Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Teori Keperawatan diklasifikasikan berdasarkan tingkat
keabstrakannya, dimulai dari meta theory sebagai yang paling abstrak, hingga
practice theory sebagai yang lebih konkrit. Level ke tiga dari teori keperawatan
adalah Grand Theory yang menegaskan fokus global dengan board perspective
dari praktik keperawatan dan pandangan keperawatan yang berbeda terhadap
sebuah fenomena keperawatan.
Grand Theory Keperawatan dibedakan dengan Teori Filosofi
Keperawatan. Filosofi bersifat abstrak yang menunjukkan keyakinan dasar
disiplin keperawatan dalam memandang manusia sebagai makhluk biologis
dan respon manusia dalam keadaan sehat dan sakit, serta berfokus kepada
respons mereka terhadap suatu situasi. Filosofi belum dapat diaplikasikan
langsung dalam praktik keperawatan, sehingga perlu dijabarkan dan dibuat
dalam bentuk yang lebih konkrit (less abstrac) yang dikembangkan lebih
lanjut dalam bentuk paradigma keperawatan. Contohnya: Nightingale
dalam mendefinisikan Modern Nursing.
Sedangkan Grand theory keperawatan (Alligood, 2002), menyatakan
teori pada level ini lebih fokus dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan praktisi
keperawatan yang spesifik seperti spesifik untuk kelompok usia pasien, kondisi
keluarga, kondisi kesehatan, dan peran perawat. Pandangan lain oleh Fawcett
(1995) dalam Sell dan Kalofissudis (2004) mendefinisikan grand theory sebagai
teori yang memiliki cakupan yang luas, kurang abstrak dibanding model
konseptual tetapi tersusun atas konsep-konsep umum yang relatif abstrak dan
hubungannya tidak dapat di uji secara empiris. Contohnya yaitu Teori Roy
(manusia sebagai sistem yang adaptif) berasal dari Roy Adaptation Mode.
The Roys Adaptation Model, menjelaskan 4 (empat) elemen
essensial dalam model adaptasi keperawatan yaitu: Manusia, lingkungan,

Keperawatan Keluarga Page


Kesehatan dan Keperawatan. (Roys menjelaskan bahwa manusia memiliki sistem
adaptasi terhadap berbagai stimulus atau stressor yang masuk. Mekanisme koping
merupakan proses penterjemahan stimulus dengan dua sub system yaitu sub
system kognator dan sub system regulator. Hasil dari proses adaptasi akan
menghasilkan respon adaptive atau maladaptive. Secara spesifik Roys
menyebutkan dengan istilah Manusia sebagai system Adaptive. Asuhan
keperawatan dengan penerapan teori Roy melalui metode Prosses Keperawatan
merupakan masalah yang menarik untuk dipelajari. Makalah ini akan menjelaskan
Aplikasi The Roys Adaptation Model dalam pelayanan asuhan keperawatan
dengan metode Proses Keperawatan.

B. 0Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari model teori konsep keperawatan Roy?
2. Bagaimana model teori adaptasi Roy diaplikasikan dalam konsep keperawatan
keluarga?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari model teori konsep keperawatan Roy.
2. Mengetahui model teori adaptasi Roy diaplikasikan dalam konsep
keperawatan keluarga.

Keperawatan Keluarga Page


BAB II
PEMBAHASAN

A. Model Konsep dan Teori Keperawatan Sister Calista Roy.


Sister Calissta Roy yang lahir di Los Angeles pada tanggal 14 Oktober
1939, Mendefinisikan bahwa keperawatan merupakan suatu analisa proses dan
tindakan sehubungan dengan perawatan sakit atau potensial seseorang untuk
sakit. Teori adaptasi Suster Calista Roy (Roy dan Obloy,
1979,roy,1980,1984,1989) memandang klien sebagai suatu sistem adaptasi.
Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu seseorang
untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi
peran, dan hubugan interdependensi selama sehat dan sakit (mariner-
Tomery,1994).
Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang
untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi
mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan
keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja
adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis psikologis. Untuk memulai
membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai
fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di
butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus
yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan
pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep
tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai Humanisme dalam model
konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan
nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah
keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat
kesehatan.

Keperawatan Keluarga Page


Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari
ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966),
Mechanic (1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini
berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan,
praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan
diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di
Mount Saint Marys College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan
mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan
memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan
penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada
tahun 1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model
adaptasi. Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar
belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai
kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya
telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari
tubuh manusia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya
yang baru pada model adaptasi keperawatan.

B. Konsep Adaptasi Roy.


1. Manusia Sebagai System Adaptive.
Sistem, adalah suatu set dari beberapa bagian yang berhubungan
dengan keseluruhan fungsi untuk beberapa tujuan dan demikian juga
keterkaitan dari beberapa bagiannya. Dengan kata lain bahwa untuk
memeliki keseluruhan bagian-bagian yang saling berhubungan, sistem juga
memiliki input, out put, dan control, serta proses feedback.
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistim yang
dapat menyesuaikan diri (adaptive system ). Sebagai sistim yang dapat
menyesuaikan diri manusia dapat digambarkan secara holistik (bio, psicho,
Sosial) sebagai satu kesatuan yang mempunyai Inputs (masukan), Control

Keperawatan Keluarga Page


dan Feedback Processes dan Output (keluaran/hasil). Proses kontrol adalah
Mekanisme Koping yang dimanifestasikan dengan cara-cara penyesuaian
diri. Lebih spesifik manusia didefinisikan sebagai sebuah sistim yang dapat
menyesuaikan diri dengan activifitas kognator dan Regulator untuk
mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara penyesuaian yaitu :
Fungsi Fisiologis, Konsep diri, Fungsi peran, dan Interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan menurut Roy manusia dijelaskan
sebagai suatu sistim yang hidup, terbuka dapat menyesuaikan diri dari
perubahan suatu unsur, zat, materi yang ada dilingkungan. Sebagai sistim
yang dapat menyesuikan diri manusia dapat digambarkan dalam
karakteristik sistem, manusia dilihat sebagai suatu kesatuan yang saling
berhubungan antara unit unit fungsionil atau beberapa unit fungsionil yang
mempunyai tujuan yang sama. Sebagai suatu sistim manusia dapat juga
dijelaskan dalam istilah Input, Control, Proses Feedback, dan Output.
a. Input (Stimulus)
Pada manusia sebagai suatu sistim yang dapat menyesuaikan diri:
yaitu dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan
dalam diri individu itu sendiri (Faz Patrick & Wall; 1989). Input atau
stimulus yang masuk, dimana feedbacknya dapat berlawanan atau
responnya yang berubah ubah dari suatu stimulus. Hal ini menunjukkan
bahwa manusia mempunyai tingkat adaptasi yang berbeda dan sesuai
dari besarnya stimulus yang dapat ditoleransi oleh manusia.
b. Mekanisme Koping.
Adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme
pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri (stuart, sundeen;
1995). Manusia sebagai suatu sistim yang dapat menyesuaikan diri
disebut mekanisme koping, yang dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu
Mekanisme koping bawaan dan dipelajari.

Keperawatan Keluarga Page


Mekanisme koping bawaan, ditentukan oleh sifat genetic yang
dimiliki, umumnya dipandang sebagai proses yang terjadi secara
otomatis tanpa dipikirkan sebelumnya oleh manusia. Sedangkan
mekanisme koping yang dipelajari, dikembangkan melalui strategi
seperti melaui pembelajaran atau pengalaman-pengalaman yang ditemui
selama menjalani kehidupan berkontribusi terhadap respon yang
biasanya dipergunakan terhadap stimulus yang dihadapi.
Respon adaptif, adalah keseluruhan yang meningkatkan itegritas
dalam batasan yang sesuai dengan tujuan human system. Respon
maladaptif, yaitu segala sesuatu yang tidak memberikan kontribusi yang
sesuai dengan tujuan human system.
Dua Mekanisme Coping yang telah diidentifikasikan yaitu:
Susbsistim Regulator dan Susbsistim Kognator. Regulator dan
Kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya
terhadap empat effektor atau cara penyesuaian diri yaitu: Fungsi
Phisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan Interdependensi. (Baca Poin
1.4: Sistem Regulator dan Kognator).
c. Output
Faz Patrick & Wall (1989), manusia sebagai suatu sistim
adaptive adalah espon adaptive (dapat menyesuaikan diri) dan respon
maldaptive (tidak dapat menyesuaikan diri). Respon-respon yang
adaptive itu mempertahankan atau meningkatkan intergritas, sedangkan
respon maladaptive dapat mengganggu integritas. Melalui proses
feedback, respon-respon itu selanjutnya akan menjadi Input (masukan)
kembali pada manusia sebagai suatu sistim.
Perilaku adaptasi yang muncul bervariasi, perilaku seseorang
berhubungan dengan metode adaptasi. Koping yang tidak konstruktif
atau tidak efektif berdampak terhadap respon sakit (maladaptife). Jika
pasien masuk pada zona maladaptive maka pasien mempunyai masalah
keperawatan adaptasi (Nursalam; 2003).

Keperawatan Keluarga Page


d. Subsistem Regulator dan Kognator
Adalah mekanisme penyesuaian atau Koping yang berhubungan
dengan perubahan lingkungan, diperlihatkan melalui perubahan
Biologis, Psikhologis dan social. Subsistim Regulator adalah gambaran
respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistim saraf, kimia tubuh,
dan organ endokrin. Subsistim regulator merupakan mekanisme kerja
utama yang berespon dan beradaptasi terhadap stimulus lingkungan.
Subsistim Kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan
perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnnya persepsi, proses
informasi, pembelajaran, membuat alasan dan emosional.
Dapat dijelaskan bahwa Semua input stimulus yang masuk
diproses oleh subsistim Regulator dan Cognator. Respon-respon
susbsistem tersebut semua diperlihatkan pada empat perubahan yang
ada pada manusia sebagai sistim adaptive yaitu : fungsi fisiologis,
konsep diri, fungsi peran dan Interdependensi (Kozier, Erb, Blais,
Wilkinson;1995).
Berikut ini pengertian empat perubahan dan contohnya:
a. Perubahan Fungsi Fisiologis
Adanya perubahan fisik akan menimbulkan adaptasi fisiologis
untuk mempertahankan keseimbangan.
Contoh : Keseimbangan cairan dan elektrolit, fungsi endokrin
(kelenjar adrenal bagian korteks mensekresikan kortisol
atau glukokortikoid, bagian medulla mengeluarkan
epenefrin dan non epinefrin), sirkulasi dan oksigen.
b. Perubahan konsep diri
Adalah keyakinan perasaan akan diri sendiri yang mencakup
persepsi, perilaku dan respon. Adanya perubahan fisik akan
mempengaruhi pandangan dan persepsi terhadap dirinya.
Contoh : Gangguan Citra diri, harga diri rendah.

Keperawatan Keluarga Page


c. Perubahan fungsi peran
Ketidakseimbangan akan mempengaruhi fungsi dan peran
seseorang.
Contoh : peran yang berbeda, konflik peran, kegagalan peran.
d. Perubahan Interdependensi
Ketidakmampuan seseorang untuk mengintergrasikan masing-
masing komponen menjadi satu kesatuan yang utuh.
Contoh : kecemasan berpisah

Cara penyesuaian diri diatas ditentukan dengan menganalisa dan


mengkatagorikan perilaku manusia, dimana perilaku tersebut merupakan
hasil dari aktivitas Kognator dan Regulator yang diobservasi.
Kebutuhan dasar untuk intergritas yang mencakup : Intergritas Fisik,
Psikhologis dan Sosial. Proses persepsi ditemukan baik dalam subsistim
regulator maupun dalam subsistem kognator dan digambarkan sebagai
proses yang menghubungkan dua subsistem tersebut. Input-input untuk
regulator diubah menjadi persepsi. Persepsi adalah proses dari kognator
dan respon-respon yang mengikuti sebuah persepsi adalah Feedback baik
untuk kognator maupun Regulator. Secara keseluruhan konsep manusia
sebagai sistim Adaptive dapat digambarkan dengan skema pada Gambar 1
dibawah ini.

Keperawatan Keluarga Page


Gambar 1: Skema Manusia Sebagai Sistem Adaptive

Input Proses Efektor Output


kontrol

Stimuli
internal dan
Mekanisme Fs. Fisiologi
external Respons :
Tkt. Adaptasi koping Konsep Diri
Fokal Regulator Fs. Peran Adaptif
Kontextual Kognator Interdependen Maladaptif
Residual

Umpan Balik

Sumber : Tomey and Alligood. 2006. Nursing theoriest, utilization and


application. Mosby : Elsevier.

2. Stimulus.
Roy menjelaskan bahwa Lingkungan digambarkan sebagai stimulus
(stressor) lingkungan sebagai stimulus terdiri dari dunia dalam (internal) dan
diluar (external) manusia.(Faz Patrick & Wall,1989). Stimuluis Internal
adalah keadaan proses mental dalam tubuh manusia berupa pengalaman,
kemampuan emosional, kepribadian dan Proses stressor biologis (sel maupun
molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu. Stimulus External dapat
berupa fisik, kimiawi, maupun psikologis yang diterima individu sebagai
ancaman(dikutip oleh Nursalam;2003).

Keperawatan Keluarga Page


3. Tingkat Adaptasi
Tingkat adaptasi merupakan kondisi dari proses hidup yang tergambar
dalam 3 (tiga kategori), yaitu 1) integrasi, 2) kompensasi, dan 3) kompromi.
Tingkat adaptasi seseorang adalah perubahan yang konstan yang terbentuk
dari stimulus. Stimulus merupakan masukan ( Input ) bagi manusia sebagai
sistem yang adaptif. Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
jenis stimulus, antara lain: 1) stimulus fokal, 2) stimulus kontektual, dan 3)
stimulus residual.
1) Stimulus Fokal
yaitu stimulus yang secara langsung dapat menyebabkan keadaan sakit
dan ketidakseimbangan yang dialami saat ini. Contoh : kuman penyebab
terjadinya infeksi
2) Stimulus Kontektual.
yaitu stimulus yang dapat menunjang terjadinya sakit (faktor presipitasi)
seperti keadaan tidak sehat. Keadaan ini tidak terlihat langsung pada saat
ini, misalnya penurunan daya tahan tubuh, lingkungan yang tidak sehat.
3) Stimulus Residual
yaitu sikap, keyakinan dan pemahaman individu yang dapat
mempengaruhi terjadinya keadaan tidak sehat, atau disebut dengan
Faktor Predisposisi, sehingga terjadi kondisi Fokal, misalnya ; persepsi
pasien tentang penyakit, gaya hidup, dan fungsi peran.

4. Sehat-Sakit (Adaptive dan Maladaptif)


Kesehatan dipandang sebagai keadaan dan proses menjadi manusia
secara utuh dan integrasi secara keseluruhan . Integritas atau keutuhan
manusia meyatakan secara tidak langsung bahwa kesehatan atau kondisi
tidak terganggu mengacu kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan
tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi intergrasi adalah sehat

Keperawatan Keluarga Page


sebaliknya kondisi tidak ada integrasi adalah kurang sehat. Definisi kesehatan
ini lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi baik.
Dalam model adaptasi keperawatan konsep sehat dihubungkan
dengan konsep adaptasi. Adaptasi yang tidak memerlukan energi dari koping
yang tidak efektif dan memungkinkan manusia berespon terhadap stimulus
yang lain. Mengurangi dan tidak menggunakan energi ini dapat
meningkatkan penyembuhan dan mempertinggi kesehatan, ini adalah
pembebasan energi yang dihubungkan dengan konsep adaptasi dan
kesehatan.
Adaptasi adalah komponen pusat dalam model adaptasi keperawatan
didalamnya menggambarkan manusia sebagai sistem yang dapat
menyesuaikan diri . Adaptasi dipertimbangkan baik proses koping terhadap
stressor dan produk akhir dari koping. Proses adaptasi termasuk fungsi
holistik untuk mempengaruhi kesehatan secara positif dan itu meningkatkan
integritas. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan
dan dua bagian proses. Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan
perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yang membutuhkan
sebuah respon. Perubahan-perubahan itu adalah stressor-strassor atau
stimulus focal dan ditengahi oleh faktor-faktor kontekstual dan residual.
Bagian bagian stressor menghasilkan interaksi yang biasanya disebut stress,
bagian kedua dari stress adalah nekanisme koping yang merangsang
menghasilkan respon adaftif atau inefektif .
Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan
dalam istilah kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang
meliputi: kelangsungan hidup, pertumbuhan dan pengeuasaan yang disebut
Intergritas.
Kondisi akhir ini adalah kondisi keseimbangan dinamik yang meliputi
peningkatan dan penurunan respon respon. Setiap kondisi adaptasi baru
dipengaruhi oleh tingkat adaptasi, sehingga keseimbangan dinamik dari
manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi.

Keperawatan Keluarga Page


Lingkup yang besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya
manusia sebagai adaptive sistem. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada
tingkat-tingkat yeng lebih tinggi pada keadaan baik atau sehat. Adaptasi
kemudian disebut adalah suatu fungsi dari stimulus yang masuk dan tingkatan
adaptasi lebih spesifik, fungsi yang lebih tinggi antara stimulus fokal dan
sistim adaptasi.

5. Keperawatan.
Roy menggambarkan keperawatan sebagai disiplin ilmu dan praktek .
Sebagai ilmu, keperawatan mengobservasi,mengklasifikasi dan
menghubungkan proses yang secara positif berpengaruh pada status
kesehatan (1983) Sebagai disiplin praktek keperawatan menggunakan
pendekatan pengetahuan secara ilmiah untuk menyediakan pelayanan pada
orang-orang (1983) Lebih spesifik dia mendefinisikan keperawatan sebagai
ilmu dan praktek dari peningkatan adaptasi untuk tujuan mempengaruhi
kesehatan secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan
kelompok dalam situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Jadi model
adaptasi keperawatan menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu
keperawatan dan praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan
tersebut. Dalam model tersebut keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan
dan aktivitas keperawatan.
Keperawatan adalah sepanjang menyangkut seluruh kehidupan
manusia yang berinteraksi dengan perubahan lingkungan dan jawaban
terhadap stimulus internal dan eksternal yang mempengaruhi adaptasi. Ketika
stressor yang tidak biasa (focal stimulus) atau koping mekanisme yang
lemah membuat upaya manusia yang biasa menjadi koping yang tidak efektif
manusia memerlukan seorang perawat. Ini tidak harus, bagaimanapun
diinterpretasi untuk memberi arti bahwa aktivitas tidak hanya diberikan
ketika manusia itu sakit . Roy menyetujui pendekatan holistic keperawatan
dilihat sebagai proses untuk mempertahankan keadaan baik dan tingkat

Keperawatan Keluarga Page


fungsi yang tinggi . Keperawatan terdiri dari dua yaitu tujuan keperawatan
dan aktivitas keperawatan .
Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan
lingkungan. Jadi peningkatan adaptasi dalam tiap 4 cara menyesuaikan
diri : yaitu fungsi fisiologi, konsep diri , fungsi peran dan interdependensi.
Harapan terhadap peningkatan integritas adaptasi dan berkontribusi terhadap
kesehatan manusia, kualitas hidup dan kematian yang bermanfaat. Tujuan
keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada didalam suatu area tingkatan
adapatasi manusia, dan ketika stimulus fokal tersebut tidak ada dalam area ,
manusia dapat membuat suatu penyesuaian diri atau respon efektif . Adaptasi
tidak memerlukan energi dari upaya koping yang tidak efektif dan
memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain . Kondisi
tersebut dapat mencapai peningkatan penyembuhan dan kesehatan . Jadi ,
peranan penting adaptasi sangat ditekankan pada konsep ini.
Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas
keperawatan, yang digunakan pada proses keperawatan meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi. Adaptasi model
keperawatan ditetapkan data apa yang dikumpulkan,bagaimana
mengindentifikasi masalah dan tujuan utama, pendekatan apa yang dipakai
dan bagaimana mengevaluasi efektifitas proses keperawatan. Unit unit
analisis dari pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan
lingkungan . Proses pengkajian termasuk dalam dua tingkat pengkajian .
Tingkat pertama mengumpulkan data tentang perilaku manusia, dalam tiap
empat cara penyesuaian diri. Data-data tersebut dikumpulkan dari hasil
observasi penilaian respon dan komunikasi dengan individu. Dari data
tersebut perawat membuat alas an sementara tentang apakah perilaku dapat
menyesuaikan diri atau tidak efektif. Tingkat kedua pengkajian adalah
mengumpulkan data tentang focal, kontekstual, dan residual stimuli.
Sebelum tingkat pengkajian ini perawat mengidentifikasi factor-faktor yang
mempengaruhi perilaku yang diobservasi pada pengkajian tingkat pertama.

Keperawatan Keluarga Page


Keterlibatan ini penting untuk menetapkan factor-faktor utama yang
mempengaruhi perilaku. Intervensi keperawatan dibawa dalam konteks
proses keperawatan dan meliputi pengelolaan atau manipulasi stimulus
focal,kontekstual dan residual. Manipulasi atau pengaturan stimulus ( baik
internal dan eksternal) bisa termasuk didalam penghilangan, peningkatan,
pengurangan , pemeliharaan atau merubah stimulus. Melalui pengelolaan
factor-faktor stimulus , pencetus tidak efektifnya perilaku diubah atau
meningkatkan kemampuan individu untuk mengatasi masalah. Itu adalah
memperlebar penyesuaian diri. Jadi stimulus akan jatuh ke area yang
dibangun oleh tingkat penyesuaian diri manusia dan perilaku adaptif akan
terjadi . Intervensi keperawatan berikutnya , mengevaluasi hasil akhir perilaku
dan memodifikasi pendekatan-pendekatan keperawatan sesuai kebutuhan Ini
harus dicatat bahwa dalam model manusia dihormati sebagai individu yang
berpartisipasi aktif dalam perawatan dirinya. Tujuan disusun berdasarkan
tujuan yang saling menguntungkan.
Menurut Roy, kapan Keperawatan itu dibutuhkan?. Jawabannya
adalah: Manusia sebagai Sistem Adaptive (dapat menyesuaikan diri), sakit
atau memilki potensi sakit. Biasanya ketika mengalami stress atau
kelemahan/kekurangan mekanisme Coping, biasanya manusia berusaha untuk
menanggulangi yang tidak efektif. Menusia berusaha meminimalkan kondisi
yang tidak efektif yang memelihara yang adaptive. Dengan peningkatan
adaptasi menusia terbebas dari pemakaian energi dan enegi tersebut dapat
digunakan untuk stimulus yang lain.

6. Hubungan komponen Dasar dalam Model Adaptasi Keperawatan.


Adaptasi adalah konsep sentral dan konsep yang menyatukan konsep-
konsep lain dalam model ini. Penerima pelayanan keperawatan adalah
manusia sebagai adaptif sistem yang menerima stimulus dari lingkungan
internal dan eksternal. Stimulus-stimulus ini mungkin berada dalam area atau
di luar area adaptasi manusia dan subsistem regulator dan kognator

Keperawatan Keluarga Page


digunakan untuk mempertahankan adaptasi dengan memperhatikan 4 cara
penyesuaian diri. Saat stimulus jatuh dalam area adaptasi manusia, respon
adaptif akan terjadi dan energi dibebaskan untuk berespon terhadap stimulus
lain. Dalam hal ini meningkatkan integritas atau kesehatan. Keperawatan
mendorong adaptasi melalui penggunaan proses keperawatan dengan tujuan
meningkatkan kesehatan. Hubungan antar komponen dasar dari model
adaptasi keperawatan digambarkan berikut ini:

Keperawatan

Menggunakan proses Keperawatan


untuk meningkatkan
Manusia Output Adaptasi Integriatas Kesehatan

Input
Interaksi
Respon
Lingkungan inefektif

Gambar 5: Hubungan komponen Dasar dalam Model Adaptasi Keperawatan.


(sumber: Craven, Ruth F, (2000). Fundamentals of Nursing: Human
Health and Function, 3rd ed, DLMN/DLC.

C. Mengidentifikasi Penerapan Proses Keperawatan Pendekatan Teory Model


Adaptasi Roy

Keperawatan Keluarga Page


Teori Model adaptasi Roy menuntun perawat mengaplikasikan Proses
keperawatan. Element Proses keperawatan menurut Roy meliputi: Pengkajian
Perilaku, Pengkajian stimulus, Diagnosa keperawatan Rumusan Tujuan,
Intervensi dan Evaluasi.
1. Pengkajian Perilaku
Pengkajian perilaku (Behavior Assessment) merupakan tuntunan bagi
perawat untuk mengatahui respon pada manusia sebagai sistim adaptive. Data
spesifik dikumpulkan oleh perawat melalui proses Observasi, pemeriksaan
dan keahlian wawancara. Faktor yang yang mempengaruhi respon adaptif
meliputi: genetic, jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alcohol,
merokok, konsep diri, fungsi peran, ketergantungan, pola interaksi social,
mekanisme koping dan gaya hidup, stress fifik dan emosi, budaya, lingkungan
fisik (Martinez yang dikutip oleh Nursalam, 2003)
a. Pengakajian Fisiologis.
Ada 9 (Sembilan) perilaku Respon Fisiologis yang menjadi perhatian
pengkajian perawat yaitu;
1) Oksigenasi: menggambarkan pola penggunaan oksigen
berhubungan dengan respirasi dan sirkulasi.
2) Nutrsisi: menggambarkan pola penggunaan nutrisi untuk
memperbaiki kondidi tubuh dan perkembangan.
3) Eliminasi: menggambarkan Pola eliminasi.
4) Aktivitas dan istirahat: mengambarkan pola aktivitas, latihan,
istirahat dan tidur.
5) Intergritas kulit: mengambarkan pola fisiologis kulit.
6) Rasa/senses: menggambarkan fungsi sensoris perceptual
berhubungan dengan panca indra.
7) Cairan dan elektrolit: menggambarkan pola fisiologis penggunaan
cairan dan elektrolit.
8) Fungsi Neurologis: menggambarkan pola kontrol neurologis,
pengaturan dan intelektual.

Keperawatan Keluarga Page


9) Fungsi endokrin: menggambarkan pola kontrol dan pengaturan
termasuk respon nstress dan system reproduksi.
b. Pengkajian Konsep diri.
Pengkajian Konsep diri: menggambarkan atau menidentifikasi tentang
pola nilai, kepercayaan emosi yang berhubungan dengan Ide diri sendiri.
Perhatian ditujukan pada keadaa diri sendiri tentang fisik, individual dan
moral-etik.
c. Pengkajian Fungsi Peran.
Pengkajian Fungsi peran (sosial): menggambarkan atau mengidentifikasi
tentang pola interaksi sosial seseorang berhubungan dengan orang lain
akibat dari peran ganda.
d. Pengkajian Interdpendensi.
Pengkajian Interdependensi: menggambarkan atau Mengidentifikasi pola
nilai menusia, kehangatan, cinta dan memiliki. Proses tersebut terjadi
melalui hubungan interoersonal terhadap individu maupun kelompok.
Pengkajian pasien dari tiap empat model adaptive dilaksanakan dengan
pendekatan sistimatis dan holistic. Pengkajian itu diklarifikasikan, difocuskan
oleh perawat atau Team keperawatan sebagai data dasar untuk memberikan
asuhan keperawatan pada pasien. Secara ideal keseluruhan data pasien tersebut
saling berhubungan dan pengkajian keperawatan dicatat dalam format empat
model adaptive keperawatan. Dan dapat dimengerti sebagai masukan data bagi
tem asuhan keperawatan yang terlibat pada pasien. Dibutuhkan Keahlian dalam
praktek keperawatan kaitannya dengan skill pengkajian perilaku dan
pengetahuan membandingkan criteria evaluasi spesific respon perilaku manusia
bahwa adaptive atau inefefektive (maladaptive). Data dikelompokkan dalam:
data subjective, objective dan data pengukuran/peneriksaan fisik. Perilaku yang
ditemukan dapat bervariasi dari apa yang diharapkan, mewakili semua respon
baik efektive maupun maladaptive. Roy sudah menidentifikasikan sejumlah
respon yang berkaitan dengan aktivitas Subsistim regulator dan Subsistem
Kognator yang tidak efektive, seperti pada table berikut :

Keperawatan Keluarga Page


Table 1: Indikasi Kesulitan Adaptasi
Gejala berat dari aktivitas Regulator Gejala Inefektiv dari Kognator :
: Gangguan persepsi/ proses
peningkatan deyut jantung dan informasi.
tekanan darah. Pembelajaran inefektive.
Tegang. Tidak mampu membuat justifikasi.
Hilang nafsu makan. Afektive tidak sesuai.
Peningkatan kortisol serum
Sumber: Julia B.George, RN,PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base
for Profesional Nursing Practice. 4th. Appleton & lange Norwalk, Connecticut.

2. Pengkajian Stimulus.
Setelah pengkajian perilaku, perawat menganalisis data-data yang
muncul ke dalam pola perilaku pasien (empat model respon perilaku) untuk
menfidentifikasi respon-respon inefektive atau respon-respon adaptive yang
perlu didukung oleh perawat untuk dipertahankan. Ketika perilaku inefektive
atau perilaku adaptive yang memerlukan dukungan perawat, perawat
membuat pengkajian tentang stimulus internal dan ekternal yang mungkin
mempengaruhi perilaku. Dalam fase pengkajian ini perawat mengumpulkan
data tentang stimulus fokal, kontektual dan residual yang dimiliki pasien.
Proses ini mengklarifikasi penyebab dari masalah dan mengidentifikasi factor-
faktor kontektual (faktor presipitasi) dan residual (factor Predisposisi) yang
berhubungan erat dengan penyebab. Berikut ini stimulus yang berpengaruh
yang telah diidentifikasi (dikutip dari Julia B.George; 1995)
Budaya : Status sosial ekonomi, Ektnis (suku/Ras), sistim
kepercayaan.
Keluarga : Struktur keluarga, tugas keluarga.

Fase perkembangan : Usia, jenis kelamin, tugas, keturunan dan faktor


keturunan.

Keperawatan Keluarga Page


Intergritas dari cara-cara : Fisiologis (termasuk patologi penyakit), konsep
penyesuaian (modes diri, fungsi peran, interdependensi.
Adaptive)

Efektivefitas Kognator : Persepsi, pengatahuan, skill.

Pertimbangan : Perubahan lingkungan internal dan ekternal,


lingkungan menajemen pengobatan, penggunaan obat-
obatan. Alkohol, dan merokok.

3. Diagnosa Keperawatan.
Rumusan Diagnosa Keperawatan adalah problem (P), Etiologi (E),
Sinthom/kharakteristik data (S). Roy menjelaskan ada tiga metode
merumuskan diagnosa keperawatan. (dikutip dari Julia B.George; 1995.
Nursalam;2003) adalah sebagai berikut:
a. Metode Pertama
Adalah menggunakan satu tipologi diagnosa yang berhubungan dengan 4
(empat) cara penyesuaian diri (adaptasi). Penerapan metode ini ialah
dengan cara mengidentifikasi perilaku empat model adaptasi, perilaku
adaptasi yang ditemukan disimpulkan menjadi respon adaptasi (lihat table
b. Respon tersebut digunakan sebagai pernyataan Masalah keperawatan.
Misalnya: inadekuat pertukuran gas.(masalah fisiologis) datanya ialah;
sesak kalau beraktivitas, bingung/agitasi, bernafas dengan bibir
dimoncongkan, sianosis. Konstipasi (masalah fisiplogis eliminasi)
datanya: sakit perut, nyeri waktu defikasi, perubahan pola BAB.
Kehilangan (masalah konsep diri) datanya: diam, kadan-kadang
menangis, kegagalan peran (masalah fungsi peran).
c. Metode Kedua
Adalah membuat diagnosa keperawatan berdasarkan hasil observasi
respon dalam satu cara penyesuaian diri dengan memperhatikan stimulus

Keperawatan Keluarga Page


yang sangat berpengaruh. Metode ini caranya ialah menilai perilaku
respon dari satu cara penyesuaian diri, respom perilaku tersebut
dinyatakan sebagai statemen masalah. Sedangkan penyebab adalah hasil
pengkajian tentang stimulus. Stimulus tersebut dinyakatan sebagai
penyebab masalah. Misalnya: Nyeri dada yang disebabkan oleh
kurannyag suplay oksigen ke otot jantung
d. Metode Ketiga
Adalah kumpulan respon-respon dari satu atau lebih cara (mode Adaptive)
berhubungan dengan beberapa stimulus yang sama. Misalnya pasien
mengeluh nyeri dada sangat beraktivitas (olah raga) sedangkan pasien
adalah atlit senam. Sebagai pesenam tidak mampu melakukan senam.
Kadaan ini disimpulkan diagnosa keperawatan yang sesuai adalah
Kegagalan peran berkaitan dengan keterbatan fisik. Pasien tidak mampu
untuk bekerja melaksnakan perannya.

Tabel 2: Typologi Yang Biasanya Berkaitan Dengan Problem Adaptasi.


FISIOLOGIS MODE
1. Oksi 6. sensoris.
genasi. Nyeri akut.
Hipoksia/syoks Nyeri kronis.
. Sensori overload.
Gangguan
Gangguan sensori
ventilasi.
primer.
Inadekuat
Potensial injuri.
pertukaran gas.
Kehilangan
Inadekuat
kemampuan perawatan diri.
transport Gas
Gangguan persepsi.
Gangguan
Potensial injuri/
perfusi jaringan.
hilang kemam-puan merawat

Keperawatan Keluarga Page


2. nutri diri.
si.
Malnutrisi. 7. cairan dan

Mual,muntah. elektriolit.

Anoreksia. Dehidrasi.
Retensi cairan intra

3. elim seluler.;

inasi. Edema.

Diare. Shok

Konstipasi. hipo/hipervolemik.

Kembung. Hyper atau


hipokalsemia.
Retensi Urine.
Ketidakseimbangan
Inkontinensia
asam basa.
urine.

8. Fungsi
4. akti
Nerologis.
vitas dan istirahat.
Penurunan kesadaran.
Inadekuat pola
Defisit memori.
aktivitas dan istirahat.
Intolenransi Ketidakstabilan

aktivitas. perilaku dan mood.

Immobilisasi.
9. Fungsi
Gangguan
endokrin.
tidur.
Inefektiv regulator
hormon.
5. inter
Inefektiv
gritas kulit.
pengembangan reproduksi.
Gatal-gatal.
Ketidakstabilan

Keperawatan Keluarga Page


Kekeringan. sikulus ritme stress internal.

Infeksi.
Dekubitus
KONSEP DIRI

Pandangan terhadap fisik. Pandangan terhadap personal.


Penurunan konsep seksual. Cemas tidak berdaya.
Agresi. Harga diri rendah.
Kehilangan. Merasa bersalah.
Seksual disfungtion.

FUNGSI PERAN INTERDEPENDENSI

Transisi peran. Kecemasan.


Peran berbeda. Merasa.
Konflik peran. Ditinggalkan/isolasi.
Kegagalan peran.

Sumber: Julia B.George, RN,PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base
for Profesional Nursing Practice. 4th. Appleton & lange Norwalk,
Connecticut.

4. Merumuskan Tujuan
Tujuan adalah harapan perilaku akhir dari manusia yang dicapai. Itu
dicatat merupakan indikasi perilaku dari perkembangan adaptasi masalah
pasien. Pernyataan masalah meliputi perilaku. Pernyataan tujuan meliputi:
perilaku, perubahan yang diharapkan dan waktu. Tujuan jangka panjang
menggambarkan perkembangan individu, dan proses adaptasi terhadap
masalah danm tersedianya energi untuk tujuan lain (kelangsungan hidup,

Keperawatan Keluarga Page


tumbuh, dan reproduksi). Tujuan jangka pendek mengidentifikasi hasil
perilaku pasien setelah managemen stimulus fokal dan kontektual. Juga
keadaan perilaku pasien itu indikasi koping dari sub sistim regulator dan
kognator.

5. Rencana Tindakan
Rencana tindakan keperawatan ialah perencanaan yang bertujuan
untuk mengatasi/memanipulasi stimulus fokal kontektual dan residual,
Pelaksanaan juga difokus pada besarnya ketidakmampuan koping manusia
atau tingkat adaptasi, begitu juga hilangnya seluruh stimulus dan manusia
dalam kemampuan untuk beradaptasi. Perawat merencanakan tindakan
keperawatan spesifik terhadap gangguan atau stimulus yang dialami. Standar
tindakan keperawatan menurut teori adaptasi roy adalah seperti terlihat pada
tabel 3. (dikutip oleh Nursalam,2003)
Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang
optimal, dengan menggunakan koping yang konstruktif (Julia B.George;
1995). Intervensi ditujukan pada peningktan kemampuan koping secara luas.
Tindakan diarahkan pada subsistim regulator (proses fisiologis/biologis) dan
kognator (proses pikir. Misalnya: perspesi, pengetahuan, pembelajaran).

Tabel 3: kriteria standar Intervensi Keperawatan Menurut teori Adaptasi Roy


STANDAR TINDAKAN GANGGUAN FISIOLOGIS
Memenuhi kebutuhan Oksigen. Memenuhi kebutuihan aktivitas dan
Kriteria: Istirahat/tidur.
1. menyiapkan tabung oksigen Kriteria
dan flow meter. 1. melakukan latihan gerak pada
2. menyiapkan hemodifier berisi pasien tidak sadar.
air. 2. melakukan mobilisasi pad
3. menyiapkan slang nasal dan pasien pasca operasi.

Keperawatan Keluarga Page


masker. 3. mengatur posisi yg nyama pada
4. memberikan penjelasan pada pasien.
pasien. 4. menjaga kebersihan lingkungan.
5. mengatur posisi pasien. 5. Mengopservasi reaksi pasien.
6. memasang slang nsal dan
masker. Memenuhi kebutuhan Intergritas kulit
7. memperhatikan reaksi pasien. (kebersihan dan kenyamanan fisik)
Kriteria
Memenuhi kebutuhan Nutrisi: 1. memandikna pasien yang tidak
Kriteria sadar/ kondisinya lemah.
1. menyiapkan peralatan 2. mengganti alat-alat tenun sesuai
dalam dressing car. kebutuhan/ kotor.
2. menyeiapkan cairan 3. Merapikan alat-alat pasien.
infus/makanan/darah.
3. memberikan Mencegah dan mengatasi reaksi
penjelasan pada pasien. fisiologsi
4. mencocokan jenis Kriteria
cairan/darah/diet makanan 1. Mengopservasi tanda-tanda
5. mengatur posisi vital sesuai kebutuhan.
pasien. 2. melakukan tes alergi pada
6. melakukan pemberian obat baru.
pemasangan infus/darah/makana 3. mengobservasi reaksi pasien.

Memenuhi kebutuhan Eliminasi


kriteria
1. menyiapkan alat pemberian
hukmah/gliserin, dulkolac &
peralatan pemasangan kateter
2. memperhatikan suhu
cairan/ukuran kateter

Keperawatan Keluarga Page


3. menutup dan memasang
selimut.
4. mengobservasi keadaan feses
dan uerine.
5. Mengobservasi rekasi pasien.
STANDAR TINDAKAN GANGGUAN KONSEP DIRI

Memenuhi kebutuhan emosional dan spiritual.


Kriteria
1. Melaksnakan Orientasi pada pasien baru.
2. memberikan penjelasan tentang tibndakan yang kan dilakukan.
3. memberikan penjelasan dangan bahasa sederhana.
4. memperhatikan setiap keluhan pasien.
5. memotivasi pasien untuk berdoa.
6. membantu pasien beribadah.
7. memperhatikan pesan-pesan pasien.

STANDAR TINDAKAN PAD GANGGUAN PERAN

1. Menyakinkan kepada pasien bahwa dia adalah tetap sebagai individu


yang berguna bagi keluarga dan msayarakat.
2. mendukung upaya kegiatan atau kreativitas pasien.
3. melibatkan pasien dalam setiap kegiatan, terutama dalam pengobatan
dirinya.
4. Melibatkan pasien dalam setiap mengambil keputusan menyangkut diri
pasien.
5. bersifat terbuka dan komunikastif pada pasien.
6. mengijinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien
7. perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap pasien yang
dilakukan secara benar dalam perawatan.
8. Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan meneriman jika ada

Keperawatan Keluarga Page


sikap yang negatif dari klein.

STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN INTERDEPENSI

1. membantu pasien memenuhi kebutuhan makan dan minum.


2. membantu pasien memenuhi kebutuhan eliminasi.
3. membantu pasien memenuhi kebutuhan kebesihan diri (mandi).
4. membantu pasien untuk berhias atau berdandan.

6. Evaluasi:
Proses keperawatan diselesaikan/dilengkapi dengan fase evaluasi.
PerilakuTujuan dibandingkan dengan respon-respon perilaku yang dihasilkan,
dan bagaimana pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Penetapan
keberhasilan suatu asuhan keperaweatan didasarkan pada perubahan perilaku
dari kriteria hasil yang ditetapkan. Perawat memperbaiki tujuan dan intervensi
setelah hasil evaluasi ditetapkan.

D. Aplikasi Teori Adaptasi Roy Dalam Keperawatan Keluarga


Model adaptasi Suster Calista Roy (1976) menjabarkan konsep individu
sebagai sistem adaptif yang berinteraksi dengan stimulus melalui empat cara
respons: fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan saling ketergantungan.
Menurut Roy, asuhan keperawatan berfokus pada respons seorang terhadap
interaksi dengan lingkungan eksternal dan terhadap stimulus internal dan
eksternal yang mempengaruhi adaptasi. Dalam karya awal Roy (1976), keluarga
dipandang sebagai ruang lingkup individu. Kemudian Roy dan Roberts (1981)
mengubah penjabaran konsep keluarga sebagai (konteks) ini menjadi keluarga
sebagai suatu system adaptif yang seperti individu, memiliki input, kendali
interna dan proses umpan balik, dan output (Whall & Fawcett, 1991a, hlm.
23). Roy menjelaskan bahwa keluarga, individu, kelompok, organisasi social,
dan komunitas, dapat menjadi unit analisis dan fokus praktik keperawatan.

Keperawatan Keluarga Page


McCubbin dan figley (1983) menyatakan bahwa konsep koping dalam model
Roy dapat dengan mudah diperluas menjadi unit keluarga, yaitu pola koping
keluarga yang tidak efektif menyebabkan masalah fungsi keluarga. Selain itu,
teori Roy menekankan promosi kesehatan dan pentingnya membantu klien
dalam memanipulasi lingkungan mereka, yang konsisten dengan interaksi
lingkungan keluarga yang ditekankan dalam keperawatan keluarga.
Kegunaan dan kepopularitasan model Roy terbukti dalam Boston-Based
Research in Nursing Society (BBARNS), yang terbukti meningkatkan proyek
kemitraan dan kolaboratif diantara para peneliti keperawatan yang bekerja
menggunakan model Roy (Pollack, Frederickson, Carson, Mawssey, & Roy,
1994). Contoh penelitian yang menggunakan Model adaptasi Roy termasuk
studi yang dilakukan Zhan (2000) tentang adaptasi kognitif dan konsistensi diri
pada lansia yang mengalami gangguan pendengaran dan studi yang dilakukan
Badger (1991) tentang citra tubuh interna dikalangan anak tunarungu dan yang
dapat mendengar. Baru-baru ini, Hanna dan Roy (2001) membahas
kesinambungan pengembangan model Roy terkait dengan keperawatan keluarga
dan mencatat bahwa keluarga dapat dijabarkan sebagai ruang lingkup individu
atau keluarga dapat dijabarkan sebagai orang atau kelompok yang saling terkait.

Keperawatan Keluarga Page


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistim yang dapat
menyesuaikan diri (adaptive system ). Sebagai sistim yang dapat menyesuaikan
diri manusia dapat digambarkan secara holistik (bio, psicho, Sosial) sebagai satu
kesatuan yang mempunyai Inputs (masukan), Control dan Feedback Processes
dan Output (keluaran/hasil). Proses kontrol adalah Mekanisme Koping yang
dimanifestasikan dengan cara-cara penyesuaian diri. Lebih spesifik manusia
didefinisikan sebagai sebuah sistim yang dapat menyesuaikan diri dengan
activifitas kognator dan Regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat
cara-cara penyesuaian yaitu : Fungsi Fisiologis, Konsep diri, Fungsi peran, dan
Interdependensi.
Dalam karya awal Roy (1976), keluarga dipandang sebagai ruang lingkup
individu. Kemudian Roy dan Roberts (1981) mengubah penjabaran konsep
keluarga sebagai (konteks) ini menjadi keluarga sebagai suatu system adaptif
yang seperti individu, memiliki input, kendali interna dan proses umpan balik,
dan output (Whall & Fawcett, 1991a, hlm. 23). Roy menjelaskan bahwa
keluarga, individu, kelompok, organisasi social, dan komunitas, dapat menjadi
unit analisis dan fokus praktik keperawatan. McCubbin dan figley (1983)
menyatakan bahwa konsep koping dalam model Roy dapat dengan mudah
diperluas menjadi unit keluarga, yaitu pola koping keluarga yang tidak efektif
menyebabkan masalah fungsi keluarga.

B. Saran

Keperawatan Keluarga Page


Roy menekankan promosi kesehatan dan pentingnya membantu klien
dalam memanipulasi lingkungan mereka, yang konsisten dengan interaksi
lingkungan keluarga yang ditekankan dalam keperawatan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Friedman, Marilyn, Bouden, Vicky, dkk. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga:
Riset, Teori dan Praktik. Jakarta: EGC
Hidayat, AA.2004. Pengantar Konsep Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metedologi Peneletian Ilmu
Keperawatan/Nurasalam. Jakarta : Salemba Medika.
Kathleen Koening Blais et al. 2006. Praktik Keperawatan Profesional, Konsep dan
Persefektif. Jakarta: EGC

Keperawatan Keluarga Page

Anda mungkin juga menyukai