Anda di halaman 1dari 13

MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN MENURUT ROY

MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN MENURUT ROY

I. RIWAYAT KELUARGA

Sister Calista Roy Lahir di Los Angeles pada tanggal 14 Oktober 1939, sebagai anak ke-2 dari Mr. dan
Mrs. Fabien Roy. Pada usia 14, dia mulai bekerja di sebuah rumah sakit umum yang besar, awalnya
sebagai seorang gadis pantry, kemudian sebagai pelayan, dan akhirnya sebagai asisten perawat.
Calista Roy bekerja di Saint Joseph of Carondelet California sebagai seorang suster.

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan
Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of California Los Angeles. Roy
memperoleh gelar master di bidang Sosiologi pada tahun 1973, selain itu dia juga berhasil meraih
gelar Ph.D. di bidang yang sama pada tahun 1977. Pada tahun1976, Callista Roy mengembangkan
Adaptation Model of Nursing. Model ini terdiri dari empat domain konsep yaitu individu, kesehatan,
lingkungan, dan keperawatan serta melibatkan enam langkah proses keperawatan.

III. HAL-HAL YANG MELATAR BELAKANGI TEORI ROY

Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia lulus dari
University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy
tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi
mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan.Dimulai dengan
pendekatan teori sistem.Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis
– psikologis.Untuk memulai membangun pengertian konsepnya.Helsen mengartikan respon adaptif
sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan
individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual
stimuli dan residual stimuli.

Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia
sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “
Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali
keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan,
terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.

Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain dari ahli-ahli lain di
area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978).
Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan
keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan di
implementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s
College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk
mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model.Penggunaan model praktek juga memegang
peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977 menunjukkan
beberapa penegasan sementara dari model adaptasi.Perkembangan model adaptasi keperawatan
dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai
kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu
perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manusia dan spirit. Keyakinan
filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.

Definisi Konsep Mayor

Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual model adaptasi roy adalah:

1.Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan dan membentuk satu
kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input, control, proses, output, dan umpan balik.

2.Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konstektual dan residual
dengan standar individual, sehingga manusia dapat berespon adaptif sendiri.

3.Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadap penurunan atau
peningkatan kebutuhan.

4.Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara langsung mengharuskan
manusia berespon adaptif. Stimulus fokal adalah presipitasi perubahan tingkah laku.

5.Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan memberikan konstribusi
terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkan atau dirangsang oleh stimulus fokal.

6.Stimulus residual adalah seluruh faktor yang mungkin memberikan konstribusi terhadap
perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat di validasi.

7.Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural,
cemikal, dan proses endokrin.

8.Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang kompleks
dari persepsi informasi, mengambil, keputusan dan belajar.

9.Model efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi peran, interdependensi dan
konsep diri.

10.Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia dalam mencapai tujuan
manusia untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan reproduksi.

11.Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses adaptasi
dilakukan untuk pengaturan cairan dan elektrolit, aktivits dan istirahat, eliminasi, nutrisi, sirkulasi
dan pengaturan terhadap suhu, sensasi, dan proses endokrin.

12.Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu dalam satu waktu
berbentuk : persepsi, partisipasi, terhadap reaksi orang lain dan tingkah laku langsung. Termasuk
pandangan terhadap fisiknya (body image dan sensasi diri) Kepribadian yang menghasilkan
konsistensi diri, ideal diri, atau harapan diri, moral dan etika pribadi.

13.Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungan dengan tugasnya di
lingkungan social.

14.Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang penting dan sebagai support
sistem. Di dalam model ini termasuk bagaimana cara memelihara integritas fisik dengan
pemeliharaan dan pengaruh belajar.

IV. TEORI MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN ROY

Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan adalah :

(1) manusia; (2) Lingkungan; (3) kesehatan; (4) keperawatan. Unsur keperawatan terdiri dari dua
bagian yaitu tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan, juga termasuk dalam elemen penting
pada konsep adaptasi.

A. MANUSIA

1. Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif,
manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, control,
output, dan proses umpan balik. Proses control adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan
dengan cara adaptasi. Lebih spesifik manusia di definisikan sebagai sebuah sistem adaptif dengan
aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara adaptasi yaitu :
fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi. Manusia didefinisikan sebagai
penerima asuhan keperawatan. Manusia sebagai sistem hidup yang berada dalam interaksi yang
konstan dengan lingkungan ditandai oleh perubahan-perubahan internal maupun eksternal

Perubahan-perubahan tersebut mengharuskan manusia mempertahankan integritasnya, yaitu


adaptasi terus menerus

Roy mengidentifikasikan unit sebagai stimulus. Stimulus adalah unit dari

informasi materi atau energi dari lingkungan atau dirinya sebagai respon.

seiring dengan stimulus, tingkat adaptasi adalah jangkauan stimulus manusia yang dapat
mengadaptasi responnya dengan usaha yang wajar.

Tingkat adaptasi dan sistem manusia dipengaruhi oleh pertumbuhan individu dan pemakaian dari
mekanisme koping

Roy mengkategorikan hasil sistem sebagai respon adaptif dan inefektif

Respon adaptif adalah semua yang mengacu pada integritas manusia yaitu semua tingkah laku
yang tampak ketika manusia dapat mengerti tentang tujuan hidup, tumbuh, produksi dan kekuasaan

Respon inefektif tidak mendukung tujuan tersebut

Roy menggunakan istilah mekanisme koping untuk menjelaskan proses pengendalian manusia
sebagai sistem adaptasi.
SISTEM ADAPTASI CALISTA ROY

STIMULUS

TINGKAT ADAPTASI

MEKANISME KOPING

REGULATOR

KOGNITOR

FUNGSI FISIOLOGIS

KONSEP DIRI

KONSEP PERAN

INTERDEPEDENSI
UMPAN BALIK

Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka
dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan.Sebagai sistem
adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagai
satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit
fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai suatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan
istilah input, proses control dan umpan balik serta output.

Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari
lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk variable
standar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah
stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang
dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya dilakukan.

Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping yang telah
diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan kognator adalah
digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu : fungsi
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.

a) Mode Fungsi fisiologi


Fungsi fisiologis berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan
kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi
menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi
fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :

1. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran gas
dan transpor gas(Vairo,1984 dalam Roy 1991

2. Nutrisi :Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi,
meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy1991).

3. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. ( Servonsky, 1984
dalam Roy 1991)

4. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang digunakan
untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponen-
komponen tubuh. (Cho,1984 dalam 1991).

5. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur
integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi,
trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).

6. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan
seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam pengkajian
perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).

7. Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air, elektrolit,
asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis
dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991)

8. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral dari


regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan
mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur
aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991)

9. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi neurologis,
untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang
signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator kopingmekanisme (Howard & Valentine
1991).

b) Mode Konsep Diri

Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada aspek
psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas
psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri
dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal self:

1.The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan sensasi
tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa
kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
2.The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan spiritual diri
orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam
area ini.

c) Mode Fungsi Peran

Mode fungsi peran mengenal pola - pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya dengan
orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana
seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya

d) Mode Interdependensi

Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah
interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.
Interdepensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu
untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain.
Kemandirian ditunjukkan dengan kemampun berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya.
Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan
menerima.

Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif. Respon-respon yang
adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif atau
maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik respon-respon memberikan lebih
lanjut masukan (input) pada manusia sebagai suatu sisem.

Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan perubahan
lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator
adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan
organ endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan
perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan
membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya mempertahankan untuk mencari
bantuan.

B. LINGKUNGAN

Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar manusia. Lingkungan merupakan
masukan (input) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif sama halnya lingkungan sebagai stimulus
eksternal dan internal. Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi tiga jenis
yakni:fokal,konstektual, dan residual. Lebih luas lagi lingkungan didefinisikan sebagai segala kondisi,
keadaan disekitar dan mempengaruhi keadaan, perkembangan dan perilaku manusia sebagai
individu atau kelompok.

C. KESEHATAN

Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan
terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia menyatakan secara tidak
langsung bahwa kesehatan atau kondisi tidak terganggu mengacu kelengkapan atau kesatuan dan
kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi Integritas adalah sehat, sebaliknya
kondisi yang tidak ada integritas kurang sehat.
Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi
sehatsejahtera. Dalam model adaptasi keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan konsep
adaptasi. Adaptasi yang bebas energi dari koping yang inefektif dan mengizinkan manusia berespon
terhadap stimulus yang lain. Pembebasan energi ini dapat meningkatkan penyembuhan dan
mempertinggi kesehatan. Hal ini adalah pembebasan energi yang menghubungkan konsep adaptasi
dan kesehatan. Adaptasi adalah komponen pusat dalm model keperawatan. Didalamnya
menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif. Adaptasi dipertimbangkan baik proses koping
terhadap stressor dan produk akhir dari koping. Proses adaptasi termasuk fungsi holistic untuk
mempengaruhi kesehatan secara positif dan itu meningkatkan integritas. Proses adaptasi termasuk
semua interaksi manusia dan lingkungan terdiri dari dua proses. Bagian pertama dari proses ini
dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yang membutuhkan sebuah
respon. Perubahan – perubahan itu adalah stressor atau stimulus fokal dan ditengahi oleh factor-
faktor konstektual dan residual. Bagian-bagian stressor menghasilkan interaksi yang biasanya
disebut stress. Bagian kedua adalah mekanisme koping yang merangsang untuk menghasilkan
respon adaptif dan inefektif. Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan
dalam istilah kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi : kelangsungan hidup,
pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan yang disebut integritas. Kondisi akhir ini adalah kondisi
keseimbangan dinamik equilibrium yang meliputi peningkatan dan penurunan respon-respon. Setiap
kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh adaptasi, sehingga dinamik equilibrium manusia berada pada
tingkat yang lebih tinggi. Jarak yang besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya manusia
sebagai sistem adaptif. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi
pada keadaan sejahtera atau sehat. Adaptasi kemudian disebut sebagai suatu fungsi dari stimuli
yang masuk dan tingkatan adaptasi.

D. KEPERAWATAN

Roy (1983) menggambarkan keperawatan sebagai disiplin ilmu dan praktek. Sebagai ilmu,
keperawatan mengobservasi, mengklasifikasikan dan menghubungkan proses yang secara positif
berpengaruh pada status kesehatan. Sebagai disiplin, praktek, keperawatan menggunakan
pendekatan pengetahuan untuk menyediakan pelayanan pada orang-orang. Lebih spesifik dia
mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu dan praktek dari peningkatan adaptasi untuk
meningkatkan kesehatan sebagai tujuan untuk mempengaruhi kesehatan secara positif.
Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan kelompok dalam situasi yang berkaitan dengan
kesehatan, Jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu
keperawatan dan praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan tersebut. Dalam model
tersebut, keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan. Keperawatan
adalah berhubungan dengan manusia sebagai satu kesatuan yang berinteraksi dengan perubahan
lingkungan dan tanggapan terhadap stimulus internal dan eksternal yang mempengaruhi adaptasi.
Ketika stressor yang tidak biasa atau koping mekanisme yang lemah membuat upaya manusia yang
biasa menjadi koping yang tidak efektif, manusia memerlukan seorang perawat. Ini tidak harus,
bagaimanapun diinterpretasikan umtuk memberi arti bahwa aktivitas keperawatan tidak hanya
diberikan ketika manusia itu sakit. Roy menyetujui, pendekatan holistic keperawatan dilihat sebagai
proses untuk mempertahankan keadaan baik dan tingkat yang lebih tinggi. Keperawatan terdiri dari
dua yaitu : tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan keperawatan adalah
mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungan. Jadi peningkatan adaptasi dalam tiap empat
cara adaptasi yaitu : (1) fungsi fisiologis; (2) konsep diri; (3) fungsi peran dan (4) interdependensi.
Dorongan terhadap peningkatan integritas adaptasi dan berkontribusi terhadap kesehatan manusia,
kualitas hidup dan kematian dengan damai. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada
dalam suatu area dengan tingkatan adaptasi manusia. Ketika stimulus fokal tersebut berada pada
area tersebut dimana manusia dapat membuat suatu penyesuaian diri atau respon efektif. Adaptasi
membebaskan energi dari upaya koping yang tidak efektif dan memnugkinkan individu untuk
merespon stimulus yang lain. Kondisi tersebut dapat mencapai peningkatan penyembuhan dan
kesehatan. Jadi peranan penting adaptasi sangat ditentukan oleh konsep ini. Tujuan dari adaptasi
adalah membantu perkembangan aktivitas keperawatan yang digunakan pada proses keperawatan
meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan , tujuan, intervensi dan evaluasi. Adaptasi model
keperawatan menetapkan “data apa yang dikumpulkan, bagaimana mengidentifikasi masalah dan
tujuan utama. Pendekatan apa yang dipakai dan bagaimana mengevaluasi efektifitas proses
keperawatan”.

Unit analisis dari pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan. Proses
pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan. Proses pengkajian termasuk
dalam dua tingkat pengkajian Tingkat pertama mengumpulkan data tentang perilaku manusia,
dalam tiap empat cara penyesuaian diri. Data-data tersebut dikumpulkan dari data observasi
penilaian respon dan komunikasi dengan individu. Dari data tersebut perawat membuat keputusan
sementara tentang apakah perilaku dapat menyesuaikan diri atau tidak efektif. Tingkat kedua
pengkajian adalah mengumpulkan data tentang fokal, konstektual dan residual stimuli. Selama
tingkat pengkajian ini perawat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang
diobservasi pada pengkajian tingkat pertama. Keterlibatan ini penting untuk menetapkan faktor-
faktor utama yang mempengaruhi perilaku.

images.jpeg

Gambar: Konsep Adaptasi Keperawatan menurut Roy


V. APLIKASI KONSEP

Aplikasi Konsep Holistik dalam Keperawatan Melalui Pendekatan Model Adaptasi Sister Calista Roy.
Menurut Roy (1991), elemen dari proses keperawatan meliputi pengkajian tingkat pertama,
pengkajian tingkat kedua,diagnosis keperawatan, penentuan tujuan,

intervensi, dan evaluasi. Dalam praktik keperawatan, penerapan konsep holistik pada proses

asuhan keperawatan melalui pendekatan model adaptasi Roy dapat digambarkan

sebagai berikut:

1. Pengkajian Tingkat Pertama

Pada tahap ini pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat berfokus pada sekumpulan tingkah
laku sebagai sistem adaptasi yang berhubungan dengan empat model adaptasi yaitu: fisiologis,
konsep diri, fungsi peran, dan interdependen melalui pendekatan sistem dan memandang manusia
sebagai mahluk bio-psiko-sosial secara utuh(holistik).

2. Pengkajian Tingkat ke dua

Pada tahap ini perawat menganalisis kegawatan dan gambaran tingkah laku klien, baik pada
individu, keluarga maupun masyarakat secara menyeluruh terkait dengan kognator; yaitu proses fikir
individu (psiko-sosial) dan regulator; yaitu proses fisiologi tubuh (biologi). Kemudian diidentifikasi
sebagai respons yang adaptif atau maladaptif setelah diberi dorongan oleh perawat. Perawat
mengumpulkan data stimulus yang menjadi penyebab (etiologi), baik stimulus fokal, konstektual
maupun residual yang juga terkait dengan empat model adaptasi; yaitu: fisiologis, konsep diri, fungsi
peran, dan interdependen.

3. Diagnosis Keperawatan

Keputusan tentang penentuan diagnosis keperawatan, oleh Roy terkait dengan kondisi ketidak
mampuan beradaptasi (maladaptif). Diagnosis keperawatan dirumuskan dengan mengobservasi
tingkah laku klien terhadap pengaruh lingkungan. Dalam menetapkan diagnosis keperawatan Roy
(1988, dalam Marriner-Tommey,1994), menyatakan ada tiga alternatif yang dapat digunakan, yaitu:

1. Menggunakan tipologi diagnosis yang dikembangkan oleh Roy dan terkait dengan model adaptasi,
yaitu: fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen.

2. Meneruskan diagnosis dengan mengobservasi tingkah laku yang berhubungan dengan


stimulus,baik fokal, konstektual maupun residual.

3. Sebagai kesimpulan satu atau lebih model adaptasi yang berhubungan dengan stimulus.
Diagnosis yang ditetapkan tersebut dapat berupa diagnosis adatif (potensial),maladaptif (Aktual)
maupun risiko maladaptif (risiko).

Jenis diagnosis keperawatan yang dikaitkan dengan empat model adaptasi adalah:

1. Fisiologi, terdiri dari sembilan kelompok,yaitu:aktivitas istirahat,nutrisi,eliminasi, cairan dan


elektrolit, oksigenasi dan sirkulasi, sistem endokrin, perlindungan kulit, sensori rasa serta fungsi
gerak.

2. Konsep diri, terdiri dari dua, yaitu: physical self dan personal self.

3. Fungsi peran; ditekankan pada psikososial dalam menjalankan peran individual dan sosial.

4. Interdependen; terkait dengan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam


menerima sesuatu untuk dirinya.

4. Penentuan Tujuan

Pada asuhan keperawatan adalah terkait dengan kemampuan klien yang tergambar dari keseluruhan
tingkah laku yang menunjukkan resolusi dari masalah Adaptasi.Tujuan jangka panjang
menggambarkan akhir dari kemampuan adaptasi klien dan kemampuan tersebut terkait dengan
kemampuan klien secara menyeluruh, seperti: kemampuan hidup, tumbuh, reproduksi, dan
kekuasaan. Sedangkan tujuan jangka pendek adalah tujuan yang diharapkan dari tingkah laku klien
setelah dilakukan manipulasi stimulus. Misalnya tentang kemampuan klien mencegah terjadinya
kembali masalah yang sudah pernah dialami.

E. Intervensi

Pelaksanaan direncanakan dengan tujuan mengubah atau memanipulasi penyebab (stimulus), baik
fokal, konsektual maupun residual dan difokuskan pada kemampuan individu dalam beradaptasi
terhadap simulus. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan keseluruhan aspek yang ada pada
klien meliputi bio-psikososial (holistik).

F. Evaluasi

Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Pada tahap ini, hal yang dilakukan adalah
membandingkan tingkah laku klien sebelum dan sesudah implementasi. Hal ini terkait dengan
kemampuan klien dalam beradaptasi dan mencegah timbulnya kembali masalah yang pernah
dialami. Kemampuan adaptasi ini meliputi seluruh aspek, baik bio, psiko maupun sosial.

Anda mungkin juga menyukai