PENDAHULUAN
Keperawatan sebagai suatu profesi yang sampai saat ini masih dianggap
profesi yang kurang eksis, kurang profesional, bahkan kurang menjanjikan dalam hal
finansial. Oleh karena itu keperawatan harus berusaha keras untuk menunjukkan pada
dunia luar, di luar dunia keperawatan bahwa keperawatan juga bisa sejajar dengan
profesi – profesi lain. Tugas ini akan terasa berat bila perawat-perawat
Indonesia tidak menyadari bahwa eksistensi keperawatan hanya akan dapat
dicapai dengan kerja keras perawat itu sendiri untuk menunjukkan
profesionalismenya dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama pelayanan
keperawatan baik kepada individu, keluarga maupun masyarakat. Salah satu cara
untuk menunjukkan eksistensi keperawatan adalah dengan mengembangkan
salah satu model pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kondisi masyarakat
Indonesia.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
a. Memahami konsep model teori Roy.
b. Mampu menghubungkan model konsep Roy dengan proses
Keperawatan.
c. Mampu mengevaluasi/menilai proses keperawatan di RS
dengan konsep Roy pada mode fisiologi sub kebutuhan cairan.
d. Mendapatkan gambaran kondisi pelaksanaan konsep Roy di RS
pada mode fisiologis sub kebutuhan cairan.
BAB II
PEMBAHASAN
Sister Calista Roy yang lahir di Los Angeles pada tanggal 14 Oktober
1939, Roy mengembangkan ilmu dan filosofinya berdasarkan 3 asumsi dasar,
yaitu :
1. Input
a. Stimulus fokal
yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik internal maupun
eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur dan secara
subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan. dimana dapat
menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti anemia, isolasi sosial.
c. Stimulus residual
yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang ada tetapi sukar
untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai
pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya
pengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransi tetapi ada yang tidak.
2. Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di
gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang merupakan
subsistem.
a) Subsistem kognator
3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau secara
subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku ini
merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai
respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif dapat
meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat
bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan
kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan
respon yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini. Roy telah
menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan proses kontrol
seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme koping diwariskan atau
diturunkan secara genetik (misal sel darah putih) sebagai sistem pertahanan terhadap
bakteri yang menyerang tubuh. Mekanisme lain yang dapat dipelajari
seperti penggunaan antiseptik untuk membersihkan luka. Roy memperkenalkan
konsep ilmu Keperawatan yang unik yaitu mekanisme kontrol yang disebut Regulator
dan Kognator dan mekanisme tersebut merupakan bagian sub sistem adaptasi.
Dalam memelihara integritas seseorang, regulator dan kognator
subsistem diperkirakan sering bekerja sama. Tingkat adaptasi seseorang sebagai
sistem adaptasi dipengaruhi oleh perkembangan individu itu sendiri, dan penggunaan
mekanisme koping. Penggunaan mekanisme koping yang maksimal
mengembangkan tingkat adaptasi seseorang dan meningkatkan rentang stimulus
agar dapat berespon secara positif. Untuk subsistem kognator, Roy tidak membatasi
konsep proses kontrol, sehingga sangat terbuka untuk melakukan riset tentang
proses kontrol dari subsitem kognator sebagai pengembangan dari konsep
adaptasi Roy. Selanjutnya Roy mengembangkan proses internal seseorang
sebagai sistem adaptasi dengan menetapkan sistem efektor, yaitu 4 mode adaptasi
meliputi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
a. Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya.
Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus
dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode
fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis
dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
a) Oksigenasi
b) Nutrisi
Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan
fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky,
1984 dalam Roy 1991).
c) Eliminasi
Mode fungsi peran mengenal pola –pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan
tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat
sesuai kedudukannya .
d. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy.
Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang,
perhatian dan saling menghargai. Interdependensi yaitu keseimbangan antara
ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain.
Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan
bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai
ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
2.3 Paradigma Keperawatan Menurut Sister Calista Roy
Empat elemen utama dari teori Roy adalah : 1) Manusia sebagai penerima asuhan
keperawatan 2) Konsep lingkungan 3) Konsep sehat dan 4) Keperawatan. Dimana
antara keempat elemen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain
karena merupakan suatu sistem.
1. Manusia
Manusia merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena manusialah yang
menjadi penerima asuhan keperawatan, baik itu individu, keluarga, kelompok
maupun masyarakat, yang dipandang sebagai “Holistic Adaptif System”. Dimana
“Holistic Adaptif System “ ini merupakan perpaduan antara konsep sistem dan
konsep adaptasi.
a. Konsep Sistem
b. Konsep Adaptasi
manusia sebagai suatu sistem terbuka, yang terdiri dari input berupa stimulus
dan tingkatan adaptasi, output berupa respon perilaku yang dapat menyediakan feed
back/ umpan balik dan proses kontrol yang diketahui sebagai mekanisme koping
(Roy and Andrew, 1991 dalam Nursing Theory ; 254)
Output dalam sistem adaptasi ini berupa respon perilaku individu yang dapat
dikaji oleh perawat baik secara objektif maupun subjektif. Respon perilaku ini dapat
menjadi umpan balik bagi individu maupun lingkungannya. Roy
mengkategorikan output dari sistem adaptasi ini berupa respon adaptif dan respon
inefektif. Respon adaptif dapat meningkatkan integritas individu sedangkan respon
inefektif tidak dapat mendukung untuk pencapaian tujuan perawatan individu.
2. Lingkungan
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan elemen
dari lingkungan, menurut Roy. Lingkungan didefinisikan oleh Roy adalah “
Semua kondisi, keadaan dan pengaruh-pengaruh disekitar individu yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu dan kelompok “(Roy and
Adrews, 1991 dalam Nursing Theory : 260) . Dalam hal ini Roy menekankan agar
lingkungan dapat didesign untuk meningkatkan kemampuan adaptasi individu
atau meminimalkan resiko yang akan terjadi pada individu terhadap adanya
perubahan.
3. Sehat
Roy mendefinisikan sehat adalah “A State and a process of being and becoming
an integrated and whole person” (Roy and Adrews, 1991 dalam Nursing Theory :
261). Integritas individu dapat ditunjukkan dengan kemampuan untuk
mempertahankan diri, tumbuh, reproduksi dan “mastery”. Asuhan keperawatan
berdasarkan model Roy bertujuan untuk meningkatkan kesehatan individu dengan
cara meningkatkan respon adaptifnya.
4. Keperawatan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan keperawatan menurut Roy
adalah meningkatkan respon adaptif individu dan menurunkan respon inefektif
individu, dalam kondisi sakit maupun sehat. Selain meningkatkan kesehatan di semua
proses kehidupan, keperawatan juga bertujuan untuk mengantarkan individu
meninggal dengan damai.
Ini merupakan tahap proses keperawatan yang bertujuan mengumpulkan data dan
memutuskan klien adaptif atau maladaptif. Termasuk dalam model ini adalah
kebutuhan dasar manusia apakah dapat dipengaruhi oleh kekurangan atau kelebihan.
misalnya terlalu sedikit oksigen , terlalu tinggi gula darah atau terlalu banyak
ketergantungan. Perawat menggunakan wawancara, observasi dan pengukuran untuk
mengkaji perilaku klien sekarang pada setiap mode. Berdasarkan pengkajian ini
perawat menganalisis apakah perilaku ini adaptif, maladaptif atau potensial
mal adaptif.
2. Tahap II : Pengkajian faktor – faktor yang berpengaruh
Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa lalu. Helson dalam
Roy, 1989 menjelaskan bahwa beberapa faktor dari pengalaman lalu
relevan dalam menjelaskan bagaimana keadaan saat ini. Sikap, budaya, karakter
adalah faktor residual yang sulit diukur dan memberikan efek pada
situasi sekarang.
3. Diagnosa keperawatan
b. Mengobservasi respon klien yang paling menonjol pada satu mode adaptif,
misalnya mode fisisiologis sub kebutuhan cairan. Contoh kasus untuk diare intake :
1200 ml, out put : 3500 ml, keluhan haus (+), turgor tidak elastis, kelopak mata
tampak cekung. Dari respon pasien tersbut dapat disimpulkan bahwa diagosa
keperawatan pasien menurut Roy adalah defisit volume cairan.
c. Menyimpulkan respon klien dari satu atau lebih dari mode adaptif yang terkait
dengan stimulus yang sama. Misalnya mode yang terganggu adalah : mode
fisiologis, konsep diri dan interdependensi.
Contoh kasus ; klien mengeluh tidak mau makan, makan hanya habis ¼ porsi, BB
turun 2 Kg dari normal. Dari data tersebut klien mengalami gangguan kebutuhan
nutrisi : nutrisi kurang dari kebutuhan (mode fisiologis). Karena klien kekurangan
nutrisi mengakibatkan posturnya tampak kurus, hal ini membuat klien mengalami
gangguan Body Image ( Mode Konsep diri ), kondisi ini juga mengakibatkan klien
tidak dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari (Mode Interdependensi)
4. Penentuan tujuan
6. Evaluasi
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pengkajian
a. Pengkajian perilaku adalah fisiologis yaitu : kebutuhan oksigen,
nutrisi,eliminasi, aktivitas dan istirahat, perlindungan,
sensasi, cairan dan elektrolit,fungsi saraf, sfungsi endokrin.
Konsep Diri yaitu physicalself (body sensation dan body Image),
the personal self (self consistency,selfideal, moral-ethical-spiritual
self). Fungsi Peran mengidentifikasi pola interaksi sosial individu
dengan oranglain, dengan 3 klasifikasi yaitu primer, sekunder dan
tersier.
b. Pengkajian stimulus terdiri dari stimulus fokal, kontekstual dan
residual.
2. Diagnosa keperawatan, menggunakan 3 cara yaitu : tipologi diagnosa
menurut Roy, respon klien yang paling menonjol pada satu mode
adaptif, menyimpulkan respon klien dari satu atau lebih mode adaptif
yang terkait dengan stimulus yang sama.
3. Rencana tindakan dan implementasi berfokus pada kemampuan
koping individu atau tingkat adaptasinya.
4. Evaluasi dengan cara membandingkan data-data yang ditemukan
pada pasien dengan indikator yang telah dibuat.
5. Penerapan konsep teori adaptasi Roy dapat disesuaikan
dengan Nursing Intervention Classification dan Nursing Out come
Classification.
3.2 Saran