Anda di halaman 1dari 19

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

SYNCOPE

Dosen Pembimbing :

Nur Hidayati, S.Kep.,Ns.M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 8:

1. Hanif Wahyu Erifiana (1602012135)


2. Juhan Setiawan (1602012141)
3. SindiAmalia S (1602012161)

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “KeperawatanGawatDarurat
Syncope ” sesuai waktu yang ditentukan.
Makalah ini penulis susun sebagai salah satu pemenuhan tugas Keperawatan
GawatDarurat pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Lamongan.

Dalam penyusunan Makalah ini, penulis mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat Bapak/Ibu:

1. Drs. H. Budi Utomo, Amd.Kep., M.Kes, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah


Lamongan.
2. Arifal Aris, S.Kep., Ns., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Lamongan.
3. Suratmi, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Lamongan.
4. Nur Hidayati, S.Kep.,Ns.M., selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat
Universitas Muhammadiyah Lamongan.

Semoga Allah SWT memberi balasan pahala atas semua amal kebaikan yang diberikan.
Penulis menyadari Makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan, akhirnya penulis berharap semoga Makalah ini
bermanfaat bagi penulis pada khususnya bagi semua pembaca pada umumnya.

Lamongan, 1 April 2019

Penulis
Daftar Isi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Syncope merupakan masalah yang tidak terlaluberbahaya,namun dalam beberapa kasus
berkaitan dengan masalah kardiovaskular yang mendasar dan menyebabkan risiko kematian
mendadak. Jenis-jenis syncope antara lain syncope vaskuler, syncope kardiak, syncope
neurologic atau serebrovaskuler, syncope metabolic dan syncope situasional (Hardisman,
2014).
Faktor pemicu penyebab syncopeadalah kurang tidur, melihat darah, keracunan alkohol,
angkat berat, gelisah, berdiri terlalu lama dalam antrian keramaian terutama di musim panas
(Khadilkar, 2013)
Berdasarkan penelitian kejadian syncope yang dialami oleh pasien dengan kasus
pencabutan gigi ditangani dengan memberikan posisi supine dan tungkai disanggah lebih
tinggi dari tubuh dan diberikan terapi oksigen dengan masker ( David,2010 ).
Angka kejadian di Amerika tahun 2003 di perkirakan 3% dari kunjungan pasien di gawat
darurat di sebabkan oleh syncope dan merupakan 6% alasan seseorang datang ke rumah
sakit. Penelitian yang dilakukan Hamilton pada tahun 2003 mendapatkan syncope sering
terjadi pada umur 15-19 tahun, lebih sering pada wanita, sedangkan pada penelitian
Framingham pada tahun 2005 mendapatkan kejadian syncope 3% pada laki-laki dan 3,5%
pada wanita. Syncope yang sering terjadi adalah syncope vasovagal (21,1%), syncope cardiac
(9,5%) dan 36,6% syncope yang tidak diketahui penyebabnya. Sedangkan di Eropa dan
Jepang kejadian syncope adalah 1-3,5%. Syncope vascular merupakan penyebab syncope
yang terbanyak, kemudian diikuti oleh syncope kardiak (Alimurdianis 2010).

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sinkop?
2. Apa etiologi dari sinkop ?
3. Bagaimana patofisiologi dari sinkop ?
4. Apa saja manifestasi klinis dari sinkop?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada sinkop?
6. Bagaimanapenatalaksanaanmedisdannonmedispadasinkop ?
7. Apasaja diagnostic keperawatandarisinkop ?
8. Bagaimana intervensikeperawatandarisinkop ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi sinkop
2. Untuk mengetahui etiologi dari sinkop
3. Untuk mengetahui patofisiologidarisinkop
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari sinkop
5. Untuk mengetahui macam-macam pemeriksaaan diagnostik pada sinkop
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada sinkop
7. Untuk mengetahui diagnostic keperawatan dari sinkop
8. Untuk mengetahui intervensi keperawatan dari sinkop
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Syncope adalah kehilangan kesadaran dan kekuatan postural tubuh yang
tiba-tiba dan bersifat sementara, dengan konsekuensi terjadi pemulihan spontan.
Kehilangan kesadaran tersebut terjadi akibat penurunan aliran darah ke otak dan
akan membaik tanpa membutuhkan terapi kimiawi maupun elektrik (Hardisman,
2014).
Jatuh pingsan adalah hilangnya kesadaran dan kontrol otot untuk sesaat
(beberapa detik hingga beberapa menit) yangmenyebabkan seseorang
terjatuhsecara mendadak. Penyebabnya adalah panas disertai dehidrasi, tekanan
emosi, perubahan posisi tubuh yang mendadak seperti dari jongkok ke berdiri,
sakit perut, berdiri terlalu lama, kehilangan darah, batuk-batuk, nyeri saat buang
air kecil, pengobatan tertentu, merosotnya kadar gula darah (hipoglikemi)dan
gangguan jantung (Saubers 2011).
2.2 Etiologi Sinkop
Faktor yang dapatmemicuterjadinya syncope dibagimenjadi 2 yaitu:
faktorpsikogenik (rasa takut, tegang, stresemosional, rasa nyerihebat yang
terjadisecara tiba2 dantidakterdugadan rasa
ngerimelihatdarahatauperalatankedokteransepertijarumsuntik) danFaktor non
psikogenik (posisi duduk tegak, rasa lapar, kondisifisik yang jelek, danlingkungan
yang panas, lembabdanpadat).Penyebab paling umum dari sinkop pada orang tua
adalah hipotensi ortostatik, refleks sinkop, terutama CSS, dan arrhythmias jantung
(Angel Moya et al, 2009).
Adapun penyebab syncope paling sering dibedakan menjadi beberapa
bagian diantaranya yaitu: (Hardisman, 2014)
1. Vaskuler
Disebabkan oleh adanya penurunan volume darah. Volume darah akan
berkurang pada perdarahan, dehidrasi, keringat berlebihan dan berkemih
berlebihan.
2. Kardiak
Disebabkan oleh irama jantung yang tidak beratuaran, biasanya karena
takiaritmia (ventricular atau supraventrikuler) atau bradiaritmia. Pada
seseorang yang memiliki irama jantung abnormal, jantungnya tidak mampu
meningkatkan curah jantung untuk mengkompensasi menurunya tekanan
darah. Ketika dalam keadaan istirahat, orang tersebut akan merasa baik-baik
saja; mereka akan pingsan jika sedang melakukan aktivitas karena kebutuhan
tubuh akan oksigen akan meningkat secara tiba-tiba. Keadaan ini disebut
sinkop eksersional.
3. Neurologic atau Serebrovaskuler
Mekanisme kompensasi terhadap sinyal yang berasal dari bagian tubuh
lain. Kram usus bisa mengirim sinyal kejantung melalui syaraf vagus yang
akan memperlambat denyut jantung sehingga pingsan. Berbagai sinyal lainya
bias menyebabkan pingsan jenis ini misalnya nyeri, ketakutan, melihat darah
4. Metabolic
Penyebab metabolik pada syncope sangat jarang, gangguan metabolic
yang menyebabkan syncope adalah hipoglikemia, anemia, hiperventilasi
(berkurangnya kadar karbondioksida dalam darah).
5. Syncope situasional
Syncope situasional merupakan kondisi pingsan pada situasi tertentu yang
menyebabkan gangguan peredaran darah ke otak 20 misalnya karena batuk
atau karena berkemih berlebihan biasanya terjadi jika jumlah darah yang
mengalir kembali ke jantung berkurang selama mengendan.

2.3 Patofisiologi
Pingsan ortostatik terjadi jika seseorang duduk atau berdiri terlalu cepat.
Parade ground syncope terjadi jika seseorang berdiri untuk waktu yang lama pada
cuaca yang panas. Otot kaki tidak digunakan sehingga tidak mendorong darah
kearah jantung, karena itu darah terkumpul di pembuluh balik tungkai dan
tekanan darah turun. Syncope vasovagaldapat terjadi jika seseorang duduk atau
berdiri, dan sering didahului oleh mual, kelemahan, menguap, penglihatan kabur
dan berkeringat. Penderita terlihat pucat, denyut nadi semakin melambat dan
kemudian pingsan (Hardisman, 2014).

Pathway

Gangguansu
playnutrisid
Jantung Saraf PosisiTubuh
anelektrolit

Hipoglikemia Hiponatremi Sumbatan Ortotastikhipertensi


Vasovagal
gg
sinudcarotis postural hypotensi
pembuluhda
rah

Gangguanpo
mpajantung
Tekanandarahmenurun

Nutrisiselota
Gangguansuplaidarah
kTidakadeq
uat
Gangguancurahjantung

KelemahanPe
nurunanKinerj Gangguansuplay O2 Penurunansuplaydarahp
aotak adajaringantubuhdanota
k

Jaringan Otak
Penurunanalirand
arahpddaerahperif
Hipoksia Gangguan erdanselotak
perfusi
jaringan
serebral
penurunansuplay Gangguan Gangguan
O2 perfusi transportasi ke
padajaringandanse jaringan dan sel otak
lotak

Hipoksia jaringan dan


sel otak
Perfusi jaringan
otak tidak efektif
Syncope

Iskemia

Prognosa lebih
buruk

2.4 Manifestasi Klinis Sinkop


Syncope bisa didahului oleh pusing atau perasaan melayang, terutama
pada saat seseorang sedang dalam keadaan berdiri. Setelah jatuh, tekanan darah
akan kembali meningkat karena penderita telah berbaring dan karena penyebab
pingsang telah hilang. Berdiri terlalu cepat dapat menyebabkan penderita kembali
pingsan. Jika penyebabnya adalah gangguan irama jantung, pingsan akan terjadi
dan berakhir secara tiba-tiba. Saat sebelum pingsan, kadang penderita mengalami
palpitasi (jatung berdebar) (Hardisman, 2014) .

2.5 Pemeriksaan Diagnostik


Selain pemeriksaan fisik, tanda vital dan anamnase, klien syncope juga
memerlukan beberapa pemeriksaan untuk menegakkan diagnose dan
penyebab syncope diantaranya yaitu:
1. EKG
Untuk mengetahui adanya gangguan listrik jantung dan sumbatan pada
jantung
2. Holter monitor
Untuk mengetahui perubahan dan fluktuasi kondisi jantung serta
mengetahui irama dan denyut jantung yang abnormal yang mungkin terungkap
sebagai penyebab yang potensial dari pingsan atau syncope.
3. Tilt Table Test
Merupakan pemeriksaan untuk mendiagnosa ortostatic hypotensi.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menempatkan pasien diatas meja,
kemudian meja dimiringkan secara bertahap dari posisi horisontal hingga
posisi vertikal. Selama pemeriksaan tekanan darah dan nadi terus dipantau
sesuai dengan posisi-posisi yang berbeda.
4. Masase Carotis
Masase carotis dapat mendeteksi penyebab syncope, salah satu dugaannya
yaitu aritmia (takikardi). Masase carotis dapat dilakukan untuk
menurunkan heart rate. Pemijatan dilakukan di salah satu arteri carotis selama
10 menit dengan maksud untuk merangsang system parasympatis sehingga
dapat memperlambat denyut jantung.
5. CT Scan
Untuk mengetahui adanya lesi dalam otak dan sebagai pencitraan otak
6. Tes Laboratorium diantaranya: Complete Blood Count, tes elektrolit, glukosa
darah, tes fungsi ginjal
2.6 PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN
Penatalaksanaan sinkope menurut (Kamadjaya, 2009) :

1.Tatalaksana kegawatdaruratan medis :

a. Pada penderita yang mengalami syncope perlu dimonitor


kesadarannya secara berkala dengan melakukan komunikasi verbal dengan
penderita. Apabila penderita dapat merespon baik secara verbal
maupun non-verbal berarti airway & breathing penderita baik.

b. Circulation dapat dinilai dengan memonitor nadi arteri radialis


dan pengukuran tekanan darah. Tekanan darah sistolik, meskipun turun,
pada umumnya masih berada di atas 70 mmHg. Sebaliknya,
padapenderita yang mengalami syok tekanan darah dapat menurun
secaradrastis sampai di bawah 60 mmHg. Pada hipotensi berat semacam
itudapat terjadi hilangnya kesadaran dimana pnderita tidak
memberikanrespon dengan rangsang verbal. Hilangnya kesadaran
dapatdipastikan dengan tidak adanya respon motorik terhadap
rangsangnyeri, misalnya dengan cubitan, pada ekstremitas atas penderita.

c. Apabila terjadi penurunan atau kehilangan kesadaran yang


disertaihipotensi maka segera lakukan posisi supine, dimana
kepala dantungkai diletakkan lebih tinggi daripada kepala.

d. Pada penderita yang hilang kesadarannya perlu dilakukan intervensiuntuk


membebaskan jalan nafas yaitu dengan chin lift dan head tiltyang
bertujuan untuk mengangkat pangkal lidah ke anterior
untukmembebaskan orofaring dan mengevaluasi fungsi pernafasan
denganlook-feel-listen. Diberikan oksigen tambahan dengan sarana
facemask dengan tetap mempertahankan terbukanya jalan nafas

Penanganan syncope sebenarnya cukup sederhana yaitu memastikan


sirkulasi udara di sekitarnya baik selanjutnya menempatkan pasien pada
posisi supine. Kedua posisi ini bisa memperbaiki venous return ke jantung
dan selanjutnya meningkatkan cerebral blood flow. Selain intervensi
tersebut pasien dapat diberikan oksigen murni 100% melalui face mask
dengan kecepatan aliran 6-8 liter per menit dan minuman manis. Bila
intervensi dapat dilakukan segera maka biasanya kesadaran pasien akan
kembali dalam waktu relatif cepat. Pada pasien gangguan irama jantung
bisa diberikan obat-obatan arytmia seperti golongan beta blocker. Untuk
gangguan listrik jantung dan sumbatan bisa diberikan obat-
obatan pacemaker (pacu jantung). Tatalaksana kegawatdaruratan medis
dilakukan yaitu penilaian tentang jalan napas, pernapasan, sirkulasi,
kesadaran. Pada pasien yang mengalami syncope, perlu dimonitor
kesadarannya secara berkala dengan melakukan komunikasi verbal dengan
pasien. Apabila pasien dapat merespon baik secara verbal maupun non
verbal berarti aspek airway dan breathing baik. Aspek circulation dapat
dinilai dengan memonitor nadi arteri radialis dan pengukuran tekanan
darah.

2.7 DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan aliran darah ke otot jantung
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d penurunan sirkulasi darah ke
otak akibat penurunan suplay O2 & nutrisi
2.8 INTERVENSI
Diagnosa NOC NIC

1. Penu NOC : NIC :


runa  Cardiac pump effectiveness Cardiac care
n  Circulation status 1. Evaluasiadanyany
cura  Vital sign status eridada
h (intensitas,lokasi,d
KriteriaHasil :
jantu urasi)
ng Setelah 2. Catatadanyadisrit
b/d dilakukantindakankeperawatanselama…x2 miajntung
adan 4jam makadiharapkandengankriteriahasil : 3. Catatadanyatandad
ya angejalapenurunan
1. Tanda vital dalamrentan normal
gang cardiac output
(Td,Nadi,RR)
guan 4. Monitor status
2. Dapatmentoleransiaktivitas,
alira pernafasanygmena
tidakadakelelahan
n dar ndakangagaljantun
3. Tidakada edema paru
ah g
4. Tidakadapenurunankesadaran
ke 5. Memonitor TTV
otot 6. Memonitor tingkat
jantu kesehatan
ng 7. Memonitor SpO2
2. Keti NOC : NIC :
dake  Circulation status Manajemensensasiperife
fekti  Tissue perfusion : cerebral r
fan 1. Monitor
Setelah
perf adanyadaerahterte
dilakukantindakankeperawatanselama
usi ntu yang
….x24jam makadiharapkankriteriahasil
jarin hanyapekaterhada
:
gan ppanas/dingin/taja
sere 1. Mendemonstrasikan status m/tumpul
bral sirkulasiygditandaidengan 2. Batasigerakanpada
b/d Tekanan systole dan diastole kepala,
penu dalamrentanygdiharapkan, leherdanpunggung
runa tidakadatandatandapeningkatanteka 3. Kolaborasipemberi
n nanintrakarnial (lebihdari ananalgetik
sirku 15mmHg) 4. Diskusikanmengen
lasi 2. Mendemonstrasikankemampuanko aipenyebabperuba
dara gnitifygditandaidenganberkomunik hansensasi
h ke asidenganjelas, 5. Posisikan
otak membuatkeputusandenganbenar (baringkan) badan
akib 6. Eliminasi kaki
at
penu
runa
n
supl
ay
O2
&
nutri
si
BAB 3

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Sinkop adalah kehilangan kesadaran sementara akibat hipoperfusi serebral
global transien dikarakteristikkan dengan onset cepat, durasi yang pendek, dan
pemulihan spontan. Prevalensi dan insiden sinkop meningkat seiring pertambahan
usia dengan hingga 30% angka kejadian rekuren. Secara garis besar, klasifikasi
sinkop didasarkan atas patofisiologi yang mendasarinya; terdiri dari: (i) Sinkop
Refleks (Neurally-mediated syncope), (ii) Sinkop akibat hipotensi ortostatik, dan (iii)
sinkop kardiak (kardiovaskular).
Evaluasi pasien dengan sinkop dimulai dengan anamnesis, pemeriksaan fisis,
dan EKG standar. Bila pada evaluasi awal diagnosis masih belum jelas, selanjutnya
dilakukan stratifikasi resiko dan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan etiologi.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain : masase sinus karotis, challenge
ortostatik berupa berdiri aktif dan tilt test, monitoring elektrokardiografi (contohnya
monitoring holter atau pemasangan implantable loop recorder), studi
elektrofisiologi, ekokardiografi, tes adenosin trifosfat, excercise stress test,
angiografi koroner serta evaluasi neurologis maupun psikiatri bila diperlukan.
Prinsip penanganan pasien sinkop adalah untuk memperpanjang harapan
hidup, membatasi cedera fisik dan mencegah rekurensi. Terapi optimal untuk sinkop
harus ditujukan pada etiologi yang mendasari.
1.2 Saran
Agar
mahasiswadapatmenyusunasuhankeperawatandenganbenardantepatsertadapatpengetahuant
entang syncope
DAFTAR PUSTAKA

Alimurdianis. (2010). Diagnosis dan piñata laksanaan sinkop kardiak. Skripsi. Naskah tidak
dipublikasikan. Sub Bagian Kardiologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran
UNAND, Padang. Indonesia
Angel Moya et al. 2009. Guidelines for the Diagnosis and Management of Syncope. Oxford:
European Heart Journal.

David b. (2010) vasodepressor syncope di tempat praktek dokter gigi: bagaiman mencegah dan
mengatasinya?. Jurnal PDGI, 59 (1), 8-13
Hardisman. (2014). Gawat Darurat Medik Praktis. Yogyakarta: pustaka baru
Khadilkar, et al. (2013). ‘ Are Syncopes in sitting and supine Position Diferent? Body Position
Syncope :A Study Of III Patients’, Indra original article
Salim et al. 2005. Effectiveness of Fludrocortisone and Salt in Preventing Syncope Resurrence in
Children. New York: Elsevier Limited.

Saubers, Nadin 2011, Semua yang Harus Anda Ketahui Tentang P3K, Mitra Setia, Yogyakarta.
Notulen

1. Siti Afifatul Adhimah (penanya)


Pertanyaan : bagaimana patofisiologi terjadinya syncope tolong dijelaskan sampai
dengan muncul masalah keperawatan
Sindi Amalia S (Jawab)
Jawaban : seperti halnya yg ada di ppt jadi gini
Pingsan ortostatik terjadi jika seseorang duduk atau berdiri terlalu cepat.
Parade ground syncope terjadi jika seseorang berdiri untuk waktu yang lama pada
cuaca yang panas. Otot kaki tidak digunakan sehingga tidak mendorong darah
kearah jantung, karena itu darah terkumpul di pembuluh balik tungkai dan
tekanan darah turun. Syncope vasovagaldapat terjadi jika seseorang duduk atau
berdiri, dan sering didahului oleh mual, kelemahan, menguap, penglihatan kabur
dan berkeringat. Penderita terlihat pucat, denyut nadi semakin melambat dan
kemudian pingsan (Hardisman, 2014).

Pathway

Gangguansu
playnutrisid
Jantung Saraf PosisiTubuh
anelektrolit

Hipoglikemia Hiponatremi Sumbatan Ortotastikhipertensi


Vasovagal
gg
sinudcarotis postural hypotensi
pembuluhda
rah

Gangguanpo
mpajantung
Tekanandarahmenurun

Nutrisiselota
Gangguansuplaidarah
kTidakadeq
uat
Gangguancurahjantung

KelemahanPe
nurunanKinerj Gangguansuplay O2 Penurunansuplaydarahp
aotak adajaringantubuhdanota
k

Jaringan Otak
Penurunanalirand
arahpddaerahperif
Hipoksia Gangguan erdanselotak
perfusi
jaringan
serebral

penurunansuplay Gangguan Gangguan


O2 perfusi transportasi ke
padajaringandanse jaringan dan sel otak
lotak

Hipoksia jaringan dan


sel otak
Perfusi jaringan
otak tidak efektif
Syncope

Iskemia

Prognosa lebih
buruk
2. Susi Rosita Amalia (penanya)
Pertanyaan : apa perbedaan dari syncope dan penurunan kesadaran mohon
dijelaskan serta penangananya bagaimana
Hanif Wahyu Erifiana (jawab)
Jawaban : berbeda dengan pingsan yang hanya berlangsung sementara dan kembali
sadar penuh setelahnya, penurunan kesadaran dapat menetap untuk waktu yg lebih lama
Penanganan dari syncope seperti halnya ditayangkan di video menurut dr.oz sedangkan
penurunan kesadaran dengan cara amankan diri,lingkungan,serta pasien dan berikan
posisi supine, dimana kepala dantungkai diletakkan lebih tinggi daripada kepala.

Anda mungkin juga menyukai