Anda di halaman 1dari 22

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Latar belakang teori


Sister Callista Roy adalah anggota dari sister of Saint Joseph of Carondolet
yang lahir pada 14 Oktober 1939 di Los angeles, California. Dia menerima gelar S1
Keperawatan pada tahun 1963 dari Mount Saint Mary’s College di los angeles dan
menyelesaikan master keperawatan di universitas California Los Angeles tahun 1966.
Setelah menyelesaikan pendidikan keperawatan, Roy memulai pendidikan di bidan
sosiologi, dan menyelesaikan master pada tahun 1973 dan doktoral 1977 di
Universitas California. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy
tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep
adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan
keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja
adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis ± psikologis. Untuk memulai
membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi
dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan
individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu: fokal
stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan
terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy
juga mengadaptasi nilai “Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari
konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut
Roy, humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping
manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang masih berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-
ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic
( 1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi
sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan
penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai
dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak
saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk
mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga
memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977
menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan
model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan
profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan
dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telahmembantu perkembangan
kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manausia dan spirit. Keyakinan
filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.

2.2. Definisi dan Konsep Mayor


a. Sistem
Sistem adalah satu set bagian yang dihubungkan untuk berfungsi sebagai
keseluruhan untuk tujuan tertentu dan bekerja berdasarkan saling
ketergantungan bagian-bagiannya. (Roy & Andrew, 1999). Agar menjadi
keseluruhan dan bagiannya berhubungan “sistem juga memiliki input, output
dan kontrol dan proses umpan balik”
b. Tingkat adaptasi/level adaptasi
“Tingkat adaptasi memperlihatkan kondisi proses kehidupan yang dijelaskan
pada tiga tingkat yang terpadu, kompensasi, dan berkompromi” (Roy &
Andrew, 1999).tingkat adaptasi seseorang merupakan titik yang berubah
secara konstan, dibentuk oleh fokal, kontekstual dan stimuli residual, yang
memperlihatkan standar rata- rata pribadi seseorang yang berespon dengan
respon adaptif biasa (Roy, 1984).
c. Masalah Adaptasi
Masalah adaptasi adalah "wilayah luas yang menjadi perhatian berkaitan
dengan adaptasi”. Memperlihatkan kesulitan berhubungan dengan indikator
positif” (Roy & Andrew, 1999).
d. Stimulus fokal
Fokal stimulus adalah “stimulus eksternal dan internal yang dengan segera
dilawan oleh sistem manusia”
e. Stimulus kontekstual
Stimulus kontekstual adalah semua stimulus lain yang diperlihatkan pada
situasi yang berkontribusi pada efek dari stimulus fokal. Juga merupakan
stimulus lain yang dialami seseorang, dan baik stimulus internal maupun
eksternal, yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan observasi,
diukur secara subjektif.
f. Stimulus residual
Stimulus residual adalah faktor lingkungan dengan atau tanpa sistem
manusia dengan efek pada saat ini yang tidak jelas.
g. Proses koping
Proses koping adalah cara yang asli atau didapat untuk berinteraksi dengan
perubahan lingkungan.
h. Mekanisme koping asli/ bawaan
Mekanisme yang secara genetik ditentukan atau umum pada spesies dan
umumnya dipandang sebagai proses otomatis, manusia tidak harus berpikir
tentang itu.
i. Mekanisme koping yang didapat
Mekanisme yang dikembangkan melalui strategi yaitu belajar. Pengalaman
yang dihadapi sepanjang hidup berkontribusi terhadap respon biasa terhadap
rangsangan tertentu.
j. Regulator sub sistem
Regulator adalah proses koping mayor yang meliputi 4 chanel kognitif –
emotif: persepsi dan proses informasi, belajar, pertimbangan dan emosi.
k. Respon adaptif
Respon adaptif adalah sesuatu yang mendukung integritas dalam hal tujuan
dari sistem manusia.
l. Respon inefektif
Sesuatu yang tidak berkontribusi terhadap integritas dalam hal tujuan dari
sistem manusia.
m. Proses integrasi hidup
Adalah tingkat adaptasi pada struktur dan fungsi dari proses kehidupan
yang bekerja secara menyeluruh untuk menemukan kebutuhan manusia.
n. Model fisiologis dan fisik
Model fisiologis dan fisik adalah asosiasi proses fisik dan kimia yang
meibatkan fungsi dan aktifitas organisme hidup. Lima kebutuhan yang
diidentifikasi pada model fisiologis – fisik relatif pada kebutuhan dasar
integritas fisik : (1) oksigenasi (2) nutrisi (3) eliminasi (4) aktifitas dan
istirahat (5) perlindungan. Proses kompleks yang melibatkan perasaan ;
cairan, elektrolit dan keseimbangan asam basa; fungsi neurologis dan fungsi
endokrin berkontribusi pada adaptasi fisiologis. Kebutuhan dasar dari model
fisiologis adalah integritas fisiologis.
1. Oksigenasi: menggambarkan pola penggunaan oksigen berhubungan
dengan respirasi dan sirkulasi.Karena oksigen berperan sangat penting
dalam proses metabolisme sel.
2. Nutrisi: menggambarkan substansi organik dan non organik yang
ditemukan dalam makanan yang diperlukan oleh tubuh.
3. Eliminasi: menggambarkan pola eliminasi normal (menghitung berapa
intake dan output normal).
4. Aktifitas dan istirahat: menggambarkan pola aktivitas, latihan, istirahat
dan tidur sehari-hari. Karena dengan bergerak, tubuh menjdi sehat, sistem
pernapasan berfungsi dengan baik dan metabolisme tubuh pun dapat
optimal.
5. Integritas kulit: menggambarkan pola fungsi fisiologis kulit.
6. Indera: menggambarkan fungsi sensori perseptual dengan panca indera
itu.
7. Cairan dan elektrolit: menggambarkan proporsi cairan dan elektrolit yang
tepat.
8. Fungsi neurologis: menggambarkan pola control neurologist, pengaturan
dan intelektual.
9. Fungsi endokrin: nggambarkan pola control dan pengaturan termasuk
respon stress dan sistem reproduksi
o. Model konsep diri – grup identitas
Konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal
pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang lain.
p. Model peran fungsi
Fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan
bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola itu.
q. Model interdependen
Interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola
tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara
interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok. Berfokus pada
hubungan yang dekat pada seseorang (individu dan kelompok)
r. Persepsi
Persepsi adalah interpretasi dari stimulus dan apresiasinya secara sadar.

2.3 Penjelasan Skema/Bagan/Model konseptual

Input Control process Efektor Output

Fungsi fisiologis
Stimuli adaptation Mekanisme Konsep diri Adaptif dan
level koping Fungsi peran respon inefektif
Regulator Interdependen
Kognator

Feed back
Bagan 2.1 Person As An Adaptive System

Sistem adalah suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai


kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-
bagiannya. Sistem terdiri dari proses input, output, kontrol dan umpan balik ( Roy,
1991 ), dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan
informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon,
dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan stimulus
residual.
a) Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang,
efeknya segera, misalnya infeksi .
b) Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi,
diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara
bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal
seperti anemia, isolasi sosial.
c) Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi
yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat
individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses
belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang
toleransi tetapi ada yang tidak.
2. Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang
di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang
merupakan subsistem.
a) Subsistem regulator
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan
output. Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator
sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon neural
dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari
regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku
regulator subsistem.
b) Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku
output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk
kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak
dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses
informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat
dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement
(penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah
dan pengambilan keputusan adalah proses internal yang berhubungan dengan
penilaian atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari
keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang.
3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau secara
subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku ini
merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai
respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif dapat
meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bila
seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan
kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon
yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan proses
kontrol seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme koping diwariskan
atau diturunkan secara genetik (misal sel darah putih) sebagai sistem pertahanan
terhadap bakteri yang menyerang tubuh. Mekanisme yang lain yang dapat dipelajari
seperti penggunaan antiseptik untuk membersihkan luka. Roy memperkenalkan
konsep ilmu Keperawatan yang unik yaitu mekanisme kontrol yang disebut Regulator
dan Kognator dan mekanisme tersebut merupakan bagian sub sistem adaptasi.
2.4 Asumsi mayor
1. Adaptasi
Dalam memahami konsep model ini, Callista Roy mengemukakan konsep
keperawatan dengan model adaptasi yang memiliki beberapa pandangan atau
keyakinan serta nilai yang dimilikinya diantaranya:
1. Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi dan social yang selalu berinteraksi
dengan lingkungannya.
2. Untuk mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi, seseorang harus
beradaptasi sesuai dengan perubahan yang terjadi.
3. Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh Roy,
diantaranya:
a. Fokal stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang
dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap seseorang individu.
b. Kontekstual stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang, dan
baik stimulus internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi,
kemudian dapat dilakukan observasi, diukur secara subjektif.
c. Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan cirri tambahan
yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan
lingkungan yang sukar dilakukan observasi.
4. Sistem adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya:
a. Pertama, fungsi fisiologis, komponen sistem adaptasi ini yang adaptasi
fisiologis diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat,
integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi
endokrin.
b. Kedua, konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang
mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain.
c. Ketiga, fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan
dengan bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi
social dalam berhubungan dengan orang lain
d. Keempat, interdependen merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-
pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara
interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.
5. Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi agar
mampu melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan,
reproduksi dan keunggulan sehingga proses ini memiliki tujuan meningkatkan
respon adaptasi.
Teori adaptasi suster Callista Roy memandang klien sebagai suatu sistem
adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu
seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep
diri, fungsi peran, dan hubungan interdependensi selama sehat dan sakit
(Marriner-Tomery,1994). Kebutuhan asuhan keperawatan muncul ketika klien
tidak dapat beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan internal dan eksternal.
Seluruh individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut:
1. Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar
2. Pengembangan konsep diri positif
3. Penampilan peran sosial
4. Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan
Perawat menetukan kebutuhan di atas menyebabkan timbulnya masalah bagi
klien dan mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap hal tersebut.
Kemudian asuhan keperawatan diberikan dengan tujuan untuk membantu klien
beradaptasi.
2. Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan
kebutuhan dasar dan diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang
mengalami gangguan fisik, psikis dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan
yang optimal.
Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon
adaptasi berhubungan dengan empat mode respon adaptasi. Perubahan internal dan
eksternal dan stimulus input tergantung dari kondisi koping individu. Kondisi koping
seseorang atau keadaan koping seseorang merupakan tingkat adaptasi seseorang.
Tingkat adaptasi seseorang akan ditentukan oleh stimulus fokal, kontekstual, dan
residual. Fokal adalah suatu respon yang diberikan secara langsung terhadap
ancaman/input yang masuk. Penggunaan fokal pada umumnya tergantung tingkat
perubahan yang berdampak terhadap seseorang. Stimulus kontekstual adalah semua
stimulus lain seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi
dan dapat diobservasi, diukur, dan secara subjektif disampaikan oleh individu.
Stimulus residual adalah karakteristik/riwayat dari seseorang yang ada dan timbul
releva dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.
3. Person (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)
Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan individu, keluarga,
kelompok, komunitas atau sosial. Masing-masing dilakukan oleh perawat sebagai
system adaptasi yang holistik dan terbuka. Sistem terbuka tersebut berdampak
terhadap perubahan yang konstan terhadap informasi, kejadian, energi antara system
dan lingkungan. Interaksi yang konstan antara individu dan lingkungan dicirikan oleh
perubahan internal dan eksternal. Dengan perubahan tersebut individu harus
mempertahankan intergritas dirinya, dimana setiap individu secara kontinyu
beradaptasi.
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai
sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan yang
mempunyai input, kontrol, out put dan proses umpan balik. Proses kontrol adalah
mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara- cara adaptasi. Lebih spesifik
manusia didefenisikan sebagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan
regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara adaptasi yaitu :
fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Dalam model
adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka
dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan.
Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem,
jadi manusia dilihat sebagai satu-kesatuan yang saling berhubungan antara unit
fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan.
Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan
dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau
stimulus termasuk variabel standar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat
dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat
adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan
usaha-usaha yang biasa dilakukan. Proses kontrol manusia sebagai suatu sistem
adaptasi adalah mekanisme koping. Dua mekanisme koping yang telah diidentifikasi
yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan kognator
digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor atau cara-cara
adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen.
Empat fungsi mode yang dikembangkan oleh Roy terdiri dari:
a) Fisiologis
(1) Oksigenasi: menggambarkan pola penggunaan oksigen berhubungan dengan
respirasi dan sirkulasi.
(2) Nutrisi: menggambarkan pola penggunaan nutrient untuk memperbaiki
kondisi tubuh dan perkembangan.
(3) Eliminasi: menggambarkan pola eliminasi.
(4) Aktivitas dan istirahat: menggambarkan pola aktivitas, latihan, istirahat dan
tidur.
(5) Integritas kulit: menggambarkan pola fungsi fisiologis kulit.
(6) Rasa/senses: menggambarkan fungsi sensori perceptual berhubungan
dengan panca indera
(7) Cairan dan elektrolit: menggambarkan pola fisiologis penggunaan cairan
dan elektrolit
(8) Fungsi neurologist: menggambarkan pola control neurologist, pengaturan
dan intelektual
(9) Fungsi endokrin: menggambarkan pola control dan pengaturan termasuk
respon stress dan system reproduksi
b) Konsep Diri (Psikis)
Model konsep ini mengidentifikasi pola nilai, kepercayaan dan emosi yang
berhubungan dengan ide diri sendiri. Perhatian ditujukan pada kenyataan
keadaan diri sendiri tentang fisik, individual, dan moral-etik
c) Fungsi Peran (Sosial)
Fungsi peran mengidentifikasi tentang pola interaksi social seseorang
berhubungan dengan orang lain akibat dari peran ganda.
d) Interdependen
Interdependen mengidentifikasi pola nilai-nilai manusia, kehangatan, cinta dan
memiliki. Proses tersebut terjadi melalui hubungan interpersonal terhadap
individu maupun kelompok.
4. Kesehatan
Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari meninggal sampai
tingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu keadaan dan
proses dalam upaya dan menjadikan dirinya secara terintegrasi secara keseluruhan,
fisik, mental dan sosial. Integritas adaptasi individu dimanifestasikan oleh
kemampuan individu untuk memenuhi tujuan mempertahankan pertumbuhan dan
reproduksi.
Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradapatasi
terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi sehat dan
sakit sangat individual dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang dalam
beradaptasi (koping) tergantung dari latar belakang individu tersebut dalam
mengartikan dan mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan,
pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain.
5. Lingkungan
Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari
internal dan eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dari
perilaku seseorang dan kelompok. Lingkunan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi,
ataupun psikologis yang diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman.
Sedangkan lingkungan internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu
(berupa pengalaman, kemampuan emosioanal, kepribadian) dan proses stressor
biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu.manifestasi
yang tampak akan tercermin dari perilaku individu sebagai suatu respons. Dengan
pemahaman yang baik tentang lingkungan akan membantu perawat dalam
meningkatkan adaptasi dalam merubah dan mengurangi resiko akibat dari lingkungan
sekitar.
FORMAT PENGKAJIAN

Pengkajian Tahap 1
Pengkajian tanggal : Jam :
Tanggal MRS : No. RM :
Ruang/Kelas : Dx. Masuk :

I. IDENTITAS
Identitas Anak Identitas Orang Tua
Nama : Nama Ayah :
Usia : Pekerjaan Ayah :
Jenis Kelamin : Pendidikan :
Diagnosa Medis : Agama :
Sumber Informasi : Suku Bangsa :
Alamat : Alamat :

II. RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN


Keluhan Utama :
Riwayat MRS :
Riwayat kesehatan klien
Penyakit yang pernah diderita :

Demam Batuk / pilek

Mimisan Lain2 :

Kejang

Operasi (tahun : )
Jenis:
Orang terdekat :

Riwayat kesehatan keluarga


Penyakit yang diderita keluarga :

Lingkungan rumah dan komunitas :

Perilaku yang mempengaruhi kesehatan :

Pola pikir keluarga tentang penyakit :

REVIEW OF SYSTEM
Keadaan umum : Baik Sedang Lemah
Kesadaran : Compos mentis Somnolen Stupor
Koma
Tanda vital : TD : mmHg N : x/menit
S : oC RR : x/mnt
Masalah keperawatan :-

III. MODEL FISIOLOGIS dan FISIK


1. Oksigenasi

Bentuk dada : Normal Tidak normal, jenis:


Pola nafas : Teratur Tidak teratur
Jenis : Dispnoe Kusmaul Ceyne Stokes Lain-lain :
Suara nafas : Vesikuler Wheezing Stridor Ronchi Lain-lain :
Sesak : Ya Tidak
Batuk : Ya Tidak
Produktif : Ya Tidak
Retraksi otot bantu nafas : Ada Tidak ada
ICS Supraklavikular Suprasternal
Substernal Intraklavikula
Alat bantu pernafasan : Ada Tidak ada
Nasal Masker Respirator
Flow : …………… Lpm
Lain-lain :
Masalah keperawatan : -
2. Nutrisi

Sebelum MRS Selama MRS


Nafsu makan Baik Baik
Tidak Tidak
Pola makan
Minum Jenis : Jenis :
Jumlah : Jumlah :
Menu makanan

Pantangan makanan :
BB saat ini : 43Kg BB sebelum sakit : 45Kg
TB : 150 cm LK : …..cm LLA : ……cm

Nafsu makan : Baik Menurun Frekuensi :


3x/hari Mual Muntah
Warna : Konsistensi : Jumlah :
Porsi makan : Habis Tidak habis
Keterangan : habis 4 sendok
Minum : Jumlah : 750 cc/hr Jenis : air putih
Mulut dan tenggorokan :
Mulut : Bersih Kotor Berbau
Mukosa : Lembab Kering
Stomatitis
Tenggorokan : Sakit menelan/nyeri tekan Kesulitan
menelan Pembesaran tonsil Lain-lain :
Abdomen :
Tegang Kembung Asites
Nyeri tekan, Lokasi : hepar
Peristaltik : x/mnt
Pembesaran hepar : Ya Tidak
Pembesaran lien : Ya Tidak
Lain-lain :

Masalah keperawatan :

3. Eliminasi
a. E. Uri
Kebersihan : Bersih Kotor

Urin : Jumlah : 750 cc/hari Warna : kuning jernih Bau : khas urin
Nyeri saat BAK : Ya Tidak
Alat bantu (kateter, dll) :
Keadaan :
Kandung kemih :
Membesar : Ya Tidak
Nyeri tekan : Ya Tidak
Bentuk alat kelamin : Normal Tidak normal, jelaskan :
Uretra : Normal Hipospadia/Epispadia
Gangguan : Anuria Oliguria Retensi
Inkontinensia Nokturia Lain-lain :
Lain-lain :

b. E. Fekel
Buang air besar :
Teratur : Ya Tidak
Frekuensi : 3 hari sekali
Nyeri saat BAB : Ya Tidak
Konsistensi : padat Bau : khas feses
Warna : kuning

Masalah keperawatan :-

4. Aktifitas dan istirahat

Mandi : sabin 1 x/hr Sikat gigi : - x/hr


Keramas : belum keramas Memotong kuku : belum
Ganti pakaian : 1 x/hr Tidur :6 jam / hari
Bantuan : Ya Tidak
Minimal Partial Total
Gangguan tidur : sering terbangun karena nyeri
Kebiasaan sebelum tidur : -
Masalah keperawatan :

5. Integritas kulit

Kulit :
Warna : Ikterus Sianosis Kemerahan Pucat
Hiperpigmentasi
Lokasi Sianosis : Perifer Sentral
Turgor : Baik Sedang Jelek
Odema : Ada Tidak ada Lokasi :
Luka : Ada Tidak ada
Lokasi :
Keadaan luka :
Lain-lain :
Masalah keperawatan :

6. Indera
a. Penglihatan (mata)
Pupil : Isokor Anisokor Lain-lain :
Sclera/konjungtiva : Anemis Ikterus
Gangguan penglihatan : Ya Tidak
Jenis :
Secret : Ya Tidak Lokasi :
Lain-lain :
b. Pendengaran (telinga)
Gangguan pendengaran : Ya Tidak Jelaskan :
Cairan abnormal : Ada Tidak ada
Jenis : Jumlah : Banyak Sedikit
Lain – lain :
c. Pengecap (lidah)
Keadaan lidah : Bersih Kotor
Lain – lain :
d. Penciuman (hidung)
Keadaan hidung : Normal Tidak normal
Lain – lain :

Masalah keperawatan :-

7. Cairan dan elektrolit


Input :
Minum : 750 cc / hari Jenis : air putih
Infus : Jenis : RL Tetesan : 21 tpm (500 cc/hari)
Total input: 1250 cc/hari
Output :
IWL : 650 cc/hari
BAK : 750 cc / hari
BAB : ………. Cc / hari (diare)
Muntah : ……… cc/ hari
Perdarahan : …………cc
Total output : 1400 cc/hari
Balance cairan : Seimbang Tidak seimbang (deficit/excess)

Hasil laboratorium elektrolit : -


Lain – lain : -

Masalah keperawatan :

8. Fungsi neurologis

GCS : Eye : 4 Verbal : 5 Motorik : 6 Total : 15


Refleks fisiologis : Patella Triseps Biseps
Lain-lain :
Refleks patologis : Kaku kuduk Babinsky Budzinsky
Kernig
Lain-lain :
Masalah keperawatan :-

9. Fungsi endokrin

Tyroid : Membesar : Ya Tidak


Hiperglikemi : Ya Tidak
Hipoglikemi : Ya Tidak
Luka Gangren : Ya Tidak
Lain-lain :
Masalah keperawatan :

10. Fungsi musculoskeletal

Kemampuan pergerakan sendi : Bebas Terbatas


Kekuatan otot : 4 4

4 4
Fraktur : Ada Tidak ada
Jenis : Lokasi :
Lain – lain : nyeri pada tulang dan persendian seperti ditusuk-tusuk, skala 6,
muncul setiap saat.

Masalah Keperawatan :

IV. RIWAYAT PSIKO – SOSIO – SPIRITUAL (adaptasi konsep diri, fungsi


peran dan interdependen)

Ekspresi afek dan emosi : Senang Sedih Menangis Cemas


Marah Diam Takut
Lain-lain :
Hubungan dengan orang lain:
Konsep Diri (pola nilai, kepercayaan, emosi):
Fungsi peran:
Interdependen:
Dampak hospitalisasi

Masalah keperawatan :

V. HASIL LAB
VI. DATA PENUNJANG (FOTO, USG, DLL)
VII.TERAPI / TINDAKAN LAIN
VIII. DAFTAR PRIORITAS MASALAH
IX. DIAGNOSA
X. INTERVENSI KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA
INTERVENSI
HASIL

NERS

( )

Pengkajian Tahap 2
a. Stimulus fokal
Klien mengatakan cemas akan terapi yang akan dijalani dan takut dengan
efek samping yang ditimbulkan. Kecemasan yang tidak segera diatasi dapat
menurunkan imunitas tubuh dan berdampak pada tingkat keberhasilan terapi.
b. Stimulus kontekstual
Kurangnya pengetahuan pada klien dan keluarga menyebabkan klien
cemas dan takut untuk menjalani kemoterapi. Perlu adanya peran perawat untuk
memberikan edukasi dan motivasi kepada klien agar klien lebih kooperatif
dalam menjalani kemoterapi.
c. Stimulus residual
Jika pasien mampu melakukan mobilisasi dini kemungkinan untuk
sembuh dapat berjalan lebih cepat. Pasien belum pernah mengalami faktur
sebelumnya dan perlu peningkatan pengetahuan agar pasein dapat segera
beradaptasi terhadap proses penyembuhan dari luka yang dialaminya.

Anda mungkin juga menyukai