gene (p53, pRb, GAP).
Oncogenes merupakan hasil mutasi protooncogenes yang menginduksi pertumbuhan
sel sehingga sel berproliferasi terus menerus. Tumor suppressor gene adalah gen yang
normal terdapat dalam sel dan berperan menghambat pertumbuhan sel. Mutasi gen ini
mengakibatkan hambatan terhadap pertumbuhan sel menghilang. Banyak dari gen-gen
ini yang normalnya terlibat dalam regulasi pembelahan dan diferensiasi sel (Manson
et al, 2006).
Gen p53 merestriksi masuknya sel yang memiliki kerusakan DNA untuk menuju fase
S, yang meregulasi siklus sel melewati restriction point. Sebanyak 50% kanker terjadi
karena mutasi p53. Sel dengan mutasi p53, tidak mampu menahan sel yang memiliki
kerusakan DNA pada fase G1, dan akan terus melanjutkan siklus serta pembelahan sel
dengan kesalahan DNA. Lokasi gen p53 ini ialah pada chromosome 17 dan mengkode
nuclear phophoprotein sebesar 53 kD (Manson et al, 2006). Protein p53 mengaktivasi
transkripsi sejumlah gen yang berpartisipasi dalam mengontrol siklus sel, termasuk
gen yang mengkode p21waf/cip1, GADD45 (suatu gen yang menahan pertumbuhan
bila diinduksi oleh kerusakan DNA) dan MDM2 (negative regulator p53) (Goodman,
2008).
Fungsi utama gen p 53 sebagai transcription activator sehingga meregulasi gen-gen
tertentu yang terlibat dalam pembelahan sel, sebagai restriction point pada fase G1
bila terdapat kesalahan DNA sehingga menghambat pembelahan sel (memungkinkan
perbaikan DNA sebelum replikasi DNA dan pembelahan sel terjadi). Gen p53
menginisiasi apoptosis bila kerusakan DNA terlalu berat dan tidak dapat diperbaiki
(Manson et al, 2006; Goodman, 2008). Mutasi p53 akan menyebabkan sel tidak dapat
diperbaiki, siklus berlanjut terus walaupun terdapat DNA yang rusak dan apoptosis
tidak terjadi.
Protein p53 yang terfosforilasi akan aktif dan berfungsi sebagai faktor transkripsi
yang mengaktivasi banyak target gen. Salah satu gen yang penting adalah p21
waf/cip1. Setelah kerusakan DNA, p53 diaktifkan oleh fosforilasi pada asam amino
spesifik dan kemudian menginduksi transkripsi p21 waf/cip1. Ini akan meningkatkan
kadar mRNA p21 dan protein. Selanjutnya, p21 akan berikatan dengan kompleks
cyclin E/CDK2 dan cyclin D/CDK4 atau cyclin D/CDK6 dan menghambat aktivitas
kinase CDKs. Salah satu target CDK2 adalah pRb, yaitu suatu tumor suppressor gene
yang lain.
Asal nama protein Retinoblastoma (pRb) diambil dari tumor retinoblastoma. Protein
ini memiliki fungsi yang bermacam-macam dan bervariasi dalam siklus sel, antara
lain sebagai pengatur untuk melanjutkan fase G1 menuju S. Awalnya pRb berada
dalam keadaan hipofosforilasi dan berikatan dengan kompleks cyclin D/CDK4 dan
cyclin E/CDK2. Hipofosforilasi pRb juga berikatan dan menginaktivasi faktor
transkripsi E2F yang mengontrol transkripsi gen-gen yang menghasilkan produk
penting bagi transisi fase G1 ke S, sehingga hipofosforilasi pRb akan menghambat
transisi dari fase G1.
Bila terjadi mutasi pRb, maka pRb akan terfosforilasi terus sehingga tidak berikatan
dengan E2F. Akibatnya sel terus menerus mengadakan pembelahan dan terjadilah
kanker.

Respons terhadap Aktivasi dan Fosforilasi p53 (Albert et al, 2002).

Peran p53 dalam siklus sel

Anda mungkin juga menyukai