Disusun Oleh:
Reinal Dwityas
(422J0108)
A. Definisi
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang
jelas selain vaskuler. (Hendro Susilo, 2000). Sedangkan menurut Pahria, (2004) Stroke
Non Haemoragik adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak
terjadi akibat pembentukan trombus di arteri cerebrum atau embolis yang mengalir ke
otak dan tempat lain di tubuh.
Stroke nonhemoragik adalah stroke yang disebabkan karena sumbatan pada
arteri sehingga suplai glukosa dan oksigen ke otak berkurang dan terjadi kematian sel
atau jaringan otak yang disuplai.
B. Etiologi
1. Infark otak
2. Emboli kardiogenic
3. Emboli arkus aorta
4. Penyakit ekstrakranial
5. Penyakit intrakranial
6. Perdarahan intrasebral
7. Penyebab lainnya seperti penyalahgunaan obat, miksoma atrium, trobus sinus dextra
C. Patofisiologi
1. Stroke non hemoragic
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau
embolus. Rombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada
dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area
thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks
iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus
yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada
arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi
gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat ddisebabkan oleh pecahnya
dinding pembuluh darah oleh emboli.
2. Stroke hemoragic
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau
ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intrakranial yang
seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intrakranial yang tidak dapat
dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan
menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Disamping itu, darah yang
mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema,
spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan
aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.
D. Pathway
NYERI AKUT
GANGGUAN INTEGRITAS
KULIT
DEFISIT NUTRISI
E. Manifestasi Klinis
Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di
otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat
gangguan peredaran darah terjadi, kesadaran biasanya tidak mengalami penurunan. Gejala
klinis tersering yang terjadi yaitu hemiparese, dimana penderita stroke non hemoragik
yangmengalami infrak bagian hemisfer otak kiri akan mengakibatkan terjadinya
kelumpuhan pada sebelah kanan, dan begitu pula sebaliknya dan sebagian juga terjadi
hemiparese dupleks, penderita stroke non hemoragik yang mengalami hemiparesesi
dupleks akan mengakibatkan terjadinya kelemahan pada kedua bagian tubuh sekaligus
bahkan dapat sampai mengakibatkan kelumpuhan. Pada hemiparesis, gejala utamanya
adalah timbulnya defisit neurologist secara mendadak subakut, didahului gejala prodromal,
terjadinya pada waktu istirahat atau bangun pagi dan biasanya kesadaran tidak menurun,
kecuali embolus cukup besar, biasanya terjadi pada usia >50 tahun.
F. Komplikasi
1. Gangguan otak berat
2. Kematian
3. Edema selebri
4. Aspirasi atelektesi
5. Gagal nafas
G. Penatalaksanaan Medis
Prinsip penatalaksanaan stroke non hemoragik adalah:
1 Memulihkan iskemik akut yang sedang berlangsung (3-6 jam
pertama)menggunakan trombolisis dengan rt-PA (recombinan tissue-plasminogen
activator).Ini hanya boleh di berikan dengan waktu onset <3 jam dan hasil CT scan
normal,tetapi obat ini sangat mahal dan hanya dapat di lakukan di rumah sakit
yangfasilitasnya lengkap.
2 Mencegah perburukan neurologis dengan jeda waktu sampai 72 jam. Seperti :
a. Edema yang progresif dan pembengkakan akibat infark. Terapi dengan manitoldan
hindari cairan hipotonik
b. Ekstensi teritori infark, terapinya dengan heparin yang dapat mencegahtrombosis
yang progresif dan optimalisasi volume dan tekanan darah yang dapatmenyerupai
kegagalan perfusi.
3 Tekanan darah tidak boleh cepat-cepat diturunkan sebab dapat memperluas infrak dan
perburukan neurologis.
a. Hipertensi diobati jika terdapat kegawat daruratan hipertensi neurologis
seperti,iskemia miokard akut, edema paru kardiogenik
b. Hipertensi diobati jika tekanan darah sangat tinggi pada tiga kali pengukuranselang
15 menit dimana sistolik >220 mmHg, diastolik >120 mmHgc.
Arteriosklerosis
Edema serebral
Peningkatan TIK
Edema serebral
Peningkatan TIK
Disfusi N.XI
Pe menurun fungsi motoric dan
musculoskeletal
C. Diagnosa keperawatan
1. Risiko perfusi jaringan selebral
2. Gangguan mobilitas fisik
3. Defisit perawatan diri
D. Intervensi
Dx Perencanaan
SLKI SIKI Rasional
1. Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3 x 24 - Identifikasi penyebab peningkatan TIK Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK dan
jam, diharapkan perfusi - Monitor tanda / gejala peningkatan TIK memonitor tanda gejala peningkatan TIK adalah suatu
jaringan serebral meningkat (misalnya, Tekanan darah meningkat). upaya untuk mengetahui penyebab masalah kesehatan
dengan kriteria hasil : - Monitor status pernafasan klien agar mampu memberikan intervensi yang sesuai
1. Tingkat kesararan meningkat Terapeutik
2. Tekanan intra kranial menurun. - Meminimalkan stimulus dengan menyediakan Menyediakan lingkungan yang tenang membantu klien
3. Sakit kepala menurun lingkungan yang tenang mempercepat proses penyembuhan.
4. Nilai rata-rata tekanan darah - Berikan posisi semi fowler Memposisikan klien semi fowler mampu menurunkan
membaik - Pertahankan suhu normal TIK
5. Tekanan darah diasltol Kolaborasi
6. Gelisah menurun - kolaborasi pemberian obat dengan dokter
Pemberian terapi obat-obatan mampu mengatasi masalah
kesehatan klien
2. Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 3x24 jam - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik Memonitor adanya keluhan fisik, frekuensi jantung,
diharapkan mobilitas fisik tekanan darah dan kondisi umum klien serta
lainnya
mengidentifikasi toleransi fisik klien bertujuan untuk
meningkat. - Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan mengetahui sampai mana batasan gangguan mobilitas
Dengan kriteria hasil : - Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah yang dialami klien
1. Pergerakan ekstremitas sebelum memulai mobilisasi
meningkat - Monitor kondisi umum selama melakukan
2. Kekuatan otot meningkat mobilisasi
3. Nyeri menurun
4. Kaku sendi menurun
Memfasilitasi klien dan melibatkan keluarga klien saat
5. Gerakan tidak terbatas
melakukan pergerakan adalah suatu upaya untuk
6. Kelemahan fisik menurun meningkatkan dan membantu klien saat melakukan
mobilisasi.
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilitas
- Anjurkan melakukan mobilitas dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. Duduk ditempat tidur)
3. Setelah dilakukan tindakan Observasi : Mengidentifikasi aktivitas perawatan diri serta memonitor
keperawatan,Klien mampu - Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri kemandirian pasien ketika perawatan diri adalah suatu
melakukan atau menyelesaikan sesuai usia upaya mengidentifikasi sejauh mana klien mengalami
aktivitas perawatan diri. Dengan - Monitor tingkat kemandirian kesulitan ketika melakukan perawatan diri.
kriteria hasil : - Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,
1. Kemampuan mandi berpakaian, berhias dan makan.
meningkat Terapeutik:
- Sediakan lingkungan aman dan nyaman Menyediakan lingkungan yang aman nyaman dan
2. Mempertahankan kebersihan - Siapkan keperluan pribadi membantu klien dalam melakukan perawatan diri adalah
diri meningkat. - Dampingi dalam melakukan perawatan diri suatu upaya untuk meningkatan perawatab diri bagi klien
sampai mandiri
- Fasilitasi untuk menerima keadaan Menjadwalkan runititas perawatan diri klien agar klien
ketergantungan mampu melakukan perawatan diri secara terartur dan
- Jadwalkan rutinitas perawatan diri. terjadwal
Edukasi :
- Anjurkan melakukan perawatan diri secara Menganjurkan klien melalkukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan konsisten diharapkan mampu meningkatan kemampuan
klien dalam merawat diri
E. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah tahap keempat dalam proses asuhan keperawatan, pada
tahap ini dilakukan berbagai tindakan keperawatan yang telah direncanakan dalam
intervensi keperawatan.
F. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap yang paling akhir dalam proses keperawatan, dimana perawat
melakukan penilaian apakah tujuan ataupun kriteria hasil yang telah ditentukan tercapai
atau tidak. Capaian yang diharapkan pada evaluasi ini adalah mampu memenuhi kriteria
hasil keberdayaan Meningkatyang berisi tentang pernyataan mampu melaksanakan
aktivitas meningkat, pernyataan keyakinan tentang kinerja peran dan berpartisipasi dalam
perawatan meningkat. Serta kriteria hasil yang kedua Menurun berisi tentang pernyataan
frustasi ketergantungan pada orang lain menurun, Perasaan diasingkan menurun,
pernyataan kurang kontrol menurun, pernyataan rasa malu menurun,perasaan tertekan
menurun dan pengasingan menurun.
Evaluasi dibagi menjadi 2 antara lain :
1. Evaluasi Formatif
Evaluasi berdasarkan respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan
2. Evaluasi Sumatif
Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui keseluruhan apakah tujuan tercapai atau
tidak
DAFTAR PUSTAKA
Cynthia, dkk. 2010. Diagnosa Keperawatan dengan Rencana Asuhan Keperawatan Edisi
2. Jakarta: EGC
Http://adf.ly/4282932/banner/http://zallien.blogspot.com/2012/08/askep-stroke-non-
hemoragik-snh.html
Irdawati. 2008. Pengaruh Latihan Gerak Otot Terhadap Pasien Stroke Non Hemoragic
dengan Himiparesis Kiri. Surakarta: Media Medika Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
LAPORAN KASUS
STROKE NON HEMORAGIC
DI RUANG TERATAI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALED CIREBON
Disusun Oleh:
Reinal Dwityas
(422J0108)
TAHUN 2022
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn. K
Tempat Tanggal Lahir : Cirebon, 01 Juli 1970
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Waled
Agama : Islam
Kultur : Jawa
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Ruangan : Teratai
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragic
Tanggal Dikaji : 6 November 2022
Tanggal Masuk RS : 5 November 2022
No. Medrek : 15760574
Nama Penanggung Jawab : Tn.E
Hubungan dengan Klien : Anak
5. Riwayat keluarga
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit penyerta dikeluarganya seperti DM.
6. Genogram
: Perempuan
: Laki – Laki
X : Meninggal
: Garis Keturunan
: Garis Perkawinan
: Garis Serumah
7. Kebutuhan dasar (makan, minum, eliminasi, tidur, aktifitas)
Kebutuhan
Sebelum masuk RS Setelah masuk RS
Dasar
a. Makan dan Makan : Klien mengatakan makan3x/hari Makan : Klien mengatakan makan
Minum habis 1 porsi. Jenis makanan nasi, sayur, 3x/hari tidak habis 1 porsi. Jenis
ikan/daging, jeroan dan telur. Serta makanan nasi, sayur, ikan, daging
terkadang mengonsumsi buah-buahanKlien ayam. Serta diberi buah-buahan
tidak memiliki alergi makanan. seperti pisang, dll. Klien tidak
memiliki alergi makanan
Minum : Klien mengatakan bahwa dalam Minum : Klien mengatakan bahwa
sehari klien minum habis ±2 liter (8 gelas). dalam sehari klien minum habis
Jenis minuman air putih. ±500 ml. Jenis minuman air putih.
Klien mendapatkan
cairan infus RL 1500 cc/hari
Kebutuhan
Sebelum masuk RS Setelah masuk RS
Dasar
b. Eliminasi BAK : Klien mengatakan BAK ±4-5x/hari, BAK : Klien BAK menggunakan
BAK warna kuning jernih dan tidak ada keluhan pispot, BAK 4x sehari, warna kuning
& BAB jernih.
8. Keadaan Umum
1) Kondisi umum
Keadaan umum : Penampilan bersih, ekspresi klien tampak tenang
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 (E4 M6 V5)
Pengkajian Nyeri : 0 (1-10)
Tidak Tidak
Pemeriksaan Normal Keterangan
Normal Terkaji
√
Nervus I (N. Olfaktorius)
- Klien mampu mengenali berbagai bau/aroma
Tes Fungsi Penghidu:
Kedua mata klien ditutup
Lubang hidung ditutup
Dilihat apakah tidak ada gangguan pengaliran udara
Kemudian bahan satu persatu didekatkan pada lubang
hidung yang terbuka dan klien diminta menarik nafas
panjang, kemudian klien diminta untuk mengidentifikasi
bahan tersebut (kopi, kayu putih, dan lain-lain)
√
Nervus II (N. Opticus)
- Penglihatan sentral
Memakai jari-jari tangan dimana secara normal dapat
dilihat pada jarak 60 meter
Meakai gerakan tangan dimana secara normal dapat
dilihat pada jarak 300 meter
- Penglihatan Perifer
Tes Konfrontasi :
Pasien diminta untuk menutup satu mata, kemudian
menatap mata pemeriksa sisi lain.
Mata pemeriksa juga ditutup pada sisi yang lain, agar
sesuai dengan lapang pandang pasien.
Letakkan jari tangan pemeriksa atau benda kecil pada
lapang pandang pasien dari 8 arah.
Pasien diminta untuk menyatakan bila melihat benda
tersebut. Bandingkan lapang pandang pasien dengan
lapang pandang pemeriksa.
Tidak Tidak
Pemeriksaan Normal Keterangan
Normal Terkaji
Syarat pemeriksaan tentunya lapang pandang pemeriksa
harus normal
- Tes Melihat Warna
Persepsi warna dengan gambar stilling Ishihara. Untuk
mengetahui adanya polineuropati pada N II
- Pemeriksaan Fundus Occuli
Pemeriksaan ini menggunakan alat oftalmoskop.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat apakah pada
papilla N II terdapat :
Stuwing papil atau protusio N II
(papilla cembung atau menonjol karena adanya TTIK,
tampak pembuluh darah yang berkelok-kelok dan adanya
bendungan)
Neuritis N II (tampak adanya udema tetapi papilla tidak
cembung)
Nervus III, N.IV & N.VI (N. Oculo-Motorius, N.
Trokealis dan N. Abducens)
- Retraksi kelopak mata atas (Hidrosefalus terdapat tanda
matahari terbit) √
- Ptosis
- Pupil
Bentuk dan ukuran pupil
Perbandingan pupil kanan dengan kiri
- Refleks pupil (Refleks Cahaya, Refleks Akomodasi,
Refleks Konsensual)
- Gerakan bola mata (bersama-sama dengan N.IV & N.VI)
- Sikap Bola Mata (kedudukan mata pada waktu istirahat)
Exopthalmus, dimana mata terdorong kemuka karena
proses mekanis retroorbital
Strabismus yang dapat divergen atau convergen. Secara
subyektif ditanyakan apakah ada diplopia.
Nystagmus atau gerakan bola mata yang spontan.
Deviasi conjugae, adalah sikap bola mata yang dalam
keadaan istirahat menuju kesatu jurusan tanpa dapat
dipengaruhi oleh kesadaran, dengan sumbu kedua mata
tetap sejajar secara terus-menerus.
√
Nervus V (N. Trigeminus)
- Sensibilitas
Pemeriksaan menggunakan ujung pensil pada bagian dahi,
pipi dan dagu. Pemeriksaan dilakukan pada tiap cabang
dan dibandingkan kanan dengan kiri.
Tidak Tidak
Pemeriksaan Normal Keterangan
Normal Terkaji
- Motorik
Klien disuruh menggigit yang keras dan kedua tangan
pemeriksa memegang didaerah otot masseter. Jika kedua
otot masseter berkontraksi maka akan terasa pada tangan
pemeriksa. Kalau ada parese maka dirasakan salah satu otot
lebih keras.
- Refleks
Klien diminta melirik kearah laterosuperior, kemudian
dari arah lain tepi kornea disentuhkan dengan kapas agak
basah. Bila reflek kornea mata positif, maka mata akan
berkedip.
Nervus VII (N. Facialis)
- Dalam keadaan diam, perhatikan :
Asimetris muka (lipatan nasolabial)
Gerakan-gerakan abnormal (tic fasialis, grimacing, kejang √
tetanus/rhesus sardonicus, tremor, dsb)
- Perintahkan klien untuk :
Mengangkat alis, bandingkan kanan dengan kiri.
Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetri), kemudian
pemeriksa mencoba membuka kedua mata tersebut
(bandingkan kekuatan kanan dan kiri).
Memperlihatkan gigi (asimetri).
Bersiul dan mencucu (asimetri/deviasi ujung bibir).
Meniup sekuatnya (bandingkan kekuatan udara dari pipi
masing-masing).
Menarik sudut mulut ke bawah (bandingkan konsistensi
otot platisma kanan dan kiri). Pada kelemahan ringan,
kadang-kadang tes ini dapat untuk mendeteksi kelemahan
saraf fasialis pada stadium dini.
- Sensorik khusus (pengecapan 2/3 depan lidah)
Pemeriksaan ini membutuhkan zat-zat yang mempunyai
rasa : Manis (gula), pahit (kinine), asin (garam), asam
(cuka). Paling sedikit menggunakan 3 macam.
Klien diminta membuka mulut dan menjulurkan lidah.
Zat diletakkan di 2/3 bagian depan lidah kanan dan kiri
Nervus VIII (N. Acusticus)
√
- Detik arloji
Arloji ditempelkan ditelinga, kemudian dijauhkan sedikit
demi sedikit, sampai tak mendengar lagi, dibandingkan
kanan dan kiri.
- Gesekan jari/tes bisik
Tidak Tidak
Pemeriksaan Normal Keterangan
Normal Terkaji
√
- Tes Weber (Garpu tala yang bergetar ditempelkan
dipertengahan dahi. Bandingkan mana yang lebih keras,
kanan/ kiri)
- Tes Rinne (Garpu tala yang bergetar ditempelkan pada
Processus mastoideus)
Nervus IX-X (N. Glossopharyngeus & N. Vagus)
- Gerakan Palatum
Klien diminta mengucapkan huruf a atau ah dengan √
panjang, sementara itu pemeriksa melihat gerakan uvula
dan arcus pharyngeus. Uvula akan berdeviasi kearah yang
normal (berlawanan dengan gerakan menjulurkan lidah
pada waktu pemeriksaan N XII)
- Reflek Muntah dan pemeriksaan sensorik
Pemeriksa meraba dinding belakang pharynx dan
bandingkan refleks muntah kanan dengan kiri. Refleks ini
mungkin menhilang pada pasien lanjut usia.
- Kecepatan menelan dan kekuatan batuk
√
Nervus XI (N. Accesssorius)
- Pemeriksaan komponen motorik.:
- Kekuatan otot sternocleidomastoideus diperiksa dengan
menahan gerakan fleksi lateral dari kepala/leher klien atau
sebaliknya (pemeriksa yang melawan/ mendorong
sedangkan klien yang menahan pada posisi lateral fleksi).
- Kekuatan M.Trapezius bagian atas diperiksa dengan
menekan kedua bahu klien kebawah, sementara itu klien
berusaha mempertahankan posisi kedua bahu terangkat
(sebaliknya posisi klien duduk dan pemeriksa berada
dibelakang klien)
√
Nervus XII (N. Hypoglossus)
- Pemeriksaan :
- Menjulurkan lidah
Pada lesi unilateral, lidah akan berdeviasi kearah lesi. Pada
Bell,s palsy (kelumpuhan saraf VII) bisa menimbulkan
positif palsu.
- Menggerakkan lidah kelateral
Pada kelumpuhan bilateral dan berat, lidah tidak bisa
digerkkan kearah samping kanan dan kiri.
- Tremor lidah
Diperhatikan apakah ada tremor lidah dan atropi. Pada
lesi perifer maka tremor dan atropi papil positip
- Articulasi
Perhatikan bicara dari klien. Bila terdapat parese maka
didapatkan dysarthria
10. Pengkajian Sistem Respirasi
Batuk (-), Sputum (-), Saturasi Oksigen 99 %, Oksigen (tidak memakai alat
bantu nafas/oksigen bebas), Frekuensi dan Pola nafas (takipnea dan reguler),
Suara nafas (vesikuler di semua lapang paru)
Aspek 1 2 3 4 Skor
Persepsi Keterbatasan Sangat terbatas Keterbatasan Tidak ada
Sensori Penuh Ringan keterbatasan 3
Kelembapan Lembab terus - Sangat lembab Kadang- Tidak ada
3
menerus kadang lembab lembab
Aktivitas Di tempat tidur Diatas kursi Kadang- Sering
kadang berjalan 1
berjalan
Mobilisasi Tidak dapat Pergerakan Keterbatasan Tidak ada
2
bergerak sangat terbatas Ringan keterbatasan
Status Nutrisi Sangat buruk Tidak adekuat Adekuat Baik sekali
2
Friksi/ Bermasalah Potensi Tidak ada
2
Gesekan bermasalah masalah
Total skor 13
< 10 = risiko sangat tinggi
Definisi resiko : 15- 18 = berisiko
10 -12 = risiko tinggi ≥19 = risiko rendah / tidak berisiko
13 – 14 = risiko sedang
*Lakukan implementasi pencegahan sesuai dengan kategori risiko
Total Skor 45
Definisi resiko :
□ 0–24 = pasien tidak berisiko □ 25 -45 = risiko rendah □ >45 = risiko tinggi
*Lakukan implementasi pencegahan sesuai dengan kategori risiko
18. Skrining Status Fungsional
MANDIRI KETERGANTUNGAN
(1 POIN) (O POIN)
AKTIFITAS Tidak perlu supervise, Memerlukan supervise, Skor
arahan, atau bantuan arahan, bantuan personal
personal atau asuhan penuh
Mandiri secara penuh Perlu bantuan mandi pada
Memerlukan bantuan hanya lebih dari 1 bagian tubuh
pada satu bagian tubuh, Bantuan saat masuk dan
MANDI missal: punggung, area keluar kamar mandi atau 0
genital atau ekstremitas yang shower
terkena Mandi dilakukan oleh
orang lain
Dapat mengambil pakaian Perlu bantuan memakai
dari lemari baju dan laci baju sendiri
MEMAKAI Memakai baju dan pakaian Perlu bantuan dipakaikan
BAJU 0
lain secara lengkap baju secara komplit
Memerlukan bantuan
mengikat tali sepatu
Dapat pergi ke kamar kecil Perlu bantuan penuh
Dapat naik dan turun dari untuk berpindah ke toilet
toilet Dapat membersihkan diri
TOILETING 0
Dapat merapihkan baju Memerlukan pispot atau
Dapat membersihkan area popok
genital tanpa dibantu
□ Dapat berpindah dari dan ke Memerlukan bantuan
tempat tidur atau kursi tanpa berpindah dari tempat
BERPINDAH bantuan tidur atau kursi 0
TEMPAT
Memerlukan bantuan
berpindah secara penuh
□ Dapat mengendalikan dan □ Inkontinensia BAB atau
menahan rasa ingin buang BAK sebagian atau total
KONTINENSIA air kecil (BAK) dan buang 0
air besar (BAB)
Dapat mengambil makanan Memerlukan bantuan
dari piring ke mulut tanpa sebagian atau total saat
MAKAN bantuan proses makan 1
Persiapan makan dapat Memerlukan metode
dilakukan oleh orang lain parenteral
Total skor 1
6 = Pasien Mandiri
Definisi resiko :
4 = Pasien Ketergantungan Sedang
0 = Pasien Sangat Tergantung
*Lakukan bantuan ADL sesuai dengan tingkat ketergantungan
19. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Nilai
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan
/ Jam Rujukan
HEMATOLOGI
Hematologi 8 Parameter
Hemoglobin 16.0 g/dL 12,3 – 15,3
Hematokrit 47 % 36,0 – 45,0
Eritrosit 5,13 103/uL 4,2 – 5,5
Leukosit 12,8 Juta/uL 4,50 – 11,0
Trombosit 317 ribu/uL 150 – 450
INDEX ERITROSIT
MCV 90.8 fL 80 – 96
MCH 31.2 Pg 27,5 – 33,2
MCHC 34.4 % 33,4 – 35,5
KIMIA
Natrium (Na) 135.3 mEq/L 135 – 145
Kalium (K) 4,86 mEq/L 3,5 – 5,1
Kasium Ion mg/dL 4,5 – 5,6
Magnesium mg/dL 1,8 – 2,4
Gukosa Darah Sewaktu 245 mg/dL < 140
2 Citicoline 500 mg IV
Citicolin atau citicoline adalah obat untuk
mengatasi gangguan memori atau perilaku
yang disebabkan oleh penuaan, stroke, atau
cedera kepala. Selain itu, obat ini juga dapat
digunakan meningkatkan daya penglihatan
pada pasien glaukoma. Citicolin adalah bahan
kimia yang sebenarnya secara alami terdapat
di otak. Citicolin bekerja dengan cara
meningkatkan jumlah zat kimia di otak
bernama phosphatidylcholine. Zat ini
berperan penting dalam melindungi fungsi
otak.
Arteriosklerosis
Peningkatan TIK
Disfusi N.XI
Pe menurun fungsi motoric dan
musculoskeletal
Edema serebral
Peningkatan TIK
Disfusi N.XI
Pe menurun fungsi motoric dan
musculoskeletal
Dx Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 3x24 jam - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik Memonitor adanya keluhan fisik, frekuensi jantung,
diharapkan mobilitas fisik tekanan darah dan kondisi umum klien serta
lainnya
mengidentifikasi toleransi fisik klien bertujuan untuk
meningkat. - Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan mengetahui sampai mana batasan gangguan mobilitas
Dengan kriteria hasil : - Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah yang dialami klien
1. Pergerakan ekstremitas sebelum memulai mobilisasi
meningkat - Monitor kondisi umum selama melakukan
2. Kekuatan otot meningkat mobilisasi
3. Nyeri menurun
4. Kaku sendi menurun Terapeutik :
Memfasilitasi klien dan melibatkan keluarga klien saat
5. Gerakan tidak terbatas - Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu melakukan pergerakan adalah suatu upaya untuk
6. Kelemahan fisik menurun - Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu meningkatkan dan membantu klien saat melakukan
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam mobilisasi.
meningkatkan pergerakan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilitas Menjelaskan dan menganjurkan klien melakukan
- Anjurkan melakukan mobilitas dini mobilitas dini dan bertahap adalah suatu upaya
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus meningkatkan usaha klien dalam mobilitas dan dapat
mengetahui betapa pentingnya mobilitas bagi klie.
dilakukan (mis. Duduk ditempat tidur)
Dx Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
2 Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3 x 24 - Identifikasi penyebab peningkatan TIK Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK dan
jam, diharapkan perfusi - Monitor tanda / gejala peningkatan TIK memonitor tanda gejala peningkatan TIK adalah suatu
jaringan serebral meningkat (misalnya, Tekanan darah meningkat). upaya untuk mengetahui penyebab masalah kesehatan klien
dengan kriteria hasil : - Monitor status pernafasan agar mampu memberikan intervensi yang sesuai
1. Tingkat kesararan meningkat Terapeutik
2. Tekanan intra kranial - Meminimalkan stimulus dengan menyediakan Menyediakan lingkungan yang tenang membantu klien
menurun. lingkungan yang tenang mempercepat proses penyembuhan.
3. Sakit kepala menurun - Berikan posisi semi fowler Memposisikan klien semi fowler mampu menurunkan TIK
4. Nilai rata-rata tekanan darah - Pertahankan suhu normal
membaik Kolaborasi
5. Tekanan darah diasltol - kolaborasi pemberian obat dengan dokter Pemberian terapi obat-obatan mampu mengatasi masalah
6. Gelisah menurun kesehatan klien
3 Setelah dilakukan tindakan Observasi : Mengidentifikasi aktivitas perawatan diri serta
keperawatan,Klien mampu - Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri memonitor kemandirian pasien ketika perawatan diri
melakukan atau menyelesaikan sesuai usia adalah suatu upaya mengidentifikasi sejauh mana klien
aktivitas perawatan diri. Dengan - Monitor tingkat kemandirian mengalami kesulitan ketika melakukan perawatan diri.
kriteria hasil : - Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,
1. Kemampuan mandi berpakaian, berhias dan makan.
meningkat Terapeutik:
- Sediakan lingkungan aman dan nyaman Menyediakan lingkungan yang aman nyaman dan
2. Mempertahankan - Siapkan keperluan pribadi membantu klien dalam melakukan perawatan diri adalah
kebersihan diri meningkat. - Dampingi dalam melakukan perawatan diri suatu upaya untuk meningkatan perawatab diri bagi klien
sampai mandiri
- Fasilitasi untuk menerima keadaan Menjadwalkan runititas perawatan diri klien agar klien
ketergantungan mampu melakukan perawatan diri secara terartur dan
- Jadwalkan rutinitas perawatan diri. terjadwal
Edukasi :
- Anjurkan melakukan perawatan diri secara Menganjurkan klien melalkukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan konsisten diharapkan mampu meningkatan kemampuan
klien dalam merawat diri
IMPLEMENTASI
No Tanggal/Waktu Tindakan & Respon Paraf
1 06-11-2022 T : Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
20.00 R : klien mengatakan tidak ada nyeri
T : Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
R : klien mengatakan anggota tubuh sebelah kanannya lemas
T : Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
R : TD : 160/100 mmHg
N : 90x/menit
T : Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
R : KU klien baik
T : Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
R : Aktivitas klien dibantu anaknya
T : Memfasilitasi klien melakukan pergerakan, jika perlu
R : Aktivitas klien dibantu anaknya
T : Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
R : Pasien dibantu anaknya saat melakukan aktivitas
T : Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilitas
R : Klien dan keluarga mengerti informasi yang disampaikan perawat
T : Menganjurkan melakukan mobilitas dini
R : Klien bisa miring kanan/kiri dibantu oleh perawat dan keluarga
T : Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Duduk ditempat tidur)
R : klien bisa duduk di tempat tidur dengan bantuan anaknya
2 06-11-2022 T : Mengidentifikasi penyebab peningkatan TIK
20.00 R : Peningkatan TIK klien disebabkan oleh stroke non haemoragik
T : Memonitor tanda / gejala peningkatan TIK (misalnya, Tekanan darah meningkat).
R : Tekanan darah klien meningkat TD klien 160/100 mmHg
T : Memonitor status pernafasan
R : Status pernafasan klien baik RR 20x/menit
T : Meminimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang
R : Lingkungan klien cukup tenang
T : Memberikan posisi semi fowler
R : Klien diposisikan semifowler
T : Mempertahankan suhu normal
R : Suhu klien normal 36°C
T : kolaborasi pemberian obat dengan dokter
R : Klien diberi obat sesuai advis dokter
3 06-11-2022 T : Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
20.00 R : Personal hygine klien dilakukan dibantu oleh keluarga klien
T : Mengidentifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias dan makan.
R : Klien dibantu oleh keluarganya
T : Menyediakan lingkungan aman dan nyaman
R : Lingkungan klien aman dan nyaman
T : Menjadwalkan rutinitas perawatan diri.
R : Keluarga klien rutin melakukan perawatan diri untuk klien setiap hari
T : Menganjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan
R : Klien dan keluarga klien melakukan perawatan diri secara konsisten
1 07-11-2022 T : Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
09.00 R : TD: 150/100 mmHg
N : 90x/menit
T : Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
R : Kondisi umum klien baik
T : Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
R : Keluarga klien membantu klien dalam melakukan pergerakan
T : Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilitas
R : Klien dan keluarga klien mengerti tentang informasi yang diberikan
T : Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Duduk ditempat tidur)
R : Klien mampu duduk ditempat tidur
2 07-11-2022 T : Memonitor tanda / gejala peningkatan TIK (misalnya, Tekanan darah meningkat).
09.00 R : Tekanan darah klien 150/100 mmHg
T : Memonitor status pernafasan
R : Status pernafasan klien baik RR 20x/menit
T : Memberikan posisi fowler
R : Posisi klien fowler
T : Mempertahankan suhu normal
R : Suhu tubuh klien 36,3°C
T : Kolaborasi pemberian obat dengan dokter
R : Klien diberikan obat sesuai advis dokter
3 07-11-2022 T : Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
09.00 R : Personal hygine klien dilakukan dibantu oleh keluarga klien
T : Mengidentifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias dan makan.
R : Klien dibantu oleh keluarganya
T : Menyediakan lingkungan aman dan nyaman
R : Lingkungan klien aman dan nyaman
T : Menjadwalkan rutinitas perawatan diri.
R : Keluarga klien rutin melakukan perawatan diri untuk klien setiap hari
T : Menganjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan
R : Klien dan keluarga klien melakukan perawatan diri secara konsisten
1 08-11-2022 T : Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
14.00 R : TD: 140/90 mmHg
N : 89x/menit
T : Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
R : Kondisi umum klien baik
T : Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
R : Keluarga klien membantu klien dalam melakukan pergerakan
T : Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilitas
R : Klien dan keluarga klien mengerti tentang informasi yang diberikan
T : Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Duduk ditempat tidur)
R : Klien mampu duduk ditempat secara mandiri
2 08-11-2022 T : Memonitor tanda / gejala peningkatan TIK (misalnya, Tekanan darah meningkat).
14.00 R : Tekanan darah klien 140/90 mmHg
T : Memonitor status pernafasan
R : Status pernafasan klien baik RR 20x/menit
T : Memberikan posisi fowler
R : Posisi klien fowler
T : Mempertahankan suhu normal
R : Suhu tubuh klien 36,1°C
T : Kolaborasi pemberian obat dengan dokter
R : Klien diberikan obat sesuai advis dokter
3 08-11-2022 T : Mengidentifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias dan makan.
14.00 R : Klien dibantu oleh keluarganya
T : Menyediakan lingkungan aman dan nyaman
R : Lingkungan klien aman dan nyaman
T : Menjadwalkan rutinitas perawatan diri.
R : Keluarga klien rutin melakukan perawatan diri untuk klien setiap hari
T : Menganjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan
R : Klien dan keluarga klien melakukan perawatan diri secara konsisten
EVALUASI
2. 08-11-2022 S : Klien mengeluh lemah anggota gerak sebelah kanan namun saat ini sudah ada perkembangan dan
14.00 mampu melakukan aktivitas secara mandiri
O : Klien lemah anggota gerak sebelah kanan dan klien sudah mampu melakukan aktivitas secara
mandiri
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan
3 08-11-2022 S : Klien sudah mampu melakukan perawatan diri secara mandiri namun masih dibantu keluarganya
14.00 O : Klien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI