Anda di halaman 1dari 29

TUTORIAL KLINIK

Penatalaksanaan Gangguan Pengecapan

Disusun oleh :
Febrian Rosalinda Nusantari
42190299

Pembimbing:
dr. Gamasita, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SALATIGA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA
WACANA
2020
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi dan Fisiologi
1.1. Rongga Mulut
Di dalam rongga mulut didapatkan banyak organ selain gigi
yaitu: mukosa, gingiva, palatum, ovula, bibir, lidah, sendi Temporo
Mandibular Joint (TMJ) yang diperdarahi oleh mikrosirkulasi darah dan limfe
serta oleh beberapa persarafan, hormonal dan kelenjar saliva. Organ-organ
dalam rongga mulut ini akan secara sinergis mengawali sistem pencernaan
untuk menjaga nutrisi secara maksimal.

Makanan masuk ke dalam tubuh pertama kali melalui rongga mulut.


Ketika makanan masuk ke dalam mulut akan terjadi suatu proses pengunyahan,
gigi mulai menggigit dan mengunyah dengan dibantu oleh saliva dan lidah
sehingga makanan menjadi bagian kecil. Saliva yang ada di dalam mulut
berfungsi untuk membasahi, melembutkan, mempermudah makanan untuk ditelan
dan membantu lidah dalam merasakan rasa dari makanan. Lidah berfungsi untuk
melembutkan dan mendorong makanan ke belakang mulut. Ketika makanan
masuk ke dalam mulut, lidah akan langsung dapat merasakan rasa yang ada dalam
makanan tersebut karena lidah memiliki banyak sekali papila pengecap. Rasa
makanan selain ditentukan reseptor indera pengecap dipengaruhi beberapa hal,
yaitu: reseptor pembau, suhu, taktil, kinestetik dalam rongga mulut dan memori.

Kemampuan manusia dalam membedakan intensitas rasa pengecap


berbeda-beda. Keanekaragaman rasa dalam rongga mulut hampir tidak terbatas,
semua itu gabungan dari lima komponen dasar yaitu asam, asin, manis, pahit dan
umami. Setiap reseptor indera rasa pengecap dapat merasakan berbagai macam rasa
dengan presentasi yang berbeda. Indera rasa pengecap merespon bahan- bahan
yang masing-masing konsentrasi ambangnya bervariasi. Bahan tersebut bekerja
pada mikrovilli yang terletak di pori-pori pengecap dan mencetuskan potensial
generator di sel reseptor sehingga menimbulkan potensial aksi di neuron sensorik.

1.2 Lidah
Rongga mulut dianggap cermin kesehatan umum seseorang. Lidah
merupakan salah satu organ di rongga mulut yang paling peka terhadap
perubahan yang terjadi didalam tubuh. Pada dasarnya, permukaan lidah adalah
daerah yang paling banyak terpapar oleh iritasi dan keperluan dasar hidup
sehari-hari seperti makan dan minum.13 Lidah sebagai indera pengecap
mempunyai beberapa fungsi yaitu membantu proses pengecapan dan perasa,
mengatur letak makanan ketika dikunyah, membantu menelan, mendorong
makanan ke dalam pharynx (pada waktu menelan), pembersihan mulut, dan
memainkan peranan yang penting sebagai alat bantu dalam berbicara.13
1.2.1 Anatomi Lidah
Transmisi impuls yang berasal dari reseptor pada papil-papil
pengecap pada dua pertiga anterior lidah diteruskan oleh saraf sensorik
berjalan dalam cabang korda timpani nervus Fasialis (N.VII) dan
sepertiga posterior lidah mencapai batang otak melalui nervus
Glosofaringeus (N.IX). Daerah basis lidah dan bagian-bagian lain di daerah
faring dilayani nervus Vagus (N.X) meneruskan transmisi menuju
batang otak. Ketiga nervus ini berfungsi menyampaikan rasa pengecap
asin, asam, manis pahit dan umami, sedangkan untuk rasa nyeri yang
ditimbulkan oleh rasa pedas disampaikan oleh nervus Trigeminus (N.V).
Pada kedua sisi, saraf pengecap yang bermielin menghantarkan
impuls relatif lambat di ketiga saraf tersebut bersatu di nukleus traktus
solitarius medulla oblongata dan bersinaps dengan neuron ordo kedua dan
berakhir di nukleus relai sensorik spesifik pada talamus bersama serat-
serat saraf lainnya untuk kesan raba, nyeri dan suhu.
Lidah adalah otot yang terkuat dalam tubuh, utamanya sebagian
besar terdiri dari otot bergaris, yang dibagi dalam otot ekstrinsik dan
intrinsik. Otot ekstrinsik lidah berasal dari struktur luar lidah dan mempunyai
insersi ke dalam lidah. Ke-4 pasang otot ekstrinsik lidah yaitu otot genioglosus,
Otot hipoglosus hioid, stiloglosus dan palatoglosus yang dilayani saraf
hipoglosal mandibula, palatine aponeurosisfaringeal cabang N. vagus
sehingga lidah dapat melakukan aktivitas protrusi, retraksi, depresi, dan
elevasi, sedangkan otot intrinsik mengatur bentuk lidah untuk berbicara dan
proses penelanan. Lidah disuplai banyak darah dari arteria lingualis, suatu
cabang dari arteri karotis external. Dasar mulut juga mendapatkan pasokan
darah dari arteria lingual, dari cabang tonsilar ke lidah dari arteria Fasialis
dan arteria faringeal asending.
Aktivitas lidah membantu proses makan dan vokalisasi, juga berperan
pada kissing yang diketahui sebagai "tongue kissing" atau yang disebut sebagai
"french kissing" dengan peran utama lidah. Dalam membantu proses bicara,
lidah menentukan dibentuknya vokal dan konsonan. Seseorang yang tidak dapat
mengeluarkan pendapatnya dicurigai sebagai adanya kelainan "Tongue twisted".
Kelainan "cat got your tongue" diberikan untuk seseorang yang speechless.
Dalam ilmu kedokteran Barat, lidah dipakai sebagai anamnese
terhadap gangguan atau penyakit pada penderita, misalkan lidah yang
pucat disebabkan karena adanya anemia, lidah yang merah dikarenakan
adanya infeksi rongga mulut dan ISPA, lidah yang putih terdapat pada
penderita tipoid. Pada Kedokteran Gigi keluhan penderita datang
kebanyakkan karena adanya sariawan, Lichen Planus atau kelainan lokal
lain pada permukaan lidah.
Pada ilmu kedokteran tradisional (TCM) lidah merupakan alat
diagnosis utama suatu observasi terhadap perubahan homeostasis tubuh
dilihat dari perubahan lidah terhadap kesehatan seseorang. Lidah sangat
erat hubungannya dengan viscera (organ dalam) dan meridian,
contohnya: Gangguan pada jantung dan paru dapat dilihat dari perubahan
ujung lidah, hepar dan empedu pada bagian pinggiran, lambung dan limpa
pada pusat lidah, sedangkan ginjal pada akar lidah/bagian posterior.
Perubahan bentuk, teksture, warna serta pergerakannya erat
hubungannya dengan sirkulasi, chi dan sirkulasi darah dalam tubuh.
Lembab atau keringnya lidah dan tubuh berhubungan dengan kualitas dan
distribusi cair tubuh.
Pada anak-anak yang baru lahir, kadang didapatkan makroglosi yang
merupakan indikasi bahwa terjadi hipotonia otot lidah yang berkondisi
sama dengan tonos otot dalam seluruh tubuhnya. Hal ini dapat dipakai
sebagai diagnose terhadap anak yang mental retarded, baik karena
kelainan kromosom ataupun adanya hipotiroid.
1.2.2Taste Buds
Organ pengecapan bagian perifer disebut taste buds (caliculus
gustatorious) yang meliputi seluruh permukaan lidah yang mempunyai
garis tengah sekitar 1/30 milimeter dan panjang sekitar 1/16 milimeter.
Ketika lahir, kita memiliki sekitar
10.00 taste bud, akan tetapi setelah usia 50 tahun jumlahnya mulai
berkurang.5 Taste bud merupakan sel epitel yang telah dimodifikasi,
beberapa diantaranya disebut sebagai sel sustentakular dan lainnya disebut
sebagai sel reseptor. Sel-sel reseptor ini terus-menerus digantikan melalui
pembelahan mitosis dari sel-sel epitel di sekitarnya dengan waktu paruh
sekitar sepuluh hari.16
Kekhasan dari sel reseptor gustatori ini ditentukan oleh papila
dimana taste buds berada bukan oleh nervus yang menginervasi.17 Taste
bud memiliki beberapa tipe reseptor rasa yang memiliki silia. Setiap tipe ini
akan mendeteksi satu jenis rasa dari 5 rasa dasar yaitu, asam, asin, manis,
pahit dan umami. Seluruh rasa ini dapat dirasakan oleh seluruh permukaan
lidah, tetapi satu jenis rasa akan lebih sensitif pada daerah tertentu. 18
Ujung-ujung luar dari taste buds tersusun di sekitar taste pore yang
sangat kecil. Dari ujung-ujung setiap sel, mikrovili menonjol ke luar menuju
taste pore dan mengarah ke rongga mulut. Mikrovili ini dianggap
memberikan permukaan reseptor untuk pengecapan.19 Beberapa dari
serabut saraf pengecap yang dirangsang oleh sel- sel reseptor ini
berinvaginasi menjadi lipatan membran sel pengecap yang juga dibentuk
oleh banyak vesikel. Vesikel ini mengandung substansi neurotransmiter
yang dilepaskan melalui membran sel untuk merangsang ujung-ujung
serabut saraf dalam rensponnya terhadap rangsang pengecapan.20
Taste buds juga terletak pada palatum dan beberapa diantaranya
pada pilar tonsilar, epiglotis, dan bahkan di esofagus bagian proksimal.
Orang dewasa mempunyai 3000 sampai 10.000 taste buds sedangkan anak-
anak mempunyai lebih sedikit.20Gambar 2. Taste buds pada lidah, papila,
dan penampang tastebuds
dan bagian-bagiannya19
Pembuluh Darah dan Saraf Lidah:

Arteri berasal dari arteri carotis externa. Arteri sublingualis berlanjut ke


depan untuk mensuplai darah ke glandula sublingualis musculus Mylohyoid dan
mukosa membran mulut menuju vena Jugularis interna. Di bawah lidah, mukosa
membran ini membentuk frenulum lingualis untuk mengarahkan pergerakan
lidah. Vena Lingualis merupakan vena commitantes mendampingi arteri
Lingualis menuju vena Lingualis interna. Ada vena Lingualis profundus, vena
Lingualis dorsalis, dan vena commitantes yang berasal dari percabangan nervus
hypoglossi. 14
Saraf-saraf yang berperan pada lidah adalah nervus facial (VII), nervus
glossopharyngeal (IX), dan nervus vagus (X). Jalur syaraf pengantar ke otak
adalah dari nervus lingualis menuju chorda tympani (VII) dari 2/3 anterior lidah,
melalui nervus X dari pharynx dan epiglottis atau melalui nervus IX dari 1/3
lidah posterior lidah.2
Jalan Kerja Impuls Pengecap dari Lidah ke Otak

Tiga saraf cranial yang memainkan peranan dalam pengantaran impuls


dari lidah ke otak, yaitu nervus facial (VII) pada bagian 2/3 anterior lidah, nervus
glossopharyngeal (IX) pada bagian 1/3 posterior lidah, dan nervus vagus (X)
pada pharynx dan epiglottis. Diawali dari taste buds pada lidah, impuls
menyebar sepanjang nervus facial dan dari 1/3 posterior lidah melalui nervus
glossopharyngeal. Impuls dari daerah lain selain lidah berjalan melalui nervus
vagus. Impuls di ketiga saraf tersebut menyatu di medula oblongata untuk
masuk ke nukleus traktus solitarius. Dari sana, axon berjalan membawa sinyal
dan bertemu dengan leminiskus medialis kemudian akan disalurkan ke daerah
insula. Impuls diproyeksikan ke daerah cortex serebrum di postcentral gyrus
kemudian dihantar ke thalamus yang akan memberi persepsi pengecapan yang
dirasa.21
Indera Rasa Pengecap dan Mekanismenya
Indera pengecap merupakan salah satu barikade yang menjaga
homeostasis dalam tubuh. Secara fisiologis indera rasa pengecap
berhubungan dengan fisiologis dalam tubuh, melalui reseptor
ionotropik atau metabotropik. Perubahan salah satu rasa pengecap dalam
rongga mulut akan merupakan gejala adanya gangguan homeostasis
tubuh sesuai dengan hubungan melalui reseptor yang berkaitan. Indera
rasa pengecap didapatkan pada reseptor pada seluruh jaringan lunak
dalam rongga mulut utamanya pada lidah.
Timbulnya sensasi dari reseptor ini karena adanya garam misalnya
Na+Cl– dalam konsentrasi tinggi cukup menyebabkan threshold menurun.
Bahan Na+ yang masuk ke dalam TRC melalui mikrovili taste buds secara difusi
melalui amyloride sensitive sodium channels (ASSC). Bentuk (ASSC) hampir
sama dengan epithelial- type Na+ channel (ENaC), merupakan tempat difusi Cl–
pada tight junction membran. Setelah itu terjadi depolarisasi yang diikuti
masuknya Ca2+ ke dalam sel disertai neurotransmiter dalam docking vesikel pada
membran presinaptik. Keadaan ini menyebabkan eksositosis untuk
mengeluarkan neurotransmiter ke dalam celah sinap sehingga timbul respons
pada postsinaptic.

Pengaktifan atau rangsangan pada sel indra pengecap terjadi


beberapa saat setelah ada difusi dari larutan bahan makanan ke dalam
reseptor di sekitar taste pore. Zat makanan akan hancur selama proses
pengunyahan, senyawa ini bercampur dengan saliva kemudian mencapai
apikal mikrovili pada membran reseptor, menembus membran reseptor
dan merangsang reseptor indra rasa pengecap. ASSCs pada lidah diatur oleh
hormon yang berperan pada cairan dalam tubuh dan keseimbangan
elektrolit, misalnya oleh hormon antidiuretik dan aldosteron, yang pada
tikus Na+ penting untuk merangsang nafsu makan. Na+ masuk ke dalam sel
melalui saluran voltage-sensitive pada basolateral TRCs, sehingga berakibat
dilepaskannya neurotransmiter dan menghasilkan firing pada saraf eferent
primer. Kekuatan rangsangan rasa asin tergantung pada kation dan anion
molekul garam, kekuatan rangsang lebih tinggi oleh kation dibandingkan
anion. Kemampuan sel berikatan dengan kation menentukan kepekaan sel
reseptor pengecap tersebut terhadap rasa asin. Reseptor ini banyak
didapatkan pada papila Foliata.
Gangguan pada pengecapan ini telah dibuktikan bahwa pada penderita
hipertensi terjadi penurunan rasa pengecap asin, oleh karena itu pada
penderita hipertensi di anjurkan penurunan konsumsi rasa asin baik
yang berasal dari garam dapur maupun yang dari Monosodium Glutamat
(MSG), karena kandungan natrium akan mengikat air lebih banyak yang
menyebabkan terjadinya retensi air sehingga tekanan darah makin
meningkat.
Penelitian lain membuktikan bahwa pada wanita dengan kehamilan
trimester I terjadi perubahan kepekaan rasa asin karena peran hormonal. Hal
ini disebabkan ikut berperannya human Chorionic Gonadothrophin (hCG)
yang tinggi akan memacu korteks adrenal peningkatan sekresi estrogen.
Hormon estrogen ini akan memengaruhi ginjal untuk meningkatkan reabsorbsi
ion natrium dan mensekresi ion kalium. Natrium extra cellular fluid (ECF) yang
berpengaruh terhadap tekanan osmotik tubuh. Meskipun cairan tubuh berada
dalam keadaan tekanan osmotik yang seimbang, tetapi di dalam cairan tubuh
tersebut tetap mengandung natrium yang berasal dari NaCl. Jika terdapat
peningkatan natrium maka natrium akan ditarik kembali dan dikeluarkan
melalui ECF dan dikeluarkan bersama sekresi tubuh di antaranya pada
lambung, usus, cairan pancreas, empedu dan saliva.
Sensasi rasa asam ditimbulkan oleh bahan asam, dengan cara
merangsang pada reseptor ionotropik. Reseptor rasa asam merespons ion H+
(proton) yang terdapat pada larutan atau makanan yang bersifat asam.
Bahan asam ini akan berikatan dengan reseptor site reseptor pengecap.
Rasa asam ini merupakan sensasi rasa yang hampir sebanding dengan
logaritma dari konsentrasi ion hidrogen, artinya semakin asam maka
semakin kuat sensasi yang terbentuk. Adanya bahan asam pada taste buds
akan menghambat saluran K+ dan terjadi depolarisasi, kemudian Ca2+
masuk dan terjadi pelepasan neurotransmiter pada presinaptik dengan
meningkatkan firing level pada saraf eferent primer. Faktor yang
memengaruhi timbulnya kepekaan rasa asam adalah intensitas ion larutan
dan muatan listrik membran reseptor. Gangguan homeostasis dengan
menurunnya kepekaan indera rasa pengecap asam telah dibuktikan, rasa
asam juga akan menurun pada penderita gagal ginjal stadium 5 yang
disebabkan oleh gangguan metabolik asam akibat asidosis. Peningkatan
rasa asam juga disebabkan masuknya makanan basi yang ditimbulkan kerja
mikroorganisme dalam makanan.
Reseptor rasa manis dapat merasakan bahan manis yang akibat
ikatan dengan adenilat siklase, sehingga terjadi elevasi cAMP. Keadaan
ini menyebabkan protein kinase A (PKA) memediasi fosforilase ion K+ serta
menghambat salurannya sehingga terjadi depolarisasi. Pemanis rasa
mengaktifkan reseptor ionotropik yang berhubungan dengan saluran kation,
dan GPCRs yang berhubungan dengan PLC untuk memproduksi IP 3 dan
melepas Ca 2+ dari simpanan intrasel. Gula alami mengaktifkan GPCRs
melalui AC untuk memproduksi cAMP. Pengaktifan ini untuk menghambat
saluran K+ basolateral melalui fosforilasi oleh cAMP dan aktivasi protein kinase
A (PKA). Rasa asam dan asin saling berhubungan pada amiloride sensitive
sodium channel (ASSCs) pada saat depolarisasi.
Rasa manis merangsang molekul manis yaitu rangsangan
metabotropik yang mengaktivasi Gprotein, cAMP dan PKA yang
mengakibatkan fosforilisasi saluran K+ sehingga saluran K+ menutup.
Keadaan ini menyebabkan timbulnya depolarisasi dan sensasi rasa manis.
Rasa manis ini akan menurun pada orang yang mempunyai kebiasaan
makan pedas, karena stimulasi VR1 (Vanilla- receptor 1) yang terdapat pada
capsaicin maka terjadi hambatan pada fosforilisasi saluran K+ sehingga
sensitivitas rasa manis menurun. Pada orang coba yang memakan coklat
terjadinya perubahan pada saraf otonomik, selain itu juga terjadi
peningkatan aktivitas otak yang ditunjukkan oleh peningkatan sirkulasi
dalam otak regional cerebral blood flow (rCBF) dan terjadi rasa senang.
Daerah otak yang meningkat aktivitasnya yaitu pada daerah girus
parahipokampal, caudomedial orbitofrontal corteks (OFC), caudolateral dan
prefrontal. Rasa pahit dapat merupakan proteksi diri terhadap bahan yang
masuk ke dalam rongga mulut, dan rasa pahit sering ditolak karena
merupakan rasa yang tidak enak karena ada juga bahan yang dapat
merugikan. Bahan pahit secara alami banyak didapatkan pada kopi dan
ibuprofen sebagai pemati rasa nyeri dan juga di dapat pada buah anggur.
Bahan-bahan ini melepaskan suatu protein yang disebut Gustducin yang
diteruskan sebagai impuls pahit ke otak. Bahan pahit berinteraksi dengan
reseptor indera rasa pahit yang terletak pada apeks membran sel reseptor
pengecap. Ikatan yang terjadi pada molekul zat ic makanan merangsang G
protein yang kemudian mengaktifkan ensim fosfolipase C (PLC), untuk
mengkatabolisis fosfatidilinositol
ic 4,5-bisfosfat (PIP2) membentu dua
second messenger, inositol 1,4,5-trifosfat (IP3) dan diasetilgli- serol (DAG).
Terbentuknya IP3 akan menyebabkan eksitasi pada saluran Na+ dan
inhibisi pada saluran K+. Hambatan pada saluran K+ mengakibatkan
terjadinya perubahan distribusi kepadatan muatan akibat terhambatnya
transpor K+ ke luar sel, sehingga menimbulkan depolarisasi. Terjadinya
depolarisasi menyebabkan Ca2+ ekstraseluler masuk ke intraseluler, IP3
menarik keluar Ca2+ dari endoplasmik retikulum dan mitokondria
sehingga Ca2+ meningkat. Depolarasi akan mengaktifkan saluran K+,
sementara IP3 menimbulkan dilepaskannya Ca 2+ serta mengaktifkan
saluran K+ dan dapat juga mengaktifkan PLC yang mengakibatkan
dilepaskannya Ca2+ lebih banyak lagi. Hal ini akan menyebabkan
peningkatan aktivitas Ca 2+ ic yang memicu dilepaskannya
neurotransmiter sehingga dirasakan pahit di rongga mulut.
Penelitian lain menunjukkan bahwa rangsangan pahit kafein dan
teofilin menyebabkan peningkatan cGMP secara cepat dan segera
menghasilkan soluble guanilil siklase (GC). Kafein saja mengakibatkan
hambatan kerja pada satu atau beberapa fosfodiesterase.
Pada beberapa tanaman didapatkan rasa pahit yang ditimbulkan oleh
phyto nutrient seperti phenoals, flavonoids, isoflavon, terpentin,
glucosinolates dan bahan yang terdapat di dalamnya. Bahan ini telah
terbukti dapat menanggulangi resiko terjadinya kanker dan penyakit
jantung koroner, karena berperan sebagai antioksidan. Selain itu
membantu mekanisme pertahanan dari kejadian keracunan atau
toksisitas karena bahan yang beracun kebanyakan memiliki rasa yang
pahit. Substansi yang paling pahit dikenal sebagai denatonium, yaitu
suatu sintetik kimia, ditemukan pada tahun 1959. Denatonium digunakan
sebagai agen yang ditambah ke dalam substansi toksik untuk melindung
terjadinya keracunan. Kajian telah menunjukkan bahwa reseptor rasa tipe
2, TAS2Rs seperti TAS2R18 berikatan dengan Gprotein gustducin
yang bertanggungjawab terhadap kemampuan manusia untuk merasakan
substansi pahit. Genetika persepsi rasa pahit ini dapat dikaji melalui dua
substansi sintetik yaitu, phenylthiocarbamide (PTC) dan 6-n-
propylthiouracil (PROP). Kedua substansi ini akan terasa pahit pada
beberapa orang, tetapi pada beberapa orang tidak terasa pahit. Pada
umumnya, manusia mempunyai gen yang dapat mendeteksi 25 reseptor
pahit (T2Rs) yang berbeda.
Umami adalah rasa pengecap dasar yang kelima yang kualitas rasa secara
ic

primer ditimbulkan oleh asam amino yang banyak terdapat pada protein
daging, kaldu ayam ikan, beberapa jenis keju dan legum misalnya L-glutamat.
Transduksi umami ini melalui reseptor ionotropik dan metabotropik, G-
protein-coupled glutamate receptors. Pada reseptor ini terlihat adanya
metabotropik glutamat receptor (mGluR4) sebagai mediator pengecap
umami. Ikatan dengan reseptor menyebabkan aktivasi G protein yang
menyebabkan meningkatnya Ca2+ . Reseptor glutamat (GluRs) pada taste buds
tikus juga dapat di aktifkan dengan masuknya ion Ca 2+ melalui reseptor
non NMDA hal ini akan memperkuat depolarisasi.
Rasa umami juga didapatkan dari ikatan asam amino termasuk asam
glutamat yang mengambil alih reseptor Gprotein yang terikat pada
heterodimer protein subunit T1R1 dan T1R3. Terdapat juga laporan yang
mengatakan reseptor metabotropik glutamat (mGluR4) dan reseptor N-
Methyl-D-aspartate (NMDA) juga berperan terhadap persepsi rasa umami.
Selain 5 rasa pengecap primer tersebut di atas, terdapat juga rasa pedas
dari bahan perangsang yang masuk dalam rongga mulut. Rasa pedas ini
disebabkan oleh bahan capsaicin dari cabai, khavaisin dari merica atau suhu
yang merangsang reseptor nosiceptor intragemmal dan perigemmal Vanilloid
Receptor 1 (VR1). VR1 ini bekerja dengan merangsang saraf unmyelinated
dan thinly myelinated. Aktivasi nosiseptor pada saraf tipe A dan tipe C
ini akan menyebabkan dilepaskannya peptida (substance P, calcitonin gene-
related peptide). Peptida ini akan mengikat reseptor pada TRCs untuk
memodulasi aktivitas cascade second messenger pada TRCs dan pada
pembuluh darah sehingga menyebabkan vasodilatasi. Stimulasi
rangsangan rasa pedas akan diteruskan dari akson taste buds melalui N.
V. merangsang otak untuk mengeluarkan endorfin. Kondisi ini akan dapat
menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan perasaan lebih enak.
Kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi rasa nyeri bersifat
subjektif serta tergantung kondisi pada saat itu. Persepsi rasa nyeri berbeda
pada saat menstruasi, hamil, siang atau malam, serta adanya co stimulus,
sehingga rasa nyeri bisa dikurangi. Faktor perilaku dan emosi dipengaruhi
oleh sistem limbik yang sangat tergantung dari pengendalian emosi
seseorang. Keadaan senang atau tidak senang dihubungkan dengan
punishment center maupun rewards center, keadaan ini akan menurunkan
atau meningkatkan persepsi rasa nyeri.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa hubungan
neuroepitelium antara sel indera rasa pengecap dalam rongga mulut dan
pada epitel dengan didapatkannya gustducin yang juga terekspresi pada
permukaan epitel lambung dan usus. Penemuan ini mendasari bahwa ada
dasar yang sama secara molekuler dan seluler untuk reseptor kimia.
Kondoh et al., dalam penelitiannya L-Glutamat mempunyai
multifungsi dalam persepsi, metabolisme intermedier dan eksitasi
neurotransmisi. Reseptor L-glutamate dalam aktivasi gut-brain axis melalui
transduksi molekul dan homeostasis energi L-Glutamat didapatkan pada
sel epitel usus. Rangsangan luminal pada reseptor L-glutamat
mengaktifkan serabut saraf eferen Vagus dan sebagian otak yang secara
langsung maupun tidak langsung akan mendapatkan input. Pengaktivan
dalam otak ini melalui tiga area penting dalam otak yaitu: medial preoptic
area, nukleus hipotalamik dorsomedial dan nukleus habenular yang
diaktifkan oleh L-glutamat intragastrik sehingga signaling melalui indera
rasa pengecap dan usus saling mendukung dalam berbagai fungsi fisiologis,
contohnya regulasi homeostasis suhu dan energi.
2.1.1 Fisiologi Lidah

Seluruh rasa dapat dirasakan oleh seluruh permukaan lidah, tetapi satu
jenis rasa akan lebih sensitif pada daerah tertentu. Rasa manis lebih sensitif
dirasakan pada daerah ujung depan lidah, rasa asin paling baik diapresiasi pada
pinggir depan lidah, rasa asam paling baik diterima di sepanjang samping/tepi
lidah dan sensasi pahit dapat dideteksi dengan sangat baik pada sepertiga
belakang lidah. Keempat rasa ini dikenal dengan istilah sensasi rasa primer.
Selain itu, ada rasa kelima yang telah teridentifikasi yakni umami yang dominan
ditemukan pada L-glutamat.1
1. Rasa Manis
Beberapa jenis zat kimia yang menyebabkan rasa ini meliputi: gula,
glikol, alkohol, aldehida, keton, amida, ester, asam amino, asam sulfonat, asam
halogen, dan garam anorganik dari timah hitam dan berilium. Hampir semua zat
yang menyebabkan rasa manis merupakan zat kimia organik; satu-satunya zat
anorganik yang menimbulkan rasa manis merupakan garam-garam tertentu dari
timah hitam dan berillium.16
2. Rasa Asam
Rasa asam disebabkan oleh suatu golongan asam. Konsentrasi ion
hidrogen maupun intensitas sensasi rasanya kira-kira sebanding dengan
logaritma konsentrasi ion hidrogen. Oleh sebab itu, makin asam suatu makanan
maka sensasi rasa asamnya semakin kuat.16
3. Rasa Asin
Rasa asin ditimbulkan oleh garam terionisasi terutama konsentrasi ion
sodium. Kualitas rasa asin sedikit berbeda dari satu garam dengan garam lainnya
karena beberapa jenis garam juga mengeluarkan rasa lain di samping rasa asin.16
4. Rasa Pahit
Rasa pahit seperti rasa manis, tidak disebabkan satu jenis agen kimia,
tetapi zat-zat yang memberikan rasa pahit semata-mata hampir merupakan zat
organik. Pembagian kelas zat yang sering menyebabkan rasa pahit adalah: (1)
Zat organik rantai panjang yang berisi nitrogen, dan (2) alkaloid. Alkaloid
terdiri dari banyak obat yang digunakan dalam kedokteran seperti kuinin,
kafein, striknin, dan nikotin.16
5. Rasa Umami
Umami berasal dari bahasa Jepang yang artinya enak. Rasa umami
mempunyai ciri khas yang jelas berbeda dari keempat rasa lainnya, termasuk
sinergisme peningkat rasa antara dua senyawa umami, L-glutamat dan 5'-
ribonulceotides, serta rasa yang bertahan lama setelahnya. Umami adalah rasa
yangdominan ditemukan pada makanan yang mengandung L-glutamat (terdapat
pada ekstrak daging dan keju).16

PAHIT

ASAM

ASIN

MANIS

Gambar 3. Letak Reseptor

Rasa pada Lidah16 Proses Pengecapan :

Ujung saraf pengecap berada di taste buds pada seluruh permukaan


lidah. Dengan demikian zat-zat kimia yang terlarut dalam saliva akan
mengadakan kontak dan merangsang ujung-ujung serabut saraf pengecap
kemudian timbul impuls yang akan menjalar ke nervus facial (VII) dan nervus
glossopharyngeal (IX). Impuls dari daerah lain selain lidah berjalan melalui
nervus vagus (X). Impuls di ketiga saraf tersebut menyatu di medula oblongata
untuk masuk ke nukleus traktus solitarius. Dari sana, axon berjalan membawa
sinyal dan bertemu dengan leminiskus medialis kemudian akan disalurkan ke
daerah insula. Impuls diproyeksikan ke daerah cortex serebrum di postcentral
gyrus kemudian dihantar ke thalamus dan sebagai hasilnya kita dapat mengecap
makanan yang masuk ke dalam mulut kita.21
Tiap rasa utama tersebut tidak mutlak sebagai proses spesifik, artinya
rasa oleh masing-masing ion atau molekul zat tersebut dapat bereaksi pada saat
yang berlainan dengan setiap epitel neuron ujung serabut syaraf pengecapan.
Jadi setiap taste buds dapat bereaksi untuk semua rasa walau dengan intensitas
berbeda.16

Gambar 4. Proses Rangsang Pengecap dari Taste Buds sampai


dipersepsikan di Thalamus21

2.1.2 Jenis-jenis papilla

Terdapat empat jenis papilla pada lidah manusia,yaitu:19


 Papila fungiform, terletak di 2/3 anterior lidah dan pada umumnya
terdiri dari satu hingga beberapa taste buds di setiap papila yang
diinervasi oleh nervus facial (VII). Papila ini terlihat seperti bintik-bintik
berwarna merah karena kaya akan pembuluh darah. Jumlah papila
fungiform di setiap lidah manusia adalah sekitar 200 papila. Papila ini
lebih sensitif terhadap rasa manis dan asin. Papila di lidah bagian depan
memiliki lebih banyak taste buds (1-18) dibanding dengan papila di
lidah bagian tengah (1-9). Diperkirakan ada sekitar 1120 taste buds di
papila fungiform pada setiap lidah.
Sebuah penelitian di China mengungkapkan bahwa adanya hubungan
antara kepadatan papila fungiform dengan pemeriksaan rasa manis
menggunakan larutan sukrosa pada pria dewasa muda. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa anatomi papila sangat erat hubungannya dengan
ambang sensitivitas rasa khususnya pada papila fungiformis.22
 Papila circumvalata, terletak pada pangkal dorsum lidah di depan
sulcus terminalis linguae yang tersusun seperti huruf V. Papila ini
sensitif terhadap rasa asam dan pahit di 1/3 posterior lidah yang
diinervasi oleh nervus glossopharyngeal (IX). Jumlahnya berkisar 3-13
papila di setiap lidah dengan jumlah taste buds 252 di setiap papila
sehingga total 2200 taste buds yang terdapat di papila circumvalata
pada setiap lidah. Dalam jumlah besar taste buds ini terletak
mengelilingi papila circumvalata yang membentuk garis seperti huruf
V ke arah posterior lidah.
 Papila foliate, terletak pada lipatan dan celah bagian lateral lidah.
Sensitivitas
papila ini lebih dominan terhadap rasa asam yang diinervasi oleh nervus
glossopharyngeal (IX). Rata-rata terdapat 5-6 papila foliata di setiap sisi
lidah yang terdiri dari 117 taste buds per papila sehingga total terdapat
1280 taste buds di papila foliata pada setiap lidah.
 Papila filiform, papila terkecil dengan penampang 0,1 - 0,25 mm dan
tidak memiliki taste buds. Papila ini lebih dominan untuk menerima
rangsang sentuh.
Gambar 5. Letak Papilla pada Lidah1

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Sensitivitas Indera Pengecap


Faktor-faktor yang mempengaruhi sensitivitas indra pengecap:
1. Usia
Usia mempengaruhi sensitivitas reseptor perasa. Penurunan sensitivitas
indera pengecap merupakan masalah fisiologis yang terjadi pada manula. Hal
ini disebabkan karena terjadinya kemunduran dalam hal fisik maupun biologis
dimana pada proses menua terjadi penurunan jumlah papila sirkumvalata seiring
bertambahnya usia dan penurunan fungsi transmisi pada taste buds.13
2. Suhu Makanan
Suhu makanan yang kurang dari 20o C maupun yang lebih dari 30oC
dapat mempengaruhi sensitivitas taste buds pada indera pengecap. Suhu yang
terlalu panas akan merusak sel-sel pada taste buds, namun keadaan ini akan
cenderung berlangsung cepat karena sel yang rusak akan segera diperbaiki.
Suhu yang terlalu dingin juga dapat membius lidah sehingga sensitivitas lidah
akan berkurang.13
3. Penyakit
Berbagai jenis penyakit, terutama penyakit kronis memerlukan
perawatan dan terapi yang terkadang memakan waktu lama. Efek samping obat
tersebut dapat mempengaruhi penurunan sensitivitas indera pengecap, seperti
amphetamin dapat menurunkan sensitivitas terhadap rasa manis, anestesia
seperti lidocaine dapat menyebabkan berkurangnya sensitivitas rasa asin dan
manis, begitu juga penggunaan insulin (untuk penderita diabetes) yang
berkepanjangan.13
Xerostomia merupakan salah satu efek samping yang dapat terjadi oleh
karena obat-obatan tertentu, penyakit kencing manis, penyakit ginjal maupun
pada pasien yang menerima radiasi kepala dan leher. Xerostomia merupakan
keadaan dimana mulut kering akibat produksi kelenjar saliva yang berkurang
yang dapat diakibatkan oleh gangguan / penyakit pada pusat saliva atau
pada syaraf pembawa rangsang saliva. Suatu zat hanya dapat dinikmati rasanya
jika larut dalam saliva. Dengan berkurangnya produksi saliva, maka sel-sel
pengecap akan mengalami kesulitan dalam menerima rangsang rasa.15
4. Hal-hal lain yang dapat menghalangi identifikasi rasa pada taste
buds
Kebiasaan mengkonsumsi rokok dapat menurunkan
sensitivitas inderapengecap. Hal ini dapat dikarenakan saat rokok dihisap,
nikotin yang terkondensasi masuk ke dalam rongga mulut dan menutupi taste
buds sehingga kemungkinan menghalangi interaksi zat-zat makanan ke dalam
reseptor. Kebiasaan menyirih merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi sensitivitas indera pengecap. Hal ini dikarekan partikel-partikel
yang terkandung pada sirih yang terdeposit pada waktu yang lama sehingga
mengakibatkan pigmentasi dan penumpukan partikel pada lidah yang dapat
menghalangi interpretasi rasa.23
Oral higiene merupakan faktor yang juga mempengaruhi sensitivitas
indera pengecap. Oral higiene yang buruk dapat mengakibatkan penumpukan
plak sisa makanan yang terdeposit pada lidah sehingga menghalangi interpretasi
rasa. Di samping itu, oral higiene yang buruk merupakan tempat
berkembangnya bakteri dan flora yang merugikan di rongga mulut.3
Efek merokok yang berkepanjangan dapat memperparah kerusakan
jaringan periodontal. Penyakit periodontal antara lain ditandai dengan:30,32
a. Inflamasi gingiva
Inflamasi gingival dan perdarahan merupakan awal terjadinya
periodontitis. Keparahan inflamasi tergantung pada status oral hygiene,
bila oral hygiene buruk akan timbul infeksi gingival dan terjadi
perdarahan waktu penyikatan gigi atau bahkan perdarahan spontan
akibat akumulasi dari plak gigi.
b. Poket
Poket yaitu celah antara gigi dan gusi yang diartikan sebagai gingival
yang bertambah dalam secara patologis sulkus gingival yang normal
mempunyai kedalaman 2-3 mm. pengukuran kedalaman poket
merupakan bagian yang penting diagnose periondontitis. Bertambahnya
kedalaman sulkus gingival yang normal biasa disebabkan oleh: 1)
bergeraknya tepi gingival ke arah koronal akibat adanya inflamasi
gingival. 2) bergeraknya perlekatan epitel penyatu kearah apikal, dan 3)
kombinasi keduanya. Poket dengan kedalaman 4 mm menunjukkan
adanya periodontitis tahap awal.
c. Resesi gingiva
Resesi gingival atau tersingkapnya akar dapat menyertai
periodontitis kronis tetapi tidak selalu merupakan tanda penyakit. Bila
ada resesi, pengukuran kedalaman poket hanya merupakan cerminan
sebagian dari jumlah kerusakan periodontal seluruhnya.
Kehilangan gigi merupakan akibat langsung dari penyakit
periodontal yang tidak diobati. Data-data epidemiologis secara nyata
menunjukkan bahwa pada perokok, prevalensi edentulisme dan insidens
tooth loss lebih tinggi dibanding bukan perokok.31,32
Selain itu, panas yang ditimbulkan oleh rokok dapat mengiritasi
mukosa secara langsung sehingga efek buruk rokok yang
berkepanjangan ini terlihat jelas pada jaringan lunak mulut seperti
Keratosis perokok, Melanosis perokok, Leukodema, Stomatitis nikotina,
Preleukoplakia, dan Leukoplakia.3,4

2.3 Uji Sensitivitas Indera pengecap

Uji sensitivitas indera pengecap pada manusia dapat dilakukan


dengan dua cara yakni:
1. Chemogustometry dimana pengujian ini menggunakan larutan
manis, asam, asin, dan pahit yang ditempatkan pada lidah dengan
menggunakan sepotong kertas saring atau yang lebih dikenal dengan
Taste strips.33
2. Electrogustometry (EGM) merupakan perangkat stimulator
listrik bertenaga baterai yang terdiri dari dua elektroda untuk mengukur ambang
rasa pada kedua sisi lidah di pusat-pusat rasa yang berbeda kemudian
menghasilkan stimulus galvanik yang mengakibatkan sensasi rasa seperti metal.
Ambang saat ini harus kurang lebih sama di kedua sisi lidah. Apabila terdapat
ketimpangan yang signifikan, maka mungkin terjadi gangguan di saraf V
(trigeminus).Bila dibandingkan dengan tes larutan diatas, elektrogustometer
merupakan pengujian klinis yang lebih efisien karena dapat digunakan dalam evaluasi
ambang rasa yang disebabkan karena operasi telinga, Bells’s palsy, tumor, maupun
tonsillectomy. Selain itu, dapat digunakan untuk untuk mendeteksi perbedaan ambang
rasa antara sisi kiri dan kanan lidah seperti yang mungkin terjadi pasca stroke pada
pasien diabetes atau pada lesi saraf kranial.37
Salah satu jenis elektrogustometer yang paling umum digunakan yakni
jenis RION TR-06 (Rion Co, Jepang) dengan stimulus tunggal, datar, dan probe
melingkar yang terbuat dari baja stainless steel (diameter 5 mm). Alat ini dapat
menghasilkan rangsangan yang rendah dengan durasi yang singkat (0.5,
1,1.5,dan 2 detik).35
Sebelum dilakukan pengujian dengan alat ini, sampel dilarang untuk
minum. Sebelum dilakukan pengukuran ambang rasa, stimulus dari 30 dB
diberikan untuk memastikan bahwa sampel bisa mengenali rangsangan
elektrogustometer. Pemberian rangsang dimulai dari yang rendah terlebih
dahulu (-6 dB) dan kemudian rangsang ditingkatkan hingga sampel dapat
mempersepsikan rasa dengan jelas.35

Gambar 7. Elektrogustometer RION TR-06 (Rion Co, Jepang)


Gangguan rasa (dysgeusias) dapat diklasifikasikan menjadi gangguan
kualitatif dan kuantitatif. Yang termasuk gangguan kualitatif adalah parageusia
(persepsi rasa yang salah yang ditimbulkan oleh rangsangan) dan phantogeusia
(adanya rasa persisten, rasa tidak enak tanpa adanya rangsangan apa pun). Yang
termasuk gangguan kuantitatif adalah ageusia (hilangnya kemampuan untuk
merasakan), hypogeusia (hilangnya sebagian kemampuan untuk merasakan), dan
hipergeusia (sensitivitas gustatory yang meningkat). Burning mouth syndrome
(BMS), juga disebut sebagai glossodynia atau stomatodynia, adalah sensasi nyeri
spontan yang terus-menerus terasa di lidah atau mukosa mulut, biasanya terlihat
pada wanita postmenopause.
Gangguan indera penciuman disebut disosmia dan hilangnya indra
penciuman total disebut anosmia.
Dysgeusia cukup lazim pada orang tua atau orang dewasa utamanya yang
idrawat di rumah sakit atau sedang dalam perawatan jangka panjang leh fasiitas
kesehatan. Efek dari dsygeusia dapat mempengaruhi kesenangan pasien untuk
makan, status gizi keseluruhan dan pengelolaan penyakit krnis. Memperhatikan bat
serta tindakan dan perhatian terhadan kesehatan gigi dan mulut harus dipriritaskan
dalam pasien dysgeusia.

ETIOLOGI
1. Gangguan pada penciuman yang akan berpengaruh pada gangguan perasa
Karena sensasi rasa dilakukan oleh 3 saraf utama, kehilangan rasa yang
sempurna (ageusia) sangat langka dan hanya terjadi pada 3% dari semua pasien
dengan dysgeusia.1 Di antara pasien yang datang untuk evaluasi kehilangan rasa
dan bau, 70% melaporkan hilangnya penciuman sendiri atau sebagai tambahan
hilangnya rasa.
Maka dari itu gangguan penciuman serta fungsi penciuman harus dilakukan
evaluasi pada pasien yang mengeluhkan kehilangan pengecapan.
2. Genetik
Dalam sebuah penelitian yang melibatkan pasien dengan
phantogeusia, ada peningkatan laju ekspresi dari beberapa gen reseptor rasa
T2R dibandingkan dengan kontrol, mengisyaratkan bahwa peningkatan
ekspresi gen reseptor rasa mungkin terlibat dalam patogenesis
phantogeusia.8
3. Pasca operasi
Pembedahan telinga tengah dengan transeksi yang dihasilkan dari saraf
chorda tympani dapat menyebabkan kerusakan gustatory. Selain itu, tonsilektomi,
prosedur gigi seperti ekstraksi dan perawatan gigi abses, dan memakai prostesis
gigi dapat berkontribusi terhadap phantogeusia dan glossodynia. Dilaporan kasus
ageusia setelah penggunaan laryngeal mask airways untuk operasi, dan kompresi
yang terjadi pada saraf lingual sebagai penyebabnya. Anestesi lokal yang
disuntikkan di dekat saraf alveolar inferior selama prosedur gigi telah dapat
menyebabkan hilangnya rasa dan atrofi ipsilateral papilla fungiformis. Namun,
gejala-gejala ini tercatat sembuh dalam beberapa bulan.
4. Obat-obatan
Sejumlah obat diekskresikan dalam air liur dengan transportasi yang
dimediasi oleh carrier atau difusi pasif. Obat-obatan tersebut dapat memengaruhi
indera perasa dengan berbagai mekanisme termasuk interaksi penentu obat,
gangguan perbanyakan potensial aksi dalam membran sel neuron aferen dan
eferen, dan perubahan neuro-transmiter. fungsi. Selain itu, membatasi akses bahan
kimia rasa ke reseptor penginderaan karena kekeringan mukosa, penutupan pori-
pori rasa, atau mengubah konstituen lendir atau air liur juga dapat berdampak
pada indera pengecap.
Sebuah tinjauan terhadap database nasional Italia tentang reaksi obat
merugikan spontan (ADR) (Agenzia Italiana del Farmaco) dari tahun 1988-2008
menunjukkan bahwa perubahan rasa saja dilaporkan pada 75% kasus ADR, dan
gangguan rasa dan bau dicatat. dalam 13% dari ADR. Makrolida, antimikotik,
fluorokuinolon, inhibitor protein kinase, inhibitor enzim pengonversi angiotensin,
inhibitor reduktase HMG-CoA (statin), dan inhibitor pompa proton adalah
penyebab utama. Resolusi gejala bervariasi, dengan perbaikan yang dilaporkan
dalam beberapa hari hingga beberapa bulan setelah penghentian obat yang
menyinggung.
Obat-obatan antiretroviral telah dikaitkan dengan dysgeusia pada pasien
virus human immunode fi siensi. Obat-obat kemoterapi yang digunakan untuk
pengobatan kanker, terutama 5-fluorourouril dan analog oralnya, juga telah
dikaitkan dengan disgeusias, dengan prevalensi yang lebih besar pada manula.
Banyak pasien lain yang biasanya diresepkan. obat-obatan, dijelaskan pada Tabel
2, dapat berkontribusi pada dysgeusia.
5. Nikotin
Merokok dapat memengaruhi ketajaman rasa, karena perokok telah
meningkatkan ambang batas electrogustometry dan menurunkan vaskularisasi dan
kepadatan papilla jamur dibandingkan dengan bukan perokok.
6. Demensia
Pasien dengan gangguan kognitif ringan dan demensia Alzheimer
mengalami peningkatan gangguan penciuman dan rasa dibandingkan dengan
kontrol. Demensia alzheimer dan demensia vaskular dapat memengaruhi insula dan
oleh karena itu, merasakan kognisi. Selain itu, obat yang diresepkan untuk
manajemen demensia (misalnya, inhibitor cholinesterase) juga dapat berkontribusi
terhadap gangguan rasa.
Hingga 70% pasien dengan penyakit Parkinson mengalami disosmia, dan
9% mengalami dysgeusia. Degenerasi terkait tubuh Lewy telah diamati dalam
pemeriksaan patologis dari lampu olfaktorius pada pasien dengan penyakit
Parkinson, yang dapat menjelaskan hubungan yang kuat antara dysosmia dan
penyakit Parkinson. Karena informasi rasa juga terhubung ke amigdala dan
hippocampus, pasien dengan penyakit Parkinson dapat mengalami dysgeusia.
Selain itu, pasien dengan penyakit Parkinson mungkin memiliki depresi yang
mendasarinya, kebersihan mulut yang buruk, penyakit pencernaan, dan defisiensi
seng, yang dapat menjelaskan dysgeusia tanpa adanya disosmia.

7. Endocrine Disorders
Diabetes dapat mempengaruhi fungsi gustatory. Penderita diabetes telah
diamati memiliki ambang elektrogustometrik yang lebih tinggi dan kepadatan
papilla jamur yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol yang sesuai usia. Ini
dapat memengaruhi pilihan makanan dan kontrol glikemik mereka.
Disgeusia dan disosmia telah dilaporkan pada pasien dengan
hipotiroidisme yang tidak diobati, dengan peningkatan gejala setelah pengobatan
penyakit tiroid. BMS juga telah dilaporkan dalam beberapa seri kasus sebagai
fitur penyajian hipotiroidisme.
Karena peningkatan prevalensi BMS pada wanita pascamenopause, disregulasi
steroid juga telah dihipotesiskan sebagai kontributor yang mungkin.
8. Penyakit kronis
Gangguan pernapasan atas sering dikaitkan dengan gangguan rasa dan
bau. Hingga 38% orang dengan masalah rasa di NHANES 2011-2012 melaporkan
mengalami hidung tersumbat. Selain itu, peserta survei dengan riwayat gagal
jantung, serangan jantung, masalah hati, dan gangguan penglihatan melaporkan
peningkatan gangguan rasa dalam 12 tahun terakhir. berbulan-bulan dibandingkan
dengan peserta yang tidak memiliki kondisi medis ini. Hubungan ini berlaku
bahkan setelah penyesuaian untuk faktor risiko termasuk cedera kepala atau hidung
atau infeksi sinus Dysgeusia, termasuk rasa logam dan gangguan dalam identifikasi
dan intensitas lantai yang berbeda, juga telah diamati pada individu dengan
penyakit ginjal kronis dan hepatitis C kronis. Individu dengan hepatitis C kronis
mengalami masalah dalam identifikasi dan intensitas dari berbagai makanan.
Sejumlah hipotesis telah diajukan, termasuk perubahan fungsi sel-sel otak yang
terkena di daerah rasa oleh virus, dan perubahan dalam sekresi neurotransmiter
yang terlibat dalam persepsi rasa. Keadaan uremik pada penyakit ginjal kronis dapat
memengaruhi aliran saliva yang menyebabkan mulut kering dan dysgeusia. Selain
itu, obat-obatan dan defisiensi seng dapat memengaruhi persepsi rasa pada pasien
dengan penyakit ginjal kronis. Hubungan antara penyakit jantung dan gangguan
rasa biasanya karena disfungsi ginjal secara bersamaan dan efek samping obat.
9. Kekurangan Elektrolit dan Gizi
Defisiensi nutrisi prinsip yang umumnya dikaitkan dengan kehilangan
rasa adalah seng. Penurunan jumlah dan ukuran kuncup pengecap pada model
hewan yang mengalami defisiensi seng telah ditunjukkan. Namun, ini belum secara
konsisten diverifikasi dalam uji coba double-blind. Kekurangan vitamin A telah
dikaitkan dengan atrofi pengecap pada model hewan, dan defisiensi vitamin B12
dapat menyebabkan glositis atrofi, yang mengakibatkan hilangnya sensasi rasa.
Selain itu, gangguan elektrolit termasuk hiponatremia telah dilaporkan
menyebabkan gangguan rasa.
EVALUASI DAN PENGELOLAAN GANGGUAN RASA
Penting untuk memedakan antara gangguan rasa atau bau jika pasien
Anda mengalami masalah nafsu makan dan penurunan berat badan. Sebuah
pertanyaan penyaringan yang diajukan telah diadaptasi dari survei NHANES 2011-
2012:
Pernahkah Anda mengalami masalah dengan rasa atau bau dalam 12 bulan terakhir?
Anamnesis terperinci harus mencakup pertanyaan tentang aliran yang bervariasi,
masalah dengan rasa dan bau, masalah mengunyah, rasa sakit di rongga mulut,
masalah dengan gigi dan gigi palsu, kebersihan gigi, dan infeksi saluran pernapasan
atas atau telinga.
Kehilangan rasa bisa bersifat regional dan spesifik, dengan ambang batas berbeda
untuk berbagai zat di berbagai daerah lidah, langit-langit, dan faring. Dokter di
layanan kesehatan primer dapat menggunakan rangsangan yang mudah tersedia
seperti gula (manis), asam sitrat (asam), natrium klorida (asin), atau kafein atau kina
(pahit) untuk melakukan penilaian rasa yang cepat dan obyektif di kantor mereka.
Rujukan ke ahli THT mungkin diperlukan untuk evaluasi terperinci.
Evaluasi dan penatalaksanaan infeksi saluran pernapasan atas, kandidiasis oral, dan
kerja darah dasar untuk menyingkirkan gangguan metabolik atau endokrin harus
diupayakan.
Figure Schematic diagram of management of taste disorders. HbA1c ¼ glycated hemoglobin;
LFT ¼ liver function test; TSH ¼ thyroid-stimulating hormone.

Tinjauan menyeluruh dari obat-obatan dapat membantu mengidentifikasi obat-


obatan yang berkontribusi terhadap dysgeusia. Berdasarkan komorbiditas dan
indikasi obat pelakunya, evaluasi untuk menghentikan obat atau beralih ke
pengobatan alternatif dengan sedikit efek samping distorsi rasa mungkin
diperlukan. Efek samping yang berkaitan dengan rasa harus didiskusikan sebagai
bagian dari risiko potensial dari obat yang diresepkan sebelum memulai terapi.
Banyak orang dewasa yang lebih tua tidak memiliki asuransi gigi pribadi, dan
Medicare tidak mencakup perawatan gigi rutin. Cakupan gigi Medicaid untuk orang
dewasa bervariasi di setiap negara bagian, dengan hanya sekitar setengah dari
negara bagian yang membayar perawatan gigi preventif atau layanan restoratif.37
Ini sangat membatasi akses ke perawatan gigi untuk orang dewasa yang
berpenghasilan rendah yang bergantung pada Medicaid. Rujukan gigi untuk
pemeriksaan dan pengobatan penyakit mulut harus menjadi prioritas ketika ada
keluhan tentang perubahan rasa. Ini juga harus mencakup evaluasi dan manajemen
mulut kering. Selain itu, dokter perawatan primer harus membahas pentingnya
kebersihan mulut yang baik dan peran kesehatan mulut yang baik dalam kesehatan
keseluruhan individu.
Saat ini ada bukti yang tidak memadai untuk merekomendasikan suplementasi seng
untuk meningkatkan persepsi rasa atau ketajaman dalam disgeusia yang
berhubungan dengan defisiensi zinc atau disgeusia idiopatik.

Anda mungkin juga menyukai