Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRACEREBRAL HEMORRHAGE

Disusun Oleh :

DEVI RETNO WULANDARI

2023207209076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

LAMPUNG 2023
LAPORAN PENDAHULUAN

INTRACEREBRAL HEMORRHAGE

A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Intracerebral Hemorrhage (ICH) adalah ekstravasi darah yang
berlangsung spontan dan mendadak ke dalam parenkim otak yang bukan
disebabkan oleh trauma (Non Traumatis) (Munir, 2017). Intra Cerebral
Hemorrhage (ICH) adalah perdarahan yang terjadi pada jaringan otak
biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak.
Pada pemeriksaan CT Scan didapatkan lesi hiperdens yang mengikuti
arah girus-girus serebri di daerah yang konservatif, tidak memerlukan
terapi operatif (Huda & Kusuma, 2015).

2. Etiologi
Intracerebral Hemorrhage (ICH) bukan disebabkan oleh benturan
antara parenkim otak dengan tulang tengkorak, tetapi disebabkan oleh
gaya akselerasi dan deselerasi akibat trauma yang menyebabkan
pecahnya pembuluh darah yang terletak lebih dalam, yaitu di parenkim
otak atau pembuluh darah kortikal dan subkortikal (FKUI-RSCM, 2015).
Penyebab utama stroke ICH dapat dikelompokkan dalam tiga kategori
menurut (Munir, 2017) yaitu :
1. Faktor anatomik pembuluh darah otak adalah Arterivenous
Malformation (AVM), Microaneurisme, Amyloid angiopathy,
Cerebral venous disease (CVOD)
2. Faktor dinamik yaitu hipertensi
3. Faktor hemostatik yaitu dengan trombosit atau system koagulasi
darah, penggunaan terapi obat antikoagulan

3. Patofisiologi
Sebagian besar Perdarahan intraserebral ini disebabkan oleh
karena ruptur arteria serebri yang dapat dipermudah dengan adanya
hipertensi. Keluarnya darah dari pembuluh darah didalam otak berakibat
pada jaringan disekitarnya atau didekatnya, sehingga jaringan yang ada
disekitarnya akan bergeser dan tertekan. Darah yang keluar dari
pembuluh darah sangat mengiritasi otak, sehingga mengakibatkan
vosospasme pada arteri disekitar perdarahan, spasme ini dapat menyebar
keseluruh hemisfer otak dan lingkaran willisi, perdarahan aneorisma-
aneorisma ini merupakan lekukan-lekukan berdinding tipis yang
menonjol pada arteri pada tempat yang lemah. Makin lama aneorisme
makin besar dan kadang- kadang pecah saat melakukan aktivitas. Dalam
keadaan fisiologis pada orang dewasa jumlah darah yang mengalir ke
otak 58 ml/menit per 100 gr jaringan otak. Bila aliran darah ke otak turun
menjadi 18 ml/menit per 100 gr jaringan otak akan menjadi penghentian
aktifitas listrik pada neuron tetapi struktur sel masih baik, sehingga
gejala ini masih revesibel. Oksigen sangat dibutuhkan oleh otak
sedangkan O2 diperoleh dari darah, otak sendiri hampir tidak ada
cadangan O2 dengan demikian otak sangat tergantung pada keadaan
aliran darah setiap saat. Bila suplay O2 terputus 8-10 detik akan terjadi
gangguan fungsi otak, bila lebih lama dari 6-8 menit akan tejadi jelas/lesi
yang tidak putih lagi (ireversibel) dan kemudian kematian. Perdarahan
dapat meninggikan tekanan intrakranial dan menyebabkan ischemi
didaerah lain yang tidak perdarahan, sehingga dapat berakibat
mengurangnya aliran darah ke otak baik secara umum maupun lokal.
Timbulnya penyakit ini sangat cepat dan konstan dapat berlangsung
beberapa menit, jam bahkan beberapa hari (Corwin, 2011).
Mekanisme ICH yang sering terjadi adalah faktor dinamik yang
berupa penigkatan tekanan darah. Hipertensi kronis yang menyebabkan
pembuluh darah arteriol yang berdiameter 100-400 mikrometer
mengalami perubahan yang patologik. Perubahan tersebut berupa
lipohyalinosis, fragmentasi, nekrosis fibrinoid, dan mikroaneurisma
(Charcot Bouchard) pada arteria perforans kecil di otak. Kenaikan
tekanan darah secara mendadak ini dapat menginduksi pecahnya
pembuluh darah. Jika pembuluh darah tersebut pecah, maka akan
menyebabkan perdarahan. Perdarahan dapat berlanjut sehingga 6 jam dan
jika volume perdarahan besar sehingga akan menyebabkan kerusakan
pada struktur anatomiotak justru menyebabkan gejala klinis. Perdarahan
yang luas ini boleh menyebabkan destruksi jaringan ota, peningkatan
intracranial (TIK), penurunan perfusi ke otak, gangguan drainase otak
dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak (Munir, 2017).

4. Manifestasi Klinis
Intracerebral hemorrhage mulai dengan tiba-tiba, hal ini
terkadang diawali dengan sakit kepala berat, seringkali selama aktifitas.
Meskipun begitu, pada orang tua, sakit kepala kemungkinan ringan atau
tidak ada. Dugaan gejala terbentuknya disfungsi otak dan menjad i
memburuk sebagaimana peluasan pendarahaan. Tanda gejala meliputi
kelemahan, kelumpuhan setengah badan, kesemutan, hilang sensasi atau
mati rasa setengah badan. Selain itu, setengah orang juga mengalami
sulit berbicara atau bicara pelo, merasa bingung, masalah penglihatan,
mual, muntah, kejang dan kehilangan kesadaran secara umum (FKUI-
RSCM, 2015).
Beberapa gejala, seperti lemah, lumpuh, kehilangan perasa, dan
mati rasa, seringkali mempengaruhi hanya salah satu bagian tubuh. orang
kemungkinan tidak bisa berbicara atau menjadi pusing. Penglihatan
kemungkinan terganggu atau hilang. Mata bisa di ujung perintah yang
berbeda atau menjadi lumpuh. Pupil bisa menjadi tidak normal besar atau
kecil. Mual, muntah, serangan, dan kehilangan kesadaran adalah biasa
dan bisa terjadi di dalam hitungan detik sampai menit. Menurut (Corwin,
2011) manifestasi klinik dari dari Intra cerebral Hematom yaitu :
a. Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring
dengan membesarnya hematom.
b. Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal.
c. Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal.
d. Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra
cranium.
e. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara
dan gerakan motorik dapat timbul segera atau secara lambat.

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan CT Scan dapat dilakukan untuk mengevaluasi
adanya ICH. Gambaran yang dapat diberikan oleh CT Scan antara lain
satu atau lebih hematoma yang terlokalisir dan kadang-kadang terletak
pada lokasi yang dalam. Selain itu, dapat juga ditemukan edema pada
area disekelilingi hematoma. Jika pada CT Scan pertama tidak ditemukan
perdarahan yang tidak sesuai dengan enerji trauma, atau jika terdapat
perdarahan intra serebral yang sedikit, maka sebaiknya dilakukan
pemeriksaan CT Scan follow up untuk mendeteksi delayed ICH (FKUI-
RSCM, 2015). CT Scan kepala didapatkan gambaran hyperdense, MRI
Kepala, MR Angiografi Serebral, X Ray Thorax (Munir, 2017).

6. Penatalaksanaan
Tatalaksana ICH dapat berupa konservatif atau operatif.
Menegemen operatif dapat dilakukan jika terdapat indikasi berupa
penurunan kesadaran dan adanya pergeseran atau shifting garis tengah
dan letak hematoma pada regio lobus temporal karena dapat
menimbulkan herniasi meskipun tidak terdapat peningkatan intracranial
(FKUI-RSCM, 2015). Sedangkan, terapi stroke pendarahan intraserebral
menurut (Munir, 2017) :
1. Evaluasi cepat dan diagnosis
2. Terapi umum (suportif) yaitu stabilisasi jalan nafas dan
pernafasan, stabilisasi hemodinamik/sirkulasi, pemeriksaan awal
fisik umum, pengendalian peninggian TIK, penanganan
transformasi hemoragik, pengendalian kejang.
3. Pengendalian suhu tubuh pemeriksaan penunjang
4. Tindakan bedah pada ICH : keputusan mengenai apakah dioperasi
dan kapan dioperasi masih tetap kontroversial
5. Tidak dioperasi apabila : pasien dengan perdarahan kecil
(<10cm3) atau deficit neurologis minimal, pasien dengan GCS
<4. Meskipun pasien GCS <4 dengan perdarahan intraserebral
disertai kompresi batang otak masih mungkin untuk life saving.
6. Dioperasi apabila : pasien dengan perdarahan selebar >3 cm
dengan perburukan klinis atau kompresi batang otak dan
hidrosefalus dari obstruksi ventrikel harus secepatnya dibedah,
ICH dengan lesi structural seperti aneurisma malformasi AV atau
angiona cavernosa dibedah jika mempunyai harapan outcome
yang baik dan lesi strukturnya terjangkau, pasien usia muda
dengan perdarahan lebar sedang sehingga besar yang memburuk,
pembedahan untuk mengevakuasi hematoma terhadap pasien usia
muda dengan perdarahan lebar yang luas (>50 cm3) masih
menguntungkan.

B. Proses Keperawatan Dasar


1. Pengkajian Data Dasar
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk
mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan
data, pengelompokkan data dan perumusan diagnosis keperawatan.
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status
kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial
budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi,
kemampuan fungsi dan gaya hidup klien
b. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor register, diagnose medis.
c. Keluhan Utama
Hipertensi dan Cedera Kepala sering menjadi alasan klien untuk
meminta pertolongan kesehatan tergantung seberapa jauh dampak dari
stroke disertai penurunan tingkat kesadaran
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Adanya riwayat hipertensi yang menyebabkan lateralisasi, hemiplegi
ataupun hemiparase dan kelemahan anggotagerak bahkan kejang. Sering
kali bersifat mendadak saat pasien sedang melakukan aktivitas ataupun
istirahat
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat hipertensi,diabetes mellitus, penyakit jantung,anemia,
riwayat trauma kepala, penggunaan obat-obat adiktif, antikoagulan,
aspirin, vasodilator dan kegemukan
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keluarga yang menderita hipertensi maupun diabetes mellitus.
g. Riwayat Alergi
Apakah pasien mempunyai alergi makanan ataupun obat-obatan
h. Pengkajian Primary Survey (ABCDE)
1. Airway
Tanda-tanda objektif-sumbatan Airway
- Look (lihat) apakah penderita mengalami agitasi atau
kesadarannya menurun. Agitasi memberi kesan adanya hipoksia,
dan penurunan kesadaran memberi kesan adanya hiperkarbia.
Sianosis menunjukkan hipoksemia yang disebabkan oleh
kurangnya oksigenasi dan dapat dilihat dengan melihat pada
kuku-kuku dan kulit sekitar mulut. Lihat adanya retraksi dan
penggunaan otot-otot napas tambahan yang apabila ada,
merupakan bukti tambahan adanya gangguan airway. Airway
(jalan napas) yaitu membersihkan jalan napas dengan
memperhatikan kontrol servikal, pasang servikal kollar untuk
immobilisasi servikal sampai terbukti tidak ada cedera servikal,
bersihkan jalan napas dari segala sumbatan, benda asing, darah
dari fraktur maksilofasial, gigi yang patah dan lain-lain. Lakukan
intubasi (orotrakeal tube) jika apnea, GCS (Glasgow Coma Scale)
< 8, pertimbangan juga untuk GCS 9 dan 10 jika saturasi oksigen
tidak mencapai 90%.
- Listen (dengar) adanya suara-suara abnormal. Pernapasan yang
berbunyi (suara napas tambahan) adalah pernapasan yang
tersumbat.
- Feel (raba)
2. Breathing
Tanda-tanda objektif-ventilasi yang tidak adekuat
- Look (lihat) naik turunnya dada yang simetris dan pergerakan
dinding dada yang adekuat. Asimetris menunjukkan pembelatan
(splinting) atau flail chest dan tiap pernapasan yang dilakukan
dengan susah (labored breathing) sebaiknya harus dianggap
sebagai ancaman terhadap oksigenasi penderita dan harus segera
di evaluasi. Evaluasi tersebut meliputi inspeksi terhadap bentuk
dan pergerakan dada, palpasi terhadap kelainan dinding dada
yang mungkin mengganggu ventilasi, perkusi untuk menentukan
adanya darah atau udara ke dalam paru.
- Listen (dengar) adanya pergerakan udara pada kedua sisi dada.
Penurunan atau tidak terdengarnya suara napas pada satu atau
hemitoraks merupakan tanda akan adanya cedera dada. Hati-hati
terhadap adanya laju pernapasan yang cepat-takipneu mungkin
menunjukkan kekurangan oksigen.
- Gunakan pulse oxymeter. Alat ini mampu memberikan informasi
tentang saturasi oksigen dan perfusi perifer penderita, tetapi tidak
memastikan adanya ventilasi yang adekuat
3. Circulation dengan kontrol perdarahan
- Respon awal tubuh terhadap perdarahan adalah takikardi untuk
mempertahankan cardiac output walaupun stroke volum menurun
- Selanjutnya akan diikuti oleh penurunan tekanan nadi (tekanan
sistolik-tekanan diastolik)
- Jika aliran darah ke organ vital sudah dapat dipertahankan lagi,
maka timbullah hipotensi
- Perdarahan yang tampak dari luar harus segera dihentikan dengan
balut tekan pada daerah tersebut
- Ingat, khusus untuk otorrhagia yang tidak membeku, jangan
sumpal MAE (Meatus Akustikus Eksternus) dengan kapas atau
kain kasa, biarkan cairan atau darah mengalir keluar, karena hal
ini membantu mengurangi TTIK (Tekanan Tinggi Intra Kranial)
- Semua cairan yang diberikan harus dihangatkan untuk
menghindari terjadinya koagulopati dan gangguan irama jantung.
4. Disability
- GCS setelah resusitasi
- Bentuk ukuran dan reflek cahaya pupil
- Nilai kuat motorik kiri dan kanan apakah ada parese atau tidak
5. Expossure
Menghindari hipotermia. Semua pakaian yang menutupi tubuh
penderita harus dilepas agar tidak ada cedera terlewatkan selama
pemeriksaan. Pemeriksaan bagian punggung harus dilakukan secara
log-rolling dengan harus menghindari terjadinya hipotermi (America
College of Surgeons ; ATLS)
i. Secondary Survey
1. Keadaan umum dan tanda-tanda vital : keadaan umum pasien yang
lemah, adanya peningkatan tekanan darah pada pasien, suhu tubuh
pasien yang tinggi dapat menimbulkan kejang.
2. Pemeriksaan Fisik : Setelah melakukan anamnesis yang mengarah
pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik, sangat berguna untuk
mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik
sebaiknya dilakukan secara per system (B1-B6) dengan focus
pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan
dihubungkan keluhan-keluhan dari klien.
- Pernafasan (B1 : Breath)
Bentuk dada biasanya normal, pola nafas kadang ditemukan
dyspnea,tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada otot bantu
nafas, suara nafas terdengar ronchi, pernafasan tidak teratur,
perkusi dada sonor, kemampuan aktivitas dibantu orang lain.
- Cardiovaskuler (B2 : Blood)
Didapatkan tekanan darah yang menurun atau meningkat, suhu
biasanya batas normal, denyut nadi bervariasi, bunyi jantung S1
S2 tunggal, mungkin terdapat murmur,tidak ada pembesaran
jantung, tidak ada oedem, akral hangat kering merah.
- Persarafan (B3 : Brain)
Terkadang ditemukan kesadaran menurun, kadang tidak.Bila
terjadi gangguan sensori (penglihatan, pendengaran,
pembicaraan) tergantung pada letak lesinya, tanda-tanda
rangsangan meningen tidak ditemukan, kadang ditemukan kejang,
kehilangan memori.Terdapat reflek babinski, gerakan yang tak
terkoordinasi dan tidak dapat membedakan rangsangan.
- Perkemihan-eliminasi urine (B4 : Bladder)
Didapatkan inkontinensia urin atau anuria kadang bladder penuh.
- Pencernaan (B5 : Bowel)
Didapatkan perut kembung, konstipasi ataupun tidak, penurunan
peristaltic usus,ketidak mampuan menelan makanan, mual,
muntah dan penurunan nafsu makan
- Integumen (B6 : Bone)
Didapatkan kelemahan otot, kadang juga didapatkan kontraktur
sendi.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan mobilisasi fisik b.d kondisi yang melemah
2. Gangguan intoleransi aktivitas b.d kelemahan tonus otot
3. Gangguan nyaman nyeri b.d peningkatan tekanan intrakranial (TIK)
4. Gangguan defisit perawatan diri b.d kelemahan otot

3. Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Gangguan Tujuan : setelah - Observasi kondisi fisik
mobilisasi fisik dilakukan tindakan klien
b.d kondisi keperawatan selama - Rencanakan proses latihan
yang melemah waktu 1X24 jam pasien yang efisien bila perlu
diharapkan dapat kolaborasikan dengan
melakukan mibilisasi fisioterapi untuk menambah
fisik secara optimal. proses latihan
Kriteria hasil: - Atur posisi senyaman
- Tonus otot bertambah mungkin
- Mobilisasi ROM pasif - Mengajari pasien ROM
menjadi aktif pasif dan aktif
- Tidak mengeram - Biarkan pasien
kesakitan dalam proses mempraktikan kembali yang
latihan sudah diajarkan tapi dengan
pengawasan perawat
- Observasi kembali
peningkatan gerak fisik
- Berikan HE(healt
education)tentang
pentingnya latihan ROM.
Gangguan Tujuan : setelah - Observasi kondisi fisik
intoleransi dilakukan tindakan klien
aktivitas b.d keperawatan dalam - Rencanakan proses latihan
kelemahan waktu 1X24 jam yang efisien bila perlu
tonus otot diharapkan pasien dapt kolaborasikan dengan
terpenuhi aktivitas sehari fisioterapi untuk menambah
hari dengan normal proses latihan
Kriteria hasil : - Atur posisi senyaman
- Terjadi peningkatan mungkin
tonus otot Mengajari pasien ROM
- Pasien dapat pasif dan aktif
melakukan aktivitas - Biarkan pasien
sehari hari dengan mempraktikan kembali yang
mandiri sudah diajarkan tapi dengan
- Tidak terasa sakit bila pengawasan perawat
melakukan latihan - Bila sudah bisa
menyangga tubuh ajarkan
berjalan tapi dengan
dammpingan perawat
- Berikan dukungan dalam
setiap tindakan yang sudah
dilakukan.
Gangguan Tujuan : setelah - Observasi secara subjektiv
nyaman nyeri dilakukan tindakan skala nyeri yang dirasakan
b.d keperawatan dalam pasien
peningkatan waktu 1X24 jam - Beri posisi yang nyaman
tekanan diharapkan rasa nyeri - Ajari metode relaksasi
intrakranial yang dirasak pasien dapat seperti distraksi, nafas
(TIK) berkurang atau bahkan dalam, dan bila emosi
hilang ajarkan imajinasi terpimpin
Kriteria Hasil : - Anjurkan pasien untuk
- Wajah tidak melakukan pemeriksaan
mengurung dan CT-Scan
menahan kesakitan - Kolaborasikan dengan
- Skala nyeri turun pihak medis untuk terapi
- Pasien tidak obat
memegangi bagian yang - Berikan HE tentang
sakit pentingnya ambulansi saat
emergensi
- Observasi penurunan skala
nyeri yang dirasakan
Gangguan Tujuan : setelah - Observasi kondisi awal
defisit dilakukan tindakan pasien terutama fisik dan
perawatan diri keperawatan dalam kebersihan
b.d kelemahan waktu 1X24 jam - Siapkan alat untuk
otot diharapkan pasien melakukan PH
terpenuhi dalam - Memberitahu maksud dan
perawatan dirinya secara tujuan tindakan yang
optimal dilakukan
Kriteria Hasil : - Menutup gorden
- Wajah tidak lesu - Melakukan PH sambil
- Kulit tidak saling mengajari keluarga
melengket - Observasi tindakan yang
- Badan menjadi harum dilakukan
- Beri HE pentingnya
perawatan diri
DAFTAR PUSTAKA

Corwin. (2011). Hipertensi. Jakarta: EGC.


FKUI-RSCM, D. B. S. (2015). Sinopsis Ilmu Bedah Saraf. JAKARTA.
Huda, A., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta.
Munir, B. (2017). Neurologi Dasar Edisi Kedua.

Anda mungkin juga menyukai