Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TEORI KEPERAWATAN

(calista roy's Adaptation Model)

Dosen Pengampu : Putri Halimu Husna, S.kep.Ns., M.kes

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1. Indra Pengestu (21015)

2. Rehan Vita Patriani (21021)

3. Rosy Mareta Try Mulyani (21024)

4. Zulaikha Nuruzaky (20131)

AKPER GIRI SATRIA HUSADA WONOGIRI

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta

karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah ini berisikan tentang teori keperawatan menurut Calista Roy's Adaptation.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada pembaca tentang teori keperawatan

Roy's Adaptation.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan

saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan

makalah ini.

Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga

Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat


DAFTAR ISI

HALAMAN.............................................................................................................. 1

JUDUL.............. ...................................................................................................... 2

KATA PENGANTAR................................................................................................ 3

DAFTAR ISI............................................................................................................. 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang........................................................................................................ 5

B. Rumusan masalah.................................................................................................. 6

C. Tujuan...................................................................................................................... 7

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi teori Roy's Adaptation.............................................................................. 8

B. Implementasi teori Roy's dalam dunia keperawatan.......................................... 9

C. Kekurangan dan kelebihan teori Roy's................................................................ 10

BAB III

PENUTUP............................................................................................................... 11

Daftar Pustaka........................................................................................................... 12
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Model konseptual mengacu pada ide – ide global mengenai individu, kelompok situasi

atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik. Teori-teori yang

terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih khusus pada suatu

kejadian dan fenomena dari suatu disiplin ilmu. Model konseptual keperawatan

dikembangkan atas pengetahuan para ahli keperawatan tentang keperawatan yang bertolak

dari paradigma keperawatan. Model konseptual dalam keperawatan dapat memungkinkan

perawat untuk menerapkan cara perawat bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang

perawat. Perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan

asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan atau sebagai filosofi dalam dunia

pendidikan dan kerangka kerja dalam riset keperawatan

Teori keperawatan merupakan ide, definisi, hubungan,dan saran yang berasal dari

model keperawatan atau dari bidang ilmu lain dan rancangan purposive, pandangan metodis

fenomena dengan nerancang inter relationship khusus. Teori keperawatan digunakan untuk

menyusun suatu konsep model dalam keperawatan. Model konsep keperawatan ini

digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan yang akan diterapkan sesuai

dengan situasi dan kondisi dimana tempat perawat itu bekerja

Roy's Adaptation memperkenalkan model keperawatan yang menguraikan bagaimana

klien tersebut mampu meningkatkan kesehatan dengan mempertahankan perilaku adaptif

serta klien tersebut mampu merubah perilaku inadaptif dan secara khusus perawatan mampu

meningkatkan respon adaptif klien tersebut.


B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut.

1. Apa definisi teori Roy’s Adaptation?

2. Bagaimana implementasi teori Roy’s Adaptation dalam dunia keperawatan?

3. Apa kelebihan dan kekurangan teori Roy’s Adaptation?

C. Tujuan

Berdasarkan permasalahan tersebut dapat disusun tujuan berikut.

1. Mengetahui definisi teori Roy’s Adaptation.

2. Mengetahui implementasi teori Roy’s Adaptation dalam dunia keperawatan.

3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori Roy’s Adaptation.


BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi teori Roy’s Adaptation

Model keperawatan adaptasi Roy adalah model yang memandang manusia sebagai

suatu sistem adaptasi mulai dari tingkatan individu itu sendiri sampai ke adaptasi dengan

lingkungan. Teori ini menjelaskan proses keperawatan yang bertujuan membantu seseorang

untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan

hubungan interdependensi selama sehat sakit (MarrinerTomery, 1994 dan Rofikoh, 2014).

Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy (1969). Konsep

ini dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi seperti diuraikan di bawah ini.

Asumsi dasar model adaptasi Roy adalah :

1. Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-menerus

berinteraksi dengan lingkungan.

2. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-

perubahan biopsikososial.

3. Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan untuk

beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua rangsangan baik

positif maupun negatif.

4. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, jika

seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai kemampuan

untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif.


5. Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari

kehidupan manusia.

Dalam penjelasannya Roy mengatakan bahwa setiap manusia selalu berusaha

menanggulangi perubahan status kesehatan dan perawat harus merespon untuk membantu

manusia beradaptasi terhadap perubahan ini. Roy dengan fokus adaptasinya pada manusia

terdapat empat elemen esensial yaitu :

1. Keperawatan

Menurut Roy keperawatan di definisikan sebagai disiplin ilmu dan praktek.

Keperawatan sebagai disiplin ilmu mengobservasi, mengklasifikasikan, dan

menghubungkan proses yang berpengaruh terhadap kesehatan. Keperawatan menggunakan

pendekatan pengetahuan untuk menyediakan pelayanan bagi orang-orang. Keperawatan

meningkatkan adaptasi individu untuk meningkatkan kesehatan, jadi model adaptasi

keperawatan menggambarkan lebih khusus perkembangan ilmu keperawatan dan praktek

keperawatan. Dalam model tersebut keperawatan terdiri dari tujuan perawat dan aktifitas

perawat.

Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungannya,

peningkatan adaptasi dilakukan melalui empat cara yaitu fungsi fisiologis, konsep diri,

fungsi peran dan interdependensi. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada

dalam wilayah dengan tingkatan adaptasi manusia. Adaptasi membebaskan energi dari

upaya koping yang tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang

lain, kondisi seperti ini dapat meningkatkan penyembuhan dan kesehatan.


2. Manusia

Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan adalah individu,

keluarga, kelompok, komunitas atau sosial. Masing-masing dilakukan oleh perawat sebagai

system adaptasi yang holistic dan terbuka. Interaksi yang konstan antara individu dan

lingkungan dicirikan oleh perubahan internal dan eksternal. Dengan perubahan tersebut

individu harus mempertahankan intergritas dirinya, dimana setiap individu secara kontinyu

beradaptasi.

Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem

adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan yang mempunyai

input, kontrol, out put dan proses umpan balik. Lebih khusus manusia didefinisikan sebagai

sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi,

empat cara adaptasinya yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan

interdependensi. Sebagai sistem yang adaptif mausia digambarkan dalam istilah

karakteristik, jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit

secara keseluruhan atau beberapa unit untuk beberapa tujuan.

3. Kesehatan

Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari meninggal sampai tingkatan

tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam

upaya dan menjadikan dirinya secara terintegrasi secara keseluruhan, fisik, mental dan

social. Integritas adaptasi individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk

memenuhi tujuan mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi. Sakit adalah suatu kondisi

ketidakmampuan individu untuk beradapatasi terhadap rangsangan yang berasal dari dalam

dan luar individu. Kondisi sehat dan sakit sangat individual dipersepsikan oleh individu.

Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping) tergantung dari latar belakang individu
tersebut dalam mengartikan dan mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan,

pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain.

4. Lingkungan

Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari internal dan

eksternal, yang mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dari perilaku

seseorang dan kelompok. Lingkunan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun

psikologis yang diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan

lingkungan internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa

pengalaman, kemampuan emosioanal, kepribadian) dan proses stressor biologis (sel maupun

molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu.manifestasi yang tampak akan tercermin

dari perilaku individu sebagai suatu respons. Dengan pemahaman yang baik tentang

lingkungan akan membantu perawat dalam meningkatkan adaptasi dalam merubah dan

mengurangi resiko akibat dari lingkungan sekitar.

Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima asuhan

keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai

“Holistic adaptif system”dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan. System adalah

Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan untuk beberapa

tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya.

Model Adaptasi Roy (RAM) hadir sebagai desain bahwa respon perilaku dapat

dihubungkan dengan cara tiga rangsangan: fokal, kontekstual, dan residual; proses kontrol

atau mekanisme koping dapat diakses melalui sistem regulator dan kognator untuk individu,

dan melalui stabilizer dan inovator subsistem untuk kelompok.

Tanggapan adaptif individu / kelompok, yang berfungsi untuk mempertahankan

adaptasi individu dan perubahan lingkungan dan akhirnya meningkatkan kesehatan,


kemudian dinilai dalam empat mode adaptif: fisiologis, identitas konsep diri-kelompok,

fungsi peran, dan interdependensi (Whittemore & Roy 2002, Pearson et al. 2005, Roy 2009

dalam Akyil dan Erguney 2012). Sistem dalam model adaptasi Roy dijelaskan sebagai

berikut (Roy, 1991):

Input atau stimulus Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan

kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan

respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan stimulus

residual.

1) Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang, efeknya

segera (Prasetyo, 2014).

2) Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik internal

maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur dan

secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana dapat

menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal (Prasetyo, 2014)

3) Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang

ada tetapi sukar untuk diobservasi. Stimulus residual adalah faktor internal dan

eksternal, yang efeknya saat ini tidak jelas, dan orang mungkin tidak menyadari

faktor-faktor ini (Alligood, 2012).

a. Proses kontrol atau mekanisme koping Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk

mekanisme koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan

kognator yang merupakan subsistem.


1) Subsistem regulator. Regulator merupakan Sebuah tipe dasar dari proses adaptif yang

merespon secara otomatis melalui saraf, kimia, dan koping saluran endokrin (Roy &

Andrews, 1999).

2) Subsistem kognator. Stimulus untuk subsistem kognator dapat berupa eksternal

maupun internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus

umpan balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan

dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau

proses informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi,

mencatat dan mengingat. Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah

proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi adalah proses

pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih saying.

Jadi pada pasien PGK subsistem ini mencakup persepsi, pembelajaran, keputusan,

emosi (Tolson & Mcintosh 1996, Gagliardi 2003, Tsai 2005 cit Bakan G. & Akyil

A.D.2008; Umaroh Z, Elsye MR., 2016).

b. Efektor atau prilaku Konsep adaptasi Calista Roy adalah bagian dari proses internal dan

bertindak sebagai efektor sistem. Perilaku dalam konsep ini bertujuan untuk beradaptasi

dengan rangsangan, meliputi fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan

interdependensi (Whittemore & Roy 2002, Pearson et al. 2005, Roy 2009).

1) Fungsi fisiologis, melibatkan kebutuhan dasar tubuh dan cara beradaptasi. Ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Bastos (2014) bahwa komponen sistem adaptasi

pada pasien PGK diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, cairan, elektrolit, fungsi

endokrin, aktivitas, tidur / istirahat, perlindungan dan indra/ sensori. Indikator adaptif

pada fungsi fisiologis oleh Priyo (2012) dijelaskan sebagai berikut:


a) Oksigenasi: fungsi fisiologis dikatakan adaptif pada area oksigenasi jika

pernafasan yang seimbang, pola pertukaran gas yang stabil, dan transportasi gas

yang memadai. Sedangkan dikatakan inefektif bila terjadinya hipoksia, gangguan

ventilasi, pertukaran dan transportasi gas yang tidak adekuat, perubahan perfusi

jaringan dan proses kompensasi untuk perubahan oksigen yang kurang.

b) Nutrisi : fungsi fisiologis dikatakan adaptif pada area nutrisi jika pencernaan yang

stabil, pola nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh, kebutuhan metabolisme dan

nutrisi terpenuhi. Sedangkan inefektif jika penurunan berat badan, perasaan mual

dan muntah serta pola pola makan tidak adekuat.

c) Eliminasi : fungsi fisiologis dikatakan adaptif pada area eliminasi jika pola

eliminasi dan defeksi baik. Sedangkan inefektif jika perubahan pola eliminasi dan

defeksi yang tidak efektif.

d) Aktifitas dan istirahat, fungsi fisiologis dikatakan adaptif pada area aktifitas dan

istirahat jika proses mobilitas yang terintegrasi, pergerakan yang cukup, pola

aktifitas dan istirahat yang efektif, dan menyesuaikan tidur dengan perubahan

lingkungan. Sedangkan dikatakan inefektif jika immobilitas, intoleransi aktifitas,

pola aktifitas dan istirahat tidak efektif dan gangguan pola tidur.

e) Proteksi, fungsi fisiologis dikatakan adaptif pada area proteksi jika kulit utuh,

respon penyembuhan luka yang efektif, integritas dan kekebalan tubuh tubuh yang

cukup, proses imunitas yang efektif dan pengaturan suhu yang efektif. Dikatakan

inefektif jika adanya gangguan integritas kulit, delayed wound healing, infeksi,

pengaturan suhu yang tidak efektif dan proses imunitas tidak efektif.

f) Sensori, fungsi fisiologis dikatakan adaptif pada area sensori jika proses sensori

yang efektif, pola persepsi yang stabil, strategi kopig untuk gangguan sensori
efektif. Dikatakan inefektif jika adanya gangguan sensori primer, hilangnya

kemampuan merawat diri sendri, gangguan komunikasi, nyeri akut dan kronis,

gangguan persepsi dan strategi koping kerusakan sensori yang tidak efektif.

g) Cairan dan elektrolit, fungsi fisiologis dikatakan adaptif pada area cairan dan

elektrolit jika memperlihatkan adanya proses keseimbangan cairan dan stabilitas

elektrolit didalam tubuh stabil, status asam basa yang seimbang, regulasi buffer

kimia yang efektif. Dikatakan inefektif jika adaya dehidrasi, adanya edema, syok,

gangguan elektrolit dan ketidakeseimbangan asam basa. Indicator status cairan

pasien hemodialisa menurut Elizabeth, Lindley, Aspinal, Claire & Garthwaite

(2011) dan Mitchell (2002) adalah: Intradialytic weight gain, blood pressure,

breathing, edema, kekuatan otot, neck vein, biochemical marker.

h) Fungsi endokrin, fungsi fisiologis dikatakan adaptif pada area endokrin jika

pengaturan hormonal yang efektif, strategi koping terhadap stress yang efektif.

Dikatakan inefektif jika regulasi hormon yang tidak efektif, fatigue, iritabilitass

dan stress.

2) Konsep-diri, mengacu pada keyakinan dan perasaan tentang diri sendiri, bagaimana

seseorang mengenal pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang lain.

Terdiri dari (Priyo, 2012):

a) Physical self (termasuk citra tubuh), seseorang dengan hemodialisa dikatakan

beradaptasi secara adaptif apabila gambaran diri yang positif, fungsi seksual yang

efektif, integritas fisik dengan pertumbuhan fisik, kompensasi terhadap perubahan

tubuh yang efektif, strategi koping terhadap kehilangan yang efektif. Dikatakan

adaptasi inefektif jika adanya gangguan gambaran diri, disfungsi seksual, dan strategi

koping kehilangan tidak efektif.


b) Personal self (termasuk konsistensi diri dan ideal diri) dan etika moral diri (termasuk

observasi diri dan evaluasi diri) (Alligood, 2012). Gambaran tentang konsep diri

seseorang akan berubah secara mendalam sebagai upaya untuk beradaptasi terhadap

stimulus (Prasetyo, 2014).

3) Fungsi peran, melibatkan perilaku berdasarkan posisi seseorang dalam masyarakat,

merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran seseorang

dalam mengenal pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang lain dalam

situasi tertentu tercermin pada peran primer, sekunder, dan tersier (Alligood, 2012).

4) Interdependence (saling ketergantungan) merupakan kemampuan seseorang mengenal

pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara

interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok (Roy, 2009). Fokusnya adalah

interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta atau kasih sayang, perhatian dan

saling menghargai, keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam

menerima sesuatu. Interdependensi ini dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai

ekstrim, yaitu memberi dan menerima (Alligood, 2012).

c. Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat diamati, diukur atau secara subyektif

dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar. Perilaku ini merupakan umpan

balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif atau

respon yang inefektif.

Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara

keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang

berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Respon

yang inefektif adalah perilaku yang tidak mendukung tujuan tersebut. Pada teori Roy,

tujuan intervensi keperawatan adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku


adaptif dan merubah perilaku inefektif, sehingga pasien dapat beradaptasi terhadap

perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi dalam

rentang sehat-sakit (Potter & Perry, 2005). Dalam hal ini perawat dapat memberikan

intervensi menguatkan mekanisme koping regulator dan kognator.

2. Implementasi teori Roy’s Adaptation dalam dunia keperawatan

Proses keperawatan berdasarkan Model Adaptasi Roy adalah metode pemecahan

masalah pasien dengan mengidentifikasi stimulus dan mengkaji fungsi dari adaptasi mode.

Dalam proses keperawatan ada 2 level pengkajian yaitu pengkajian prilaku pasien dan

pengkajian stimulus yang mengakibatkan prilaku pasien. Langkah pertama proses

keperawatan adalah pengkajian prilaku. Prilaku yang dikaji adalah 4 adaptasi mode yaitu

fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen. Fisiologis Adaptasi Mode adalah

proses fisik dan kimiawi dan prilaku yang menyinggung aspek fisik individu. Terdapat 5

kebutuhan yaitu oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat dan proteksi. Perawat

harus mempelajari proses yang normal.

Konsep dari adaptasi mode merupakan gabungan dari keyakinan dan perasaan

tentang dirinya pada suatu waktu. Fokusnya adalah aspek psikologis dan spiritual individu.

Fungsi peran adaptasi mode adalah harapan tentang pekerjaan dan posisi individu terhadap

posisi pekerjaan lainnya. Dasar kebutuhan adalah integritas sosial, untuk mengetahui

hubungan satu dengan lainnya. Interdependen adapatasi mode adalah prilaku yang

menyinggung tentang hubungan interpenden antara individu dan kelompok. Dasar

kebutuhannya adalah perasaan aman dalam suatu hubungan.

Level kedua pengkajian adalah menganalisis 3 tipe stimulus yang mempengaruhi

prilaku yang inefektif, terdiri dari stimulus fokal, konntekstual dan residual. Langkah

perawat selanjutnya adalah menetapkan diagnosa keperawatan yang berupa pernyataan yang
menginterpretasikan data tentang status adaptasi individu, termasuk prilaku dan stimulus

yang relevan. Setelah itu perawat menentukan tujuan keperawatan yang meliputi pernyataan

yang jelas tentang kriteria hasil dari pemberian perawatan. Selanjutnya perawat melakukan

intervensi keperawatan yang menentukan bantuan yang diberikan pada individu dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Langkah terakhir adalah evaluasi keperawatan yang

merupakan penilaian terhadap efektifitas dari intervensi keperawatan.

3. Kelebihan dan kekurangan teori Roy’s Adaptation

a. Kelebihan Model Adaptasi Callista Roy

Dalam model teori adaptasi Roy, kelebihan yang dimiliki terletak pada teori praktek

dan model adaptasinya dimana seorang perawat dapat melakukan suatu pengkajian dan

menegakan diagnosa lebih akurat khususnya pada pasien dengan gangguan kesehatan.

Dengan teori ini, perawat dapat mengetahui faktor presipitasi dan faktor predisposisi dari

masalah yang dihadapi pasien. Model Adaptasi Roy telah menggambarkan tahapan–

tahapan dalam proses keperawatan yang lengkap. Berdasarkan teori Roy, tahapan proses

keperawatan dimulai dari 2 level pengkajian , diagnosa keperawatan, tujuan tindakan

keperawatan, intervensi keperawatan dan evaluasi keperawatan. Kelebihan proses

keperawatan berdasarkan Model Adaptasi Roy ini adalah pada tahap 2 level pengkajian

yang harus dilakukan perawat.

Pengkajian keperawatan dimulai dengan; level 1) perawat mengkaji respon prilaku

pasien terhadap stimulus yaitu fisiologis adaptasi mode, konsep diri adaptasi mode,

peran adaptasi mode dan ketergantungan adaptasi mode, level 2) perawat mengkaji

stressor yang dihadapi pasein yaitu stimulus fokal & kontekstual ( yang pada dasarnya

merupakan faktor presipitasi atau faktor pemungkinan timbulnyagangguan kesehatan

dari masalah yang dihadapi pasien) dan stimulus residual (yang pada dasarnya
merupakan faktor predisposisi atau kemauan pasien untuk memahami dan melakukan

praktik kesehatan dari masalah yang dihadapi pasien), sehingga pengkajian yang

dilakukan perawat lebih lengkap dan perawat dapat menegakkan diagnosa lebih akurat

dari pengkajian tersebut.

Dalam hal tersebut, perawat mampu menegakan suatu diagnosa yang lebih lengkap dan

akurat, dimana dalam praktiknya perawat tidak hanya mampu mengintervensi tanda dan

gejala namun juga dapat mengetahui dan memberikan intervensi pada faktor presipitasi

dan faktor predisposisi dari masalah yang dihadapi pasien. Sehingga, dalam hal ini

perawat dapat mencegah pasien dalam masalah resiko dan gangguan kesehatan,

meningkatkan individu yang sehat agar tidak mengalami masalah resiko dan gagguan

kesehatan. Selain itu, dengan mengaplikasikan teori adaptasi Roy ini perawat dalam

asuhannya mampu memahami lebih jauh tentang proses adaptasi yang terjadi pada

individu yang dimulai dari adanya stimullus atau stressor yang dapat menjadikan

individu mengalami stress, proses mekanisme koping dan effektor sebagai upaya

individu dalam mengatasi stressor, sehingga dalam tujuannya penerapan model tersebut

dapat membantu individu terhadap perubahan baik dalam kebutuhan fisiologis konsep

diri, fungsi peran, maupun hubungan interdependensi selama sehat-sakit. Dalam praktik

keperawatan khususnya keperawatan kesehatan, berdasarkan penelitian penerapan

assertiveness training efektif dalam meningkatkan pencegahan perilaku kekerasan

dimana pengkajian dalam penerapan tersebut menggunakan pendekatan model adaptasi

Roy.

b. Kelemahan Model Adaptasi Callista Roy

Kelemahan dari model adaptasi Roy ini berfokus pada sasarannya. Model adaptasi ini

hanya berfokus dalam proses adaptasi dan bagaimana pemecahan masalah pasien dengan
menggunakan proses keperawatan tanpa menjelaskan sikap caring terhadap pasien,

padahal perawat tanpa sikap caring akan menimbulkan stressor pada pasiennya. Oleh

karena itu perlunya penerapan perilaku caring perawat untuk menunjang model adaptasi

tersebut, dimana caring akan menjadi sangat penting dalam membina hubungan

interpersonal antara perawat dengan pasiennya (Tomey & Alligood, 2006).


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Model adaptasi Roy menggambarkan manusia sebagai sistem terbuka dan sistem

adaptif yang merespons terhadap kejadian atau perubahan perubahan yang terjadi pada

lingkungan baik yang internal maupun external. Kegiatan keperawatan diarahkan pada

penciptaan lingkungan yang memungkinkan terjadinya penyembuhan dan pemulihan

kesehatan. Selain itu kegiatan keperawatan juga diharapkan dapat mempertahankan dan

meningkatkan kemampuan proses adaptasi adaptasi klien. Model adaptasi Roy

berfokus pada pemecahan masalah pasien dengan menggunakan proses keperawatan

yang terdiri dari pengkajian,diagnosa ,tujuan intervensi dan evaluasi keperawatan .

SARAN

Oleh karena itu,kelompok memandang perlu untuk mengetahui dan mengakaji

lebih jauh tentang penerapan model keperawatan yang sesuai dengan teori sister

callista Roy dilapangaan atau rumah sakit. Secara umum pembaca diharapkan mampu

menelaah dan mempelajari setiap konsep dan model keperawatan yang sudah

berkembang dan mampu membandingkan teori dan model praktik yang sesuai dengan

ilmu keperawatan itu sendiri sehingga tidak betentangan dengan etika ,norma dan

budaya. Secara khusus,perawat harus mampu meningkatkan respon adaptif pasien pada

situasi sehat atau sakit

Anda mungkin juga menyukai