Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA STROKE


DI RUANG ANYELIR RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO WONOGIRI

GIRI SATRIA HUSADA


WONOGIRI

DI SUSUN OLEH:
GALUIH JOHAR KHOIRUNISA MUSTIKANINGRUM
21013

PROGRAM DIPLOMA III


AKADEMI KEPERAWATAN GIRI SATRIA HUSADA WONOGIRI
2022/2023
A. Definisi Hemiparese Sinistra
Stroke merupakan penyakit gangguan peredaran darah yang timbul mendadak terjadi akibat terhambatnya
atau berkurangnya suplai darah ke otak sehingga membuat sel-sel otak mati. Penyakit stroke terbagi menjadi dua
yaitu stroke non hemoragik yang berarti tersumbatnya pembuluh darah yang menuju otak sebagian atau
keseluruhan terhenti. Ada dua penyebab terjadinya stroke non hemoragik, yang pertama adanya gumpalan darah
yang terbentuk di pembuluh darah otak dan kemungkinan yang ke dua adanya gumpalan darah yang terbentuk di
bagian tubuh lain namun terbawa sampai ke otak. Jenis stroke yang kedua yaitu stroke hemoragik yaitu stroke
yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah diotak. Salah satu jenis dari stroke non hemorogik adalah
hemiparise.
Hemiparese adalah kondisi kelemahan otot pada salah satu sisi tubuh sehingga sulit digerakkan. Hemiparase
merupakan dampak dari penyakit stroke non hemorogik biasanya terjadi secara mendadak. Hemiparese bisa
terjadi di sebelah tubuh bagian kanan atau dekstra dan tubuh di bagian kiri atau sinistra. Bagian atau sisi tubuh
yang yang terkena hemiparese biasanya berlawanan dengan sisi otak yang mengalami kerusakan. Misalnya otak
kanan mengalami kerusakan akibat sumbatan pembuluh darah dan terjadi stroke maka sisi tubuh sebelah kiri yang
mengalami kelemahan.

Hemiparese sinistra adalah apabila terjadi kerusakan pada sisi sebelah kanan otak sehingga mengakibatkan
kelemahan dibagian kiri. Pasien dengan kelumpuhan di sebelah kiri biasanya kehilangan memori visual serta
pasien hanya memperhatikan hanya kepada sesuatu yang berada dalam lapang pandang yang dapat dilihat.
B. Etiologi
Hemiparese Sinistra masuk ke dalam stroke non hemoragik yang disebabkan karena terjadi penyumbatan
pembuluh darah di otak bagian kanan sehingga

terjadi kelemahan otot di sisi tubuh kiri. Penyebab dari tersumbatnya pembuluh darah di otak atau pembuluh
darah yang lain yaitu :

1. Trombosis
Trombosis merupakan pembentukan bekuan darah atau proses terbentuknya trombus dalam sistem vaskuler
yaitu pembuluh darah atau jantung selama manusia masih hidup yang menyebabkan penggumpalan darah.
Trombosis menyebabkan iskemia pada jaringan otak yang dapat menimbulkan edema disekitarnya.

2. Embolisme Serebral
Embolisme serebral merupakan tertutupnya pembuluh darah arteri oleh bekuan darah, lemak dan udarayang
dibawa ke otak dari bagian tubuh lain.Emboli berasal dari trombus di jantung yang terlepas dan menyumbat
sistem arteri serebri.
3. Hipoperfusion sistemik
Hipoperfusion sistemik merupakan berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh yang diakibatkan
karena adanya gangguan denyut jantung.

4. Arteritis
Arteritis adalah peradangan yang terjadi pada arteri
C. Faktor Resiko
Banyak faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya stroke yang mengakibatkan hemiparese sinistra,
diantaranya :
1. Faktor yang dapat dirubah/ reversible
a. Kolesterol tinggi
b. Tekanan darah tinggi

c. Penyakit jantung
d. Diabetes mellitus
e. Sress emosional

f. Perokok

g. Peningkatan sel darah merah


h. Obesitas
2. Faktor yang tidak dapat dirubah/ non reversible

a. Adanya riwayat keluarga yang terkena stroke atau keturunan


b. Jenis kelamin pria lebih sering ditemukan menderita stroke disbanding wanita
c. Usia lebih dari 65 keatas
d. Pernah menderita stroke sebelumnya
3. Kebiasaan hidup
a. Aktivitas yang tidak sehat seperti pola makan yang tidak sehat, jarang berolahraga.
b. Mengkonsumsi obat-obatan terlarang
c. Merokok
d. Peminum alkohol
D. Patofisiologi

Otak membutuhkan banyak oksigen yang diperoleh dari darah. Otak sangat bergantung pada keadaan
aliran darah setiap saat karena diotak sendiri tidak ada cadangan oksigen. Kelainan akibat dari gangguan
peredaran darah yang menyebabkan stroke non hemoragik sehingga terjadi hemiparese yaitu terjadi infark
iskhemia yang sangat erat dengan aterosklerosis. Saat terjadi aterosklerosis dapat menimbulkan penyempitan
lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran darah. Oklusi mendadak pembuluh darah karena
terjadinya trombus dan terbentuknya thrombus kemudian terlepas sebagai emboli. Dinding pembuluh darah
menjadi tipis dan mudah robek karena terjadi aneurisma. Terjadinya arteriosklerosis akibat dari menimbunan
lemak atau kolesterol yang mengikat dalam darah, bisa juga terjadi karena stress, pola hidup tidak sehat atau
memiliki riwayat keturunan dari keluarga. Tersumbatnya pembuluh darah memyebabkan aliran darah tidak lancar
dan terhenti sehingga mengakibatkan stroke non hemoragik dan terjadi hemiparese atau kelemahan otot.
E. Pathway
F. Manifestasi Klinis

1. Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separo badan kelemahan atau kelumpuhan
separo badan

2. Nyeri kepala hebat


3. Vertigo
4. Tiba -tiba hilang rasa peka

5. Gangguan saat berbicara, mulut mencong dan tidak simetris


6. Gangguan penglihatan
7. Gangguan daya ingat

8. Gangguan fungsi otak

9. Kesadaran menurun

10. Bicara cadel


11. Proses kencing terganggu
G. Pemeriksaan Penunjang

1. Diagnostik

a. Scan kepala, pemeriksaan yang menunjukkan secara spesifik posisi hematoma, letak
edema, menentukan posisi adanya jaringan otak yang

infark atau iskemia.

b. EEG, digunakan untuk melihat dampak dan masalah yang timbul dari jaringan
yang infark sehingga menurunkan impuls listrik dalam jaringan otak.

c. Angiografi serebral, pemeriksaan yang membantu menemukan penyebab dari stroke secara
spesifikseperti perdarahan atriovena , aneurisma.

d. MRI, menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi serta luasnya terjadinya
perdarahan di otak.

e. X-Ray tengkorak
2. Laboratorium

a. Hitung darah lengkap


b. Kimia klinik
c. Urinalisis
d. Masa protombin
H. Penatalaksanaan

1. Konservatif
a. Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus
b. Mencegah peningkatan TIK
c. Memberikan obat-obatan:
1) Antihipertensi
2) Antikoagulan
3) Deuritika
4) Vasodilator perifer
5) Diazepam bila kejang
6) Manitol, berfungsi mengurangi edema otak
2. Operatif
Memantau penurunan TIK,apabila uapaya penurunan tidak berhasil maka perlu
dipertimbangkan evakuasi hematom karena hipertensi intracranial yang menetap akan
membahayakan.
3. Pada fase pemulihan/ sub akut
Melakukan berbagai terapi untuk pemulihan seperti terapi wicara, terapi fisik dengan ROM,
stoking anti embolisme.
I. Komplikasi

1. Aspirasi
2. Paralitic ileus
3. Peningkatan TIK
4. Hydrocephalus
5. Atrial fibrilasi
ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN HEMIPARESE SINISTRA

A. Pengkajian
Pengkajian pada pasien hemiparese yang faktual, lengkap dan akurat akan memudahkan perawat didalam
menetapkan data dasar, menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan
yang cocok, dan memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang diberikan.
Perawat juga harus melihat kondisi klien ketika akan melakukan pengkajian. Komponen dari pengkajian
antara lain :
1. Identitas Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku/bangsa, status
perkawinan, pendidikan, no. registrasi, diagnosa medis. Berikutnya terdapat identitas penanggung
jawab klien yaitu terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan dengan
klien.Pengkajian biodata difokuskan pada umur karena usia diatas 55 tahun merupakan resiko tinggi
terjadi serangan stroke. Laki-laki memiliki resiko lebih tinggi terkena stroke disbanding perempuan.
2. Riwayat penyakit :
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dasar atau utama yang dikatakan atau yang dirasakan klien. Biasanya klien
datang ke rumah sakit dalam kondisi penurunan kesadaran disertai kelumpuhan dan sakit kepala
hebat.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Perjalanan penyakit dan alasan saat pasien masuk Rumah Sakit dimulai dari masuk IGD,
kemudian masuk bangsal sampai dilakukan pengkajian. Kronologis peristiwa setelah melakukan
aktifitas tiba-tiba terjadi keluhan neurologis seperti sakit kepala hebat, penurunan kesadaran.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Berisi riwayat kesehatan pasien, apakah sebelumnya pasien pernah menderita suatu penyakit dan
dirawat di Rumah Sakit. Serta apakah klien mempunyai riwayat alergi terhadap makanan atau
obat-obatan. Yang paling utama dikaji apakah memiliki riwayat DM, hipertensi, kelainan
jantung, policitemia, karena berhubungan dengan penurunan kualitas pembuluh darah otak
menjadi menurun.
d. Riwayat Penyakit keluarga
Berisi riwayat penyakit yang diderita oleh keluarga klien. Perlu dikaji apakah keluarga ada yang
pernah terkena penyakit stroke.
3. Pola Pengkajian Fungsional Gordon :
a. Pola persepsi dan managemen kesehatan
Bagaimana tindakan klien ketika sakit, serta apakah pasien menganggap kesehatan itu penting.
b. Pola nutrisi
Mencakup nafsu makan pasien, porsi makan dan minum ketika di sebelum dan setelah masuk
Rumah Sakit
c. Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK, yang mencakup intensitas, warna dan tekstur BAB dan BAK.
d. Pola aktivitas dan latihan
Ketika sedang sakit apakah klien dapat beraktifitas mandiri atau dengan bantuan orang lain.
e. Pola konsep diri
Bagaimana pasien menilai dirinya pada saat sakit.
f. Pola istirahat tidur
Bagaimana pola tidur pasien, mencakup berapa lama, hambatan saat tidur.
g. Pola hubungan dan peran
Hubungan pasien dengan lingkungan sekitarnya, seperti keluarganya dan mengetahui perannya.
h. Pola penanganan masalah stress
Apa yang dilakukan pasien saat penyakitnya tersebut kambuh.
i. Pola keyakinan dan nilai-nilai
Kepercayaan klien terhadap sang pencipta, seperti selalu taat beribadah.
4. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum : penampilan klien dimulai pada saat
mempersiapkan klien untuk pemeriksaan.
2) Kesadaran : status kesadaran dilakukan dengan dua penilaian yaitu kualitatif dan kuantitatif.
3) TTV : pada pasien stroke biasanya memiliki tekanan darah yang tinggi.
4) Pernafasan meliputi :
a) Sumbatan jalan napas karena penumpukan sputum dan kehilangan reflek batuk.
b) Auskultasi suara napas mungkin ada tanda stridor
c) Catat jumlah dan irama nafas
5) Sirkulasi, deteksi adanya tanda tanda TIK, yaitu peningkatan tekanan darah, disertai dengan
pelebaran nadi dan penurunan jumlah nadi.
6) Persyarafan dan otak, kaji adanya sakit kepala hebat
7) Perkemihan, tanda tanda inkontenensia urin
8) Pencernaan, biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltic usus.
9) Tulang dan integument, kaji adanya kelumpuhan dan kelemahan, tanda tanda decubitus.
b. Pemeriksaan Fisik Head to Toe

1) Kepala : Bentuk kepala,ada tidaknya lesi atau benjolan, pertumbuhan rambut, dan ada atau
tidaknya nyeri tekan (pembengkakan)

2) Mata : Kebersihan mata, bentuk simetris atau tidak,Konjungtiva anemis/tidak, fungsi


penglihatan

3) Hidung : Kesimetrisan, adanya polip atau tidak, fungsi penciuman, ada tidaknya lesi
4) Mulut : Fungsi Pengecapan, Mukosa bibir, Kebersihan gigi dan mulut ada lesi atau tidak
5) Telinga : Ada tidaknya serumen atau lesi, fungsi pendengaran
6) Leher : Ada tidaknya pembesaran kelenjar thyroid
7) Thorak

a. Paru-paru
Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan gerakan dada, frekuensi napas cepat (tachipnea),
irama, kedalamannya pernapasan cuping hidung, Palpasi : Adanya nyeri tekan, fremitus
traktil bergetar kiri dan kanan.
b. Auskultasi : Suara napas ronchi (nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat
inspirasi maupun saat ekspirasi).
c. Perkusi : Terdengar bunyi redup (Dullnes) adanya jaringan yang lebih padat atau
konsolidasi paru-paru seperti pneumonia

8) Jantung
a. Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan dada, Ictus cordis tampak atau tidak.
b. Palpasi : Ictus cordis teraba, tidak ada massa (pembengkakan) dan ada
atau tidaknya nyeri tekan.
c. Perkusi : Perkusi jantung pekak (adanya suara perkusi jaringan yang padat seperti pada
daerah jantung).
d. Auskultasi : Terdengan Suara jantung I dan suara jantung II
(terdengar bunyi lub dub lub dub) dalam rentang normal.

9) Abdomen
a. Inspeksi : Bentuk abdomen, kesimetrisan abdomen, ada atau tidaknya lesi, ada atau
tidaknya stretch mark.
b. Auskultasi : Mendengarkan bising usus (normal 5-30x/menit).
c. Perkusi : Terdengar suara tympany (suara berisi cairan). Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pemberasan hepar. Punggung : Tidak ada kelaina bentuk punggung, tidak ada
terdapat luka pada punggung.
10) Ekstermitas
a. Atas : terpasang infuse, apa ada kelemahan atau tidak pada ekstremitas atas.
b. Bawah : ada atau tidaknya gangguna terhadap ekstremitas bawah seperti : kelemahan.
c. Genetalia : Terpasang kateter atau tidak.
d. Integument : Turgor kulit baik atau tidak, kulit kering.
Ekstremitas Kekuatan otot :

Keterangan :

0 : Otot tidak dapat digerakkan


1 : Jika otot ditekan masih terasa ada kontraksi atau kekenyalan ini berarti otot masih
belum atrofi atau belum layu

2 : Dapat menggerakan otot atau bagian yang lemah sesuai perintah misalnya telapak
tangan disuruh telungkup atau lurus bengkok tapi jika ditahan sedikit saja sudah tak mampu
bergerak
3 : Dapat menggerakan otot dengan tahanan minimal misalnya dapat menggerakkan
telapak tangan dan jari
4 : Dapat bergerak dan dapat melawan hambatan yang ringan
5 : Bebas bergerak dan dapat melawan tahanan yang setimpal

i. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang ditulis tanggal pemeriksaan, jenis pemeriksaan, hasil dan
satuanya. Pemeriksaan penunjang diantaranya: pemeriksaan laboratorium, foto rotgen,
rekam kardiografi, dan lain-lain.
ii. Therapy
Pada therapy tulis nama obat lengkap, dosis, frekuensi pemberian dan cara pemberian,
secara oral, parental dan lain-lain.
B. Diagnosa
1. Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d hiperkolesteronemia
2. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular
3. Defisit perawatan diri b.d gangguan neuromuskule
C. Intervensi

NO. DX SDKI SLKI SIKI

1 Risiko perfusi serebral tidak Setelah dilakukan tindakan I.06194


efektif b. d hiperkolesteronemia keperawatan selama 3x24 jam Manajemen peningkatan
D.0017 diharapkan risiko tekanan intrakranial
Definisi : perfusi serebral tidak efektif Observasi :
Beresiko mengalami penurunan
teratasi. Kriteria hasil:
sirkulasi darah ke otak
Faktor Resiko : 1. Kognitif cukup 1. Identifikasi penyebab
1. Keadnormalan masa meningkat, skala 4 peningkatan TIK
promtrombin dan/atau 2. Tekanan Intrakranial 2. Monitor tanda dan gejala
masa tromboplastin cukup menurun, skala 4 peningkatan TIK
2. Penurunan kinerja 3. sakit kepala, cukup 3. Monitor status
ventrikel kiri menurun skala 4 pernapasan
3. Aterosklerosis aorta 4. tekanan darah sistolik Terapeutik :
4. Diseksi arteri 1. Minimalkan stimulus
dan diastolik membaik
5. Fibrilasi dengan
skala 5
6. Tumor otak
5. reflek saraf cukup menyediakan lingkungan
7. Stenosis karotis
8. Miksoma atrium membaik skala 4 yang
9. Aneurisma serebri tenang
10. Koagulopati (mis. 2. Berikan posisi
Anemia sel sabit) semi fowler
11. Dilatasi kardiomiopati 3. Pertahankan suhu
12. Koagulasi intravenakuler tubuh normal Kolaborasi
diseminata :
13. Embolisme
1. Kolaborasi pemberian
14. Cedera kepala
15. Hiperkolesteronemia anti konvulsan, jika
16. Hipertensi perlu
17. Endocarditis infektif 2. Kolaborasi pemberian
18. Katup prostetik mekanis diuretic osmosis, jika
19. Stenosis mitral perlu
20. Neoplasma otak
21. Infark miokard akut
22. Sindrom sick sinus
23. Penyalahgunaan zat
24. Terapi tombolitik
25. Efek samping tindakan
(mis. Tindakan operasi
bypass)
Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Cedera kepala
3. Aterosklerotik aortic
4. Infark miokard akut
5. Diseksi arteri
6. Emdobolisme
7. Endokartidis infektif
8. Fibrilasi atrium
9. Hiperkolesterolemia
10. Hipertensi
11. Dilatasi kardiomiopati
12. Koagulasi intravaskuler
diseminata
13. Miksoma atrium
14. Neoplasma otak
15. Sigmen ventrikel kiri
akinetic
16. Sindrom sick sinus
17. Stenosis karroid
18. Stenosis mitral
19. Hidrosefalus
20. Infeksi otak ( mis.
Meningitis esefalitis,
abses serebri)
2 Gangguan mobilitas fisik b.d Setelah dilakukan tindakan I.06171
gangguan neuromuskular keperawatan selama 3x24 jam Dukungan Ambulasi Observasi :
D.0054 diharapkan gangguan 1. Identifikasi adanya nyeri atau
Definisi : mobilitas fisik teratasi. keluhan fisik lainnya
Keterbatasan dalam gerakan fisik Kriteria hasil : 2. Identifikasi toleransi fisik
dari satu atau lebih ekstremitas melakukan ambulasi
secara mandiri 1. Pergerakan ekstremitas 3. Monitor frekuensi
Penyebab : meningkat skala5 jantung dan tekanan
1. Kerusakan integritas 2. Kekuatan darah sebelum memulai
struktur tulang otot ambulasi
2. Perubahan metabolism meningkat skala 5 Monitor kondisi umum
3. Ketidakbugaran fisik selama melakukan ambulasi
3. Rentang gerak (rom),
4. Penurunan kendali otot Terapeutik :
5. Penurunan masaa otot meningkat skala 5
1. Fasilitasi melakukan
6. Penurunan kekuatan otot Kecemasan menurun,
mobilisasi fisik
7. Keterlambatan skala 5
2. Libatkan keluarga
perkembangan
untuk membantu
8. Kekuatan sendi
pasien dalam
9. Kontraktur
10. Mainutrisi meningkatkan ambulasi
11. Gangguan Edukasi :
musculoskeletal 1. Jelaskan tujuan dan
12. Gangguan neuromuscular prosedur ambulasi
13. Indeks masa tubuh diatas 2. Ajarkan ambulasi
presentil ke -75 sesuai sederhana yang harus
usia dilakukan
14. Efek agen farmakologis
15. Program pembatasan
gerak
16. Nyeri
17. Kurang terpapar
informasi tentang
aktivitas fisik
18. Kecemasan
19. Gangguan kognitif
20. Keengganan melakukan
pergerakan
21. Gangguan sensoripersepsi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjecktif
1. Mengeluh sulit
menggerakan ekstermitas
Objecktif
1. Kekuatan otot menurun
2. Rentang gerak (ROM)
menurun
Gejala dan Tanda Minor
Subjecktif
1. Nyeri saat bergerak
2. Enggan melakukan
pergerakan
3. Merasa cemas saat
bergerak
Objecktif
1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak
terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah
Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Cedera medulla spinalis
3. Trauma
4. Fraktur
5. Osteoarthritis
6. Ostemalasia
7. Keganasan
Perawatan diri berhubungan Setelah dilakukan tindakan I.11348
dengan gangguan keperawatan selama 3x24 jam Dukungan Perawatan Diri
neuromuskuler diharapkan defisit Observasi :
Definisi : perawatan diri teratasi.
Tidak mampu melakukan atau Kriteria hasil :
1. Monitor tingkat
kemandirian
menyelesaikan aktivitas
1. Kemampuan ke 2. Identifikasi
perawatan diri
Penyebab : toilet meningkat skala kebutuhan alat
1. Gangguan 2. Kemampuan makan bantu kebersihan diri,
muskuloskeletal meningkat skala 5 berpakaian, berhias
2. Gangguan 3. Minat melakukan dan makan
neuromuskuler perawatan diri Terapeutik :
3. Kelemahan meningkat skala 5 1. Siapkan keperluan
4. Gangguan psikoogis 4. Mempertahankan pribadi
dan/atau psikotik kebersihan diri 2. Damping dalam
5. Penurunan meningkat skala 5 melakukan perawatan
motivasi/minat
diri sampai mandiri
Gejala dan Tanda Mayor
Subjecktif 3. Fasilitasi untuk
1. Menolak melakukan menerima keaadan
perawatan diri ketergantungan
Objecktif 4. Fasilitasi kemandirian,
1. Tidak mampu bantu jika tidak mampu
mandi/mengenakan Melakukan perawatan
pakaian /makan/ke diri
toilet/berhias secara
Edukasi :
mandiri
Anjurkan melakukan
2. Minat melakukan
perawatan diri kurang perawatan diri secara
Gejala dan Tanda Minor konsisten sesuai kemampuan
Subcjecktif
Tidak tersedia
Objecktif
Tidak tersedia
Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Cedera medulla spinalis
3. Depresi
4. Arthritis rheumatoid
5. Retardasi mental
6. Delirium
7. Demensia
8. Gangguan amnestic
9. Skizofrenia dan
gangguan psikotik lain
10. Fungsi penilaian
terganggu
Keterangan :
Diagnosis ini dispesifikasi
diagnosis ini dispesifikasikan
menjadi salah satu atau lebih
dari :
1. Mandi
2. Berpakaian
3. Makan
4. Toileting
5. berhias

A. Implementasi
Melakukan intervensi atau tindakan keperawatan yang sudah direncanakan untuk pasien
sesuai jadwal dan bertahap agar diperoleh hasil yang diinginkan. Pelaksanaan merupakan
pengelolaan dari perwujudan rencana tindakan yang meliputi beberapa kegiatan yaitu
validasi rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana tindakan keperawatan,
memberikan asuhan keperawatan dan mengumpulkan data.
B. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap atau langkah dalam proses keperawatan yang dilaksanakan dengan
sengaja dan terus-menerus yang dilakukan oleh perawat dan anggota tim kesehatan lainnya dengan
tujuan untuk memenuhi apakah tujuan dan rencana keperawatan terapi atau tidak serta untuk
melakukan pengkajian ulang, sehingga didapat penilaian sebagai berikut :
1. Tujuan tercapai : Klien mampu melakukan/menunjukan perilaku pada waktu yang telah
ditentukan sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah ditentukan
2. Tujuan tercapai sebagian : Klien mampu menunjukan perilaku tetapi hanya sebagian dari
tujuan yang diharapkan.
3. Tujuan tidak tercapai : Bila klien tidak mampu atau tidak sama sekali menunjukan perilaku
yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Pelaksanaan evaluasi didokumentasikan bisa dalam bentuk catatan perkembangan
dengan menggunakan metode SOAP
S (Subjektif) : data berdasarkan keluhan pasien/keluarga pasien.
O (Objektif) : data berdasarkan hasil pengukuran/observasi langsung kepada pasien
A (Assgment) : masalah keperawatan yang masih terjadi atau baru saja terjadi akibat
perubahan status kesehatan yang telah teridentifikasi datanya dalam data
subjektif dan objektif.
P (Planning) : perencanaan tindakan keperawatan yang akan dilanjutkan,dihentikan,
dimodifikasi,atau menambah rencana tindakan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Handayani, F.,Rita, H.,dkk. (2019). Penatalaksanaan Stroke Di Rumah. Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro. Semarang. ISBN : 9 786237222408. (di akses online 3
september 2021,
http://eprints.undip.ac.id/80790/1ZBuku panduan penatalaksanaan strok e.pdf ) _

Nanda.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NIC Jilid
3. Yogyakarta:Mediaction

Rahmadani, E., & Rustandi, H. (2019). Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Stroke Non Hemoragik
dengan Hemiparese melalui Latihan Range of Motion (ROM) Pasif. Journal of
Telenursing (JOTING), l(2), 354-363.
http s://doi. org/http s://doi. org/ 10.31539/j oting.v1i2.985
SDKI. 2016 Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:Dwan Pengurus PPNI pusat

Anda mungkin juga menyukai