1.1 Lidah
Rongga mulut dianggap cermin kesehatan umum seseorang. Lidah merupakan salah satu
organ di rongga mulut yang paling peka terhadap perubahan yang terjadi di dalam tubuh.
Pada dasarnya, permukaan lidah adalah daerah yang paling banyak terpapar oleh iritasi dan
keperluan dasar hidup sehari-hari seperti makan dan minum. Lidah sebagai indera pengecap
mempunyai beberapa fungsi yaitu membantu proses pengecapan dan perasa, mengatur letak
makanan ketika dikunyah, membantu menelan, mendorong makanan ke dalam pharynx (pada
waktu menelan), pembersihan mulut, dan memainkan peranan yang penting sebagai alat
bantu dalam berbicara.
1.2 Anatomi Lidah
Lidah terletak di dalam mulut. Lidah berwarna merah dan permukaannnya tidak rata. Lidah
terdiri atas dua kelompok otot yaitu otot intrinsik dan otot ekstrinsik. Otot intrinsik berfungsi
untuk melakukan semua gerakan lidah. Otot ekstrinsik berfungsi mengaitkan lidah pada
bagian-bagian sekitarnya serta membantu melakukan gerakan menekan makanan pada langitlangit dan gigi, kemudian mendorongnya masuk ke faring. Lidah merupakan kumpulan otot
rangka pada bagian lantai mulut yang ditutup oleh membran mukosa (selaput lendir). Selaput
lendir ini tampak kasar karena adanya tonjolan-tonjolan yang disebut papila yang merupakan
akhiran-akhiran saraf pengecap dan terletak pada seluruh permukaan lidah. Saraf-saraf
pengecap inilah yang dapat membedakan rasa makanan. Jumlah papila pada setiap orang
belum tentu sama. Biasanya perempuan memiliki papila lebih banyak daripada laki-laki.
Orang yang mempunyai banyak papila akan lebih peka terhadap rasa.
Gambar 2. Taste buds pada lidah, papila, dan penampang tastebuds dan bagian-bagiannya
yang sering menyebabkan rasa pahit adalah: (1) Zat organik rantai panjang yang berisi
nitrogen, dan (2) alkaloid. Alkaloid terdiri dari banyak obat yang digunakan dalam
kedokteran seperti kuinin, kafein, striknin, dan nikotin.
5. Rasa Umami
Umami berasal dari bahasa Jepang yang artinya enak. Rasa umami mempunyai ciri khas
yang jelas berbeda dari keempat rasa lainnya, termasuk sinergisme peningkat rasa antara
dua senyawa umami, L-glutamat dan 5'-ribonulceotides, serta rasa yang bertahan lama
setelahnya. Umami adalah rasa yang dominan ditemukan pada makanan yang
mengandung L-glutamat (terdapat pada ekstrak daging dan keju).
Gambar 4. Proses Rangsang Pengecap dari Taste Buds sampai dipersepsikan di Thalamus
1.5 Jenis-jenis papilla
Terdapat empat jenis papilla pada lidah manusia,yaitu:
Papila fungiform, terletak di 2/3 anterior lidah dan pada umumnya terdiri dari satu hingga
beberapa taste buds di setiap papila yang diinervasi oleh nervus facial (VII). Papila ini terlihat
seperti bintik-bintik berwarna merah karena kaya akan pembuluh darah. Jumlah papila
fungiform di setiap lidah manusia adalah sekitar 200 papila. Papila ini lebih sensitif terhadap
rasa manis dan asin. Papila di lidah bagian depan memiliki lebih banyak taste buds (1-18)
dibanding dengan papila di lidah bagian tengah (1-9). Diperkirakan ada sekitar 1120 taste
buds di papila fungiform pada setiap lidah.
Sebuah penelitian di China mengungkapkan bahwa adanya hubungan antara kepadatan papila
fungiform dengan pemeriksaan rasa manis menggunakan larutan sukrosa pada pria dewasa
muda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa anatomi papila sangat erat hubungannya dengan
ambang sensitivitas rasa khususnya pada papila fungiformis.
Papila circumvalata, terletak pada pangkal dorsum lidah di depan sulcus terminalis linguae
yang tersusun seperti huruf V. Papila ini sensitif terhadap rasa asam dan pahit di 1/3 posterior
lidah yang diinervasi oleh nervus glossopharyngeal (IX). Jumlahnya berkisar 3-13 papila di
setiap lidah dengan jumlah taste buds 252 di setiap papila sehingga total 2200 taste buds yang
terdapat di papila circumvalata pada setiap lidah. Dalam jumlah besar taste buds ini terletak
mengelilingi papila circumvalata yang membentuk garis seperti huruf V ke arah posterior
lidah.
Papila foliate, terletak pada lipatan dan celah bagian lateral lidah. Sensitivitas papila ini
lebih dominan terhadap rasa asam yang diinervasi oleh nervus glossopharyngeal (IX). Ratarata terdapat 5-6 papila foliata di setiap sisi lidah yang terdiri dari 117 taste buds per papila
sehingga total terdapat 1280 taste buds di papila foliata pada setiap lidah.
Papila
filiform, papila terkecil dengan penampang 0,1 - 0,25 mm dan tidak memiliki taste
buds. Papila ini lebih dominan untuk menerima rangsang sentuh.
Kebiasaan mengkonsumsi rokok dapat menurunkan sensitivitas indera pengecap. Hal ini
dapat dikarenakan saat rokok dihisap, nikotin yang terkondensasi masuk ke dalam rongga
mulut dan menutupi taste buds sehingga kemungkinan menghalangi interaksi zat-zat
makanan ke dalam reseptor pengecap.
Kebiasaan menyirih merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sensitivitas
indera pengecap. Hal ini dikarekan partikel-partikel yang terkandung pada sirih yang
terdeposit pada waktu yang lama sehingga mengakibatkan pigmentasi dan penumpukan
partikel pada lidah yang dapat menghalangi interpretasi rasa.
Oral higiene merupakan faktor yang juga mempengaruhi sensitivitas indera pengecap.
Oral higiene yang buruk dapat mengakibatkan penumpukan plak sisa makanan yang
terdeposit pada lidah sehingga menghalangi interpretasi rasa. Di samping itu, oral higiene
yang buruk merupakan tempat berkembangnya bakteri dan flora yang merugikan di
rongga mulut.
2.2 Rokok
Rokok merupakan produk yang berbahaya dan adiktif (menimbulkan ketergantungan) karena
di dalam rokok terdapat 4000 bahan kimia berbahaya, 400 diantaranya bersifat racun dan 43
senyawa lain diantaranya merupakan zat karsinogenik. Merokok merupakan masalah
kesehatan karena dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit dan merupakan salah satu
faktor penyebab terjadinya beberapa kelainan rongga mulut. Beberapa dampak dari merokok
antara lain meningkatkan insidensi terjadinya penyakit periodontal, lesi mukosa rongga
mulut, karies gigi dan keganasan rongga mulut. Pada tahun 2008 Badan Kesehatan Dunia
(WHO) telah menetapkan Indonesia sebagai negara terbesar ke tiga sebagai pengguna rokok
di dunia.
Pengaruh merokok pada mukosa mulut bervariasi, tergantung pada umur, jenis kelamin, etnis,
gaya hidup, diet, genetis, jenis, dan cara merokok, serta lamanya merokok. Perubahan
tersebut akibat iritan, toksin dan karsinogen. Selain itu, dapat juga berasal dari efek mukosa
yang kering, tingginya temperatur dalam mulut, atau resistensi terhadap infeksi jamur dan
virus yang berubah. Merokok dapat menyebabkan kelainan-kelainan rongga mulut misalnya
pada gusi, mukosa mulut, gigi, langit-langit yang berupa stomatitis nikotina dan infeksi jamur
serta pada lidah yang berupa terjadinya perubahan sensitivitas indera pengecap.
Merokok secara jelas dapat meningkatkan risiko untuk terkena semua penyakit dan dapat
berkembang menjadi berbagai kondisi patologik yang menyebabkan kematian. Merokok
merupakan faktor resiko terjadinya kanker pada beberapa organ, penyakit jantung, penyakit
pernafasan, efek reproduksi, dan berbagai efek lain yang dapat membahayakan tubuh.
Berdasarkan data dari The ASEAN Tobacco Control Report tahun 2007, sebuah Komisi
ASEAN untuk Pengendalian Tembakau, jumlah perokok di ASEAN mencapai 124.691 juta
orang dan Indonesia menyumbang perokok terbesar, yakni, 57.563 juta orang atau sekitar
46,16 %.
Rokok merupakan hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya
yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tobacum, Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau
sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.
Jenis Rokok
Masyarakat Indonesia mengenal berbagai jenis rokok yang dikonsumsi. Pembedaan ini
didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku isi rokok, dan penggunaan filter pada
rokok.
Rokok berdasarkan bahan pembungkusnya dibagi menjadi 4 yaitu rokok Klobot yaitu rokok
yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung. Rokok Kawung yaitu rokok yang bahan
pembungkusnya berupa daun aren. Rokok sigaret adalah rokok yang bahan pembungkusnya
berupa kertas. Rokok cerutu yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.
Rokok mempunyai banyak istilah, menurut bahan yang digunakan, terdapat rokok atau
sigaret, kretek, rokok putih, dan juga rokok Klobot. Yang dimaksud dengan rokok atau sigaret
adalah yang terbuat dari daun tembakau. Rokok putih adalah rokok yang murni tembakau,
tanpa cengkeh. Kretek adalah rokok dengan aroma dan rasa cengkeh. Jadi rokok kretek
adalah rokok yang dibuat dari daun tembakau yang memiliki kandungan 40% cengkeh dan
60% tembakau.
Suatu studi di Indonesia memperlihatkan bahwa perokok kretek mempunyai risiko 13 20
kali lebih besar untuk terjadinya kerusakan paru dibandingkan dengan bukan perokok.
Kandungan cengkeh pada rokok kretek menimbulkan aroma yang enak yang dapat menutupi
faktor bahaya tembakau. Akibatnya rokok kretek dihisap lebih dalam daripada rokok biasa.
Selain itu cengkeh mengeluarkan zat eugenol yang dapat mempengaruhi efek sensori,
akibatnya adalah hisapan rokok yang lebih dalam lagi. Semakin dalam seseorang menghisap
rokoknya, maka akan semakin tinggi efek perusakan yang diterima orang tersebut.
Rokok yang terdapat pada masyarakat umumnya terbagi atas rokok putih (filter) dan rokok
kretek (non filter) dimana pada pangkal rokok filter terdapat gabus sedangkan rokok non
filter tidak menggunakan gabus. Di Indonesia, rokok kretek merupakan jenis rokok yang lebih
populer. Perbandingannya, sebanyak 94% merokok kretek dan hanya 11% yang memilih
rokok putih. Dari kelas sosialnya, perokok kretek umumnya kelas menengah
kanan lidah seperti yang mungkin terjadi pasca stroke pada pasien diabetes atau pada lesi
saraf kranial.
Salah satu jenis elektrogustometer yang paling umum digunakan yakni jenis RION TR-06
(Rion Co, Jepang) dengan stimulus tunggal, datar, dan probe melingkar yang terbuat dari
baja stainless steel (diameter 5 mm). Alat ini dapat menghasilkan rangsangan yang rendah
dengan durasi yang singkat (0.5, 1,1.5,dan 2 detik).
Sebelum dilakukan pengujian dengan alat ini, sampel dilarang untuk minum. Sebelum
dilakukan pengukuran ambang rasa, stimulus dari 30 dB diberikan untuk memastikan
bahwa sampel bisa mengenali rangsangan elektrogustometer. Pemberian rangsang
dimulai dari yang rendah terlebih dahulu (-6 dB) dan kemudian rangsang ditingkatkan
hingga sampel dapat mempersepsikan rasa dengan jelas.
karena hemangioma atau lymphangioma. Lidah yang besar pada masa kanakkanak akan menimbulkan problem pada pertumbuhan rahang dan oklusi gigi.
Perawatan tergantung pada penyebabnya.
f. Mikroglossia
Merupakan kelainan yang jarang dijumpai, dimana ukuran lidah lebih kecil
dari normal
g. Aberrant thyroid gland
Kelenjar thyroid mengalami aberrasi , berkembang dibagian anterior dari inverted V
shaped dari papila circumvallata
h. Thyroglossal duct cyst
Merupakan kista yang berkembang pada bagian lingual dari duktus thyroglossus.
2. Glossopyrosis - glossodynia
Painfull burning tongue (PBT) merupakan simptom yang sangat membingungkan baik
pasien maupun dokter/dokter gigi yang memeriksa. Pada garis besarnya ada 2 macam
katagori yaitu pada pemeriksaan klinis terdapat observable changes atau non observable
changes pada lidah.
a. Observable clnical changes
Sebanyak 25 % dari pasien yang mempunyai keluhan ini merupakan katagori
observable changes disebabkan karena tongue coating. Ini penyebabnya karena faktor
lokal maupun sistemik. Perubahan pada lidah dapat disebabkan karena
bermacammacam kelainan sistemik. Yang paling sering adalah karena defisiensi
vitamin B kompleks( def nicotinic acid pellagra ), anemia pemiciosa, anemaia
defisiensi besi, diabetes, defisiensi oestrogen, atau yang jarang terjadi adalah .
sindroma Sjogren's. Faktor lokal berupa iritasi, termasuk disini adalah tongue habits,
posisi gigi mandibula yang tak teratur biasanya terdapat banyak kalkulus, protesa, alat
ortodonsi, obatobatan, pasta gigi dan kosmetik. Lokasi dan distribusi lesi iritatif serta
perubahan atrofi meruapakan faktor penting untuk menentukan faktor penyebabnya.
Jika pada simptom PBT ini pada lidah terdapat perubahan menyeluruh, baik warna,
atrofi papila pada dorsum lidah maka kemungkinan besar penyebabnya adalah faktor
sistemik. Pada beberapa kasus perubahan warna dan distribusi kelaian dapat
membantu determinasi penyebabnya. Pada anemia perniciosa ujung dan pinggir lidah
benvarna merah menyala dan sakit. Pada defisiensi vitamin B kompleks atrofi papila
lidah lebih ekstensif dan menyeluruh, lidah berwarna merah menyala atau merah
keunguan, pada pinggir lateral terdapat ulkus erosi karena gigi. Pada defisiensi
oestrogen gejalanya hampir sama seperti defisiensi vitaminB kompleks yang ringan.
Pasien dengan diabetes ringan yang belum terdiagnose sering mengeluhkan rasa
burning pada lidah dan mukosa, biasanya lidah berwarna merah daging. Anemia
defisiensi besi juga menyebabkan sensasi burning pada lidah dan atrofi menyeluruh
papila, coating, tonus lidah turun serta pucat.
b. Non Observable clinical changes
Hampir 75 % pasien memeriksakan diri karena keluhan ini. Sering terjadi pada
kehidupan dekade 4 sampai 7 dan kebanyakan adalah wanita pada usia menopause.
Manifestasi rasa sakit mungkin merupakan simptom dari sesuatu yang dipendam di
alam bawah sadamya, biasanya disertai dengan keluhan sulit tidur, dan gangguan
pencecapan. Beberapa mempunyai problem dalam perkawinan dan kehidupan seks
yang kurang baik. Biasanya mereka mempunyai ketakutan yang individual. Klinisi
hams ingat bahwa lidah diduga merupakan tempat yang sering terkena kanker.
3. Tongue coating
Evaluasi tongue coating ( TC ) sangat erat hubungannya dengan pemeriksaan tubuh
keseluruhan. Dapat dipercaya bahwa penampilan lidah mencerminkan status kesehatan
dan saluran pencernaan. Keadaan yang memperparah TC adalah sewaktu bangun tidur,
puasa dan diet lunak. TC mengindikasikan adanya ke tidak beresan fisiologi oral.
Atrofi papila
Jika atrofi papila terjadi, p. filiformis atrofi lebih dahulu baru p. fungiformis. Jika kondisi
ini tidak terlalu lama maka akan dapt regenerasi lagi. Mula-mula p. fungiformis kemudian
diikuti p. filiformis.P. foliata dan p. circumvallata tidak terlibat. Mekanisme atrofi papila
dijelaskan oleh Waldenstrom dkk. Perubahan atrofi merupaka akibat dari defisiensi satu
atau lebih sistem ensim oksidase. Kekurangan besi atau ketidak mampuan menggunakan
besi akan mengganggu ensim sitokhrom. Ariboflavinosis atau defisiensi nicotinic acid
akan menghambat sistem ensim flavine dan pyridine.
Pada anemia defisiensi besi pinggir lidah merah kemudian papila mengalami atrofi, warna
lidah menjadi lebih pucat. Lidah mengalami atrofi dan berwama merah magenta terjadi
pada defisiensi riboflavin. Atrofi lidah berwarna merah terang diduga terdapat hiponutrisi
nicotinic acid atau pellagra. Atrofi papila pada TC juga dapat terjadi pada sprue, anemia
perniciosa. Atrofik glossitis dapat dijumpai pada khronik alkoholisme dan sindroma
Plummer-Vinson.
Keparahan tongue coating
Komposisi coating pada dorsal lidah terdiri dari papila dengan keratinisasi yang
mengalami deskuamasi, sedikit partikel food debries dan mikroorganisme yang terdapat
pada papila atau diantara p. filiformis, papila ini selanjutnya mengalami atau tidak
mengalami elongasi. Keparahan TC bervariasi dari individu dengan individulain juga dari
waktu ke waktu. Keparahan TC meningkat seiring dengan usia.
Kondisi lokal atau sistemik yang menganggu fisiologi normal oral akan berakibat TC
yang abnormal. Demam, diet cair, kesulitan melakukan oral hygiene pada pasien bed rest,
berkurangnya aliran saliva, dehidrasi karena demam merupakan kondisi yang akan
menyebabkan kenaikan papilary lingual coating. Dekomposisi atau fermentasi partikel
sisa makanan pada papila yang mengalami elongasi akan menyebabkan halitosis. Obatobatan dan rokok akan mengakibatkan diskolorisasi papila yang elongasi.
TC yang abnormal sering dihubungkan dengan kelainan fungsi gastro intestinal, tetapi
menurut beberapa penelitian terbukti tidak ada hubungan.
Hidrogen peroksida atau sodium perborat yang menstimulasi pertumbuhan p. filiformis
dapat menyebabkan TC. Pada kondisi tertentu terdapat perubahan mikrobial flora yang
akan meyebabkan black tongue. Mouth breathing juga dapat menyebabkan TC. 4
4. Kelainan lidah akibat trauma
Trauma pada lidah dapat disebbkan karena kecelakan kendaraan, olah raga, berkelahi,
epilepsi atau pada praktek dokter gigi. Karakteristik pada trauma lidah adalah perdarahan,
karena lidah adalah organ yang kaya pembuluh darah. Perawatan adalan dengan
penekanan dan agent hemostatik serta jahitan.
5. Krenasi lidah (indentation marking of the tongue)
Krenasi terjadi pada pinggir lidahyang dalam keadaan istirahat menempel pada bagian
lingual gigi-gigi. Krenasi ini bukan suatu diagnose spesifik untuk penyakit lokal maupun
sistemik, akan tetapi berhubungan dengan beberapa kelainan atau habit. Kebiasan
menekan-nekankan lidah pada deretan gigi- gigi jika sedang stress dapat meyebabkan
krenasi. Krenasi sering berhubungan dengan stomatitis akut yang menyebabkan
pembengkakan lidah, yaitu pada acute necrotioc gingivostomatitis, herpetic stomatitis dan
eritema multiforme. Pada bismuth stomatitis yang berat terdapat pigmentasi pada krenasi.
Pasien dengan makroglossia biasanya mengalami krenasi, krenasi akan lebih nyata jika
posisi gigi ireguler. Kondisi sistemik yang dapat mengakibatkan krenasi adalah defisiensi
vitamin B kompleks, diabetes dan myxedema. Yang jelas semua kondisi yang
menyebabkan turunnya tonus otot lidah akan berakibat timbulnya krenasi.
6. Varikositi sublingual
Vena lingual yang terletak pada bagian ventral lidah sering dijumpai. Biasanya terjadi
pada usia lanjut di atas 40 tahun.Varikositi sublingual harus dibedakan dengan
hemangioma atau neoplasma Iainnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/50010
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34540/4/Chapter%20II
OLEH :
CITRADEWI RATNADILLA
J120150071
S1 FISIOTERAPI (B)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA