Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Keperawatan memiliki body of knowledge yang berbeda dengan ilmu pelayanan
kesehatan lainnya. Sebagai sebuah profesi mandiri, ilmu ini kemudian dikembangkan dan
diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Perkembangan profesi keperawatan saat ini tidak
terlepas dari upaya ahli keperawatan yang mengembangkan berbagai konsep model teori
keperawatan untuk memberikan arah bagi perawat dalam melaksanakan kegiatan praktek
keperawatan.
Salah satu konsep dan teori keperawatan yang banyak digunakan untuk tujuan tersebut
diatas adalah model adaptasi Roy. Secara garis besar teori ini memberikan penjelasan
mengenai manusia (yang dijadikan fokus pelayan keperawatan) yang merupakan suatu sistim
yang akan melakukan adaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Adaptasi
merupakan hasil akhir yang sempurna, yang diharapkan terjadi pada setiap manusia sebagai
bagian dari sistem. Namun, karena perbedaan adalah sesuatu yang alami, dan manusia adalah
sistem yang unik, maka hasil akhir yang sempurna ini tidak dapat selalu terjadi. Dalam hal
ini peran perawat diharapkan untuk membawa manusia sebagai klien kepada hasil akhir yang
terbaik yaitu keadaan adaptasi yang optimal.
Teori adaptasi ini membangkitkan banyak minat perawat untuk mengaplikasikannya
dalam kegiatan praktek keperawatan karena apa yang dikemukakan dapat dilakukan pada
berbagai level pelayanan dan pada klien dengan berbagai kondisi sehingga banyak membantu
perawat untuk mendapatkan hasil pelayanan keperawatan yang diinginkan.
Berdasarkan uraian diatas penulis ingin mencoba untuk mengaplikasikan model adaptasi
Roy pada contoh kasus mulai dari tahap pengkajian perumusan diagnosa dan perencanaan
intervesi keperawatan
B.Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
Dapat menjelaskan konsep adaptasi model dari Roy dalam kegiatan praktek keperawatan
Mampu menganalisa konsep model adaptasi Roy berhubungan dengan kegiatan praktek
keperawatan
Dapat menerapkan konsep model adaptasi Roy pada pemberian asuhan keperawatan pada
klien
BAB II
TINJAUAN TEORI ADAPTASI MODEL CALLISTA ROY

Asumsi dasar model adaptasi Roy Rambo dalam Vurgan (1984) mendiskripsikan asumsi
dasar teori ini sebagai berikut :Setiap individu memiliki integrasi keseluruhan dari komponen
bio, psiko dan sosial yang berinteraksi secara konstan dengan lingkungan sekitarnya
Untuk menjaga keseimbangan homeostasis atau integritas seseorang harus melakukan
adaptasi terhadap perubahan yang terjadi melalui kemampuan yang dimiliki sejak lahir atau
diperoleh melalui pengalamanPerubahan dari efek rangsangan pada individu terdiri dari tiga
jenis yaitu focal, contextual dan residual stimuli Individu mempunyai zona adaptasi
berhubungan dengan kapasitas kemampuan respon terhadap rangsangan, kemampuan
adaptasi setiap individu berbeda antara yang satu dengan yang lain.
Setiap individu pasti berusaha keras untuk mempertahankan integritas fisiologi, konsep
diri, fungsi peran dan interdependen mode Kemampuan individu untuk menjaga
kesehatannya tergantung dari energi yang dimiliki dan kemampuan untuk adaptasi yang
positif terhadap stimuli, sehat dan sakit dilihat dari garis continuum pergerakannya kearah
adaptif atau kearah maladaptif
Elemen Model Adaptasi Roy
Terdapat lima elemen keperawatan model adaptasi Roy :
1. Konsep Person (manusia yang menerima asuhan keperawatan)
Person adalah individu, keluarga, kelompok atau masyarakat luas dan masing-
masing sebagai sistem adaptasi yang holistik. Roy memandang orang secara
menyeluruh atau holistik sebagai suatu kesatuan yang hidup secara konstan dan
melakukan interaksi yang menyebabkan terjadinya pertukaran informasi, bahan dan
energi antara sistim dan lingkungan. Interaksi yang konstan ini akan menyebabkan
perubahan baik internal maupun eksternal.Tingkat adaptasi person tergantung dari
stimulus yang diterima dan yang masih dapat diadaptasi secara normal, dimana
rentang respon cukup luas bagi setiap orang dan setiap tingkat adaptasi seseorang
selalu berubah. Hal tersebut dikarenakan pengaruh oleh mekanisme koping yang
dimiliki orang tersebut.
Roy menggunakan mekanisme koping untuk menjelaskan proses kontrol
seseorang sebagai adaptif sistim, beberapa mekanisme koping diwariskan dari genetik
seperti sel darah putih sebagi sistim pertahanan tubuh dan yang lain berasal dari
pelajaran seperti penggunaan antiseptik. Roy memperkenalkan konsep ilmu
keperawatan yang unik yaitu mekanisme kontrol yang terdiri dari Regulator dan
Cognator yang merupakan sub sistim dari mekanisme koping.Sub sistim regulator
mempunyai komponen input, proses internal dan output serta umpan balik. Input
stimulus bisa internal atau eksternal, transmiter regulator sistin adalah kimia, neural
dan endokrin, autonomik reflek adalah respon neural dalam brain stem dan spinal
cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator sub sistim. Contoh proses
regulator adalah bila ada stimulus yang berbahaya dari luar diterima dan dikirim
melalui syaraf optik ke pusat otak dan pusat otonomi otak maka efek dari saraf
simpatik adalah peningkatan tekanan darah dan meningkatnya denyut jantung. Sub
sistim cognator berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi,
penilaian dan emosi. Informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih
atensi, mencatat dan memori belajar berkorelasi dengan proses imitasi reinforcement
dan insight, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan berhubungan dengan
penilaian atau analisa, sedangkan emosi adalah proses pertahanan untuk mencari
keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang.Empat fungsi mode yang
dikembangkan oleh Roy terdiri dari :
Mode fungsi fisiologis meliputi Oksigenasi menjelaskan pola penggunaan O2
sehubungan dengan respirasi dan sirkulasi Nutrisi menjelaskan pola-pola nutrient (zat
gizi) yang digunakan untuk memperbaiki sel tubuh dan perkembangan
Eleminasi menjelaskan pola-pola eliminasi BAB dan BAK Integritas kulit
menjelaskan pola-pola fungsi fisiologis kulit Indra sensori menjelaskan fungsi sensori
perceptual sehubungan dengan informasi pengelihatan, pendengaran, pengecapan,
perabaan dan penciuman Cairan dan elektrolit menjelaskan pola-pola fisiologis cairan
dan elektrolit Fungsi neurologis menjelaskan pola-pola neural kontrol, pengaturan
dan intelektual Fungsi endokrin menjelaskan pola-pola kontrol dan pengaturan
termasuk respon stres dan sistim endokrin.
Mode konsep diri
Mode konsep diri mengenali pola-pola nilai, kepercayaan, dan emosi sehubungan
dengan ide-ide pribadi. Perhatian ini diberikan kepada fisik personal dan moral etik
pribadi
Mode fungsi peran
Mode fungsi peran mengenali pola-pola interaksi sosial seseorang dalam
hubunganya dengan orang lain yang dicerminkan oleh peran primer, sekunder dan
tersier. Fokusnya pada peran identitas dan peran keunggulan
Mode Interdependen
Mode ini mengenali pola-pola manusia tentang nilai kasih sayang, cinta kasih dan
ketegasan dimana proses ini melalui hubungan interpersonal pada tingkat perorangan
atau kelompok
2. Tujuan keperawatan
Tujuan keperawatan menurut Roy adalah untuk meningkatkan respon adaptasi
dalam hubunganya dengan empat mode adaptif. Respon adaptif mempunyai pengaruh
positif tehadap kesehatan. Perubahan internal dan eksternal, stimulus, status koping
seseorang adalah elemen lain yang bermakna dalam proses adaptasi, tingkat adaptasi
seseorang ditentukan oleh fokal, contextual dan residual stimuli. Fokal stimuli adalah
stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang yang mempunyai pengaruh
kuat pada seseorang, contextual stimuli adalah semua stimulus yang dialami
seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi yang dapat
diukur, diobservasi dan secara subyektif dilaporkan. Residual stimuli adalah ciri
tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk
diobservasi.
3. Konsep Sehat
Sebelumnya Roy mendefinisikan sehat sebagai rangkaian kesatuan dari paling
sehat sampai kematian tetapi kemudian direvisi sebagai suatu keadaan dan proses
terintegrasi didalam tubuh seseorang secara keseluruhan. Integritas seseorang
diekspresikan melalui kemampuan memenuhi tujuan untuk kelangsungan kehidupan,
perkembangan, reproduksi, dan keunggulan. Perawat menggunakan konsep model
adaptasi Roy tentang konsep sehat sebagai tujuan mengetahui perilaku seseorang.
4. Konsep Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai semua kondisi, keadaan, dan pengaruh sekitar
yang mempengaruhi perkembangan perilaku seseorang atau kelompok. Stimulus
lingkungan internal dan eksternal merupakan area studi keperawatan.
5. Kegiatan keperawatan
Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan
proses keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi
pengkajian tahap pertama dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi,
langkah-langkah tersebut sama dengan proses keperawatan secara umum.
Pada pengkajian tahap pertama mengumpulkan data perilaku output seseorang
sebagai sistim adaptasi dihubungkan dengan empat adaptif mode yaitu fungsi
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen. Pengkajian tahap pertama
berkenaan dengan pengkajian perilaku.
Pengkajian tahap kedua setelah perawat menganalisa tema yang timbul pada pola
perilaku klien yang diperoleh pada pengkajian tahap pertama untuk mengidentifikasi
respon tidak efektif atau atau respon adaptif yang diperlukan untuk mendukung
tindakan perawat. Fase pengkajian ini perawat mengumpulkan data tentang fokal,
kontextual dan residual stimuli yang mempengaruhi klien, terdiri dari faktor
genetik,seks, tahap perkembangan, obat-obatan, alkohol, rokok, konsepdiri, fungsi
peran, interdependen, pola interaksi sosial, mekanisme koping, stres fisik dan
emosional, orentasi budaya, agama dan lingkungan fsik.
Diagnosa keperawatan, Roy menjelaskan tiga metode untuk membuat diagnosa
keperawatan. Pertama menggunakan typologi diagnosa sesuai dengan adaptasi mode,
kedua dengan mengobservasi perilaku yang paling dipengaruhi oleh stimulus, ketiga
adalah menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode berhubungan dengan
stimulus yang sama.
Tujuan keperawatan adalah akhir perilaku yang diharapkan dapat dicapai oleh
seseorang. Tujuan jangka pendek adalah mengidentifikasi perilaku yang diharapkan
klien setelah memanipulasi fokal, kontextual dan residual stimuli keadaan perilaku
klien yang mengindikasikan regulator atau cognator klien, sedangkan tujuan jangka
panjang dibuat untuk menggambarkan resolusi adaptasi terhadap masalah dan
tersedianya energi untuk mencapai tujuan yaitu kelangsungan hidup, perkembangan,
reproduksi dan keunggulan
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah atau
memanipulasi fokal, kontextual dan residual stimuli dan juga memperluas
kemampuan koping seseorang pada zona adaptasi sehinga total stimuli berkurang dan
kemampuan adaptasi meningkat.
Evaluasi keperawatan model Roy didasarkan pada perilaku yang diharapkan
dibandingkan perilaku yang ditunjukkan seseorang apakah bergerak kearah
pencapaian tujuan atau keluar dari tujuan yang ditentukan.penilaian kembali tujuan
dan intervensi dibuat berdasarkan hasil evaluasi.
BAB III
APLIKASI TEORI

Studi kasus :
Ibu X, 50 tahun mengalami nyeri yang luar biasa di daerah punggung bawah yang menjalar
sampai ke tungkai sebelah kanannya. Nyeri ini sangat hebat pada saat melakukan kegiatan
sehari-hari, termasuk untuk berdiri dan duduk. Setelah dilakukan konsultasi dengan dokter, Ibu X
dinyatakan mengalami herniasi diskus intervertebra (HNP), dan dijadwalkan untuk dilakukan
discectomi (operasi pemotongan bagian diskus yang mengalami herniasi).
Pasca pembedahan setelah sadar dan dibawa ke ruang perawatan, Ibu X merasakan nyeri
berkurang. Meskipun tidak dibatasi pergerakannya, klien merasa takut bergerak dan melakukan
kegiatan kebersihan pribadi (personal hygiene). Klien takut berjalan, merasa takut dan cemas
akan keadaannya pasca pembedahan.
Sebelum masuk RS kebiasaan Ibu X melakukan aktifitas 12 jam perhari, makan tidak
terlalu mempermasalahkan kandungan gizi atau pembatasan yang penting makan tidak pernah
menggunakan terlalu banyak minyak goreng dan tidak terlalu suka yang manis. Pola tidur 8 jam
di waktu malam dan 1-1,5 jam di waktu siang. Olah raga bermain tenis dan jalan pagi setiap hari
Ahad.
Hasil pemeriksaan didapatkan data TD 120/90mmHg, nadi 100x/menit, respirasi
32x/menit dan suhu 37,5oc, wajah menampakkan ekspresi cemas.
Ibu X adalah wanita yang memiliki usaha menjual baju dan perlengkapan wanita
disebuah toko miliknya. Ia mengaku memiliki banyak pelanggan yang terbiasa melihatnya
menjadi orang yang berbusana serasi dengan koleksi jualannya. Ia bertanya mengenai
kemungkinan adanya kelumpuhan pada dirinya setelah dilakukan operasi, dan mengungkapkan
kekhawatiran mengenai perubahan penampilan (punggung menjadi bungkuk, jalan menjadi
timpang) yang akan mempengaruhi persepsi pelanggannya yang kelak akan berakibat pada
kegiatan penjualan tokonya.

Asuhan keperawatan berdasarkan aplikasi teori Roy


1) Pengkajian tahap pertama
Pengkajian tahap pertama adalah mengumpulkan data perilaku output Ibu X sebagai sistim
adaptasi dihubungkan dengan 4 mode adaptif fungsi fisiologis, konsep diri, peran dan
interdependen.
Pada pengkajian tahap pertama pada Ibu X didapatkan data :
Mode fisiologis
Mode
Konsep diri
Mode
Fungsi peran
Mode
Interdependen
S: Menyatakan gerakan- nya terbatas
O: klien nampak ragu-ragu bergerak dan banyak diam di kursi atau bed
S: cemas akan terjadi perubahan penampilan
O: Tampak cemas
 Takut terjadi kecacatan
 Rendah diri terhadap penampilanya
 Tidak berd penampilanya

2) Pengkajian tahap ke dua


Setelah mengidentifikasi respon tidak efektif dan respon adaptif selanjutnya melakukan
pengkajian tahap kedua yang meliputi fokal, kontextual dan residual stimuli.
Pengkajian tahap dua pada Ibu X didapatkan data :
Mode
Behavior
Fokal
Contextual
Residual
Istirahat dan aktifitas
Tidur sering terbangun dan keterbatasan beraktifitas
Kekurangan istirahat tidur dapat menyebabkan kelelahan dan menghambat proses recovery
sedangkan keterbatasan aktifitas dapat menyebabkan ketergantungan ADL
Rasa nyeri dapat mengaktivasi RAS yang menghambat proses tidur sedangkan post op
discectomi membutuhkan sedikit pengaturan aktifitas
Self Konsep
Phisical self
Personal self
Penurunan konsep diri body image takut terjadi kecacatan
Rendah diri tehadap penampilannya
Ketakutan terhadap gagalnya pengembalian fungsi normal dari kaki
Takut ke-beradaannya menjadi beban orang lain
Fungsi peran
Peran primer
Peran tersier
Kehilangan hoby bermain tenis setiap minggu
Banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk berobat
Interdepen- dence
Keterbatasan kebebasan di rumah sakit
Kesepian, terbatasnya interaksi dengan keluarga dan kolega
Adanya jadwal berkunjung dari rumah sakit
3). Diagnosa keperawatan
Sesuai dengan metode pembuatan diagnose keperawatan yang dikembangkan oleh Roy
melalui tiga cara yaitu menggunakan tipologi berdasarkan adaptasi mode, mengobservasi
perilaku yang paling dipengaruhi oleh stimulus dan menyimpulkan dari perilaku dari satu
atau lebih adaptif mode dengan stimulus yang sama maka disusunlah diagnosa sbb:
Gangguan istirahat dan aktifitas berhubungan dengan keterbatasan gerak
Kecemasan dan ketakutan berhubungan dengan :
Penurunan konsep diri body image dan harga diri
4). Intervensi
Tgl
Problem aktual/resiko
Hasil yang diharapkan
Tindakan keperawatan
Gangguan istirahat dan aktifitas berhubungan dengan nyeri dan keterbatasan gerak
 Klien dapat tidur 8 jam perhari tanpa gangguan
 Dengan keterbatasan aktifitasnya klien dapat menggunakan kemampuan yang
dimiliki secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan ADL nya
 Kondisikan lingkungan yang nyaman bagi klien-Lakukan mobilisasi sesuai dengan
program perawatan
 Ajarkan klien untuk melakukan mobilisasi secara mandiri
 Latih klien sesuai kemampuan untuk melaksanakan kegiatan yang berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan ADLnya sesuai dengan kemampuan

Cemas dan ketakutan berhubungan dengan :


 penurunan konsep diri body image dan harga diri
Klien mampu mengungkapkan cemas dan ketakutanya dan mau mendiskusikan
untuk mencari alternatif pemecahan
 Bina hubungan saling percaya dan yakinkan kehadiran perawat adah untuk
membantu memecahkan permasalahan klien
 Kuatkan koping klien dengan aspek adaptif yang dimiliki
 Jelaskan operasi discectomi tidak akan menimbulkan kecacatan bila dilakukan
perawatan dengan benar
 Rencanakan kehadiran keluarga untuk menemani klien
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Konsep Teori
Model yang dikembangkan Roy dapat diaplikasikan diberbagai tatanan pelayanan RS
pada klien dengan penyakit akut maupun kronis, dari klien dengan permasalahan fisiologis
dan psikologis, sesuai dengan karakteristik teori oleh George (1995) bahwa teori harus dapat
diaplikasikan untuk mengatasi masalah klien dari yang sederhana sampai yang komplek.
Pada intervensi, model adaptasi Roy dapat menghindarkan terjadinya duplikasi pembuatan
perencanaan tindakan dan lebih terarah karena penetapan masalah berdasarkan berbagai
respon yang sama walaupun berasal dari berbagai sistim mode.

B. Aplikasi teori
Pendekatan adaptasi model dirasa lebih sesuai atau lebih mudah dikerjakan pada klien
dengan gangguan medikal bedah seperti discectomi dan pasca pembedahan karena observasi
terhadap respon klien baik yang adaptif maupun yang tidak efektif dapat dilakukan dengan
lebih teliti dan dalam waktu yang cukup.
Aplikasi model asuhan pada contoh kasus agak sulit untuk dilakukan karena selama ini
kurangnya pengalaman dalam aplikasi model asuhan dari Roy, akan tetapi setelah mencoba
untuk mengaplikasikan pada contoh kasus sangat membantu untuk merumuskan diagnosa
dan intervensi, pada perumusan diagnosa kita dapat melakukan dengan berbagai macam
pendekatan. Hal ini karena Roy menawarkan berbagai alternatif yang memudahkan sesuai
kasus. Pada intervensi dapat dihindarkan terjadinya duplikasi rencana tindakan karena
rencana tindakan dapat dipadukan dari berbagai sumber pengkajian yang sangat lengkap
sehingga rencana dapat dibuat ringkas, terarah dan menjangkau cakupan yang luas dari
permasalahan klien
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Elemen Teori adaptasi model dari Roy tetap berada pada kerangka teori keperawatan
yang terdiri dari konsep manusia (person), konsep sehat, keperawatan dan arah kegiatan
keperawatan serta lingkungan yang saling berhubungan yang mempunyai perbedaan
dengan teori keperawatan yang lain pada aplikasi pemberian asuhan pada klien
2. Agar dapat melakukan pengkajian dengan lengkap dan terarah perawat yang
mengaplikasikan teori Roy perlu untuk latihan dan mencoba secara terus menerus karena
letak kesulitan aplikasi teori adalah untuk pengelompokan data yang berasal dari mode
adaptasi dan data fokal, kontextual dan residual stimuli yang mempengaruhi klien
3. Teori adaptasi model Roy dapat diaplikasikan pada semua tatanan pelayanan keperawan
dengan berbagai kondisi klien dengan mudah, ringkas dan menjangkau cakupan yang
luas dari permasalahan klien.

B. Saran
1. Hendaknya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien mencoba
mengaplikasikan salah satu teori keperawatan terutama aplikasi teori yang masuk Grand
Theory.
2. Untuk mengaplikasikan teori adaptasi model dari Roy perawat perlu latihan untuk
melakukan ketrampilan pengkajian karena pengkajian adaptasi model Roy ada dua
tingkatan.
3. bagi mahasiswa keperawatan untuk mendapatkan keterampilan aplikasi sesuai teori
keperawatan, hendaknya muali dikenalkan sejak awal praktik klinik
DAFTAR PUSTAKA

Pearson A., Vaughan B. (1986). Nursing Model For Practice. Bedford Square London, William
Heinemann Medical Books

Fitzpatrick , J.J, Wall, A.I.(1989). Conceptual models of Nursing: Analysis And Application (2nd
ed),California : Appleton & Lange

George J.(1995), Nursing Theories: The Base Professional Nursing Practice (4th ed), California :
Appleton & Lange.

Mariner, A.(1998).Nursing Theorists And Their Works. (4th ed) Philadelphia: Lippincott: Raven
Publisher
Diposkan oleh erathenurse di 07:24

Anda mungkin juga menyukai