DIV KEPERAWATAN
Disusun oleh :
1. UlfahPangestikaRahayu ( P07120214038 )
JURUSAN KEPERAWATAN
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Tempat :
2. ETIOLOGI
Etiologi dari Intra Cerebral Hematom menurut Suyono (2011) adalah :
a. Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
b. Fraktur depresi tulang tengkorak
c. Gerak akselerasi dan deselerasi tiba-tiba
d. Cedera penetrasi peluru
e. Jatuh
f. Kecelakaan kendaraan bermotor
g. Hipertensi
h. Malformasi Arteri Venosa
i. Aneurisma
j. Distrasia darah
k. Obat
l. Merokok
3. MANIFESTASI KLINIK
Intracerebral hemorrhage mulai dengan tiba-tiba. Dalam sekitar setengah orang, hal
itu diawali dengan sakit kepala berat, seringkali selama aktifitas. Meskipun begitu, pada
orang tua, sakit kepala kemungkinan ringan atau tidak ada. Dugaan gejala terbentuknya
disfungsi otak dan menjadi memburuk sebagaimana peluasan pendarahaan.
Beberapa gejala, seperti lemah, lumpuh, kehilangan perasa, dan mati rasa,
seringkali mempengaruhi hanya salah satu bagian tubuh. orang kemungkinan tidak bisa
berbicara atau menjadi pusing. Penglihatan kemungkinan terganggu atau hilang. Mata bisa
di ujung perintah yang berbeda atau menjadi lumpuh. Pupil bisa menjadi tidak normal
besar atau kecil. Mual, muntah, serangan, dan kehilangan kesadaran adalah biasa dan bisa
terjadi di dalam hitungan detik sampai menit. Menurut Corwin (2009) manifestasi klinik
dari dari Intra cerebral Hematom yaitu :
a. Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring dengan membesarnya
hematom.
b. Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal.
c. Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal.
d. Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium.
e. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan motorik dapat
timbul segera atau secara lambat.
f. Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan peningkatan tekanan intra
cranium.
4. PATOFISIOLOGI
Perdarahan intraserebral ini dapat disebabkan oleh karena ruptur arteria serebri
yang dapat dipermudah dengan adanya hipertensi. Keluarnya darah dari pembuluh darah
didalam otak berakibat pada jaringan disekitarnya atau didekatnya, sehingga jaringan yang
ada disekitarnya akan bergeser dan tertekan. Darah yang keluar dari pembuluh darah
sangat mengiritasi otak, sehingga mengakibatkan vosospasme pada arteri disekitar
perdarahan, spasme ini dapat menyebar keseluruh hemisfer otak dan lingkaran willisi,
perdarahan aneorisma-aneorisma ini merupakan lekukan-lekukan berdinding tipis yang
menonjol pada arteri pada tempat yang lemah. Makin lama aneorisme makin besar dan
kadang-kadang pecah saat melakukan aktivitas. Dalam keadaan fisiologis pada orang
dewasa jumlah darah yang mengalir ke otak 58 ml/menit per 100 gr jaringan otak. Bila
aliran darah ke otak turun menjadi 18 ml/menit per 100 gr jaringan otak akan menjadi
penghentian aktifitas listrik pada neuron tetapi struktur sel masih baik, sehingga gejala ini
masih revesibel. Oksigen sangat dibutuhkan oleh otak sedangkan O2 diperoleh dari darah,
otak sendiri hampir tidak ada cadangan O2 dengan demikian otak sangat tergantung pada
keadaan aliran darah setiap saat. Bila suplay O2 terputus 8-10 detik akan terjadi gangguan
fungsi otak, bila lebih lama dari 6-8 menit akan tejadi jelas/lesi yang tidak putih lagi
(ireversibel) dan kemudian kematian. Perdarahan dapat meninggikan tekanan intrakranial
dan menyebabkan ischemi didaerah lain yang tidak perdarahan, sehingga dapat berakibat
mengurangnya aliran darah ke otak baik secara umum maupun lokal. Timbulnya penyakit
ini sangat cepat dan konstan dapat berlangsung beberapa menit, jam bahkan beberapa hari.
(Corwin, 2009)
5. PATHWAYS
(Corwin, 2009)
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dari Intra Cerebral Hematom menurut Sudoyo (2006)
adalah sebagai berikut :
a. Angiografi
b. Ct scanning
c. Lumbal pungsi
d. MRI
e. Thorax photo
f. Laboratorium
g. EKG
7. PENATALAKSANAAN
Pendarahan intracerebral lebih mungkin menjadi fatal dibandingkan stroke
ischemic. Pendarahan tersebut biasanya besar dan catastrophic, khususnya pada orang yang
mengalami tekanan darah tinggi yang kronis. Lebih dari setengah orang yang mengalami
pendarahan besar meninggal dalam beberapa hari. Mereka yang bertahan hidup biasanya
kembali sadar dan beberapa fungsi otak bersamaan dengan waktu. Meskipun begitu,
kebanyakan tidak sembuh seluruhnya fungsi otak yang hilang.
Pengobatan pada pendarahan intracerebral berbeda dari stroke ischemic.
Anticoagulant (seperti heparin dan warfarin), obat-obatan trombolitik, dan obat-obatan
antiplatelet (seperti aspirin) tidak diberikan karena membuat pendarahan makin buruk. Jika
orang yang menggunakan antikoagulan mengalami stroke yang mengeluarkan darah,
mereka bisa memerlukan pengobatan yang membantu penggumpalan darah seperti :
a. Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse.
b. Transfusi atau platelet. Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah dan pengangkatan
platelet (plasma segar yang dibekukan).
c. Pemberian infus pada produk sintetis yang serupa pada protein di dalam darah yang
membantu darah untuk menggumpal (faktor penggumpalan).
Operasi untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan tekanan di
dalam tengkorak, bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan hidup, jarang dilakukan karena
operasi itu sendiri bisa merusak otak. Juga, pengangkatan penumpukan darah bisa memicu
pendarahan lebih, lebih lanjut kerusakan otak menimbulkan kecacatan yang parah.
Meskipun begitu, operasi ini kemungkinan efektif untuk pendarahan pada kelenjar pituitary
atau pada cerebellum. Pada beberapa kasus, kesembuhan yang baik adalah mungkin.
Menurut Corwin (2009) menyebutkan penatalaksanaan untuk Intra Cerebral
Hematom adalah sebagai berikut :
a. Observasi dan tirah baring terlalu lama.
b. Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi hematom secara bedah.
c. Mungkin diperlukan ventilasi mekanis.
d. Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotiok.
e. Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium termasuk pemberian diuretik dan
obat anti inflamasi.
f. Pemeriksaan Laboratorium seperti : CT-Scan, Thorax foto, dan laboratorium lainnya yang
menunjang.
8. KOMPLIKASI DAN OUTCOME
a. Mortalitas 20%-30%
b. Sembuh tanpa defisit neurologis
c. Sembuh denga defisit neurologis
d. Hidup dalam kondisi status vegetatif.
a. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran dinilai dengan skala Glasgow (GCS “Glasgow coma Scale). Skala ini
merupakan gradasi sederhana dari “arousal” dan kapasitas fungsionil korteks serebral
berdasarkan respon verbal, motorik dan mata penderita
Respon motor terbaik
6 Mengikuti perintah
3 Fleksi abnormal
2 Ekstensi abnormal
3 Tidak tepat
1 Tidak
Pembukaan mata
4 Spontan
3 Terhadap pembicaraan
c. Pupil
Penilaian ukuran pupil dan responnya terhadap rangsangan cahaya adalah pemeriksaan
awal terpenting dalam menangani cedera kepala. Salah satu gejala dini dari herniasi dari
lobus temporal adalah dilatasi dan perlambatan respon cahaya pupil. Dalam hal ini
adanya kompresi maupun distorsi saraf okulomotorius sewaktu kejadian herniasi tentorial
unkal akan mengganggu funsi akson parasimpatis yang menghantarkan sinyal eferen
untuk konstrksi pupil.
Perubahan pupil pada hematom epidural dapat dilihat dari table
d. Fungsi motorik
Normal : 5
Menurun moderat : 4
Menurun berat (dapat melawan gravitasi) : 3
Sedikit bergerak : 1
c. Pola eliminasi.
Yang menggunakan :
1) Pola defekasi (warna, kuantitas, dll).
2) Penggunaan alat-alat Bantu.
3) Penggunaan obat-obatan.
d. Pola aktivitas.
1) Pola aktivitas, latihan dan rekreasi.
2) Pembatasan gerak.
3) Alat Bantu yang dipakai, posisi tubuhnya.
e. Pola istirahat-tidur.
Yang menggunakan :
1) Pola tidur dan istirahat.
2) Persepsi, kualitas latihan dan rekreasi.
3) Penggunaan obat-obatan.
f. Pola kognitif-perseptual
1) Penglihatan, pendengaran, rasa, bau, sentuhan.
2) Kemampuan bahasa.
3) Kemampuan membuat keputusan.
4) Ingatan.
5) Ketidaknyamanan dan kenyamanan.
g. Pola persepsi dan konsep diri.
Yang menggambarkan :
1) Body image.
2) Identitas diri.
3) Harga diri.
4) Peran diri.
5) Ideal diri.
h. Pola peran-hubungan sosial.
Yang menggambarkan :
1) Pola hubungan keluarga dan masyarakat.
2) Masalah keluarga dan masyarakat.
3) Peran tanggung jawab.
i. Pola koping toleransi stress.
Yang menggambarkan :
1) Penyebab stress.
2) Kemampuan mengendalikan stress.
3) Pengetahuan tentang toleransi stress.
4) Tingkat toleransi stress.
5) Strategi menghadapi stress.
j. Pola seksual dan reproduksi.
Yang menggambarkan masalah seksual.
k. Pola nilai dan kepercayaan.
Yang menggambarkan :
1) Perkembangan moral, perilaku dan keyakinan.
2) Realisasi dalam kesehatan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Perfusi jaringan tidak efektif: cedera b.d gangguan sirkulasi darah ke otak
b. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
pemasukan b.d faktor biologis
c. Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler, kerusakan persepsi sensori,
penurunan kekuatan otot.
d. Kerusakan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi ke otak.
e. Sindrom defisit self-care: b.d kelemahan, gangguan neuromuskuler, kerusakan mobilitas
fisik
f. Risiko infeksi b.d imunitas tubuh primer menurun, prosedur invasive
g. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang paparan
dan keterbatasan kognitif
h. Gangguan eliminasi BAB berhubungan dengan imobilitas
i. Gangguan menelan berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler otot menelan
j. Risiko trauma/injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
DX
1 Perfusi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Peningkatan perfusi serebral
jaringan tidak jam diharapkan perfusi jaringan efektif dg a. Kaji kesadaran klien
efektif: cedera KH: b. Monitor status respirasi
b.d gangguan Perfusi jaringan cerebral: Fungsi c. Kolaborasi obat-obatan untuk memepertahankan
sirkulasi darah neurology meningkat, TIK dbn, Kelemahan status hemodinamik.
ke otak berkurang d. Monitor laboratorium utk status oksigenasi: AGD
Status neurology:Kesadaran
meningkat,Fungsi motorik meningkat,Fungsi Monitor neurology
persepsi sensorik meningkat.,Komunikasi a. Monitor pupil: gerakan, kesimetrisan, reaksi pupil
kognitif meningkat,Tanda vital stabil b. Monitor kesadaran,orientasi, GCS dan status
memori.
c. Ukur vital sign
d. Kaji peningkatan kemampuan motorik, persepsi
sensorik ( respon babinski)
e. kaji tanda-tanda keadekuatan perfusi jaringan
cerebral
f. Hindari aktivitas yg dapat meningkatkan TIK
g. Laporkan pada dokter ttg perubahan kondisi
klien
2 Ketidak Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 Managemen nutrisi
seimbangan jam terjadi peningkatan status nutrisi dengan a. Kaji pola makan klien
nutrisi kurang Kriteria Hasil: b. Kaji kebiasaan makan klien dan makanan
dari kebutuhan Mengkonsumsi nutrisi yang adekuat. kesukaannya
tubuh b/d Identifikasi kebutuhan nutrisi. c. Anjurkan pada keluarga untuk meningkatkan
ketidakmampu Bebas dari tanda malnutrisi. intake nutrisi dan cairan
an pemasukan d. kelaborasi dengan ahli gizi tentang kebutuhan
b.d faktor kalori dan tipe makanan yang dibutuhkan
biologis e. tingkatkan intake protein, zat besi dan vitamin c
f. monitor intake nutrisi dan kalori
g. Monitor pemberian masukan cairan lewat
parenteral.
Nutritional terapi
a. kaji kebutuhan untuk pemasangan NGT
b. berikan makanan melalui NGT k/p
c. berikan lingkungan yang nyaman dan tenang
untuk mendukung makan
d. monitor penurunan dan peningkatan BB
e. monitor intake kalori dan gizi
3 Kerusakan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 Latihan : gerakan sendi (ROM)
mobilitas fisik jam diharapkan terjadi peningkatan a. Kaji kemampuan klien dalam melakukan
b.d kerusakan mobilisasi, dengan criteria: mobilitas fisik
neuromuskuler Level mobilitas: b. Jelaskan kepada klien dan keluarga manfaat
, kerusakan Peningkatan fungsi dan kekuatan otot latihan
persepsi ROM aktif / pasif meningkat c. Kolaborasi dg fisioterapi utk program latihan
sensori, Perubahan pposisi adekuat. d. Kaji lokasi nyeri/ ketidaknyamanan selama
penurunan Fungsi motorik meningkat. latihan
kekuatan otot. ADL optimal e. Jaga keamanan klien
f. Bantu klien utk mengoptimalkan gerak sendi pasif
manpun aktif.
g. Beri reinforcement ppositif setipa kemajuan
Manajemen lingkungan
a. Identifikasi kebutuhan keamanan klien
b. Jauhkan benda yang membahayakan klien
c. pasang bed plang
d. Sediakan ruang khusus
e. Berikan lingkungan tenang
f. Batasi pengunjung
b. Anjurkan pada keluarga untuk menunggu/berada
dekat klien
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan). Alih bahasa : Yayasan Ikatan alumsi Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Bandung. Cetakan I.
Carpenito, L.J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Doengoes E.Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran. Jakarta: EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius.
PriceS.A., Wilson L. M. 2006. Buku Ajar Ilmu. Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta :
EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah edisi 3 volume 8.
Jakarta: EGC.
Sylvia A. Price. 2006. Patofosiologi Konsep Penyakit. Jakarta: EGC
Nurarief, Amin Huda dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Doagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta.Media Action