Anda di halaman 1dari 14

LIDAH

1.1 Lidah
Rongga mulut dianggap cermin kesehatan umum seseorang. Lidah merupakan salah satu
organ di rongga mulut yang paling peka terhadap perubahan yang terjadi di dalam tubuh.
Pada dasarnya, permukaan lidah adalah daerah yang paling banyak terpapar oleh iritasi dan
keperluan dasar hidup sehari-hari seperti makan dan minum. Lidah sebagai indera pengecap
mempunyai beberapa fungsi yaitu membantu proses pengecapan dan perasa, mengatur letak
makanan ketika dikunyah, membantu menelan, mendorong makanan ke dalam pharynx (pada
waktu menelan), pembersihan mulut, dan memainkan peranan yang penting sebagai alat
bantu dalam berbicara.
1.2 Anatomi Lidah
Lidah terletak di dalam mulut. Lidah berwarna merah dan permukaannnya tidak rata. Lidah
terdiri atas dua kelompok otot yaitu otot intrinsik dan otot ekstrinsik. Otot intrinsik berfungsi
untuk melakukan semua gerakan lidah. Otot ekstrinsik berfungsi mengaitkan lidah pada
bagian-bagian sekitarnya serta membantu melakukan gerakan menekan makanan pada langitlangit dan gigi, kemudian mendorongnya masuk ke faring. Lidah merupakan kumpulan otot
rangka pada bagian lantai mulut yang ditutup oleh membran mukosa (selaput lendir). Selaput
lendir ini tampak kasar karena adanya tonjolan-tonjolan yang disebut papila yang merupakan
akhiran-akhiran saraf pengecap dan terletak pada seluruh permukaan lidah. Saraf-saraf
pengecap inilah yang dapat membedakan rasa makanan. Jumlah papila pada setiap orang
belum tentu sama. Biasanya perempuan memiliki papila lebih banyak daripada laki-laki.
Orang yang mempunyai banyak papila akan lebih peka terhadap rasa.

Gambar 1A. Otot Internal Lidah


Lidah

Gambar 1B. Otot Eksternal

1.3 Taste Buds


Organ pengecapan bagian perifer disebut taste buds (caliculus gustatorious) yang meliputi
seluruh permukaan lidah yang mempunyai garis tengah sekitar 1/30 milimeter dan panjang
sekitar 1/16 milimeter. Ketika lahir, kita memiliki sekitar 10.000 taste bud, akan tetapi setelah
usia 50 tahun jumlahnya mulai berkurang. Taste bud merupakan sel epitel yang telah
dimodifikasi, beberapa diantaranya disebut sebagai sel sustentakular dan lainnya disebut
sebagai sel reseptor. Sel-sel reseptor ini terus-menerus digantikan melalui pembelahan
mitosis dari sel-sel epitel di sekitarnya dengan waktu paruh sekitar sepuluh hari. Kekhasan
dari sel reseptor gustatori ini ditentukan oleh papila dimana taste buds berada bukan oleh
nervus yang menginervasi. Taste bud memiliki beberapa tipe reseptor rasa yang memiliki
silia. Setiap tipe ini akan mendeteksi satu jenis rasa dari 5 rasa dasar yaitu, asam, asin, manis,
pahit dan umami. Seluruh rasa ini dapat dirasakan oleh seluruh permukaan lidah, tetapi satu
jenis rasa akan lebih sensitif pada daerah tertentu.
Ujung-ujung luar dari taste buds tersusun di sekitar taste pore yang sangat kecil. Dari ujungujung setiap sel, mikrovili menonjol ke luar menuju taste pore dan mengarah ke rongga mulut.
Mikrovili ini dianggap memberikan permukaan reseptor untuk pengecapan. Beberapa dari
serabut saraf pengecap yang dirangsang oleh sel-sel reseptor ini berinvaginasi menjadi lipatan
membran sel pengecap yang juga dibentuk oleh banyak vesikel. Vesikel ini mengandung
substansi neurotransmiter yang dilepaskan melalui membran sel untuk merangsang ujungujung serabut saraf dalam rensponnya terhadap rangsang pengecapan. Taste buds juga terletak
pada palatum dan beberapa diantaranya pada pilar tonsilar, epiglotis, dan bahkan di esofagus
bagian proksimal. Orang dewasa mempunyai 3000 sampai 10.000 taste buds sedangkan anakanak mempunyai lebih sedikit.

Gambar 2. Taste buds pada lidah, papila, dan penampang tastebuds dan bagian-bagiannya

Pembuluh Darah dan Saraf Lidah


Arteri berasal dari arteri carotis externa. Arteri sublingualis berlanjut ke depan untuk
mensuplai darah ke glandula sublingualis musculus Mylohyoid dan mukosa membran mulut
menuju vena Jugularis interna. Di bawah lidah, mukosa membran ini membentuk frenulum
lingualis untuk mengarahkan pergerakan lidah. Vena Lingualis merupakan vena commitantes
mendampingi arteri Lingualis menuju vena Lingualis interna. Ada vena Lingualis profundus,
vena Lingualis dorsalis, dan vena commitantes yang berasal dari percabangan nervus
hypoglossi. Saraf-saraf yang berperan pada lidah adalah nervus facial (VII), nervus
glossopharyngeal (IX), dan nervus vagus (X). Jalur syaraf pengantar ke otak adalah dari
nervus lingualis menuju chorda tympani (VII) dari 2/3 anterior lidah, melalui nervus X dari
pharynx dan epiglottis atau melalui nervus IX dari 1/3 lidah posterior lidah.
Jalan Kerja Impuls Pengecap dari Lidah ke Otak
Tiga saraf cranial yang memainkan peranan dalam pengantaran impuls dari lidah ke otak,
yaitu nervus facial (VII) pada bagian 2/3 anterior lidah, nervus glossopharyngeal (IX) pada
bagian 1/3 posterior lidah, dan nervus vagus (X) pada pharynx dan epiglottis. Diawali dari
taste buds pada lidah, impuls menyebar sepanjang nervus facial dan dari 1/3 posterior lidah
melalui nervus glossopharyngeal. Impuls dari daerah lain selain lidah berjalan melalui nervus
vagus. Impuls di ketiga saraf tersebut menyatu di medula oblongata untuk masuk ke nukleus
traktus solitarius. Dari sana, axon berjalan membawa sinyal dan bertemu dengan leminiskus
medialis kemudian akan disalurkan ke daerah insula. Impuls diproyeksikan ke daerah cortex
serebrum di postcentral gyrus kemudian dihantar ke thalamus yang akan memberi persepsi
pengecapan yang dirasa.
1.4 Fisiologi Lidah
Seluruh rasa dapat dirasakan oleh seluruh permukaan lidah, tetapi satu jenis rasa akan lebih
sensitif pada daerah tertentu. Rasa manis lebih sensitif dirasakan pada daerah ujung depan
lidah, rasa asin paling baik diapresiasi pada pinggir depan lidah, rasa asam paling baik
diterima di sepanjang samping/tepi lidah dan sensasi pahit dapat dideteksi dengan sangat baik
pada sepertiga belakang lidah. Keempat rasa ini dikenal dengan istilah sensasi rasa primer.
Selain itu, ada rasa kelima yang telah teridentifikasi yakni umami yang dominan ditemukan
pada L-glutamat.
1. Rasa Manis
Beberapa jenis zat kimia yang menyebabkan rasa ini meliputi: gula, glikol, alkohol,
aldehida, keton, amida, ester, asam amino, asam sulfonat, asam halogen, dan garam
anorganik dari timah hitam dan berilium. Hampir semua zat yang menyebabkan rasa
manis merupakan zat kimia organik; satu-satunya zat anorganik yang menimbulkan rasa
manis merupakan garam-garam tertentu dari timah hitam dan berillium.
2. Rasa Asam
Rasa asam disebabkan oleh suatu golongan asam. Konsentrasi ion hidrogen maupun
intensitas sensasi rasanya kira-kira sebanding dengan logaritma konsentrasi ion hidrogen.
Oleh sebab itu, makin asam suatu makanan maka sensasi rasa asamnya semakin kuat.
3. Rasa Asin
Rasa asin ditimbulkan oleh garam terionisasi terutama konsentrasi ion sodium. Kualitas
rasa asin sedikit berbeda dari satu garam dengan garam lainnya karena beberapa jenis
garam juga mengeluarkan rasa lain di samping rasa asin.
4. Rasa Pahit
Rasa pahit seperti rasa manis, tidak disebabkan satu jenis agen kimia, tetapi zat-zat yang
memberikan rasa pahit semata-mata hampir merupakan zat organik. Pembagian kelas zat

yang sering menyebabkan rasa pahit adalah: (1) Zat organik rantai panjang yang berisi
nitrogen, dan (2) alkaloid. Alkaloid terdiri dari banyak obat yang digunakan dalam
kedokteran seperti kuinin, kafein, striknin, dan nikotin.
5. Rasa Umami
Umami berasal dari bahasa Jepang yang artinya enak. Rasa umami mempunyai ciri khas
yang jelas berbeda dari keempat rasa lainnya, termasuk sinergisme peningkat rasa antara
dua senyawa umami, L-glutamat dan 5'-ribonulceotides, serta rasa yang bertahan lama
setelahnya. Umami adalah rasa yang dominan ditemukan pada makanan yang
mengandung L-glutamat (terdapat pada ekstrak daging dan keju).

Gambar 3. Letak Reseptor Rasa pada Lidah


Proses Pengecapan
Ujung saraf pengecap berada di taste buds pada seluruh permukaan lidah. Dengan demikian zatzat kimia yang terlarut dalam saliva akan mengadakan kontak dan merangsang ujung-ujung
serabut saraf pengecap kemudian timbul impuls yang akan menjalar ke nervus facial (VII) dan
nervus glossopharyngeal (IX). Impuls dari daerah lain selain lidah berjalan melalui nervus vagus
(X). Impuls di ketiga saraf tersebut menyatu di medula oblongata untuk masuk ke nukleus traktus
solitarius. Dari sana, axon berjalan membawa sinyal dan bertemu dengan leminiskus medialis
kemudian akan disalurkan ke daerah insula. Impuls diproyeksikan ke daerah cortex serebrum di
postcentral gyrus kemudian dihantar ke thalamus dan sebagai hasilnya kita dapat mengecap
makanan yang masuk ke dalam mulut kita.
Tiap rasa utama tersebut tidak mutlak sebagai proses spesifik, artinya rasa oleh masing-masing
ion atau molekul zat tersebut dapat bereaksi pada saat yang berlainan dengan setiap epitel neuron
ujung serabut syaraf pengecapan. Jadi setiap taste buds dapat bereaksi untuk semua rasa walau
dengan intensitas berbeda.

Gambar 4. Proses Rangsang Pengecap dari Taste Buds sampai dipersepsikan di Thalamus
1.5 Jenis-jenis papilla
Terdapat empat jenis papilla pada lidah manusia,yaitu:
Papila fungiform, terletak di 2/3 anterior lidah dan pada umumnya terdiri dari satu hingga
beberapa taste buds di setiap papila yang diinervasi oleh nervus facial (VII). Papila ini terlihat
seperti bintik-bintik berwarna merah karena kaya akan pembuluh darah. Jumlah papila
fungiform di setiap lidah manusia adalah sekitar 200 papila. Papila ini lebih sensitif terhadap
rasa manis dan asin. Papila di lidah bagian depan memiliki lebih banyak taste buds (1-18)
dibanding dengan papila di lidah bagian tengah (1-9). Diperkirakan ada sekitar 1120 taste
buds di papila fungiform pada setiap lidah.
Sebuah penelitian di China mengungkapkan bahwa adanya hubungan antara kepadatan papila
fungiform dengan pemeriksaan rasa manis menggunakan larutan sukrosa pada pria dewasa
muda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa anatomi papila sangat erat hubungannya dengan
ambang sensitivitas rasa khususnya pada papila fungiformis.
Papila circumvalata, terletak pada pangkal dorsum lidah di depan sulcus terminalis linguae
yang tersusun seperti huruf V. Papila ini sensitif terhadap rasa asam dan pahit di 1/3 posterior
lidah yang diinervasi oleh nervus glossopharyngeal (IX). Jumlahnya berkisar 3-13 papila di
setiap lidah dengan jumlah taste buds 252 di setiap papila sehingga total 2200 taste buds yang
terdapat di papila circumvalata pada setiap lidah. Dalam jumlah besar taste buds ini terletak
mengelilingi papila circumvalata yang membentuk garis seperti huruf V ke arah posterior
lidah.
Papila foliate, terletak pada lipatan dan celah bagian lateral lidah. Sensitivitas papila ini
lebih dominan terhadap rasa asam yang diinervasi oleh nervus glossopharyngeal (IX). Ratarata terdapat 5-6 papila foliata di setiap sisi lidah yang terdiri dari 117 taste buds per papila
sehingga total terdapat 1280 taste buds di papila foliata pada setiap lidah.

Papila

filiform, papila terkecil dengan penampang 0,1 - 0,25 mm dan tidak memiliki taste
buds. Papila ini lebih dominan untuk menerima rangsang sentuh.

Gambar 5. Letak Papilla pada Lidah


2.1 Faktor yang Mempengaruhi Sensitivitas Indera Pengecap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sensitivitas indera pengecap diantaranya:
1. Usia
Usia mempengaruhi sensitivitas reseptor perasa. Penurunan sensitivitas indera pengecap
merupakan masalah fisiologis yang terjadi pada manula. Hal ini disebabkan karena
terjadinya kemunduran dalam hal fisik maupun biologis dimana pada proses menua
terjadi penurunan jumlah papila sirkumvalata seiring bertambahnya usia dan penurunan
fungsi transmisi pada taste buds.
2. Suhu Makanan
Suhu makanan yang kurang dari 20o C maupun yang lebih dari 30oC dapat mempengaruhi
sensitivitas taste buds pada indera pengecap. Suhu yang terlalu panas akan merusak selsel pada taste buds, namun keadaan ini akan cenderung berlangsung cepat karena sel yang
rusak akan segera diperbaiki. Suhu yang terlalu dingin juga dapat membius lidah
sehingga sensitivitas lidah akan berkurang.
3. Penyakit
Berbagai jenis penyakit, terutama penyakit kronis memerlukan perawatan dan terapi yang
terkadang memakan waktu lama. Efek samping obat tersebut dapat mempengaruhi
penurunan sensitivitas indera pengecap, seperti amphetamin dapat menurunkan
sensitivitas terhadap rasa manis, anestesia seperti lidocaine dapat menyebabkan
berkurangnya sensitivitas rasa asin dan manis, begitu juga penggunaan insulin (untuk
penderita diabetes) yang berkepanjangan.
Xerostomia merupakan salah satu efek samping yang dapat terjadi oleh karena obatobatan tertentu, penyakit kencing manis, penyakit ginjal maupun pada pasien yang
menerima radiasi kepala dan leher. Xerostomia merupakan keadaan dimana mulut kering
akibat produksi kelenjar saliva yang berkurang yang dapat diakibatkan oleh gangguan /
penyakit pada pusat saliva atau pada syaraf pembawa rangsang saliva. Suatu zat hanya
dapat dinikmati rasanya jika larut dalam saliva. Dengan berkurangnya produksi saliva,
maka sel-sel pengecap akan mengalami kesulitan dalam menerima rangsang rasa.
4. Hal-hal lain yang dapat menghalangi identifikasi rasa pada taste buds

Kebiasaan mengkonsumsi rokok dapat menurunkan sensitivitas indera pengecap. Hal ini
dapat dikarenakan saat rokok dihisap, nikotin yang terkondensasi masuk ke dalam rongga
mulut dan menutupi taste buds sehingga kemungkinan menghalangi interaksi zat-zat
makanan ke dalam reseptor pengecap.
Kebiasaan menyirih merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sensitivitas
indera pengecap. Hal ini dikarekan partikel-partikel yang terkandung pada sirih yang
terdeposit pada waktu yang lama sehingga mengakibatkan pigmentasi dan penumpukan
partikel pada lidah yang dapat menghalangi interpretasi rasa.
Oral higiene merupakan faktor yang juga mempengaruhi sensitivitas indera pengecap.
Oral higiene yang buruk dapat mengakibatkan penumpukan plak sisa makanan yang
terdeposit pada lidah sehingga menghalangi interpretasi rasa. Di samping itu, oral higiene
yang buruk merupakan tempat berkembangnya bakteri dan flora yang merugikan di
rongga mulut.
2.2 Rokok
Rokok merupakan produk yang berbahaya dan adiktif (menimbulkan ketergantungan) karena
di dalam rokok terdapat 4000 bahan kimia berbahaya, 400 diantaranya bersifat racun dan 43
senyawa lain diantaranya merupakan zat karsinogenik. Merokok merupakan masalah
kesehatan karena dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit dan merupakan salah satu
faktor penyebab terjadinya beberapa kelainan rongga mulut. Beberapa dampak dari merokok
antara lain meningkatkan insidensi terjadinya penyakit periodontal, lesi mukosa rongga
mulut, karies gigi dan keganasan rongga mulut. Pada tahun 2008 Badan Kesehatan Dunia
(WHO) telah menetapkan Indonesia sebagai negara terbesar ke tiga sebagai pengguna rokok
di dunia.
Pengaruh merokok pada mukosa mulut bervariasi, tergantung pada umur, jenis kelamin, etnis,
gaya hidup, diet, genetis, jenis, dan cara merokok, serta lamanya merokok. Perubahan
tersebut akibat iritan, toksin dan karsinogen. Selain itu, dapat juga berasal dari efek mukosa
yang kering, tingginya temperatur dalam mulut, atau resistensi terhadap infeksi jamur dan
virus yang berubah. Merokok dapat menyebabkan kelainan-kelainan rongga mulut misalnya
pada gusi, mukosa mulut, gigi, langit-langit yang berupa stomatitis nikotina dan infeksi jamur
serta pada lidah yang berupa terjadinya perubahan sensitivitas indera pengecap.
Merokok secara jelas dapat meningkatkan risiko untuk terkena semua penyakit dan dapat
berkembang menjadi berbagai kondisi patologik yang menyebabkan kematian. Merokok
merupakan faktor resiko terjadinya kanker pada beberapa organ, penyakit jantung, penyakit
pernafasan, efek reproduksi, dan berbagai efek lain yang dapat membahayakan tubuh.
Berdasarkan data dari The ASEAN Tobacco Control Report tahun 2007, sebuah Komisi
ASEAN untuk Pengendalian Tembakau, jumlah perokok di ASEAN mencapai 124.691 juta
orang dan Indonesia menyumbang perokok terbesar, yakni, 57.563 juta orang atau sekitar
46,16 %.
Rokok merupakan hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya
yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tobacum, Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau
sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.
Jenis Rokok
Masyarakat Indonesia mengenal berbagai jenis rokok yang dikonsumsi. Pembedaan ini
didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku isi rokok, dan penggunaan filter pada
rokok.
Rokok berdasarkan bahan pembungkusnya dibagi menjadi 4 yaitu rokok Klobot yaitu rokok
yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung. Rokok Kawung yaitu rokok yang bahan
pembungkusnya berupa daun aren. Rokok sigaret adalah rokok yang bahan pembungkusnya
berupa kertas. Rokok cerutu yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.

Rokok mempunyai banyak istilah, menurut bahan yang digunakan, terdapat rokok atau
sigaret, kretek, rokok putih, dan juga rokok Klobot. Yang dimaksud dengan rokok atau sigaret
adalah yang terbuat dari daun tembakau. Rokok putih adalah rokok yang murni tembakau,
tanpa cengkeh. Kretek adalah rokok dengan aroma dan rasa cengkeh. Jadi rokok kretek
adalah rokok yang dibuat dari daun tembakau yang memiliki kandungan 40% cengkeh dan
60% tembakau.
Suatu studi di Indonesia memperlihatkan bahwa perokok kretek mempunyai risiko 13 20
kali lebih besar untuk terjadinya kerusakan paru dibandingkan dengan bukan perokok.
Kandungan cengkeh pada rokok kretek menimbulkan aroma yang enak yang dapat menutupi
faktor bahaya tembakau. Akibatnya rokok kretek dihisap lebih dalam daripada rokok biasa.
Selain itu cengkeh mengeluarkan zat eugenol yang dapat mempengaruhi efek sensori,
akibatnya adalah hisapan rokok yang lebih dalam lagi. Semakin dalam seseorang menghisap
rokoknya, maka akan semakin tinggi efek perusakan yang diterima orang tersebut.
Rokok yang terdapat pada masyarakat umumnya terbagi atas rokok putih (filter) dan rokok
kretek (non filter) dimana pada pangkal rokok filter terdapat gabus sedangkan rokok non
filter tidak menggunakan gabus. Di Indonesia, rokok kretek merupakan jenis rokok yang lebih
populer. Perbandingannya, sebanyak 94% merokok kretek dan hanya 11% yang memilih
rokok putih. Dari kelas sosialnya, perokok kretek umumnya kelas menengah

2.3 Uji Sensitivitas Indera pengecap


Uji sensitivitas indera pengecap pada manusia dapat dilakukan dengan dua cara yakni:
1. Chemogustometry dimana pengujian ini menggunakan larutan manis, asam, asin, dan
pahit yang ditempatkan pada lidah dengan menggunakan sepotong kertas saring atau yang
lebih dikenal dengan Taste strips.
2. Electrogustometry (EGM) merupakan perangkat stimulator listrik bertenaga baterai yang
terdiri dari dua elektroda untuk mengukur ambang rasa pada kedua sisi lidah di pusatpusat rasa yang berbeda kemudian menghasilkan stimulus galvanik yang mengakibatkan
sensasi rasa seperti metal. Ambang saat ini harus kurang lebih sama di kedua sisi lidah.
Apabila terdapat ketimpangan yang signifikan, maka mungkin terjadi gangguan di saraf V
(trigeminus).
Bila dibandingkan dengan tes larutan diatas, elektrogustometer merupakan pengujian
klinis yang lebih efisien karena dapat digunakan dalam evaluasi ambang rasa yang
disebabkan karena operasi telinga, Bellss palsy, tumor, maupun tonsillectomy. Selain itu,
dapat digunakan untuk untuk mendeteksi perbedaan ambang rasa antara sisi kiri dan

kanan lidah seperti yang mungkin terjadi pasca stroke pada pasien diabetes atau pada lesi
saraf kranial.
Salah satu jenis elektrogustometer yang paling umum digunakan yakni jenis RION TR-06
(Rion Co, Jepang) dengan stimulus tunggal, datar, dan probe melingkar yang terbuat dari
baja stainless steel (diameter 5 mm). Alat ini dapat menghasilkan rangsangan yang rendah
dengan durasi yang singkat (0.5, 1,1.5,dan 2 detik).
Sebelum dilakukan pengujian dengan alat ini, sampel dilarang untuk minum. Sebelum
dilakukan pengukuran ambang rasa, stimulus dari 30 dB diberikan untuk memastikan
bahwa sampel bisa mengenali rangsangan elektrogustometer. Pemberian rangsang
dimulai dari yang rendah terlebih dahulu (-6 dB) dan kemudian rangsang ditingkatkan
hingga sampel dapat mempersepsikan rasa dengan jelas.

Gambar 7. Elektrogustometer RION TR-06 (Rion Co, Jepang)

2.4 KELAINAN DAN PENYAKIT LIDAH


1. Anomali perkembangan lidah
a. Ankyloglossia / tongue tie
Ankyloglossia disebabkan karena frenulum linguae yang pendek. True tongue
tie merupakan anomali yang jarang terjadi, biasanya yang sering terjadi hanya
pemendekan frenulum yang ringan atau sedang. Jika keadaan ini mengganggu
proses bicara, bisa dilakukan tindakan bedah untuk memperbaikinya
b. Bifid tongue / cleft tongue
Merupakan kelainan yang jarang terjadi, biasanya bifid terjadi pada ujung
lidah yang disebabkan tidak sempurnanya fusi kedus bagian lidah.
c. Fissured tongue / Scrotal tongue / Grooved tongue
Merupakan kelainan yang paling sering dijumpai. Pola fisur sangat bervariasi,
dari pola yang tidak beraturan, atau simetris seperti tulang daun. Juga jumlah
dan kedalaman fisur bervariasi. Biasanya tanpa gejala, tetapi jika terdapat
inflamasi atau infeksi karena banyak sisa makanan yang terjebak dalam fisur
dan membusuk, maka akan menimbulkan gejala rasa sakit dan pasien baru
menyadari keberadaab fisured tongue tersebut.
d. Median rhomboid glossitis ( MRG )
Kelainan terletak ditengah sebelah anterior dari inverted V shaped dari papila
circumvallata berbentuk diamond atau rhomboid. Pada area ini terjadi
depapilasi, agak meninggi, kadang berlobus.
e. Makroglossia
Makroglossia merupakan kelainan lidah dimana ukuran lidah lebih besar dari
normal. True makroglossia karena genetik jarang ditemui. Yang sering
dijumpai adal makroglossia karena cretinism dan mongolism serta pada
amylod disease general atau localized. Pembesaran lidah juga dapat terjadi

karena hemangioma atau lymphangioma. Lidah yang besar pada masa kanakkanak akan menimbulkan problem pada pertumbuhan rahang dan oklusi gigi.
Perawatan tergantung pada penyebabnya.
f. Mikroglossia
Merupakan kelainan yang jarang dijumpai, dimana ukuran lidah lebih kecil
dari normal
g. Aberrant thyroid gland
Kelenjar thyroid mengalami aberrasi , berkembang dibagian anterior dari inverted V
shaped dari papila circumvallata
h. Thyroglossal duct cyst
Merupakan kista yang berkembang pada bagian lingual dari duktus thyroglossus.
2. Glossopyrosis - glossodynia
Painfull burning tongue (PBT) merupakan simptom yang sangat membingungkan baik
pasien maupun dokter/dokter gigi yang memeriksa. Pada garis besarnya ada 2 macam
katagori yaitu pada pemeriksaan klinis terdapat observable changes atau non observable
changes pada lidah.
a. Observable clnical changes
Sebanyak 25 % dari pasien yang mempunyai keluhan ini merupakan katagori
observable changes disebabkan karena tongue coating. Ini penyebabnya karena faktor
lokal maupun sistemik. Perubahan pada lidah dapat disebabkan karena
bermacammacam kelainan sistemik. Yang paling sering adalah karena defisiensi
vitamin B kompleks( def nicotinic acid pellagra ), anemia pemiciosa, anemaia
defisiensi besi, diabetes, defisiensi oestrogen, atau yang jarang terjadi adalah .
sindroma Sjogren's. Faktor lokal berupa iritasi, termasuk disini adalah tongue habits,
posisi gigi mandibula yang tak teratur biasanya terdapat banyak kalkulus, protesa, alat
ortodonsi, obatobatan, pasta gigi dan kosmetik. Lokasi dan distribusi lesi iritatif serta
perubahan atrofi meruapakan faktor penting untuk menentukan faktor penyebabnya.
Jika pada simptom PBT ini pada lidah terdapat perubahan menyeluruh, baik warna,
atrofi papila pada dorsum lidah maka kemungkinan besar penyebabnya adalah faktor
sistemik. Pada beberapa kasus perubahan warna dan distribusi kelaian dapat
membantu determinasi penyebabnya. Pada anemia perniciosa ujung dan pinggir lidah
benvarna merah menyala dan sakit. Pada defisiensi vitamin B kompleks atrofi papila
lidah lebih ekstensif dan menyeluruh, lidah berwarna merah menyala atau merah
keunguan, pada pinggir lateral terdapat ulkus erosi karena gigi. Pada defisiensi
oestrogen gejalanya hampir sama seperti defisiensi vitaminB kompleks yang ringan.
Pasien dengan diabetes ringan yang belum terdiagnose sering mengeluhkan rasa
burning pada lidah dan mukosa, biasanya lidah berwarna merah daging. Anemia
defisiensi besi juga menyebabkan sensasi burning pada lidah dan atrofi menyeluruh
papila, coating, tonus lidah turun serta pucat.
b. Non Observable clinical changes
Hampir 75 % pasien memeriksakan diri karena keluhan ini. Sering terjadi pada
kehidupan dekade 4 sampai 7 dan kebanyakan adalah wanita pada usia menopause.
Manifestasi rasa sakit mungkin merupakan simptom dari sesuatu yang dipendam di
alam bawah sadamya, biasanya disertai dengan keluhan sulit tidur, dan gangguan
pencecapan. Beberapa mempunyai problem dalam perkawinan dan kehidupan seks
yang kurang baik. Biasanya mereka mempunyai ketakutan yang individual. Klinisi
hams ingat bahwa lidah diduga merupakan tempat yang sering terkena kanker.
3. Tongue coating
Evaluasi tongue coating ( TC ) sangat erat hubungannya dengan pemeriksaan tubuh
keseluruhan. Dapat dipercaya bahwa penampilan lidah mencerminkan status kesehatan
dan saluran pencernaan. Keadaan yang memperparah TC adalah sewaktu bangun tidur,
puasa dan diet lunak. TC mengindikasikan adanya ke tidak beresan fisiologi oral.
Atrofi papila

Jika atrofi papila terjadi, p. filiformis atrofi lebih dahulu baru p. fungiformis. Jika kondisi
ini tidak terlalu lama maka akan dapt regenerasi lagi. Mula-mula p. fungiformis kemudian
diikuti p. filiformis.P. foliata dan p. circumvallata tidak terlibat. Mekanisme atrofi papila
dijelaskan oleh Waldenstrom dkk. Perubahan atrofi merupaka akibat dari defisiensi satu
atau lebih sistem ensim oksidase. Kekurangan besi atau ketidak mampuan menggunakan
besi akan mengganggu ensim sitokhrom. Ariboflavinosis atau defisiensi nicotinic acid
akan menghambat sistem ensim flavine dan pyridine.
Pada anemia defisiensi besi pinggir lidah merah kemudian papila mengalami atrofi, warna
lidah menjadi lebih pucat. Lidah mengalami atrofi dan berwama merah magenta terjadi
pada defisiensi riboflavin. Atrofi lidah berwarna merah terang diduga terdapat hiponutrisi
nicotinic acid atau pellagra. Atrofi papila pada TC juga dapat terjadi pada sprue, anemia
perniciosa. Atrofik glossitis dapat dijumpai pada khronik alkoholisme dan sindroma
Plummer-Vinson.
Keparahan tongue coating
Komposisi coating pada dorsal lidah terdiri dari papila dengan keratinisasi yang
mengalami deskuamasi, sedikit partikel food debries dan mikroorganisme yang terdapat
pada papila atau diantara p. filiformis, papila ini selanjutnya mengalami atau tidak
mengalami elongasi. Keparahan TC bervariasi dari individu dengan individulain juga dari
waktu ke waktu. Keparahan TC meningkat seiring dengan usia.
Kondisi lokal atau sistemik yang menganggu fisiologi normal oral akan berakibat TC
yang abnormal. Demam, diet cair, kesulitan melakukan oral hygiene pada pasien bed rest,
berkurangnya aliran saliva, dehidrasi karena demam merupakan kondisi yang akan
menyebabkan kenaikan papilary lingual coating. Dekomposisi atau fermentasi partikel
sisa makanan pada papila yang mengalami elongasi akan menyebabkan halitosis. Obatobatan dan rokok akan mengakibatkan diskolorisasi papila yang elongasi.
TC yang abnormal sering dihubungkan dengan kelainan fungsi gastro intestinal, tetapi
menurut beberapa penelitian terbukti tidak ada hubungan.
Hidrogen peroksida atau sodium perborat yang menstimulasi pertumbuhan p. filiformis
dapat menyebabkan TC. Pada kondisi tertentu terdapat perubahan mikrobial flora yang
akan meyebabkan black tongue. Mouth breathing juga dapat menyebabkan TC. 4
4. Kelainan lidah akibat trauma
Trauma pada lidah dapat disebbkan karena kecelakan kendaraan, olah raga, berkelahi,
epilepsi atau pada praktek dokter gigi. Karakteristik pada trauma lidah adalah perdarahan,
karena lidah adalah organ yang kaya pembuluh darah. Perawatan adalan dengan
penekanan dan agent hemostatik serta jahitan.
5. Krenasi lidah (indentation marking of the tongue)
Krenasi terjadi pada pinggir lidahyang dalam keadaan istirahat menempel pada bagian
lingual gigi-gigi. Krenasi ini bukan suatu diagnose spesifik untuk penyakit lokal maupun
sistemik, akan tetapi berhubungan dengan beberapa kelainan atau habit. Kebiasan
menekan-nekankan lidah pada deretan gigi- gigi jika sedang stress dapat meyebabkan
krenasi. Krenasi sering berhubungan dengan stomatitis akut yang menyebabkan
pembengkakan lidah, yaitu pada acute necrotioc gingivostomatitis, herpetic stomatitis dan
eritema multiforme. Pada bismuth stomatitis yang berat terdapat pigmentasi pada krenasi.
Pasien dengan makroglossia biasanya mengalami krenasi, krenasi akan lebih nyata jika
posisi gigi ireguler. Kondisi sistemik yang dapat mengakibatkan krenasi adalah defisiensi
vitamin B kompleks, diabetes dan myxedema. Yang jelas semua kondisi yang
menyebabkan turunnya tonus otot lidah akan berakibat timbulnya krenasi.
6. Varikositi sublingual
Vena lingual yang terletak pada bagian ventral lidah sering dijumpai. Biasanya terjadi
pada usia lanjut di atas 40 tahun.Varikositi sublingual harus dibedakan dengan
hemangioma atau neoplasma Iainnya.

DAFTAR PUSTAKA
http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/50010
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34540/4/Chapter%20II

ILMU BIOMEDIK KOMPREHENSIF IV

INDERA PENGECAP (LIDAH)

OLEH :
CITRADEWI RATNADILLA
J120150071
S1 FISIOTERAPI (B)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Anda mungkin juga menyukai