Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KEGAWATDARURATAN MEDIK RUMAH TANGGA


PINGSAN

Disusun oleh :
Alfu Izzatil Munna (32101800001)

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
Jl. Raya Kaligawe Km.4 Semarang 50112 PO Box 1054 Telp. (024) 6583584
Tahun 2019

[Type text] Page 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa karena atas rahmat dan karunianya kita
dapat mengenal ilmu, pengetahuan, tidak lupa kita haturkan shalawat beserta salam atas
junjungan alam Nabi besar kita yaitu nabi Muhammad saw. Dan kami mengucapkan
terimakasih kepada ibu dosen yang telah mengajari kami ilmu yang sangat banyak, berkat
ilmu itu juga kami mampu menyelesaikan makalah ini pada waktunya.

Dalam menyusun makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Semarang, 16 April 2019

Penulis

[Type text] Page 2


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sinkop berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata syn dan koptein yang artinya
memutuskan. Sehingga definisi sinkop (menurut European Society of Cardiology : ESC),
adalah suatu gejala dengan karakteristik klinik kehilangan kesadaran yang tiba-tiba dan
bersifat sementara, dan biasanya menyebabkan jatuh. Onsetnya relatif cepat dan terjadi
pemulihan spontan. Kehilangan kesadaran tersebut terjadi akibat hipoperfusi serebral.
Sinkop adalah kehilangan kesadaran sementara, biasanya terjadi secara singkat,
penurunan perfusi serebral secara tiba-tiba. Mungkin disebabka oleh disritmia jantung
oleh penurunan volume darah atau distribusi. Sinkop vasovagal adalah kondisi dimana
terjadi peningkatan parasimpatis secara mendadak dan penurunan singkat kardiak output
dan perfusi serebral. Pasien biasanya akan mengalami pusing, kunang-kunang (disebut
presinkop) berlanjut ke kehilangan kesadaran. Sinkop non kardiak biasanya tidak
membutuhkan perawatan dan sering ditangani dengan memposisikan pasien supinasi
dengan kaki lebih tinggi. Pastikan pasien tidak memiliki cedera saat jatuh (Chapleau Will
et a, 2008).
Sinkop sering terjadi pada orang dewasa, insiden sinkop meningkat dengan
meningkatnya umur. Hamilton mendapatkan sinkop sering pada umur 15-19 tahun, lebih
sering pada wanita daripada laki-laki, sedangkan pada penelitian Framingham
mendapatkan kejadian sinkop 3% pada laki-laki dan 3,5% pada wanita, tidak ada
perbedaan antara laki-laki dan wanita. Penelitian Framingham di Amerika Serikat tentang
kejadian sinkop dari tahun 1971 sampai 1998 (selama 17 tahun) pada 7814 individu,
bahwa insiden sinkop pertama kali terjadi 6,2/1000 orang/tahun. Sinkop yang paling
sering terjadi adalah sinkop vasovagal (21,1%), sinkop kardiak (9,5%) dan 36,6% sinkop
yang tidak diketahui penyebabnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Pingsan?
2. Apa saja etiologi Pingsan?
3. Bagiamana prinsip penanganan Pingsan?
4. Bagaimana bahaya Pingsan?
[Type text] Page 3
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Pingsan
2. Untuk mengetahui penyebab Pingsan
3. Utuk mengetahui prinsip penanganan Pingsan
4. Utuk mengetahui bahaya Pingsan

[Type text] Page 4


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Pingsan atau sinkop (menurut European Society of Cardiology : ESC), adalah suatu
gejala dengan karakteristik klinik kehilangan kesadaran yang tiba-tiba dan bersifat
sementara, dan biasanya menyebabkan jatuh. Onsetnya relatif cepat dan terjadi
pemulihan spontan. Kehilangan kesadaran tersebut terjadi akibat hipoperfusi serebral.²
Syncope adalah suatu istilah umum yang menggambarkan hilangnya kesadaran
seseorang yang terjadi tiba-tiba dan bersifat sementara. Ada beberapa sinonim untuk
syncope yaitu: benign faint, simple faint, neurogenic syncope, psychogenic syncope,
vasovagal syncope dan vasodepressor syncope.3

2.2 Etiologi
Faktor yang dapat memicu terjadinya syncope dibagi menjadi 2 yaitu: faktor
psikogenik (rasa takut, tegang, stres emosional, rasa nyeri hebat yang terjadi secara
tiba2 dan tidak terduga dan rasa ngeri melihat darah atau peralatan kedokteran seperti
jarum suntik) dan Faktor non psikogenik (posisi duduk tegak, rasa lapar, kondisi fisik
yang jelek, dan lingkungan yang panas, lembab dan padat).
Penyebab paling umum dari sinkop pada orang tua adalah hipotensi ortostatik,
refleks sinkop, terutama CSS, dan arrhythmias jantung (Angel Moya et al, 2009).
Adapun penyebab syncope paling sering dibedakan menjadi beberapa bagian
diantaranya yaitu:
1) Kardiak (Jantung) dan pembuluh darah
 Sumbatan Jantung
Gangguan pada jantung bisa disebabkan adanya sumbatan (obstruksi) pada
jantung sumbatan ini bisa disebabkan gangguan katup jantung, adanya tumor
dan pembesaran otot-otot jantung serta penyakit-penyakit jantung.
 Listrik Jantung
Gangguan listrik jantung menyebabkan gangguan irama dan frekuensi
denyutan jantung sehingga volume darah yang dipompa ke tubuh dan yang
[Type text] Page 5
sampai ke otak juga akan berkurang.
 Verrtebro vaskular system
Penyempitan pada pembuluh darah yang dikarenakan faktor umur,
merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes. Sistim
vertebrobasilar ini berisiko untuk terjadi penyempitan, dan jika ada gangguan
sementara pada aliran darah ke otak tengah (midbrain) dan reticular activating
system, pingsan atau syncope mungkin terjadi.
2) Persyarafan
 Vasovagal syncope
Di dalam tubuh manusia terdapat system reflek pada saraf yang secara
tidak sadar reflek saraf ini bisa menyebabkan penurunan tekanan darah
mendadak. Vasovagal syncope akibat dari tindakan saraf vagus yang kemudian
akan mengirim sinyal ke jantung kemudian memperlambat denyut jantung
sehingga seseorang pingsan. Vasovagal syncope ini biasanya dipicu oleh rasa
takut, nyeri, cedera, kelelahan dan berdiri terlalu lama. Situasi-situasi lain
umumnya menyebabkan denyut jantung untuk sementara melambat dan
menyebabkan pingsan seperti mengejan, batuk, bersin (Ocupational syncope)
yang dapat menyebabkan vagal response.
 Sinus Karotis
Sinus Karotis merupakan bagian dari pembuluh darah leher yang sangat
sensitif terhadap perubahan fisik dan regangan pembuluh darah pada daerah
tersebut. Karena terlalu sensitif, maka hal ini akan mengakibatkan pengiriman
impuls pada saraf pusat sehingga menstimulasi system saraf yang membuat
kehilangan kesadaran.
3) Pengaruh posisi tubuh
 Ortostatik Hypotensi
Postural Hypotension pembuluh-pembuluh darah perlu untuk
mempertahankan kekuatan mereka sehingga tubuh dapat menahan efek-efek
dari gravitasi (gaya berat) dengan perubahan-perubahan dalam posisi. Ketika
posisi tubuh berubah dari berbaring ke berdiri, sistim syaraf autonomik
meningkatkan kekuatan pada dinding-dinding pembuluh darah, membuat mereka
mengerut, dan pada saat yang sama meningkatkan denyut jantung supaya darah

[Type text] Page 6


dapat dipompa naik keatas ke otak yang menyebabkan tekanan darah yang
relatif rendah pada saat berdiri. Hal ini biasa terjadi pada lansia dan ibu hamil.
Biasanya, pingsan akan terjadi ketika seseorang berdiri dengan cepat dan
tidak ada cukup waktu untuk tubuh untuk mengkompensasi. Hal ini membuat
jantung berdenyut lebih cepat, serta terjadi vasokontriksi pembuluh-pembuluh
darah untuk mempertahankan tekanan darah tubuh dan aliran darah ke otak.
4) Kekurangan komponen-komponen tubuh
 Hipoglikemi
Penurunan gula darah tiba-tiba menyebabkan penurunan glukosa yang
tersedia untuk fungsi otak. Hal ini dapat dilihat pada penderita diabetes yang
cenderung overdosis insulin. Jika orang kehilangan dosis, mungkin tergoda
mengambil dosis insulin tambahan untuk menebus dosis yang terabaikan. Dalam
kasus tersebut, gula darah cenderung tiba-tiba jatuh, dan membuat orang
menjadi shock insulin.
 Ketidakseimbangan elektrolit
Hal ini dikarenakan perubahan konsentrasi cairan dalam tubuh dan juga
secara langsung mempengaruhi tekanan darah dalam tubuh.
 Anemia
Anemia adalah suatu kondisi kurangnya sel darah merah (eritrosit) lebih
spesifiknya adalah hemoglobin (Hb). Hal ini menyebabkan kurangnya jumlah
oksigen mencapai otak yang menyebabkan pingsan, dikarenakan Hb tersebut
adalah alat transportasi oksigen untuk sampai di sel dalam hal ini sel-sel yang
ada di otak.
5) Penyebab lain
 Kehamilan
Hal ini disebabkan oleh tekanan dari inferior vena cava (vena besar yang
mengembalikan darah ke jantung) oleh kandungan yang membesar dan
oleh orthostatic hypotension.
 Obat-obatan
Obat-obat lain mungkin juga penyebab yang berpotensi dari pingsan atau
syncope termasuk yang untuk tekanan darah tinggi yang dapat melebarkan
pembuluh-pembuluh darah, antidepressants yang dapat mempengaruhi aktivitas
[Type text] Page 7
elektrik jantung, dan yang mempengaruhi keadaan mental seperti obat-obat
nyeri, alkohol, dan kokain.

2.3 Prinsip Penanganan


a. Prinsip Umum Penangan Sinkop
Tujuan utama terapi pasien dengan sinkop adalah untuk memperpanjang
harapan hidup, membatasi cedera fisik dan mencegah rekurensi. Kepentingan dan
prioritas sasaran yang berbeda ini bergantung pada penyebab sinkop.
Penanganan syncope sebenarnya cukup sederhana yaitu memastikan sirkulasi
udara di sekitarnya baik selanjutnya menempatkan pasien pada posisi supine atau
posisi shock ( shock position). Kedua posisi ini bisa memperbaiki venous return ke
jantung dan selanjutnya meningkatkan cerebral blood flow. Selain intervensi tersebut
pasien dapat diberikan oksigen murni 100% melalui face mask dengan kecepatan
aliran 6-8 liter per menit dan minuman manis. Bila intervensi dapat dilakukan segera
maka biasanya kesadaran pasien akan kembali dalam waktu relatif cepat. Pada
pasien gangguan irama jantung bisa diberikan obat-obatan arytmia seperti
golongan beta blocker. Untuk gangguan listrik jantung dan sumbatan bisa diberikan
obat-obatan pacemaker (pacu jantung).
Tatalaksana kegawatdaruratan medis dilakukan yaitu penilaian tentang jalan
napas (airway), pernapasan (breathing), sirkulasi( circulation), kesadaran (disability).
Pada pasien yang mengalami syncope, perlu dimonitor kesadarannya secara
berkala dengan melakukan komunikasi verbal dengan pasien. Apabila pasien dapat
merespon baik secara verbal maupun non verbal berarti aspek
airway dan breathing baik. Aspek circulation dapat dinilai dengan memonitor nadi
arteri radialis dan pengukuran tekanan darah.
Adapun pencegahan yang bisa dilakukan pada pasien syncope bergantung
pada penyebabnya, mungkin ada kesempatan untuk mencegah serangan-serangan
pingsan seperti:
1) Pasien-pasien yang telah mempunyai episode vasovagal mungkin sadar atas
tanda-tanda peringatan dan mampu untuk duduk atau berbaring sebelum
pingsan dan mencegah episode pingsan.

[Type text] Page 8


2) Untuk pasien-pasien yang lebih tua dengan orthostatic hypotension, menunggu
satu detik setelah merubah posisi-posisi mungkin adalah segalanya yang
diperlukan untuk mengizinkan refleks-refleks tubuh untuk bereaksi.
3) Pemasukan cairan yang memadai mungkin cukup untuk mencegah dehidrasi
sebagai penyebab untuk pingsan atau syncope.
Kerangka terapi secara umum didasarkan pada stratifikasi resiko dan identifikasi
mekanisme spesifik bila memungkinkan sebagaimana terangkum dalam gambar 9.

Gambar 9. Terapi Sinkop3


b. Manajemen Sinkop refleks
Landasan awal manajemen non farmakologi pada pasien dengan sinkop refleks
adalah edukasi dan penekanan bahwa kondisi ini merupakan penyakit yang tidak
membahayakan. Secara umum, terapi awal menekankan edukasi pada
kewaspadaan dan menghindari pencetus yang mungkin (seperti lingkungan yang
ramai dan panas, deplesi volume), pengenalan awal terhadap gejala prodromal dan
melakukan manuver untuk mencegah episode (seperti posisi telentang, physical
counterpressure manoeuvres (PCM)). Penting untuk menghindari obat yang dapat
menurunkan tekanan darah (termasuk α bloker, diuretik dan alkohol). 3

[Type text] Page 9


Terapi farmakologi, banyak obat telah diteliti untuk terapi sinkop refleks,
kebanyakan dengan hasil yang mengecewakan. Obat-obatan ini termasuk β bloker,
dysopiramid, scopolamin, teofilin, efedrin, etilefrin, midodrine, clonidin, dan serotonin
reuptake inhibitor.

2.4 Bahaya
a. Resiko kematian dan kejadian mengancam nyawa
Penyakit jantung struktural dan penyakit pada sistem listrik jantung, adalah
faktor resiko mayor SCD dan mortalitas keseluruhan pada pasien dengan sinkop. 3
Hipotensi ortostatik memiliki dua kali resiko kematian yang lebih tinggi berkaitan
dengan keparahan komorbidnya dibandingkan dengan populasi umum.
b. Rekurensi Sinkop dan resiko cedera fisik
Pada studi populasi, sekitar sepertiga pasien mengalami rekurensi sinkop pada
follow-up 3 tahun. Jumlah episode sinkop selama kehidupan adalah prediktor
terkuat rekurensi. Contohnya, pada pasien dengan diagnosis yang belum jelas,
resiko rendah dan usia >40 tahun, riwayat satu atau dua episode sinkop selama
kehidupan diprediksi mengalami 15 dan 20% rekurensi setelah 1 dan 2 tahun,
secara respektif, sedangkan riwayat 3 episode sinkop selama kehidupan diprediksi
mengalami rekurensi 36 dan 42% setelah 1 dan 2 tahun, secara respektif.
Morbiditas mayor, seperti fraktur dan kecelakaan lalu lintas, dilaporkan pada 6%
pasien, dan cedera minor seperti laserasi dan hematom pada 29%. Sinkop rekuren
dihubungkan dengan fraktur dan cedera jaringan lunak pada 12% pasien. Pada
pasien yang masuk ke unit gawat darurat (UGD), trauma minor dilaporkan pada
29.1% dan trauma mayor pada 4.7% kasus; prevalensi tertinggi (43%) diobservasi
pada pasien yang lebih tua dengan sindroma sinus karotis.3
Morbiditas yang tinggi didapatkan pada lansia dan bervariasi mulai dari
kehilangan kepercayaan diri, depresi, dan ketakutan untuk jatuh, hingga fraktur dan
perawatan lanjut.3

[Type text] Page 10


BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pingsan atau sinkop (menurut European Society of Cardiology : ESC), adalah suatu
gejala dengan karakteristik klinik kehilangan kesadaran yang tiba-tiba dan bersifat
sementara, dan biasanya menyebabkan jatuh.
Faktor yang dapat memicu terjadinya syncope dibagi menjadi 2 yaitu: faktor
psikogenik (rasa takut, tegang, stres emosional, rasa nyeri hebat yang terjadi secara
tiba2 dan tidak terduga dan rasa ngeri melihat darah atau peralatan kedokteran seperti
jarum suntik) dan Faktor non psikogenik (posisi duduk tegak, rasa lapar, kondisi fisik
yang jelek, dan lingkungan yang panas, lembab dan padat). Penyebab paling umum dari
sinkop pada orang tua adalah hipotensi ortostatik, refleks sinkop, terutama CSS, dan
arrhythmias jantung (Angel Moya et al, 2009).
Prinsip penanganan pasien sinkop adalah untuk memperpanjang harapan hidup,
membatasi cedera fisik dan mencegah rekurensi. Terapi optimal untuk sinkop harus
ditujukan pada etiologi yang mendasari.
3.2 Saran
Diperlukan diagnosis yang tepat tentang penyebab sinkop kardiak agar
penatalaksanaan lebih optimal, sehingga angka kematian dapat diturunkan.

[Type text] Page 11


DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, sinkop neurologis. From:


http://medicastore.com/penyakit/633/Pingsan_sinkop.html Diakses tanggal 19 Juni
2014.
2. Hauser S.L. 2006, Harrison's Neurology in Clinical Medicine, 2006. San Francisco:
Megraw Hill.
3. David B.Kamadjaja, 2010, Vasopressor Syncope di tempat praktek dokter gigi:
Bagaimana mencegah dan mengatasinya? Departemen Bedah Mulut dan Maxilofacial
Vol.59, No.1, Hal 8-13 Jurnal PDGI.
4. Anonym, penatalaksanaan sinkop. From http://www.blueclassy.com/kesehatan-
pingsan-sinkop.html. Diakses pada tanggal: 20 Juni 2014
5. Anonym, gejala-gejala sinkop. From
http://www.seputarkesehataninstitute.com/200/07/sinkop-pingsan.html Diakses pada
tanggal: 20 Juni 2014
6. Ginsberg, Lionel (2008), Kedaruratan Neurologis, Jakarta: Erlangga
7. Joanne L. Thanavaro, 2009, Management and Evaluation of Syncope, DNP, ANP-
BC,ACNP-BC, DCC St. Louis University School of Nursing, Missouri, Springer
Publishing Company
8. K.W., Bone, Ian & Callander, Robin. 2004. Neurology and Neurosurgery Illustrated 4 th
Edition. Toronta: Churchill Livingstone.
9. Moya A, Sutton R, Ammirati F, et al. Guidelines for The Diagnosis and Management of
Syncope: The Task Force for The Diagnosis and Management of Syncope of The
European Society of Cardiology (ESC). Eur Heart J 2009;30:2646
10. Plum and Posner's. Diagnosis of stupor and coma. Fourth Edition. 2007
11. Sidharta, Priguna & Mardjono, Mahar. 2006. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum.
Jakarta; Dian Rakyat.

[Type text] Page 12


[Type text] Page 13

Anda mungkin juga menyukai