Anda di halaman 1dari 17

SOSIALISASI DAN SIMULASI SYNCOPE MANAGEMENT BAGI

REMAJA DIDESA PIKATAN KECAMATAN


GENDING KABUPATEN PROBOLINGGO

disusun guna memenuhi tugas program pendidikan profesi (Ners)

DiSusun Oleh:
Dwi Yuli Maulidiyanto
Linda Ayu
Nuvia Ayu
Ummy Khoirun Nisak
Dwi Yusro Liana
Vera Novitasari
Riki Pratama

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HASHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2020

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sinkop adalah kehilangan kesadaran karena berkurangnya pasokan darah ke batang
otak. Hal ini dapat terjadi akibat hipoperfusi pancerebral disebabkan oleh refleks vasovagal,
hipotensi ortostatik, atau curah jantung menurun atau dari hipoperfusi selektif batang otak
akibat iskemia vertebrobasilar. Sinkop berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata syn
dan koptein yang artinya memutuskan. Sehingga definisi sinkop (menurut European Society
of Cardiology : ESC), adalah suatu gejala dengan karakteristik klinik kehilangan kesadaran
yang tiba!tiba dan bersifat sementara, dan biasanya menyebabkan jatuh. "nsetnya relatif
cepat dan terjadi pemulihan spontan. kehilangan kesadaran tersebut terjadi akibat
hipoperfusi serebral.
Pingsan (sinkop) adalah hilangnya kesadarandisebabkan oleh penurunan sementara
aliran darah ke otak (Ginsberg,2008). Tiga persen sampai lima persen kasus yang masuk ke
IGD(Instalasi Gawat Darurat) adalah karena pingsan dan pingsan menempatijumlah 1%-3%
dari total pasien yang masuk rumah sakit. Dua puluh limapersen pasien pingsan dapat
ditegakkan diagnosisnya setelah pemeriksaanfisik sedangkan pada 40% pasien pingsan
belum diketahui penyebabnya(Rad et al,2014) .
Pingsan dapat terjadi karena kurang aliran darah ke otak, sehingga
terjadi penurunan perfusi serebral. Sebelum terjadinya pingsan akan ada
episode presinkop. Tanda-tanda pingsan dilaporkan pasien seperti kram,
mata berkunang, pusing, pandangan melayang, terlihat pucat, merasa sesak
(stress pernapasan) dan telinga berdengung (Crain & Gershel, 2010).
Menurut Shim et al (2014), bahwa seseorang yang mengalami pingsan
disebabkan oleh beberapa hal yaitu lingkungan yang panas, berdiri terlalu
lama, nyeri, sakit, marah, berdiri, puasa, kelelahan dan menggunakan obat-obatan.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami konsep mengenai sinkop agar dapat diketahui
dan bisa ditangani secara tepat dan cepat untuk menghindari terjadinya
kemungkinan buruk bagi masyarakat umum.

2. Tujuan Khusus
1) Memahami pengertian syncope management
2) Memahami indikasi dari syncope management
3) Memahami tujuan dari syncope management
4) Mengaplikasikan langkah-langkah syncope management
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan pengetahuan dari hasil evaluasi praktik kegawatdaruratan untuk
dikembangkan sebagai masukan bagi perkembangan program pembinaan dan penelitian
tentang pengaruh edukasi dan simulasi kegawatdaruratan pada masyarakat awam .
1.3.2 Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan dapat memberikan masukan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan


perencanaan keperawatan untuk mengetahui pengaruh edukasi dan simulasi
kegawatdaruratan pada masyarakat awam serta pengaruhnya terhadap pertolongan
pertama pada korban.
1.3.3 Bagi Peserta

Untuk menambah wawasan serta pengetahuan dalam penanganan kegawatdaruratan


pada korban serta turut membantu dalam kondisi kegawatdaruratan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Syncope atau yang biasa dikenal dengan istilah pingsan merupakan kondisi dimana
terjadi penurunan bahkan kehilangan kesadaran yang terjadi secara tiba-tiba dan bersifat
sementara yang disebabkan oleh aliran darah di otak yang tidak tercukupi. Hal ini
disebabkan karena terjadinya vasodilatasi dan  bradikardi secara mendadak sehingga
menimbulkan hipotensi. Onset dari syncope ini cepat, durasi singkat, dan pemulihan terjadi
secara spontan dan sempurna. Penyebab lain kehilangan kesadaran yang perlu dibedakan
dari syncope yaitu kejang, iskemik vertebrobasilar, hipoksemia, dan hipoglikemia. (Longo,
2012) Syncopal prodrome (presyncope)  merupakan suatu kondisi yang umum terjadi
dimana penurunan kesadaran mungkin terjadi tanpa ada gejala  peringatan apapun. Gejala
khas dari presyncope yaitu pusing, pingsan, lemah, lelah serta gangguan penglihatan dan
pendengaran (Toivonen L, 2009).
Syncope  merupakan suatu mekanisme tubuh dalam mengantisipasi  perubahan
suplai darah ke otak dan biasanya terjadi secara mendadak dan sebentar atau kehilangan
kesadaran dan kekuatan postural tubuh serta kemampuan untuk berdiri karena
pengurangan aliran darah ke otak. Pingsan, "blacking out ", atau syncope juga bisa diartikan
sebagai kehilangan kesadaran sementara yang diikuti oleh kembalinya kesiagaan penuh.
Pingsan merupakan suatu bentuk usaha terakhir tubuh dalam mempertahankan kekurangan
zat-zat  penting untuk di suplai ke otak seperti oksigen dan substansi-substansi lain
(glukosa) dari kerusakan yang bisa permanen. (McPhee SJ,2010)

2.2 Etiologi
Faktor yang dapat memicu terjadinya syncope dibagi menjadi 2 yaitu: faktor
psikogenik (rasa takut, tegang, stres emosional, rasa nyeri hebat yang terjadi secara tiba2
dan tidak terduga dan rasa ngeri melihat darah atau peralatan kedokteran seperti jarum
suntik) dan Faktor non psikogenik (posisi duduk tegak, rasa lapar, kondisi fisik yang jelek,
dan lingkungan yang panas, lembab dan padat).
Adapun penyebab syncope paling sering dibedakan menjadi beberapa bagian
diantaranya yaitu:
1) Kardiak (Jantung) dan pembuluh darah
a) Sumbatan Jantung
Gangguan pada jantung bisa disebabkan adanya sumbatan (obstruksi) pada
jantung sumbatan ini bisa disebabkan gangguan katup jantung, adanya tumor
dan pembesaran otot-otot jantung serta penyakit-penyakit jantung.
b) Listrik Jantung
Gangguan listrik jantung menyebabkan gangguan irama dan frekuensi
denyutan jantung sehingga volume darah yang dipompa ke tubuh dan yang
sampai ke otak juga akan berkurang.
c) Vertebrobasilarsystem
Penyempitan pada pembuluh darah yang dikarenakan faktor umur, merokok,
tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes. Sistim vertebrobasilar ini
berisiko untuk terjadi penyempitan, dan jika ada gangguan sementara pada aliran
darah ke otak tengah (midbrain) dan reticular activating system, pingsan atau
syncope mungkin terjadi.
2) Persyarafan
a) Vasovagal syncope
Di dalam tubuh manusia terdapat system reflek pada saraf yang secara tidak
sadar reflek saraf ini bisa menyebabkan penurunan tekanan darah mendadak.
Vasovagalsyncope akibat dari tindakan saraf vagus yang kemudian akan
mengirim sinyal ke jantung kemudian memperlambat denyut jantung sehingga
seseorang pingsan. Vasovagal syncope ini biasanya dipicu oleh rasa takut, nyeri,
cedera, kelelahan dan berdiri terlalu lama. Situasi-situasi lain umumnya
menyebabkan denyut jantung untuk sementara melambat dan menyebabkan
pingsan seperti mengejan, batuk, bersin (Ocupational syncope) yang dapat
menyebabkan vagal response.
b) Sinus Karotis
Sinus Karotis merupakan bagian dari pembuluh darah leher yang sangat
sensitif terhadap perubahan fisik dan regangan pembuluh darah pada daerah
tersebut. Karena terlalu sensitif, maka hal ini akan mengakibatkan pengiriman
impuls pada saraf pusat sehingga menstimulasi system saraf yang membuat
kehilangan kesadaran.
3) Pengaruh posisi tubuh
Pembuluh-pembuluh darah perlu untuk mempertahankan kekuatan mereka
sehingga tubuh dapat menahan efek-efek dari gravitas (gaya berat) dengan
perubahan-perubahan dalam posisi. Ketika posisi tubuh berubah dari berbaring
ke berdiri, sistim syaraf autonomik meningkatkan kekuatan pada dinding-dinding
pembuluh darah, membuat mereka mengerut, dan pada saat yang sama
meningkatkan denyut jantung supaya darah dapat dipompa naik keatas ke otak
yang menyebabkan tekanan darah yang relatif rendah pada saat berdiri. Hal ini
biasa terjadi pada lansia dan ibu hamil.Biasanya, pingsan akan terjadi ketika
seseorang berdiri dengan cepat dan tidak ada cukup waktu untuk tubuh untuk
mengkompensasi. Hal ini membuat jantung berdenyut lebih cepat, serta terjadi
vasokontriksi pembuluh-pembuluh darah untuk mempertahankan tekanan darah
tubuh dan aliran darah ke otak.
4) Kekurangan komponen-komponen tubuh
a) Hipoglikemi
Penurunan gula darah tiba-tiba menyebabkan penurunan glukosa yang
tersedia untuk fungsi otak. Hal ini dapat dilihat pada penderita diabetes yang
cenderung overdosis insulin. Jika orang kehilangan dosis, mungkin tergoda
mengambil dosis insulin tambahan untuk menebus dosis yang terabaikan. Dalam
kasus tersebut, gula darah cenderung tiba-tiba jatuh, dan membuat orang menjadi
shock insulin.
b) Ketidakseimbangan elektrolit
Hal ini dikarenakan perubahan konsentrasi cairan dalam tubuh dan juga
secara langsung mempengaruhi tekanan darah dalam tubuh.
c) Anemia
Anemia adalah suatu kondisi kurangnya sel darah merah (eritrosit) lebih
spesifiknya adalah hemoglobin (Hb). Hal ini menyebabkan kurangnya jumlah oksigen
mencapai otak yang menyebabkan pingsan, dikarenakan Hb tersebut adalah alat
transportasi oksigen untuk sampai di sel dalam hal ini sel-sel yang ada di otak.
5) Penyebab lain
a) Kehamilan
Hal ini disebabkan oleh tekanan dari inferior vena cava (vena besar yang
mengembalikan darah ke jantung) oleh kandungan yang membesar dan oleh
orthostatichypotension.
b) Obat-obatan
Obat-obat lain mungkin juga penyebab yang berpotensi dari pingsan atau
syncope termasuk yang untuk tekanan darah tinggi yang dapat melebarkan
pembuluh-pembuluh darah, antidepressants yang dapat mempengaruhi aktivitas
elektrik jantung, dan yang mempengaruhi keadaan mental seperti obat-obat
nyeri, alkohol, dan kokain.

2.3 Patofisiologi syncope


Hilangnya pada setiap jenis sinkop disebabkan oleh penurunan oksigenasi
pada bagian-bagian otak yang merupakan bagian kesadaran. Terdapat penurunan
aliran darah, penggunaan oksigen dan serebral. Jika iskemia hanya berakhir
beberapa menit, tidak terdapat efek otak. Iskemia yang lama mengakibatkan
nekrosis jaringan otak pada daerah perbatasan dari perfusi antara daerah vaskuler
dari arteri serebralis mayor. Masalah pada jantung mungkin menyebabkan jantung
untuk berdenyut terlalu cepat atau terlalu perlahan.
Selain itu masalah pada klep jantung juga berpengaruh terhadap kekuatan 
aliran darah yang dipompa menuju otak. Denyut jantung yang cepat atau
tachycardia adalah irama abnormal yang dihasilkan ruang jantung bagian atas atau
bagian bawah dan mungkin mengancam nyawa. Jika jantung berdenyut terlalu
cepat, mungkin tidak ada cukup waktu untuknya untuk mengisi dengan darah
diantara setiap denyut jantung, yang mengurangi jumlah darah yang dapat diantar
jantung keseluruh tubuh. Tachycardia bisa terjadi pada segala umur dan mungkin
tidak berhubungan pada penyakit jantung atherosclerotic. Dengan bradycardia, atau
denyut jantung yang lamban, kemampuan jantung untuk memompa darah mungkin
dikompromikan. Ketika jantung menua, sistik elektrik dapat menjadi rapuh dan
jantung terhalang, atau gangguan-gangguan dari sistim elektrik dapat terjadi,
menyebabkan denyut jantung untuk melambat.
Selain itu vasovagal syncope adalah penyebab yang paling umum dari
pingsan. Pada situasi ini, keseimbangan antara kimia-kimia adrenaline dan
acetylcholine terganggu. Adrenaline menstimulasi tubuh, termasuk membuat jantung
berdenyut lebih cepat dan pembuluh-pembuluh darah menyempit. Acetylcholine
melakukan sebaliknya. Ketika syaraf vagus distimulasi, acetylcholine yang
berlebihan dilepas, denyut jantung melambat dan pembuluh-pembuluh darah
melebar, membuat darah lebih sulit untuk mengalahkan gaya berat (gravitasi) dan
dipompa ke otak. Pengurangan sementara ini pada aliran darah ke otak
menyebabkan episode pingsan (syncope). Nyeri dapat menstimulasi syaraf vagus
dan adalah penyebab yang umum dari vasovagal syncope.

2.4 Manifestasi klinis syncope


Tanda gejala syncope bisa dilihat dalam 3 fase yaitu fase pre syncope, fase
syncope dan fase post syncope.
a) Fase pre syncope
Pasien mungkin merasa mual, perasaan tidak nyaman, berkeringat dingin
dan lemah. Mungkin ada perasaan dizziness (kepeningan) atau vertigo (dengan
kamar yang berputar), hyperpnea (kedalaman nafas meningkat) penglihatan
mungkin memudar atau kabur, dan mungkin ada pendengaran yang meredam dan
sensasi-sensasi kesemutan dalam tubuh. Fase pre-syncope atau hampir pingsan,
gejala-gejala yang sama akan terjadi, namun pada fase ini tekanan darah dan nadi
turun dan pasien tidak sungguh kehilangan kesadaran.

b) Fase syncope
Fase syncope ditandai dengan hilangnya kesadaran pasien dengan gejala
klinis berupa:
1. Pernapasan pendek, dangkal, dan tidak teratur
2. Bradikardi dan hipotensi berlanjut
3. Nadi teraba lemah dan gerakan konvulsif pada otot lengan, tungkai dan wajah.
Pada fase ini pasien rentan mengalami obstruksi jalan napas karena terjadinya
relaksasi otot akibat hilangnya kesadaran.
c) Fase post syncope
Fase terakhir adalah fase post syncope yaitu periode pemulihan dimana
pasien kembali pada kesadarannya. Pada fase awal postsyncope pasien dapat
mengalami disorientasi, mual, dan berkeringat. Pada pemeriksaan klinis didapatkan
nadi mulai meningkat dan teraba lebih kuat dan tekanan darah mulai naik.
Setelah episode pingsan, pasien harus kembali ke fungsi mental yang
normal, meskipun mungkin ada tanda-tanda dan gejala-gejala lain tergantung pada
penyebab yang mendasari pingsan. Contohnya, jika pasien ada ditengah-tengah
serangan jantung, ia mungkin mengeluh nyeri dada atau tekanan dada.

2.5 Pemeriksaan diagnostik syncope


Selain pemeriksaan fisik, tanda vital dan anamnase, klien syncope juga memerlukan
beberapa pemeriksaan untuk menegakkan diagnose dan penyebab syncope
diantaranya yaitu
1) EKG
Untuk mengetahui adanya gangguan listrik jantung dan sumbatan pada
jantung
2) Holter monitor
Untuk mengetahui perubahan dan fluktuasi kondisi jantung serta mengetahui
irama dan denyut jantung yang abnormal yang mungkin terungkap sebagai
penyebab yang potensial dari pingsan atau syncope.
3) Tilt Table Test
Merupakan pemeriksaan untuk mendiagnosa ortostatic hypotensi.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menempatkan pasien diatas meja,
kemudian meja dimiringkan secara bertahap dari posisi horisontal hingga posisi
vertikal. Selama pemeriksaan tekanan darah dan nadi terus dipantau sesuai
dengan posisi-posisi yang berbeda.

4) MasaseCarotis
Masasecarotis dapat mendeteksi penyebab syncope, salah satu dugaannya
yaitu aritmia (takikardi). Masasecarotis dapat dilakukan untuk menurunkan
heartrate. Pemijatan dilakukan di salah satu arteri carotis selama 10 menit dengan
maksud untuk merangsang system parasympatis sehingga dapat memperlambat
denyut jantung.
5) CT Scan
Untuk mengetahui adanya lesi dalam otak
6) Tes Laboratorium
Complete Blood Count, tes elektrolit, glukosa darah, tes fungsi ginjal

2.6 Penatalaksaan dan pencegahan syncope


Penanganan syncope sebenarnya cukup sederhana yaitu memastikan
sirkulasi udara di sekitarnya baik selanjutnya menempatkan pasien pada posisi
supine atau posisi shock ( shockposition). Kedua posisi ini bisa memperbaiki
venousreturn ke jantung dan selanjutnya meningkat cerebralbloodflow. Selain
intervensi tersebut pasien dapat diberikan oksigen murni 100% melalui face mask
dengan kecepatan aliran 6-8 liter per menit dan minuman manis. Bila intervensi
dapat dilakukan segera maka biasanya kesadaran pasien akan kembali dalam
waktu relatif cepat. Pada pasien gangguan irama jantung bisa diberikan obat-obatan
arytmia seperti golongan betablocker. Untuk gangguan listrik jantung dan sumbatan
bisa diberikan obat-obatan pacemaker (pacu jantung).Tatalaksana
kegawatdaruratan medis dilakukan yaitu penilaian tentang jalan napas (airway),
pernapasan (breathing), sirkulasi( circulation), kesadaran (disability). Pada pasien
yang mengalami syncope, perlu dimonitor kesadarannya secara berkala dengan
melakukan komunikasi verbal dengan pasien. Apabila pasien dapat merespon baik
secara verbal maupun non verbal berarti aspek airway dan breathing baik. Aspek
circulation dapat dinilai dengan memonitor nadi arteri radialis dan pengukuran
tekanan darah.
Adapun pencegahan yang bisa dilakukan pada pasien syncope bergantung
pada penyebabnya, mungkin ada kesempatan untuk mencegah serangan-serangan
pingsan seperti:
1) Pasien-pasien yang telah mempunyai episode vasovagal mungkin
sadar atas tanda-tanda peringatan dan mampu untuk duduk atau berbaring
sebelum pingsan dan mencegah episode pingsan.
2) Untuk pasien-pasien yang lebih tua dengan orthostatichypotension,
menunggu satu detik setelah merubah posisi-posisi mungkin adalah segalanya
yang diperlukan untuk mengizinkan refleks-refleks tubuh untuk bereaksi.
3) Pemasukan cairan yang memadai mungkin cukup untuk mencegah
dehidrasi sebagai penyebab untuk pingsan atau syncope.
BAB III
ANALISIS LAPANGAN
3.1 Sumber Daya Manusia
Kegiatan sosialisasi dan simulasi syncope management dihadirii oleh 11 remaja di
desa pikatan kecamatan gending. Para remaja sangat berpartisipasi dan antusias untuk
mengikuti sosialisasi dan simulasi. Mereka aktif mengikuti pemberian materi dan simulasi
yang telah di berikan penyaji.
3.2 Lingkungan
Simulasi Syncope Management dilakukan di desa pikatan kecamatan gending
kabupaten probolinggo yang dihadiri para remaja . Dari pengamatan kami, terdapat resiko
terjadinya kejadian Syncope management.. Maka dari itu sosialisasi dan simulasi ini
diharapkan dapat memberikan pemahaman secara langsung kepada para remaja atau
peserta simulasi untuk memberikan pertolongan pertama kepada korban yang mengalami
Syncope Management.

. Di desa pikatan terdapat 15 remaja yang aktif dalam berbagai kegiatan , seperti
olahraga volly, badminton , kerja bakti dan lain-lain. Dari kegiatan tersebut tidak menutup
kemungkinan untuk para remaja mengalami kelelahan, kecemasan, bahkan bisa terjadi
pingsan.
3.3 Sarana Prasarana
Di Kantor desa pikatan kecamatan gending kabupaten probolinggo terdapat 2
ruangan diantaranya ruang kepala desa dan ruang staf. Untuk penempatan sosialisasi dan
simulasi dilakukan di ruang pertemuan, disana telah disediakan berbagai perlengkapan
seperti sound, kursi, meja, dan perlengkapan lainnya. Akan tetapi untuk kelengkapan alat
kesehatan (P3K) masih belum tersedia sehingga jika terjadi kecelakaan atau keadaan
darurat masyarakat menggunakan peralatan seadanya.

BAB IV
PEMBAHASAN
Syncope atau pingsan adalah kehilangan kesadaran selama beberapa saat
berlangsung hanya beberapa menit dan langsung pulih total. Syncope bisa terjadi pada
kondisi seseorang yang mengalami masalah kesehatan. Penyebabnya kelainan
jantung,denyut jantung terlalu lambat katub jantung menyempit,dan penebalan ekstrim otot
jantung. Kemudian penyebab yang tidak dengan jantung ( non cardiac) yaitu hipontensi
ortostatic,dan vasovagal. Kejadian syncope biasanya di alami oleh anak usia sekolah bisa
terjadi sewaktu waktu, oleh karna itu siswa sekolah sebaiknya mampu menguasai
penatalaksanaannya melalui penolongan pertama. pada anak anak usia dewasa juga
mengalami peningkatan kasus syncope. Penolongan pertama pada korban hanya dengan
tindakan sederhana yaitu dengan membuka jalan nafas,periksa pernafasan,lalu naikkan
tungkai korban 15- 30 cm,kemudian longgarkan pakaian yang ketat.
Berdasarkan prevalensi terjadinya syncope kebanyakan terjadi kepada anak usia
sekolah ketika beraktivitas seperti upacara, dan olahraga. Hal ini dibuktikan dengan kasus
kejadian syncope di desa pikatan kecamatan gending kabupaten probolinggo. Para remaja
di desa pikatan sudah mengenali kejadian syncope dan sudah pernah terjadi. akan tetapi
para remaja masih belum memahami tata cara penanganan pertama pada syncope. Maka
dari itu kami memberikan simulasi dan sosialisasai syncope kepada para remaja. Dan untuk
simulasi dan sosialisasi ini baru pertama kali dilakukan di desa pikatan. Sehingga pada saat
diberikan simulasi dan sosialisasi para remaja sangat antusias untuk mengikuti sosialisasi
dan simulasi. Tak hanya itu mereka aktif bertanya , mencoba secara langsung apa yang
telah di ajarkan oleh pemateri, serta dapat meninjau lebih jauh mengenai konsep dan
penanganan syncope secara luas. Dan berdasarkan evaluasi dari kami pada saat sebelum
melakukan sosialisasi dan simulasi terdapat data sebagai berikut :

Sebelum dilakukan sosialisasi dan simulasi tentang syncope mangement para


peserta tidak memahami dan tampak bingung dengan penangangan syncope dan tanda dan
gejala syncope. Hal ini dibuktikan dengan hasil tes uji kuesioner yang kami berikan kepada
peserta sebelum pemaparan materi.

Dalam bab ini kami menjelaskan hasil kegiatan dan pembahasan mengenai Syncope
management dimana bantuan Syncope Management adalah suatu tindakan penanganan
yang dilakukan dengan sesegera mungkin dan bertujuan untuk mengenalkan Syncope
management pada masyarakat awam, kegiatan ini dilakukan pada hari Kamis tanggal 02 juli
2020 jam 09.00 wib yang berlokasi di desa pikatan kulon kecamatan gending, Lokasi
simulasi dan sosialisasi bertepatan di kantor desa gending.

Kekurangannya dari segi responden banyak sekali responden yang telat dari jadwal
undangan yang sudah di sediakan dan peserta minim sekali pengetahun tentang Syncope
Management, sebagian dari peserta ada yang tidak mendengarkan karena bermain gadget
ketika pemberian materi . sehingga ketika dilakukan sesi Tanya jawab dan simulasi
penanganan syncope management peserta ada yang kurang paham ,
Kelebihannya yaitu sebagian dari peserta sangat antusias ketika di berikan materi
tentang Syncope Management dan ketika di lakukan simulasi ulang peserta bersedia untuk
melakukan simulasi syncope management . Sarana prasarana yang digunakan oleh peneliti
yaitu power point, arahan simulasi oleh peneliti, dan lembar observasi untuk para peserta.
Hambatan dalam lingkungan yaitu sulitnya menerapkan sosial distancyng dan silau
karena terik matahari sehigga layar LCD tidak begitu jelas, sehinnga membuat dan menata
ulang tempat sehingga banyak memakan waktu , simulasi tergesa-gesa untuk bisa kembali
bekerja, dan ada anak kecil yang bermain sehingga pemateri harus mengfokuskan peserta
saat memberikan materi.

BAB 5
KESIMPULAN
Kesimpulan : Syncope atau pingsan adalah kehilangan kesadaran selama beberapa
saat berlangsung hanya beberapa menit dan langsung pulih total. Syncope bisa terjadi
pada kondisi seseorang yang mengalami masalah kesehatan . Oleh karena itu,
pemberian edukasi , sosialisasi, dan simulasi mengenai Syncope Management
kepada remaja sangat dibutuhkan guna untuk mempertahankan kehidupan korban

Saran : Sebagai perawat atau tenaga kesehatan yang professional harus mengerti,
memahami dan mampu melaksanakan Syncope management secara cepat dan
benar . dan selain itu perawat harus dapat mengembangkan skill dan kemampuan
penanganan syncope managemet kepada masyarakat awam dan remaja karena
keadaan Syncope Management dapat terjadi dimana saja dan kapan saja .

DOKUMENTASI
PemberianMateri Syncope Management
SimulasipenatalaksanaanSycncope management olehpemateri

SimulasipenatalaksanaanSycncope management oleh peserta

Mengisi Lembar Qusioner


DAFTAR PUSTAKA
Lynda Juall Carpenito. Handbook Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2015
Markum, Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis, Jakarta, Pusat Informasi dan Penerbitan
Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2000
Nisa. 2011. Dentiztaz.blogspot.com/syncope what we supposed to do?
Padmosantjojo, Keperawatan Bedah Saraf, Jakarta, Bagian Bedah Saraf FKUI, 2000
Sadili, Ade. 2018.

Anda mungkin juga menyukai