Anda di halaman 1dari 7

MATERI GANGGUAN JIWA NEUROTIK

A. Pengertian
Neurotik adalah pola tingkah laku yang ditunjukkan seseorang yang
merasa dirinya mengalami kesulitan menghadapi kecemasan dan konflik
(Alwisol, 2012). Gangguan jiwa neurotik merupakan kegagalan dalam
penyesuaian diri secara emosianal karena suatu konflik tak-sadar yang tidak
dapat diselesaikan sehingga mengakibatkan kecemasan yang timbul akan
diubah dan muncullah gejala-gejala subyektif yang mengganggu. Pendapat
lain yang dikemukakan menerangkan bahwa gangguan jiwa neurotik terjadi
hanya pada sebagian dari kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya
masih bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa sehari-hari atau masih bisa
belajar, dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit (Kuntjojo,
2009).
Dapat disimpulakan bahwa gangguan jiwa neurotik adalah gangguan
ringan, dimana individu tidak mampu menghadapi kecemasan dan konflik
yang dialaminya secara langsung atau diubah oleh berbagai mekanisme
pertahanan (penyesuaian diri). Seseorang dapat mengalami gangguan jiwa
neurotik karena merasa tertekan dari luar dan dari dalam. Hal ini disebabkan
oleh tegangan emosi akibat konflik, frustasi, ataupun perasaan tidak aman
(Zakiyah, 2015).

B. Etiologi dan Prevalensi


Gangguan jiwa dan neurotik diperkirakan mencapai 10% pada tahun
1990 dan mencapai 20% pada tahun 2000, dan akan terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya yang merupakan akibat dari akibat dari usaha
penyesuaian diri yang tidak berhasil (Mahmud, 1990 dalam Ibrahim, 2012).
Neurosis adalah bentuk ekstrim dari mekanisme penyesuaian diri bertahannya
mekanisme tersebut karena adanya keadaan bahwa kebiasaan menyesuaikan
diri itu mulai berlangsung bertahun-tahun sebelum kecenderungan
sepenuhnya matang.
Ibrahim (2012) menyebutkan fator yang dapat menyebabkan timbulnya
gangguan neurosis adalah:
1. Stress fisik
2. Perkawinan
3. Adanya tanggung jawab- tanggung jawab baru
4. Situasional sosial
5. Menderita suatu penyakit fisik untuk jangka waktu yang lama dan terus
menerus

Selain itu, faktor-faktor lain diebutkan pula bahwa sebab-sebab


timbulnya gangguan neurotik adalah (Kartono, 1980 dalam Ibrahim, 2012) :
1. Tekanan sosial dan tekana kultural yang sangat kuat, yang
menyebabkan ketakutan yang disertai dengan kecemasan dan
ketegangan-ketegangan dalam batin sendiri yang kronis berat sifatnya
sehingga orang yang bersangkutan mengalami mental breakdown.
2. Individu mengalami banyak frustasi , konflik-konflik emosionil dan
konflik internal yang serius, yang sudah dimulai sejak kanak-kanak.
3. Individu sering tidak rasionil sebab sering memakai defence mechanism
yang negatif dan lemahnya pertahanan diri secara fisik dan mental.
4. Pribadinya sangat labil tidak imbang dan kemauannya sangat lemah.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab


neurotik bisa dari individu itu sendiri, seperti keterbatasan individu dala
menghadapi masalah, gagalnya individu untuk memecahkan persoalan yang
dihadapi. Dan penyebab lain berasal dari luar individu, seperti tekanan-
tekanan sosial dan tekanan kultural yang sangat kuat dan juga pengaruh
lingkunga yang buruk. Semua itu dapat menyebabkan kecemasan, ketegangan
dalam batin, frustasi, konflik emosi. Sehingga individu tersebut menggunakan
pertahanan diri yang negatif yang dapat mengakibatkan gangguan metal
berupa kecendurungan neurotik.
C. Macam-Macam Gangguan Jiwa Neurotik
Bahwa nama atau sebutan untuk neurosis diberikan berdasarkan gejala
yang paling menjonjol atau paling kuat. Atas dasar kriteria ini para ahli
mengemukakan jenis-jenis neurosis sebagai berikut (W.F. Maramis, 1980
dalam Pusat Penyuluhan Penyakit Jiwa dan Gangguan Jiwa Yogyakarta,
2012)
1. Neurosis cemas (anxiety neurosis atau anxiety state)
Faktor pencetus neurosis cemas sering jelas dan secara psikodinamik
berhubungan dengan faktor-faktor yang menahun seperti kemarahan
yang dipendam. Gejala yang muncul pada neurosis cemas antara lain:
1) Gejala somatis dapat berupasesak nafas, dada tertekan, kepala
ringan seperti mengambang,lekas lelah, keringat dingan, dst. 2) Gejala
psikologis berupakecemasan, ketegangan, panik, depresi, perasaan
tidak mampu,dst.

2. Histeria
Histeria merupakan neurosis yang ditandai dengan reaksi-reaksi
emosional yang tidak terkendali sebagai cara untuk mempertahankan
diri dari kepekaannya terhadap rangsang-rangsang emosional. Pada
neurosis jenis ini fungsi mental dan jasmaniah dapat hilang tanpa
dikehendaki oleh penderita. Histeria terjadi karena pengalaman
traumatis (pengalaman menyakitkan) yang kemudian direpresi atau
ditekan ke dalam alam tidak sadar. Maksudnya adalah untuk
melupakan atau menghilangkan pengalaman tersebut.

3. Neurosis fobik
Neurosis fobik merupakan gangguang jiwa dengan gejala utamanya
fobia, yaitu rasa takut yang hebat yang bersifat irasional, terhadap
suatu benda atau keadaan. Neurosis fobik terjadi karena penderita
pernah mengalami ketakutan dan shock hebat berkenaan dengan situasi
atau bendatertentu, yang disertai perasaan malu dan
bersalah.Pengalaman traumastis ini kemudian direpresi (ditekan ke
dalam ketidaksadarannya). Namun pengalaman tersebut tidak bisa
hilang danakan muncul bila ada rangsangan serupa. Contohnya
Hematophobia (takut melihat darah), Hydrophobia (takut pada air),
Pyrophibia (takut pada api), Acrophobia (takut berada di tempat yang
tinggi)

4. Neurosis obsesif-kompulsif
Obsesi menunjuk pada suatu ide yang mendesak ke dalam pikiran atau
menguasai kesadaran dan istilah kompulsi menunjuk pada dorongan
atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk tidak dilakukan, meskipun
sebenarnya perbuatan tersebut tidak perlu dilakukan. Neurosis jenis ini
dapat terjadi karena faktor-faktor berikut: 1)Konflik antara keinginan-
keinginan yang ditekan atau dialihkan; 2) Trauma mental emosional,
yaitu represi pengalaman masa lalu (masa kecil). Contohnya
Kleptomania (keinginan yang kuat untuk mencuri meskipun dia tidak
membutuhkan barang yang ia curi), Pyromania (keinginan yang tidak
bisa ditekan untuk membakar sesuatu), Wanderlust (keinginan yang
tidak bisa ditahan untuk bepergian), Mania cuci tangan (keinginan
untuk mencuci tangan secara terus-menerus).

5. Neurosis Depresif
Neurosis depresif merupakan neurosis dengan gangguang utama pada
perasaan dengan ciri-ciri: kurang atau tidak bersemangat, harga diri
rendah, dan cenderung menyalahkan diri sendiri. Gejala-gejala utama
gangguan jiwa ini adalah: gejala jasmaniah (senantiasa lelah) dan
gejala psikologis (sedih, putus asa, cepat lupa, insomnia, anoreksia,
ingin mengakhiri hidupnya, dst).
6. Neurathenia
Neurasthenia disebut juga penyakit payah. Gejala utama gangguan ini
adalah tidak bersemangat, cepat lelah meskipun hanya mengeluarkan
tenaga yang sedikit, emosi labil, dan kemampuan berpikir menurun. Di
samping gejala-gejala utama tersebut juga terdapat gejala-gejala
tambahan, yaitu insomnia, kepala pusing, sering merasa dihinggapi
bermacam-macam penyakit, dst. Neurasthenia dapat terjadi karena
beberapa faktor yaitu sebagai berikut: 1)Terlalu lama menekan
perasaan, pertentangan batin, kecemasan. 2) Terhalanginya keinginan-
keinginan. 3) Sering gagal dalam menghadapi persaingan-persaingan.

D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan gangguan neurotik dilakukan
dengan cara menurunkan atau menghilangkan gejala-gejala neurotik,
mengembalikan fungsi-fungsi utama pada tubuh, dan meminimalkan adanya
resiko relaps (kambuh) yang muncul. Penatalaksanaan pada pasien dengan
gangguan neurotik ada dua yaitu secara farmakologi dan non farmakologi.
1. Terapi Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi dilakukan pada pasien dengan indikasi
gangguan neurotik sedang atau berat, memiliki riwayat gangguan
neurotik sebelumnya atau mengalami kegagalan pendekatan terapi
psikologi. Penggunaan obat-obatan harus sesuai dengan indikasi yang
ditunjukkan pasien, seperti untuk pasien dengan ansietas diberikan obat
diazepam dan untuk anti depresan diberikan obat amitripilin.

2. Terapi Non Farmakologi


Selain terapi farmakologi, penatalaksanaan gangguan jiwa neurotik juga
dapat dilakukan dengan terapi non farmakologi, diantaranya adalah:
a. Berolahraga secara rutin
b. Istirahat atau tidur yang cukup
c. Asupan diit yang seimbang dengan kebutuhan tubuh
d. Memiliki kesabaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri
e. Memiliki kegiatan yang rutin
f. Tidak mengonsumsi minuman beralkohol dan menggunakan obat-
obatan terlarang
g. Menyampaikan apa yang dirasakan atau dipikirkan kepada orang
yang dipercaya

E. Perawatan oleh Keluarga


Penatalaksanaan gangguan jiwa neurotik salah satunya dengan
melakukan penyesuaian diri. Penyesuaian diri merupakan salah satu proses
yang mencakup respon-respon mental yang berarti memiliki respon
emosional yang sehat dan tepat. Proses penyesuaian diri dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, salah satunya faktor lingkungan yang berasal dari
lingkungan keluarga.

Faktor lingkungan keluarga merupakan faktor yang sangat penting


untuk melatih penyesuaian diri individu. Keluarga merupakan media
sosialisasi dan interaksi sosial yang pertama dan utama diajalani individu
sebelum bersosialisasi ke lingkungan yang lebih luas, misalnya : sekolah
dan masyarakat umum. Peran keluarga yang mempengaruhi proses
penyesuaian diri dapat dilihat dari hubungan individu dengan orang tua
dan hubungan individu dengan saudara.

Pola hubungan antara orang tua dan anak mempunyai pengaruh


yang positif terhadap proses penyesuaian diri. Oleh karena itu, sebagai
orang tua sebaiknya menerima individu apa adanya, berlaku adil atau tidak
membedakan individu, tidak menghukum atau menerapkan prinsip disiplin
secara berlebihan, tidak memanjakan dan melindungi anak secara
berlebihan, dan tidak melakukan penolakan pada individu (fisik, psikis,
ide, dll). Sedangkan, peran sebagai saudara pada individu yang dapat
dilakukan adalah dengan saling menghargai, saling menghormati,
hubungan penuh persahabatan dan penuh kasih sayang antara yang satu
dengan yang lain.

Dalam hal ini, keluarga juga sangat berperan dalam menerapkan


prinsip budaya dan agama pada individu, misalnya : dengan melakukan
ibadah sesuai kepercayaan yang dianut. Agama dapat memberikan suasana
psikologis tertentu dalam mengurangi konflik frustasi, dan ketegangan
emosional lainnya. Ajaran agama dapat menjadi sumber nilai, norma,
kepercayaan, dan pola tingkah laku yang dapat memberikan tuntunan pada
tujuan hidup manusia. Sembahyang dan berdoa merupakan cara atau
media menuju arah kehidupan yang lebih nyaman, tenang, dan berarti bagi
manusia. Oleh karena itu, peran orang tua untuk membangun prinsip
keagamaan dalam keluarga juga sangat penting dalam membantu
penyesuaian diri individu.

DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. (2012). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Gaol, N. J. (2012). Retrieved Agustus 7, 2017, from Pusat Penyuluhan Penyakit


dan Gangguan Kejiwaan Yogyakarta: http://e-
journal.uajy.ac.id/153/3/2TA12720.pdf

Ibrahim, S. A. (2012). Panik Neurosis dan Gangguan Cemas (1st ed.). Tangerang:
Jelajah Nusa.

Kuntjojo. (2009). Psikologi Abnormal. Kediri: Universitas Nusantara PGRI.

Zakiyah, F. L. (2015). Hubungan Penyesuaian Diri dengan Kecenderungan


Neurotik pada Remaja MTs Darussalam Nganjuk. Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai