Dosen Pembimbing :
Winanda Risky B.S., S. Kep., Ns., M. Kep
Ika Rahmawati, S. Kep., Ns., M. Kep
Disusun Oleh :
LAILATUL KHOIRUNNISAK
NIM. 10218044
PROGRAM STUDI S1
KEPERAWATAN FAKULTAS
KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI 2022
LEMBAR PENGESAHAN
NIM 10218044
Pembimbing Institut
Pembimbing Institut
Pembimbing Lahan
( )
Mengetahui,
A. Definisi
Perdarahan intracerebral adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan
otak, biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak.
Secara klinis ditandai dengan adanya penurunan kesadaran yang kadang-
kadang disertai lateralisasi, pada pemeriksaan CT Scan didapatkan adanya
daerah hiperdens. Secara klinis hematom tersebut dapat menyebabkan
gangguan neurologis/lateralisasi. Operasi yang dilakukan biasanya adalah
evakuasi hematom disertai dekompresi dari tulang kepala. Faktor-faktor yang
menentukan prognosenyahampir sama dengan faktor-faktor yang menentukan
prognose perdarahan subdural (Paula, 2009).
Intra Cerebral Hematom adalah perdarahan kedalam substansi otak .
Hemorragi ini biasanya terjadi dimana tekanan mendesak kepala sampai
daerah kecil dapat terjadipada luka tembak, cidera tumpul (Suharyanto,
2009). Intra secerebral hematom adalah pendarahan dalam jaringan otak itu
sendiri. Halini dapat timbul pada cidera kepala tertutup yang berat atau cidera
kepala terbuka.intraserebral hematom dapat timbul pada penderita stroke
hemorgik akibat melebarnyapembuluh nadi (Corwin, 2009).
B. Etiologi
Etiologi dari intracerebral hematom menurut Suyono (2011) adalah
kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala, fraktur depresi tulang
tengkorak, gerak akselerasi dan deselerasi tiba-tiba, cedera penetrasi peluru,
jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, hipertensi, malformasi arteri venosa,
aneurisma, distrasi darah, obat, merokok.
C. Manifestasi Klinis
Intracerebral hemorrhage mulai dengan tiba-tiba. Beberapa orang,
diawali dengan sakit kepala berat, seringkali selama aktifitas. Sedangkan pada
orang tua, sakit kepala kemungkinan ringan atau tidak ada. Dugaan gejala
terbentuknya disfungsi otak dan menjadi memburuk sebagaimana peluasan
pendarahaan. Beberapa gejala, seperti lemah, lumpuh, kehilangan perasa, dan
mati rasa,seringkali mempengaruhi hanya salah satu bagian tubuh. orang
kemungkinan tidak bisaberbicara atau menjadi pusing. Penglihatan
kemungkinan terganggu atau hilang. Mata bisa diujung perintah yang berbeda
atau menjadi lumpuh. Pupil bisa menjadi tidak normal besar atau kecil. Mual,
muntah, serangan, dan kehilangan kesadaran adalahbiasa dan bisa terjadi di
dalam hitungan detik sampai menit.
Menurut Corwin (2009)manifestasi klinik dari dari Intra cerebral
Hematom yaitu :
1. Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring dengan
membesarnya hematom.
2. Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal.
3. Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal
4. Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium.
5. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara
dan gerakan motorik dapat timbul segera atau secara lambat.
6. Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan
peningkatan tekanan intra cranium.
D. Patofisiologi
E. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pendarahan intracanial, antara
lain :
1. Kematian
2. Sistem saraf :
a) Defisit neurologi
b) Kejang
c) Hidrosefalus
d) Spastisitas
e) Nyeri neuropati
f) Herniasi otak
3. Sistem pernapasan
a) Pneumonia aspirasi
b) Emboli paru
4. Pembuluh darah perifer
a) DVT
b) Ulkus decubitus
5. Sistem perkemihan
a) Perdarahan saluran pencernaan
6. Sistem kardiovaskuler
a) Infrak miocard atau gagal ginjal
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dari Intra Cerebral Hematom menurut Sudoyo
(2006) adalah sebagai berikut :
1. Angiografi
2. CT scanning
3. Lumbal pungsi
4. MRI
5. Thorax photo
6. Laboratorium
7. EKG
G. Penatalaksanaan
Menurut Corwin (2009) menyebutkan penatalaksanaan untuk Intra Cerebral
Hematom adalah sebagai berikut :
1. Observasi dan tirah baring terlalu lama.
2. Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi hematom
secara bedah.
3. Mungkin diperlukan ventilasi mekanis
4. Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotiok
5. Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium termasuk
pemberian diuretik dan obat anti inflamasi
6. Pemeriksaan Laboratorium seperti : CT-Scan, Thorax foto,
dan laboratorium lainnya yang menunjang
H. WOC
3. INTERVENSI
Dx Tujuan dan
No Intervensi Keperawatan
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri akut Setelah dilakukan MANAJEMEN NYERI
intervensi Observasi
berhubungan
keperawatan lokasi, karakteristik,
dengan agen selama 2 x24 jam durasi, frekuensi,
maka tingkat nyeri kualitas, intensitas nyeri
pencedera
menurun, dengan Identifikasi skala nyeri
fisik ketria hasil : Identifikasi respon nyeri
1. Keluhan non verbal
dibuktikan
nyeri Identifikasi faktor yang
dengan menurun (5) memperberat dan
2. Gelisah memperingan nyeri
tekanan darah
menurun (5) Identifikasi pengetahuan
meningkat dan 3. Perasaan dan keyakinan tentang
takut nyeri
gelisah
mengalami Identifikasi pengaruh
cidera budaya terhadap respon
menurun (5) nyeri
4. Ketegangan
Identifikasi pengaruh
otot menurun(5)
nyeri pada kualitas hidup
5. Frekuensi nadi
Monitor keberhasilan
membaik (5) terapi komplementer
yang sudah diberikan
Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan
tidur
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan MANAJEMEN NUTRISI
intervensi Observasi
berhubungan
keperawatan Identifikasi status nutrisi
dengan selama 2 x24 jam Identifikasi alergi dan
maka status nutrisi intoleransi makanan
ketidakmampu
akan membaik Identifikasi makanan
an menelan dengan kriteria yang disukai
hasil : Identifikasi kebutuhan
makanan
1. Kekuatan otot kalori dan jenis nutrient
dibuktikan menelan Identifikasi perlunya
meningkat (5) penggunaan selang
dengan otot
2. Kekuatan otot nasogastrik
menelan mengunyah Monitor asupan makanan
meningkat (5) Monitor berat badan
melemah
3. Frekuensi makan Monitor hasil
membaik (5) pemeriksaan
4. Nafsu makan laboratorium
membaik (5) Terapeutik
5. Membran Lakukan oral hygiene
mukosa sebelum makan, jika
membaik (5) perlu
Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
Berikan makan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen
makanan, jika perlu
Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasigastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika
perlu
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
3. Intoleransi Setelah dilakukan MANAJEMEN ENERGI
intervensi Observasi
aktivitas
keperawatan Identifkasi gangguan
berhubungan selama 2 x24 jam fungsi tubuh yang
dengan maka tolerabsi mengakibatkan
aktivitas akan kelelahan
kelemahan meningkat dengan Monitor kelelahan fisik
kriteria : dan emosional
dibuktikan 1. Frekuensi nadi Monitor pola dan jam
meningkat (5) tidur
dengan
2. Keluhan lemah Monitor lokasi dan
mengeluh menurun (5) ketidaknyamanan
3. Perasaan lemah selama melakukan
lemah
menurun (5) aktivitas
4. Sianosis Terapeutik
menurun(5) Sediakan lingkungan
5. Tekanan darah nyaman dan rendah
membaik (5) stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
Lakukan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
Berikan aktivitas
distraksi yang
menyenangkan
Fasilitas duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
4. Gangguan Setelah dilakukan DUKUNGAN
intervensi AMBULASI
mobilitas fisik
keperawatan Observasi
berhubungan selama 2 x24 jam Identifikasi adanya
maka mobilitas nyeri atau keluhan fisik
dengan
fisik akan lainnya
penurunan meningkat dengan Identifikasi toleransi
kriteria hasil : fisik melakukan
kekuatan otot
1. Kekuatan otot ambulasi
dibuktikan meningkat (5) Monitor frekuensi
2. Nyeri menurun jantung dan tekanan
dengan fisik
(5) darah sebelum memulai
lemah 3. Kecemasan ambulasi
menurun (5) Monitor kondisi umum
4. Kelemahan fisik selama melakukan
menurun (5) ambulasi
Terapeutik
Fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan alat
bantu (mis. tongkat,
kruk)
Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik, jika
perlu
Libatkan keluarga
untuk membantu pasien
dalam meningkatkan
ambulasi
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
Anjurkan melakukan
ambulasi dini
Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. berjalan
dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari
tempat tidur ke kamar
mandi, berjalan sesuai
toleransi)
5. Defisit Setelah dilakukan EDUKASI KESEHATAN
intervensi Observasi:
pengetahuan
keperawatan Identifikasi kesiapan
berhubungan selama 2 x24 jam dan kemampuan
maka tingkat menerima informasi.
dengan
pengetahuan akan Identifikasi faktor-
kurangnya meningkat dengan faktor yang dapat
kriteria hasil : meningkatkan dan
informasi
1. Kemampuan menurunkan motivasi
dibuktikan menjelaskan perilaku hidup bersih
pengetahuan dan sehat.
dengan sering
tentang suatu Terapeutik:
menanyakan topik Sediakan materi dan
meningkat(5) media pendidikan
masalah yang 2. Pertanyaan kesehatan.
tentang masalah Jadwalkan pendidikan
dihadapi
yang dihadapi kesehatan sesuai
menurun(5) kesepakatan.
3. Perilaku Berikan kesempatan
membaik(5) untuk bertanya.
Edukasi:
Jelaskan faktor risiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan.
Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat.
Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.
4. Risiko perfusi Setelah dilakukan MANAJEMEN
intervensi PENINGKATAN
cerebral tidak
keperawatan TEKANAN
efektif selama 2 x24 jam INTRAKRANIAL
maka perfusi Observasi
dibuktikan
serebral meningkat Identifikasi penyebab
dengan dengan kriteria peningkatan TIK (mis.
hasil : Lesi, gangguan
hipertensi
1. Tingkat metabolisme, edema
kesadaran serebral)
meningkat (5) Monitor tanda/gejala
2. Tingkat intra peningkatan TIK (mis.
kranial menurun Tekanan darah
(5) meningkat, tekanan
3. Gelisah menurun nadi melebar,
(5) bradikardia, pola napas
4. Nilai rata-rata ireguler, kesadaran
tekanan darah menurun)
membaik (5) Monitor MAP (Mean
5. Kesadaran Arterial Pressure)
membaik (5) Monitor CVP (Central
Venous Pressure), jika
perlu
Monitor PAWP, jika
perlu
Monitor PAP, jika perlu
Monitor ICP (Intra
Cranial Pressure), jika
tersedia
Monitor CPP (Cerebral
Perfusion Pressure)
Monitor gelombang
ICP
Monitor status
pernapasan
Monitor intake dan
output cairan
Monitor cairan serebro-
spinalis (mis. Warna,
konsistensi)
Terapeutik
Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
Berikan posisi semi
fowler
Hindari maneuver
Valsava
Cegah terjadinya
kejang
Hindari penggunaan
PEEP
Hindari pemberian
cairan IV hipotonik
Atur ventilator agar
PaCO2 optimal
Pertahankan suhu
tubuh normal
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
sedasi dan
antikonvulsan, jika
perlu
Kolaborasi pemberian
diuretic osmosis, jika
perlu
Kolaborasi pemberian
pelunak tinja, jika perlu
5. Risiko infeksi Setelah dilakukan PENCEGAHAN
intervensi INFEKSI
dibuktikan
keperawatan Observasi
dengan efek selama 2 x24 jam Identifikasi riwayat
maka tingkat kesehatan dan riwayat
prosedur
infeksi akan alergi
invasif menurun dengan Identifikasi
kriteria hasil : kontraindikasi
1. Nafsu makan pemberian imunisasi
meningkat (5) Identifikasi status
2. Nyeri menurun imunisasi setiap
(5) kunjungan ke
3. Demam pelayanan kesehatan
menurun (5) Terapeutik
4. Kadar sel darah Berikan suntikan pada
putih membaik pada bayi dibagian paha
(5) anterolateral
Dokumentasikan
informasi vaksinasi
Jadwalkan imunisasi
pada interval waktu
yang tepat
Edukasi
Jelaskan tujuan,
manfaat, resiko yang
terjadi, jadwal dan efek
samping
Informasikan imunisasi
yang diwajibkan
pemerintah
Informasikan imunisasi
yang
melindungiterhadap
penyakit namun saat ini
tidak diwajibkan
pemerintah
Informasikan vaksinasi
untuk kejadian khusus
Informasikan
penundaan pemberian
imunisasi tidak berarti
mengulang jadwal
imunisasi kembali
Informasikan penyedia
layanan pekan
imunisasi nasional yang
menyediakan vaksin
gratis
STUDY CASE
Ny. H sudah 5 hari mengalami nyeri kepala. Pada tanggal 5 januari 2022
pukul 14.30 Ny. H diantar keluarga masuk IGD rumah sakit, karena sudah
pingsang dua kali dalam sehari dirumah. Saat di IGD diketahui keluarga bahwa
tensi Ny.H 190/100 mmhg suhu 36 derajat, napas 16x/mnt nadi 85x/mnt dengan
keadaan umum lemah. Dokter menyarankan untuk pasien dirawat inap di rumah
sakit hingga keadaan membaik. Pada tanggal 5 pukul 20.00 keadaan pasien
memburuk dokter menyarankan untuk dilakukan CT- Scan, setelah itu Ny. H di
lakukan operasi dengan persetujuan keluarga.
Setelah dilakukan operasi Ny.H masuk ruang ICU selama 2 hari dan
keluarga tidak dapat mendampingi. Setelah keluar dari ICU Ny.H di pindahkan ke
ruang ROI. Saat di ruang ROI Ny. H sering mengeluh nyeri di bagian kepala td
130/70 mmHg, nadi 80x/mnt, napas 16x/mnt suhu 36 derajat.
Terapi obat yang diberikan inj.ranitidin 1amp 3x1, inj ceftriaxone 1amp
3x1, santagesik 1 amp 3x1, omeprazole 1 amp 3x1, inj as.tranexamat 1 amp 3x1,
phenytoin 1 amp 3x1, nacl 20 tpm
DAFTAR PUSTAKA
Paula, K., dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : TM.
Sudoyo, AW., dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta
: Interna Publishing.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia