Disusun oleh :
Febrian Rosalinda Nusantari
42190299
Pembimbing:
dr. Gamasita, Sp.S
1.2 Lidah
Rongga mulut dianggap cermin kesehatan umum seseorang. Lidah
merupakan salah satu organ di rongga mulut yang paling peka terhadap
perubahan yang terjadi didalam tubuh. Pada dasarnya, permukaan lidah adalah
daerah yang paling banyak terpapar oleh iritasi dan keperluan dasar hidup
sehari-hari seperti makan dan minum.13 Lidah sebagai indera pengecap
mempunyai beberapa fungsi yaitu membantu proses pengecapan dan perasa,
mengatur letak makanan ketika dikunyah, membantu menelan, mendorong
makanan ke dalam pharynx (pada waktu menelan), pembersihan mulut, dan
memainkan peranan yang penting sebagai alat bantu dalam berbicara.13
1.2.1 Anatomi Lidah
Transmisi impuls yang berasal dari reseptor pada papil-papil
pengecap pada dua pertiga anterior lidah diteruskan oleh saraf sensorik
berjalan dalam cabang korda timpani nervus Fasialis (N.VII) dan
sepertiga posterior lidah mencapai batang otak melalui nervus
Glosofaringeus (N.IX). Daerah basis lidah dan bagian-bagian lain di daerah
faring dilayani nervus Vagus (N.X) meneruskan transmisi menuju
batang otak. Ketiga nervus ini berfungsi menyampaikan rasa pengecap
asin, asam, manis pahit dan umami, sedangkan untuk rasa nyeri yang
ditimbulkan oleh rasa pedas disampaikan oleh nervus Trigeminus (N.V).
Pada kedua sisi, saraf pengecap yang bermielin menghantarkan
impuls relatif lambat di ketiga saraf tersebut bersatu di nukleus traktus
solitarius medulla oblongata dan bersinaps dengan neuron ordo kedua dan
berakhir di nukleus relai sensorik spesifik pada talamus bersama serat-
serat saraf lainnya untuk kesan raba, nyeri dan suhu.
Lidah adalah otot yang terkuat dalam tubuh, utamanya sebagian
besar terdiri dari otot bergaris, yang dibagi dalam otot ekstrinsik dan
intrinsik. Otot ekstrinsik lidah berasal dari struktur luar lidah dan mempunyai
insersi ke dalam lidah. Ke-4 pasang otot ekstrinsik lidah yaitu otot genioglosus,
Otot hipoglosus hioid, stiloglosus dan palatoglosus yang dilayani saraf
hipoglosal mandibula, palatine aponeurosisfaringeal cabang N. vagus
sehingga lidah dapat melakukan aktivitas protrusi, retraksi, depresi, dan
elevasi, sedangkan otot intrinsik mengatur bentuk lidah untuk berbicara dan
proses penelanan. Lidah disuplai banyak darah dari arteria lingualis, suatu
cabang dari arteri karotis external. Dasar mulut juga mendapatkan pasokan
darah dari arteria lingual, dari cabang tonsilar ke lidah dari arteria Fasialis
dan arteria faringeal asending.
Aktivitas lidah membantu proses makan dan vokalisasi, juga berperan
pada kissing yang diketahui sebagai "tongue kissing" atau yang disebut sebagai
"french kissing" dengan peran utama lidah. Dalam membantu proses bicara,
lidah menentukan dibentuknya vokal dan konsonan. Seseorang yang tidak dapat
mengeluarkan pendapatnya dicurigai sebagai adanya kelainan "Tongue twisted".
Kelainan "cat got your tongue" diberikan untuk seseorang yang speechless.
Dalam ilmu kedokteran Barat, lidah dipakai sebagai anamnese
terhadap gangguan atau penyakit pada penderita, misalkan lidah yang
pucat disebabkan karena adanya anemia, lidah yang merah dikarenakan
adanya infeksi rongga mulut dan ISPA, lidah yang putih terdapat pada
penderita tipoid. Pada Kedokteran Gigi keluhan penderita datang
kebanyakkan karena adanya sariawan, Lichen Planus atau kelainan lokal
lain pada permukaan lidah.
Pada ilmu kedokteran tradisional (TCM) lidah merupakan alat
diagnosis utama suatu observasi terhadap perubahan homeostasis tubuh
dilihat dari perubahan lidah terhadap kesehatan seseorang. Lidah sangat
erat hubungannya dengan viscera (organ dalam) dan meridian,
contohnya: Gangguan pada jantung dan paru dapat dilihat dari perubahan
ujung lidah, hepar dan empedu pada bagian pinggiran, lambung dan limpa
pada pusat lidah, sedangkan ginjal pada akar lidah/bagian posterior.
Perubahan bentuk, teksture, warna serta pergerakannya erat
hubungannya dengan sirkulasi, chi dan sirkulasi darah dalam tubuh.
Lembab atau keringnya lidah dan tubuh berhubungan dengan kualitas dan
distribusi cair tubuh.
Pada anak-anak yang baru lahir, kadang didapatkan makroglosi yang
merupakan indikasi bahwa terjadi hipotonia otot lidah yang berkondisi
sama dengan tonos otot dalam seluruh tubuhnya. Hal ini dapat dipakai
sebagai diagnose terhadap anak yang mental retarded, baik karena
kelainan kromosom ataupun adanya hipotiroid.
1.2.2Taste Buds
Organ pengecapan bagian perifer disebut taste buds (caliculus
gustatorious) yang meliputi seluruh permukaan lidah yang mempunyai
garis tengah sekitar 1/30 milimeter dan panjang sekitar 1/16 milimeter.
Ketika lahir, kita memiliki sekitar
10.00 taste bud, akan tetapi setelah usia 50 tahun jumlahnya mulai
berkurang.5 Taste bud merupakan sel epitel yang telah dimodifikasi,
beberapa diantaranya disebut sebagai sel sustentakular dan lainnya disebut
sebagai sel reseptor. Sel-sel reseptor ini terus-menerus digantikan melalui
pembelahan mitosis dari sel-sel epitel di sekitarnya dengan waktu paruh
sekitar sepuluh hari.16
Kekhasan dari sel reseptor gustatori ini ditentukan oleh papila
dimana taste buds berada bukan oleh nervus yang menginervasi.17 Taste
bud memiliki beberapa tipe reseptor rasa yang memiliki silia. Setiap tipe ini
akan mendeteksi satu jenis rasa dari 5 rasa dasar yaitu, asam, asin, manis,
pahit dan umami. Seluruh rasa ini dapat dirasakan oleh seluruh permukaan
lidah, tetapi satu jenis rasa akan lebih sensitif pada daerah tertentu. 18
Ujung-ujung luar dari taste buds tersusun di sekitar taste pore yang
sangat kecil. Dari ujung-ujung setiap sel, mikrovili menonjol ke luar menuju
taste pore dan mengarah ke rongga mulut. Mikrovili ini dianggap
memberikan permukaan reseptor untuk pengecapan.19 Beberapa dari
serabut saraf pengecap yang dirangsang oleh sel- sel reseptor ini
berinvaginasi menjadi lipatan membran sel pengecap yang juga dibentuk
oleh banyak vesikel. Vesikel ini mengandung substansi neurotransmiter
yang dilepaskan melalui membran sel untuk merangsang ujung-ujung
serabut saraf dalam rensponnya terhadap rangsang pengecapan.20
Taste buds juga terletak pada palatum dan beberapa diantaranya
pada pilar tonsilar, epiglotis, dan bahkan di esofagus bagian proksimal.
Orang dewasa mempunyai 3000 sampai 10.000 taste buds sedangkan anak-
anak mempunyai lebih sedikit.20Gambar 2. Taste buds pada lidah, papila,
dan penampang tastebuds
dan bagian-bagiannya19
Pembuluh Darah dan Saraf Lidah:
primer ditimbulkan oleh asam amino yang banyak terdapat pada protein
daging, kaldu ayam ikan, beberapa jenis keju dan legum misalnya L-glutamat.
Transduksi umami ini melalui reseptor ionotropik dan metabotropik, G-
protein-coupled glutamate receptors. Pada reseptor ini terlihat adanya
metabotropik glutamat receptor (mGluR4) sebagai mediator pengecap
umami. Ikatan dengan reseptor menyebabkan aktivasi G protein yang
menyebabkan meningkatnya Ca2+ . Reseptor glutamat (GluRs) pada taste buds
tikus juga dapat di aktifkan dengan masuknya ion Ca 2+ melalui reseptor
non NMDA hal ini akan memperkuat depolarisasi.
Rasa umami juga didapatkan dari ikatan asam amino termasuk asam
glutamat yang mengambil alih reseptor Gprotein yang terikat pada
heterodimer protein subunit T1R1 dan T1R3. Terdapat juga laporan yang
mengatakan reseptor metabotropik glutamat (mGluR4) dan reseptor N-
Methyl-D-aspartate (NMDA) juga berperan terhadap persepsi rasa umami.
Selain 5 rasa pengecap primer tersebut di atas, terdapat juga rasa pedas
dari bahan perangsang yang masuk dalam rongga mulut. Rasa pedas ini
disebabkan oleh bahan capsaicin dari cabai, khavaisin dari merica atau suhu
yang merangsang reseptor nosiceptor intragemmal dan perigemmal Vanilloid
Receptor 1 (VR1). VR1 ini bekerja dengan merangsang saraf unmyelinated
dan thinly myelinated. Aktivasi nosiseptor pada saraf tipe A dan tipe C
ini akan menyebabkan dilepaskannya peptida (substance P, calcitonin gene-
related peptide). Peptida ini akan mengikat reseptor pada TRCs untuk
memodulasi aktivitas cascade second messenger pada TRCs dan pada
pembuluh darah sehingga menyebabkan vasodilatasi. Stimulasi
rangsangan rasa pedas akan diteruskan dari akson taste buds melalui N.
V. merangsang otak untuk mengeluarkan endorfin. Kondisi ini akan dapat
menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan perasaan lebih enak.
Kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi rasa nyeri bersifat
subjektif serta tergantung kondisi pada saat itu. Persepsi rasa nyeri berbeda
pada saat menstruasi, hamil, siang atau malam, serta adanya co stimulus,
sehingga rasa nyeri bisa dikurangi. Faktor perilaku dan emosi dipengaruhi
oleh sistem limbik yang sangat tergantung dari pengendalian emosi
seseorang. Keadaan senang atau tidak senang dihubungkan dengan
punishment center maupun rewards center, keadaan ini akan menurunkan
atau meningkatkan persepsi rasa nyeri.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa hubungan
neuroepitelium antara sel indera rasa pengecap dalam rongga mulut dan
pada epitel dengan didapatkannya gustducin yang juga terekspresi pada
permukaan epitel lambung dan usus. Penemuan ini mendasari bahwa ada
dasar yang sama secara molekuler dan seluler untuk reseptor kimia.
Kondoh et al., dalam penelitiannya L-Glutamat mempunyai
multifungsi dalam persepsi, metabolisme intermedier dan eksitasi
neurotransmisi. Reseptor L-glutamate dalam aktivasi gut-brain axis melalui
transduksi molekul dan homeostasis energi L-Glutamat didapatkan pada
sel epitel usus. Rangsangan luminal pada reseptor L-glutamat
mengaktifkan serabut saraf eferen Vagus dan sebagian otak yang secara
langsung maupun tidak langsung akan mendapatkan input. Pengaktivan
dalam otak ini melalui tiga area penting dalam otak yaitu: medial preoptic
area, nukleus hipotalamik dorsomedial dan nukleus habenular yang
diaktifkan oleh L-glutamat intragastrik sehingga signaling melalui indera
rasa pengecap dan usus saling mendukung dalam berbagai fungsi fisiologis,
contohnya regulasi homeostasis suhu dan energi.
2.1.1 Fisiologi Lidah
Seluruh rasa dapat dirasakan oleh seluruh permukaan lidah, tetapi satu
jenis rasa akan lebih sensitif pada daerah tertentu. Rasa manis lebih sensitif
dirasakan pada daerah ujung depan lidah, rasa asin paling baik diapresiasi pada
pinggir depan lidah, rasa asam paling baik diterima di sepanjang samping/tepi
lidah dan sensasi pahit dapat dideteksi dengan sangat baik pada sepertiga
belakang lidah. Keempat rasa ini dikenal dengan istilah sensasi rasa primer.
Selain itu, ada rasa kelima yang telah teridentifikasi yakni umami yang dominan
ditemukan pada L-glutamat.1
1. Rasa Manis
Beberapa jenis zat kimia yang menyebabkan rasa ini meliputi: gula,
glikol, alkohol, aldehida, keton, amida, ester, asam amino, asam sulfonat, asam
halogen, dan garam anorganik dari timah hitam dan berilium. Hampir semua zat
yang menyebabkan rasa manis merupakan zat kimia organik; satu-satunya zat
anorganik yang menimbulkan rasa manis merupakan garam-garam tertentu dari
timah hitam dan berillium.16
2. Rasa Asam
Rasa asam disebabkan oleh suatu golongan asam. Konsentrasi ion
hidrogen maupun intensitas sensasi rasanya kira-kira sebanding dengan
logaritma konsentrasi ion hidrogen. Oleh sebab itu, makin asam suatu makanan
maka sensasi rasa asamnya semakin kuat.16
3. Rasa Asin
Rasa asin ditimbulkan oleh garam terionisasi terutama konsentrasi ion
sodium. Kualitas rasa asin sedikit berbeda dari satu garam dengan garam lainnya
karena beberapa jenis garam juga mengeluarkan rasa lain di samping rasa asin.16
4. Rasa Pahit
Rasa pahit seperti rasa manis, tidak disebabkan satu jenis agen kimia,
tetapi zat-zat yang memberikan rasa pahit semata-mata hampir merupakan zat
organik. Pembagian kelas zat yang sering menyebabkan rasa pahit adalah: (1)
Zat organik rantai panjang yang berisi nitrogen, dan (2) alkaloid. Alkaloid
terdiri dari banyak obat yang digunakan dalam kedokteran seperti kuinin,
kafein, striknin, dan nikotin.16
5. Rasa Umami
Umami berasal dari bahasa Jepang yang artinya enak. Rasa umami
mempunyai ciri khas yang jelas berbeda dari keempat rasa lainnya, termasuk
sinergisme peningkat rasa antara dua senyawa umami, L-glutamat dan 5'-
ribonulceotides, serta rasa yang bertahan lama setelahnya. Umami adalah rasa
yangdominan ditemukan pada makanan yang mengandung L-glutamat (terdapat
pada ekstrak daging dan keju).16
PAHIT
ASAM
ASIN
MANIS
ETIOLOGI
1. Gangguan pada penciuman yang akan berpengaruh pada gangguan perasa
Karena sensasi rasa dilakukan oleh 3 saraf utama, kehilangan rasa yang
sempurna (ageusia) sangat langka dan hanya terjadi pada 3% dari semua pasien
dengan dysgeusia.1 Di antara pasien yang datang untuk evaluasi kehilangan rasa
dan bau, 70% melaporkan hilangnya penciuman sendiri atau sebagai tambahan
hilangnya rasa.
Maka dari itu gangguan penciuman serta fungsi penciuman harus dilakukan
evaluasi pada pasien yang mengeluhkan kehilangan pengecapan.
2. Genetik
Dalam sebuah penelitian yang melibatkan pasien dengan
phantogeusia, ada peningkatan laju ekspresi dari beberapa gen reseptor rasa
T2R dibandingkan dengan kontrol, mengisyaratkan bahwa peningkatan
ekspresi gen reseptor rasa mungkin terlibat dalam patogenesis
phantogeusia.8
3. Pasca operasi
Pembedahan telinga tengah dengan transeksi yang dihasilkan dari saraf
chorda tympani dapat menyebabkan kerusakan gustatory. Selain itu, tonsilektomi,
prosedur gigi seperti ekstraksi dan perawatan gigi abses, dan memakai prostesis
gigi dapat berkontribusi terhadap phantogeusia dan glossodynia. Dilaporan kasus
ageusia setelah penggunaan laryngeal mask airways untuk operasi, dan kompresi
yang terjadi pada saraf lingual sebagai penyebabnya. Anestesi lokal yang
disuntikkan di dekat saraf alveolar inferior selama prosedur gigi telah dapat
menyebabkan hilangnya rasa dan atrofi ipsilateral papilla fungiformis. Namun,
gejala-gejala ini tercatat sembuh dalam beberapa bulan.
4. Obat-obatan
Sejumlah obat diekskresikan dalam air liur dengan transportasi yang
dimediasi oleh carrier atau difusi pasif. Obat-obatan tersebut dapat memengaruhi
indera perasa dengan berbagai mekanisme termasuk interaksi penentu obat,
gangguan perbanyakan potensial aksi dalam membran sel neuron aferen dan
eferen, dan perubahan neuro-transmiter. fungsi. Selain itu, membatasi akses bahan
kimia rasa ke reseptor penginderaan karena kekeringan mukosa, penutupan pori-
pori rasa, atau mengubah konstituen lendir atau air liur juga dapat berdampak
pada indera pengecap.
Sebuah tinjauan terhadap database nasional Italia tentang reaksi obat
merugikan spontan (ADR) (Agenzia Italiana del Farmaco) dari tahun 1988-2008
menunjukkan bahwa perubahan rasa saja dilaporkan pada 75% kasus ADR, dan
gangguan rasa dan bau dicatat. dalam 13% dari ADR. Makrolida, antimikotik,
fluorokuinolon, inhibitor protein kinase, inhibitor enzim pengonversi angiotensin,
inhibitor reduktase HMG-CoA (statin), dan inhibitor pompa proton adalah
penyebab utama. Resolusi gejala bervariasi, dengan perbaikan yang dilaporkan
dalam beberapa hari hingga beberapa bulan setelah penghentian obat yang
menyinggung.
Obat-obatan antiretroviral telah dikaitkan dengan dysgeusia pada pasien
virus human immunode fi siensi. Obat-obat kemoterapi yang digunakan untuk
pengobatan kanker, terutama 5-fluorourouril dan analog oralnya, juga telah
dikaitkan dengan disgeusias, dengan prevalensi yang lebih besar pada manula.
Banyak pasien lain yang biasanya diresepkan. obat-obatan, dijelaskan pada Tabel
2, dapat berkontribusi pada dysgeusia.
5. Nikotin
Merokok dapat memengaruhi ketajaman rasa, karena perokok telah
meningkatkan ambang batas electrogustometry dan menurunkan vaskularisasi dan
kepadatan papilla jamur dibandingkan dengan bukan perokok.
6. Demensia
Pasien dengan gangguan kognitif ringan dan demensia Alzheimer
mengalami peningkatan gangguan penciuman dan rasa dibandingkan dengan
kontrol. Demensia alzheimer dan demensia vaskular dapat memengaruhi insula dan
oleh karena itu, merasakan kognisi. Selain itu, obat yang diresepkan untuk
manajemen demensia (misalnya, inhibitor cholinesterase) juga dapat berkontribusi
terhadap gangguan rasa.
Hingga 70% pasien dengan penyakit Parkinson mengalami disosmia, dan
9% mengalami dysgeusia. Degenerasi terkait tubuh Lewy telah diamati dalam
pemeriksaan patologis dari lampu olfaktorius pada pasien dengan penyakit
Parkinson, yang dapat menjelaskan hubungan yang kuat antara dysosmia dan
penyakit Parkinson. Karena informasi rasa juga terhubung ke amigdala dan
hippocampus, pasien dengan penyakit Parkinson dapat mengalami dysgeusia.
Selain itu, pasien dengan penyakit Parkinson mungkin memiliki depresi yang
mendasarinya, kebersihan mulut yang buruk, penyakit pencernaan, dan defisiensi
seng, yang dapat menjelaskan dysgeusia tanpa adanya disosmia.
7. Endocrine Disorders
Diabetes dapat mempengaruhi fungsi gustatory. Penderita diabetes telah
diamati memiliki ambang elektrogustometrik yang lebih tinggi dan kepadatan
papilla jamur yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol yang sesuai usia. Ini
dapat memengaruhi pilihan makanan dan kontrol glikemik mereka.
Disgeusia dan disosmia telah dilaporkan pada pasien dengan
hipotiroidisme yang tidak diobati, dengan peningkatan gejala setelah pengobatan
penyakit tiroid. BMS juga telah dilaporkan dalam beberapa seri kasus sebagai
fitur penyajian hipotiroidisme.
Karena peningkatan prevalensi BMS pada wanita pascamenopause, disregulasi
steroid juga telah dihipotesiskan sebagai kontributor yang mungkin.
8. Penyakit kronis
Gangguan pernapasan atas sering dikaitkan dengan gangguan rasa dan
bau. Hingga 38% orang dengan masalah rasa di NHANES 2011-2012 melaporkan
mengalami hidung tersumbat. Selain itu, peserta survei dengan riwayat gagal
jantung, serangan jantung, masalah hati, dan gangguan penglihatan melaporkan
peningkatan gangguan rasa dalam 12 tahun terakhir. berbulan-bulan dibandingkan
dengan peserta yang tidak memiliki kondisi medis ini. Hubungan ini berlaku
bahkan setelah penyesuaian untuk faktor risiko termasuk cedera kepala atau hidung
atau infeksi sinus Dysgeusia, termasuk rasa logam dan gangguan dalam identifikasi
dan intensitas lantai yang berbeda, juga telah diamati pada individu dengan
penyakit ginjal kronis dan hepatitis C kronis. Individu dengan hepatitis C kronis
mengalami masalah dalam identifikasi dan intensitas dari berbagai makanan.
Sejumlah hipotesis telah diajukan, termasuk perubahan fungsi sel-sel otak yang
terkena di daerah rasa oleh virus, dan perubahan dalam sekresi neurotransmiter
yang terlibat dalam persepsi rasa. Keadaan uremik pada penyakit ginjal kronis dapat
memengaruhi aliran saliva yang menyebabkan mulut kering dan dysgeusia. Selain
itu, obat-obatan dan defisiensi seng dapat memengaruhi persepsi rasa pada pasien
dengan penyakit ginjal kronis. Hubungan antara penyakit jantung dan gangguan
rasa biasanya karena disfungsi ginjal secara bersamaan dan efek samping obat.
9. Kekurangan Elektrolit dan Gizi
Defisiensi nutrisi prinsip yang umumnya dikaitkan dengan kehilangan
rasa adalah seng. Penurunan jumlah dan ukuran kuncup pengecap pada model
hewan yang mengalami defisiensi seng telah ditunjukkan. Namun, ini belum secara
konsisten diverifikasi dalam uji coba double-blind. Kekurangan vitamin A telah
dikaitkan dengan atrofi pengecap pada model hewan, dan defisiensi vitamin B12
dapat menyebabkan glositis atrofi, yang mengakibatkan hilangnya sensasi rasa.
Selain itu, gangguan elektrolit termasuk hiponatremia telah dilaporkan
menyebabkan gangguan rasa.
EVALUASI DAN PENGELOLAAN GANGGUAN RASA
Penting untuk memedakan antara gangguan rasa atau bau jika pasien
Anda mengalami masalah nafsu makan dan penurunan berat badan. Sebuah
pertanyaan penyaringan yang diajukan telah diadaptasi dari survei NHANES 2011-
2012:
Pernahkah Anda mengalami masalah dengan rasa atau bau dalam 12 bulan terakhir?
Anamnesis terperinci harus mencakup pertanyaan tentang aliran yang bervariasi,
masalah dengan rasa dan bau, masalah mengunyah, rasa sakit di rongga mulut,
masalah dengan gigi dan gigi palsu, kebersihan gigi, dan infeksi saluran pernapasan
atas atau telinga.
Kehilangan rasa bisa bersifat regional dan spesifik, dengan ambang batas berbeda
untuk berbagai zat di berbagai daerah lidah, langit-langit, dan faring. Dokter di
layanan kesehatan primer dapat menggunakan rangsangan yang mudah tersedia
seperti gula (manis), asam sitrat (asam), natrium klorida (asin), atau kafein atau kina
(pahit) untuk melakukan penilaian rasa yang cepat dan obyektif di kantor mereka.
Rujukan ke ahli THT mungkin diperlukan untuk evaluasi terperinci.
Evaluasi dan penatalaksanaan infeksi saluran pernapasan atas, kandidiasis oral, dan
kerja darah dasar untuk menyingkirkan gangguan metabolik atau endokrin harus
diupayakan.
Figure Schematic diagram of management of taste disorders. HbA1c ¼ glycated hemoglobin;
LFT ¼ liver function test; TSH ¼ thyroid-stimulating hormone.