Anda di halaman 1dari 11

A.

Konsep Adaptasi Sister Callista Roy

Bagan Konsep Adaptasi Sister Callista Roy

Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus,merupakan kesatuan


informasi, bahan bahan atau energi darilingkungan yang dapat menimbulkan
respon, dimana dibagidalam tiga tingkatan yaitu input, proses dan output.
1. Input
Input atau masukan terdiri dari stimulus dan level adaptasi. Stimulus terdiri
dari :
a. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang,
efeknya segera,misalnya infeksi .
b. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang
baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat
diobservasi, diukur dan secara subjektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul
secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus
fokal seperti anemia, isolasi sosial.
c. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan
situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap
sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi
proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang
ada yang toleransi tetapi ada yang tidak. Level adaptasi dapat menjadi data
masukan yang akan mempengaruhi respon adaptasi seseorang. Menurut
Roy level adaptasi seseorang dibagi menjadi 3, yaitu : integrated ,
compensatory, compromised.
2. Proses
Mekanisme kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping
yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator
yang merupakan subsistem.
a. Subsistem regulator
Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator sistem
adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon neural
dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output
dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai
perilaku regulator subsistem.
b. Subsistem kognator.
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal.
Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan
balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan
dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi.
Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses internal dalam
memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses
imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang
mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah
proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi
adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan,mempergunakan
penilaian dan kasih sayang. Dalam memelihara integritas, kognator dan
regulator saling bekerjasama dan menguatkan.
Selanjutnya Roy mengembangkan proses internal seseorang sebagai
sistem adaptasi dengan menetapkan sistem efektor, yaitu 4 mode adaptasi
meliputi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
a. Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi
untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode
fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi
fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
1) Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu
ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy
1991).
2) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti
jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalamRoy 1991).
3) Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan
ginjal. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991)
4) Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan
istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis
dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen
tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5) Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defend tubuh termasuk proses
imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal
ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi,trauma dan perubahan
suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
6) The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan
bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan Sensasi
nyeri penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll,
1984, dalam Roy, 1991).
7) Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi
sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984,dalam Roy
1991).
8) Fungsi syaraf / neurologis: Hubungan-hubungan neurologis merupakan
bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka
mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi
pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik
untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam
Roy, 1991).
9) Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai
dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi
fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan
dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping mekanisme
( Howard & Valentine dalam Roy, 1991).
b. Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan
spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari
konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi,
aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri
dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal self.
1).The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya.
Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan,
seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
2). The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri,
moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya
kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini.
c. Mode Fungsi Peran
Mode fungsi peran mengenal pola–pola interaksi sosialseseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yangdicerminkan dalam peran primer,
sekunder dan tersier.Fokusnya pada bagaimana seseorang
dapatmemerankan dirinya dimasyarakat sesuaikedudukannya
d. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan
oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima
cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai. Interdependensi
yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam
menerima sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan
kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan
oleh kemampuan berinisiatifuntuk melakukan tindakan bagi
dirinya.Interdependensidapat dilihat dari keseimbangan antara dua
nilaiekstrim, yaitu memberi dan menerima.
3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat di amati, diukur atau
secara subjektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar.
Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan
output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak efektif / mal-
adaptif. Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang
secara keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan
tujuan yang berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi
dan keunggulan. Sedangkan respon yang maladaptif perilaku yang tidak
mendukung tujuan ini. Tingkat adaptasi seseorang sebagai sistem adaptasi
dipengaruhi oleh perkembangan individu itu sendiri, dan penggunaan
mekanisme koping. Penggunaan mekanisme koping yang maksimal
mengembangkan tingkat adaptasi seseorang dan meningkatkan rentang
stimulus agar dapat berespon secara positif.
INPUT PROSES EFFECTOR OUTPUT
Stimulus (Fokal, Mekanisme Fungsional fisik Respon adaptive
contextual dan koping
residual)
Level Adaptasi Regulator Konsep diri Respon
(Integrated, ineffective
compensatory,
compromise)
Kognator Fungsi peran
Interdependensi

B. Paradigma Keperawatan Menurut Sister Callista Roy


Empat Elemen utama dari teori Roy adalah : Manusia sebagai penerima
asuhan keperawatan, Konsep lingkungan, Konsep sehat dan Keperawatan.
Dimana antara keempat elemen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain
karena merupakan suatu sistem.
1. Manusia
Manusia merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena manusialah
yang menjadi penerima asuhan keperawatan, baik itu individu, keluarga,
kelompok maupun masyarakat, yang dipandang sebagai “Holistic Adaptif
System”. Dimana “Holistic Adaptif System “ ini merupakan perpaduan antara
konsep sistem dan konsep adaptasi.
a. Konsep Sistem
Roy memandang manusia sebagai mahluk holistik yang dalam sistem
kehidupannya akan selalu berinteraksi dengan lingkungannya, dimana
diantara keduanya akan terjadi pertukaran informasi, “matter” dan energi.
Adapun karakteristik sistem menurut Roy adalah input, output, control dan
feed back
b. Konsep Adaptasi
Output dalam sistem adaptasi ini berupa respon perilaku individu yang
dapat dikaji oleh perawat baik secara objektif maupun subjektif. Respon
perilaku ini dapat menjadi umpan balik bagi individu maupun
lingkungannya. Roy mengkategorikan output dari sistem adaptasi ini
berupa respon adaptif dan respon inefektif. Respon adaptif dapat
meningkatkan integritas individu sedangkan respon inefektif tidak dapat
mendukung untuk pencapaian tujuan perawatan individu. Roy
menggunakan istilah mekanisme koping untuk menggambarkan proses
kontrol individu dalam sistem adaptasi ini. Beberapa koping ada yang
bersifat genetik seperti : WBC (sel darah putih) sebagai bentengpertahanan
tubuh terhadap adanya kuman, sedangkan beberapa koping lainnya ada
yang merupakan hasil belajar seperti : menggunakan antiseptik untuk
membersihkan luka. Dalam mekanisme kontrol ini, Roy menyebutnya
dengan istilah “Regulator” dan “Cognator”. Transmitter dari sistem
regulator berupa kimia, neural atau sistem saraf dan endokrin, yang dapat
berespon secara otomatis terhadap adanya perubahan pada diri individu.
Respon dari sistem regulator ini dapat memberikan umpan balik terhadap
sistem cognator. Proses kontrol cognator ini sangat berhubungan dengan
fungsi otak dalam hal fungsi persepsi atau memproses informasi,
pengambilan keputusan dan emosi.

2. Lingkungan
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan elemen
dari lingkungan, menurut Roy. Lingkungan didefinisikan oleh Roy adalah “
Semua kondisi, keadaan dan pengaruh-pengaruh disekitar individu yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu dan kelompok “(Roy and
Adrews, 1991 dalam Nursing Theory : 260) . Dalam hal ini Roy menekankan
agar lingkungan dapat didesign untuk meningkatkan kemampuan adaptasi
individu atau meminimalkan resiko yang akan terjadi pada individu terhadap
adanya perubahan.
3. Sehat
Roy mendefinisikan sehat adalah “A State and a process of being and
becoming an integrated and whole person” (Roy and Adrews, 1991 dalam
Nursing Theory : 261). Integritas individu dapat ditunjukkan dengan
kemampuan untuk mempertahankan diri, tumbuh, reproduksi dan “mastery”.
Asuhan keperawatan berdasarkan model Roy bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan individu dengan cara meningkatkan respon adaptifnya.
4. Keperawatan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan keperawatan menurut Roy
adalah meningkatkan respon adaptif individu dan menurunkan respon inefektif
individu, dalam kondisi sakit maupun sehat. Selain meningkatkan kesehatan di
semua proses kehidupan, keperawatan juga bertujuan untuk mengantarkan
individu meninggal dengan damai. Untuk mencapai tujuan tersebut, perawat
harus dapat mengatur stimulus fokal, kontekstual dan residual yangada pada
individu, dengan lebih menitikberatkan pada stimulus fokal, yang merupakan
stimulus tertinggi.

C. Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy


Roy mampu mengembangkan dan menggabungkan beberapa teori
sehingga dapat mengembangkan model perpaduannya. Yang hingga kini masih
menjadi pegangan bagi para perawat. Keeksistensiannya tentu memiliki sifat kuat
atau memiliki kelebihan dalam penerapan konsepnya dibanding dengan konsep
lainnya. Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah terletak pada teori
praktek dan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa mengkaji
respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis, konsep diri,
mode fungsi peran dan mode interdependensi. selain itu perawat juga bisa
mengkaji stressor yang dihadapi oleh pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan
residual, sehingga diagnosis yang dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap dan
akurat.
Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal-
hal yang menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme koping dan
effektor sebagai upaya individu untuk mengatasi stress. Sedangkan kelemahan
dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada sasarannya. Model adaptasi Roy
ini hanya berfokus pada proses adaptasi pasien dan bagaimana pemecahan
masalah pasien dengan menggunakan proses keperawatan dan tidak menjelaskan
bagaimana sikap dan perilaku cara merawat ( caring ) pada pasien. Sehingga
seorang perawat yang tidak mempunyai perilaku caring ini akan menjadi stressor
bagi para pasiennya.

D. Contoh Aplikasi Model Konsep Teori Keperawatan Sister Callista Roy


Kasus :
Tn A, usia 50 tahun, dirawat dengan keluhan Lukadikaki kanan yang timbul sejak
7 hari lalu.Tn.A mengeluhkaki kanan terasa nyeri mengeluarkan bau busuk
danterdapat nanah,Tn A malu dengan keadaannya . Saat ini iajuga mengeluh
sering BAK bahkan pada malam haripunsering mengalami BAK ( 5 kali ), Dan ia
mengatakan sudah 1tahun ini mengalami impoten.Tn.A mengatakan menderita
penyakit DM 10 tahunyang lalu ( dari status terlihat bahwa pasien sudah
menderita10 th lalu )Tn.A. mengatakan saat ini mengkonsumsi OHO tetapikadang
–kadang suka lupa dan dia menyalahkan kondisi inipada istrinya.Vital signs BP :
150/90 mmHg, RR : 20x/menit, P :76x/menit, S : 38,5C. Istri Tn.A mengatakan
akhir-akhir inisering marah –marah dan Tn A tidak patuh terhadap diet nya.Hasil
pemeriksaan terakhir kadar gula darah puasa 350mg/dl,2jam pp : 400 mg/dl.

Pengkajian Dua Level (Two-Level Assessment)


Pada kasus Tn. A, digunakan teori adaptasi Roy yang diawali dengan pengkajian
dua level.
1. Pengkajian tahap pertama
Merupakan pengkajian perilaku (behavior assessment) yang terdiri dari empat
mode :
a. Mode fisiologis
1) Oksigenasi : RR : 20 x/menit,
2) Nutrisi : menurut istrinya Tn A tidak patuh terhadapdiet nya.
3) Eliminasi : sering BAK bahkan pada malam hari pun sering
mengalami BAK ( 5 kali ).
4) Aktivitas dan Istirahat : Tn R tidak mampu berjalan,kaki terasa sakit
dan sering terbangun pada malam hari.
5) Proteksi (perlindungan) : Luka dikaki kanan timbul sejak 7 hari yang
lalu.Tn.R mengeluh kaki kanan terasa nyeri mengeluarkan bau busuk
dan terdapat nanah.
b. Mode konsep diri
1) Physical self : cemas karena perubahan fisik tetapi menerima
pengobatan, adanya penurunan libido/seksual, hubungan dan
komunikasi dengan keluarga inti dan lingkungan sekitarnya baik.
2) Personal self : Harga diri terganggu karena beban finansial dan
hospitalisasi
c. Mode fungsi peran
Tn.A mengatakan sudah 1 tahun ini mengalami impoten (berarti klien
mengalami gangguan fungsi primer sebagai seorang suami.)
d. Mode interdependensi
Tn.A. mengatakan saat ini mengkonsumsi OHO tetapi kadang –kadang
suka lupa dan klien menyalahkan kondisi ini pada istrinya. Istri Tn.A
mengatakan akhir-akhir ini sering marah –marah (terlihat perilaku Tn.A :
memiliki ketergantungan yang tinggi , kurang dapat menumbuhkan
perasaan mencintai)

2. Pengkajian tahap dua, yaitu pengkajian stimulus yang mempengaruhi


perilaku :
a. Fokal Stimuli :
Terdapat luka pada daerah kaki kanan, ada pus dan baumenyebar,S :
38,5C (mengalami infeksi)
Hasil pemeriksaan terakhir kadar gula darah puasa 350mg/dl,2jam pp :
400 mg/dl.Tn.A mengatakan menderita penyakit DM 10 tahun yang lalu
( dari status terlihat bahwa pasien sudah menderita 10 tahun lalu )
b. Contextual Stimuli
Tn.A mengatakan menderita penyakit DM 10 tahun yanglalu ( dari status
terlihat bahwa pasien sudah menderita 10 tahun lalu ), dan pasien
mengatakan sudah 1 tahun ini mengalami impoten. (stress)
c. Residual Stimuli
1) Tn.A. mengatakan saat ini mengkonsumsi OHO tetapi kadang –
kadang suka lupa.
2) Istri Tn.A mengatakan akhir-akhir ini sering marah –marah dan Tn A
tidak patuh terhadap diet nya.
Membuat pernyataan diagnosa
1. Mode Fisiologik
a. Resiko perluasan infeksi berhubungan dengan penurunan regulasi
hormonal sekunder dari penyakitnya
b. Gangguan nutrisi berhubungan dengan penurunan regulasi hormonal
sekunder dari penyakitnya.
2. Mode Konsep Diri
Physical Self : Gangguan gambaran diri berhubungan dengan luka infeksi
3. Mode Role Function
Gangguan fungsi peran berhubungan dengan penurunan fungsi seksual
4. Mode Interdependensi
Resiko terjadinya gangguan integritas keluarga berhubungan dengan
perubahan gambaran diri

Menyusun tujuan untuk meningkatkan adaptasi


1. Memfasilitasi penurunan kemampuan regulasi hormonal :berikan obat OHO
atau insulin sesuai program medis, rawat luka dengan teknik aseptik
2. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi : berikan obat OHO ataudan insulin sesuai
program medis, jelaskan tentang pentingnya kepatuahn diet untuk tubuhnya
3. Gambaran diri pasien menjadi positif : jelaskan bahwa kondisi ini terjadi juga
pada pasien lain, suport dengan nilai-nilai moral dan spiritual yg dia miliki
4. Penerimaan pasien dan istrinya tentang penurunan fungsi peran primer :
libatkan diskusi keluarga ( istri ) tentang adanya perubahan fungsi peran
primer pada pasien, jelaskan hal-hal yg dapat dilakukan untuk meningkatkan
kembali fungsi primer tersebut dengan mengembangkan nilai-etikal dan
spiritual pada pasien dan istri.
5. Integritas keluarga tetap adekuat : sediakan waktu untuk berdialaog dengan
pasien dan keluarga, berikan kesadaran bahwa perubahan emosi yang terjadi
pada pasien adalah sesuatu yang bisa diantisipasi, kembangkan nilai kecintaan
yang positif yang dimiliki keluarga

Mengimplementasi intervensi yang ditujukan untuk menangani stimulus


sehingga dapat meningkatkan adaptasi

Mengevaluasi pencapaian tujuan


1. Infeksi hilang : luka busuk dan bernanah hilang, integritaskulit kembali utuh
2. Gambaran diri tetap positip : pasien tidak merasa maludengan lingkungannya
3. Pasien nampak menerima perubahan fungsi primer : lebi hrelaks, tidak sering
marah
4. Integritas keluarga tetap adekuat : pasien tidak seringmarah, istrinya tetap
menjag pasien

Anda mungkin juga menyukai