Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori Keperawatan diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabstrakannya,
dimulai dari meta theory sebagai yang paling abstrak, hingga practice theory sebagai
yang lebih konkrit. Level ke tiga dari teori keperawatan adalah Grand Theory yang
menegaskan fokus global dengan board perspective dari praktik keperawatan dan
pandangan keperawatan yang berbeda terhadap sebuah fenomena keperawatan.
Grand Theory Keperawatan dibedakan dengan Teori Filosofi Keperawatan. Filosofi
bersifat abstrak yang menunjukkan keyakinan dasar disiplin keperawatan dalam
memandang manusia sebagai makhluk biologis dan respon manusia dalam keadaan
sehat dan sakit, serta berfokus kepada respons mereka terhadap suatu situasi.
Sedangkan Grand theory keperawatan (Alligood, 2002), menyatakan teori
pada level ini lebih fokus dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan praktisi
keperawatan yang spesifik seperti spesifik untuk kelompok usia pasien, kondisi
keluarga, kondisi kesehatan, dan peran perawat. Pandangan lain oleh Fawcett (1995)
dalam Sell dan Kalofissudis (2004) mendefinisikan grand theory sebagai teori yang
memiliki cakupan yang luas, kurang abstrak dibanding model konseptual tetapi
tersusun atas konsep-konsep umum yang relatif abstrak dan hubungannya tidak dapat
di uji secara empiris. Contohnya yaitu “Teori Roy (manusia sebagai sistem yang
adaptif) berasal dari Roy Adaptation Mode”.
Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok
situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik. Teori-teori
yang terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih
khusus pasa suatu kejadian dan fenomena dari suatu disiplin ilmu. Model konseptual
keperawatan dikembangkan atas pengetahuan para ahli keperawatan tentang
keperawatan yang bertolak dari paradigma keperawatan. Model konseptual dalam
keperawatan dapat memungkinkan perawat untuk menerapkan cara perawat bekerja
dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Perawat perlu memahami konsep

1
ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan asuhan keperawatan dalam praktek
keperawatan atau sebagai filosofi dalam dunia pendidikan dan kerangka kerja dalam
riset keperawatan. Roy dalam teorinya menjelaskan empat macam elemen esensial
dalam adaptasi keperawatan , yaitu : manusia, lingkungan, kesehatan, dan
keperawatan. Model adaptasi Roy menguraikan bahwa bagaimana individu mampu
meningkatkan kesehatannya dengan cara memepertahankan perilaku secara adaptif
karena menurut Roy, manusia adalah makhluk holistic yang memiliki sistem adaptif
yang selalu beradaptsi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Model konsep keperawatan menurut Roy ?
2. Bagaimanakah aplikasi teori Roy dalam penerapan proses keperawatan ?
3. Bagaimanakah penerapan teori Roy pada pelayanan Asuhan Keperawatan ?

C. Tujuan
1. Memahami secara mendalam tinjauan teoritis model konsep keperawatan
menurut Roy ( The Roy’s Adaptation Model)
2. Mamahami Aplikasi Teori Roy dalam penerapan Proses Keperawatan.
3. Mengidentifikasi penerapan teori Roys pada pelayanan Asuhan Keperawatan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2
A. Definisi Teori
Sister Callista Roy adalah anggota dari sister of Saint Joseph of Carondolet
yang lahir pada 14 Oktober 1939 di Los angeles, California. Dia menerima gelar S1
Keperawatan pada tahun 1963 dari Mount Saint Mary’s College di los angeles dan
menyelesaikan master keperawatan di universitas California Los Angeles tahun 1966.
Setelah menyelesaikan pendidikan keperawatan, Roy memulai pendidikan di bidan
sosiologi, dan menyelesaikan master pada tahun 1973 dan doktoral 1977 di
Universitas California. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy
tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep
adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan
keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja
adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis ± psikologis. Untuk memulai
membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai
fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan
individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu: fokal
stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan
terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy
juga mengadaptasi nilai “Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari
konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut
Roy, humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping
manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang masih berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-
ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic (
1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi
sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan
penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai
dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak
saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk

3
mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga
memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977
menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan
model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan
profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan
dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telahmembantu perkembangan
kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manausia dan spirit. Keyakinan
filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.

B. Definisi dan Konsep Mayor


1. Sistem
Sistem adalah satu set bagian yang dihubungkan untuk berfungsi sebagai
keseluruhan untuk tujuan tertentu dan bekerja berdasarkan saling ketergantungan
bagian-bagiannya. (Roy & Andrew, 1999). Agar menjadi keseluruhan dan
bagiannya berhubungan “sistem juga memiliki input, output dan kontrol dan
proses umpan balik”
2. Tingkat adaptasi/level adaptasi
“Tingkat adaptasi memperlihatkan kondisi proses kehidupan yang dijelaskan
pada tiga tingkat yang terpadu, kompensasi, dan berkompromi” (Roy & Andrew,
1999).tingkat adaptasi seseorang merupakan titik yang berubah secara konstan,
dibentuk oleh fokal, kontekstual dan stimuli residual, yang memperlihatkan
standar rata- rata pribadi seseorang yang berespon dengan respon adaptif biasa
(Roy, 1984).
3. Masalah Adaptasi
Masalah adaptasi adalah "wilayah luas yang menjadi perhatian berkaitan dengan
adaptasi”. Memperlihatkan kesulitan berhubungan dengan indikator positif” (Roy
& Andrew, 1999).
4. Stimulus fokal

4
Fokal stimulus adalah “stimulus eksternal dan internal yang dengan segera
dilawan oleh sistem manusia”.
5. Stimulus kontekstual
Stimulus kontekstual adalah semua stimulus lain yang diperlihatkan pada situasi
yang berkontribusi pada efek dari stimulus fokal. Juga merupakan stimulus lain
yang dialami seseorang, dan baik stimulus internal maupun eksternal, yang dapat
mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan observasi, diukur secara subjektif.
6. Stimulus residual
Stimulus residual adalah faktor lingkungan dengan atau tanpa sistem manusia
dengan efek pada saat ini yang tidak jelas.
7. Proses koping
Proses koping adalah cara yang asli atau didapat untuk berinteraksi dengan
perubahan lingkungan.
8. Mekanisme koping asli/ bawaan
Mekanisme yang secara genetik ditentukan atau umum pada spesies dan
umumnya dipandang sebagai proses otomatis, manusia tidak harus berpikir
tentang itu.
9. Mekanisme koping yang didapat
Mekanisme yang dikembangkan melalui strategi yaitu belajar. Pengalaman yang
dihadapi sepanjang hidup berkontribusi terhadap respon biasa terhadap
rangsangan tertentu.
10. Regulator sub system
Regulator adalah proses koping mayor yang meliputi 4 chanel kognitif – emotif:
persepsi dan proses informasi, belajar, pertimbangan dan emosi.
11. Respon adaptif
Respon adaptif adalah sesuatu yang mendukung integritas dalam hal tujuan dari
sistem manusia.

12. Respon inefektif

5
Sesuatu yang tidak berkontribusi terhadap integritas dalam hal tujuan dari sistem
manusia.
13. Proses integrasi hidup
Adalah tingkat adaptasi pada struktur dan fungsi dari proses kehidupan yang
bekerja secara menyeluruh untuk menemukan kebutuhan manusia.
14. Model fisiologis dan fisik
Model fisiologis dan fisik adalah asosiasi proses fisik dan kimia yang meibatkan
fungsi dan aktifitas organisme hidup. Lima kebutuhan yang diidentifikasi pada
model fisiologis – fisik relatif pada kebutuhan dasar integritas fisik : (1)
oksigenasi (2) nutrisi (3) eliminasi (4) aktifitas dan istirahat (5) perlindungan.
Proses kompleks yang melibatkan perasaan ; cairan, elektrolit dan keseimbangan
asam basa; fungsi neurologis dan fungsi endokrin berkontribusi pada adaptasi
fisiologis. Kebutuhan dasar dari model fisiologis adalah integritas fisiologis.
a. Oksigenasi: menggambarkan pola penggunaan oksigen berhubungan dengan
respirasi dan sirkulasi.Karena oksigen berperan sangat penting dalam proses
metabolisme sel.
b. Nutrisi: menggambarkan substansi organik dan non organik yang ditemukan
dalam makanan yang diperlukan oleh tubuh.
c. Eliminasi: menggambarkan pola eliminasi normal (menghitung berapa intake
dan output normal).
d. Aktifitas dan istirahat: menggambarkan pola aktivitas, latihan, istirahat dan
tidur sehari-hari. Karena dengan bergerak, tubuh menjdi sehat, sistem
pernapasan berfungsi dengan baik dan metabolisme tubuh pun dapat optimal.
e. Integritas kulit: menggambarkan pola fungsi fisiologis kulit.
f. Indera: menggambarkan fungsi sensori perseptual dengan panca indera itu.
g. Cairan dan elektrolit: menggambarkan proporsi cairan dan elektrolit yang
tepat.
h. Fungsi neurologis: menggambarkan pola control neurologist, pengaturan dan
intelektual.

6
i. Fungsi endokrin: nggambarkan pola control dan pengaturan termasuk respon
stress dan sistem reproduksi
15. Model konsep diri – grup identitas
Konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-
pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang lain.
16. Model peran fungsi
Fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan
bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola itu.
17. Model interdependen
Interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang
kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada
tingkat individu maupun kelompok. Berfokus pada hubungan yang dekat pada
seseorang (individu dan kelompok)
18. Persepsi
Persepsi adalah interpretasi dari stimulus dan apresiasinya secara sadar.

C. Penjelasan Skema/Bagan/Model konseptual

Input Control process Efektor Output

Fungsi fisiologis
Stimuli adaptation Mekanisme Konsep diri Adaptif dan
level koping Fungsi peran respon inefektif
Regulator Interdependen

Feed back
Bagan 2.1 Person As An Adaptive System

Sistem adalah suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya


sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari
setiap bagian-bagiannya. Sistem terdiri dari proses input, output, kontrol dan
umpan balik ( Roy, 1991 ), dengan penjelasan sebagai berikut:

7
1. Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan
informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan
respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan
stimulus residual.
a. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang,
efeknya segera, misalnya infeksi .
b. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi,
diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara
bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal
seperti anemia, isolasi sosial.
c. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi
yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat
individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses
belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang
toleransi tetapi ada yang tidak.

2. Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di
gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang
merupakan subsistem.
a. Subsistem regulator
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan
output. Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator
sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon
neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output
dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai
perilaku regulator subsistem.

8
b. Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku
output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk
kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak
dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses
informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi,
mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi,
reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam).
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah proses internal yang
berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan
untuk mencari keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang.

3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau secara
subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku ini
merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem
sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang
adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat
terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan
dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan.
Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan proses
kontrol seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme koping
diwariskan atau diturunkan secara genetik (misal sel darah putih) sebagai sistem
pertahanan terhadap bakteri yang menyerang tubuh. Mekanisme yang lain yang
dapat dipelajari seperti penggunaan antiseptik untuk membersihkan luka. Roy
memperkenalkan konsep ilmu Keperawatan yang unik yaitu mekanisme kontrol
yang disebut Regulator dan Kognator dan mekanisme tersebut merupakan bagian
sub sistem adaptasi.

9
D. Asumsi mayor
1. Adaptasi
Dalam memahami konsep model ini, Callista Roy mengemukakan konsep
keperawatan dengan model adaptasi yang memiliki beberapa pandangan atau
keyakinan serta nilai yang dimilikinya diantaranya:
a. Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi dan social yang selalu
berinteraksi dengan lingkungannya.
b. Untuk mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi, seseorang harus
beradaptasi sesuai dengan perubahan yang terjadi.
c. Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh Roy,
diantaranya:
1) Fokal stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan
seseorang dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap seseorang
individu.
2) Kontekstual stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang,
dan baik stimulus internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi,
kemudian dapat dilakukan observasi, diukur secara subjektif.
3) Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan cirri
tambahan yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian
dengan lingkungan yang sukar dilakukan observasi.
d. Sistem adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya:
1) Pertama, fungsi fisiologis, komponen sistem adaptasi ini yang adaptasi
fisiologis diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat,
integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi
endokrin.
2) Kedua, konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang
mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang
lain.

10
3) Ketiga, fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan
dengan bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi
social dalam berhubungan dengan orang lain
4) Keempat, interdependen merupakan kemampuan seseorang mengenal
pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan
secara interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.
e. Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi agar
mampu melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan,
reproduksi dan keunggulan sehingga proses ini memiliki tujuan
meningkatkan respon adaptasi.
Teori adaptasi suster Callista Roy memandang klien sebagai suatu sistem
adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah
membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan
fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan interdependensi selama
sehat dan sakit (Marriner-Tomery,1994). Kebutuhan asuhan keperawatan
muncul ketika klien tidak dapat beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan
internal dan eksternal. Seluruh individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan
berikut:
1) Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar
2) Pengembangan konsep diri positif
3) Penampilan peran social
4) Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan
Perawat menetukan kebutuhan di atas menyebabkan timbulnya masalah
bagi klien dan mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap hal
tersebut. Kemudian asuhan keperawatan diberikan dengan tujuan untuk
membantu klien beradaptasi.

2. Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan
kebutuhan dasar dan diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang

11
mengalami gangguan fisik, psikis dan sosial agar dapat mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan
respon adaptasi berhubungan dengan empat mode respon adaptasi. Perubahan
internal dan eksternal dan stimulus input tergantung dari kondisi koping individu.
Kondisi koping seseorang atau keadaan koping seseorang merupakan tingkat
adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi seseorang akan ditentukan oleh stimulus
fokal, kontekstual, dan residual. Fokal adalah suatu respon yang diberikan secara
langsung terhadap ancaman/input yang masuk. Penggunaan fokal pada umumnya
tergantung tingkat perubahan yang berdampak terhadap seseorang. Stimulus
kontekstual adalah semua stimulus lain seseorang baik internal maupun eksternal
yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan secara subjektif
disampaikan oleh individu. Stimulus residual adalah karakteristik/riwayat dari
seseorang yang ada dan timbul releva dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit
diukur secara objektif.

3. Person (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)


Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan individu,
keluarga, kelompok, komunitas atau sosial. Masing-masing dilakukan oleh
perawat sebagai system adaptasi yang holistik dan terbuka. Sistem terbuka
tersebut berdampak terhadap perubahan yang konstan terhadap informasi,
kejadian, energi antara system dan lingkungan. Interaksi yang konstan antara
individu dan lingkungan dicirikan oleh perubahan internal dan eksternal. Dengan
perubahan tersebut individu harus mempertahankan intergritas dirinya, dimana
setiap individu secara kontinyu beradaptasi.
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai
sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan
yang mempunyai input, kontrol, out put dan proses umpan balik. Proses kontrol
adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara- cara adaptasi.
Lebih spesifik manusia didefenisikan sebagai sebuah sistem adaptif dengan

12
aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat
cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
interdependensi. Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai
suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan
zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat
digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, jadi manusia dilihat sebagai satu-
kesatuan yang saling berhubungan antara unit fungsional secara keseluruhan atau
beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Input pada manusia sebagai
suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan
lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk variabel
standar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel
standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan
mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-
usaha yang biasa dilakukan. Proses kontrol manusia sebagai suatu sistem adaptasi
adalah mekanisme koping. Dua mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu
: subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan kognator
digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor atau cara-
cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen.
Empat fungsi mode yang dikembangkan oleh Roy terdiri dari:
a. Fisiologis
1) Oksigenasi: menggambarkan pola penggunaan oksigen berhubungan
dengan respirasi dan sirkulasi.
2) Nutrisi: menggambarkan pola penggunaan nutrient untuk memperbaiki
kondisi tubuh dan perkembangan.
3) Eliminasi: menggambarkan pola eliminasi.
4) Aktivitas dan istirahat: menggambarkan pola aktivitas, latihan, istirahat
dan tidur.
5) Integritas kulit: menggambarkan pola fungsi fisiologis kulit.
6) Rasa/senses: menggambarkan fungsi sensori perceptual berhubungan
dengan panca indera.

13
7) Cairan dan elektrolit: menggambarkan pola fisiologis penggunaan cairan
dan elektrolit.
8) Fungsi neurologist: menggambarkan pola control neurologist, pengaturan
dan intelektual
9) Fungsi endokrin: menggambarkan pola control dan pengaturan termasuk
respon stress dan system reproduksi
b. Konsep Diri (Psikis)
Model konsep ini mengidentifikasi pola nilai, kepercayaan dan emosi yang
berhubungan dengan ide diri sendiri. Perhatian ditujukan pada kenyataan
keadaan diri sendiri tentang fisik, individual, dan moral-etik.
c. Fungsi Peran (Sosial)
Fungsi peran mengidentifikasi tentang pola interaksi social seseorang
berhubungan dengan orang lain akibat dari peran ganda.
d. Interdependen
Interdependen mengidentifikasi pola nilai-nilai manusia, kehangatan, cinta
dan memiliki. Proses tersebut terjadi melalui hubungan interpersonal terhadap
individu maupun kelompok.

4. Kesehatan
Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari meninggal sampai
tingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu keadaan
dan proses dalam upaya dan menjadikan dirinya secara terintegrasi secara
keseluruhan, fisik, mental dan sosial. Integritas adaptasi individu
dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk memenuhi tujuan
mempertahankan pertumbuhan dan reproduksii.
Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradapatasi
terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi sehat dan
sakit sangat individual dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang dalam
beradaptasi (koping) tergantung dari latar belakang individu tersebut dalam

14
mengartikan dan mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan,
pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain.

5. Lingkungan
Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari
internal dan eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan
dari perilaku seseorang dan kelompok. Lingkunan eksternal dapat berupa fisik,
kimiawi, ataupun psikologis yang diterima individu dan dipersepsikan sebagai
suatu ancaman. Sedangkan lingkungan internal adalah keadaan proses mental
dalam tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan emosioanal, kepribadian)
dan proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh
individu.manifestasi yang tampak akan tercermin dari perilaku individu sebagai
suatu respons. Dengan pemahaman yang baik tentang lingkungan akan membantu
perawat dalam meningkatkan adaptasi dalam merubah dan mengurangi resiko
akibat dari lingkungan sekitar.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

15
A. Kesimpulan
Sister Callista Roy adalah anggota dari sister of Saint Joseph of Carondolet yang lahir
pada 14 Oktober 1939 di Los angeles, California. Dia menerima gelar S1 Keperawatan
pada tahun 1963 dari Mount Saint Mary’s College di los angeles dan menyelesaikan
master keperawatan di universitas California Los Angeles tahun 1966. Dalam Sebuah
seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah
model konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka
konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem.
Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis ±
psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan
respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat
adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis
stimulus yaitu: fokal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan
terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga
mengadaptasi nilai “Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H.
Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy, humanisme
dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat
meningkatkan derajat kesehatan.

B. Saran
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan
membaca dan mempelajari isi makalah ini, diharapkan pengetahuan pembaca tentang
model konsep keperawatan Calista Roy tentang adaptation Model serta penerapannya
pada asuahn keperawatan. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini belum
sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat diharapkan demi perbaikan penulisan yang akan datang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam.2010.Manajemen Keperawatan:Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional.Jakarta:EGC
Patricia A. Potter.2013. fundamental of nursing.Jakarta :EGC

17
Alimul Azis.2002..Pengantar Pendidikan Keperawatan.Jakarta:CV Sagung Seto

18

Anda mungkin juga menyukai