Anda di halaman 1dari 12

C Konsep Model Konsep Adaptasi Sister Callista Roy

1. Pengertian Model Keperawatan Adaptasi Roy


Model keperawatan adaptasi Roy adalah model keperawatan yang bertujuan
membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis,
konsep diri, fungsi peran, dan hubungan interdependensi selama sehat sakit (Marriner-
Tomery, 1994). Teori adaptasi Callista Roy memandang klien sebagai suatu system
adaptasi. Model adaptasi Roy menguraikan bahwa bagaimana individu mampu
meningkatkan kesehatannya dengan cara memepertahankan perilaku secara adaptif
karena menurut Roy, manusia adalah makhluk holistic yang memiliki sistem adaptif
yang selalu beradaptasi.

2. Konsep Mayor Kerangka Konseptual Model Adaptasi Roy


Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual model adaptasi roy adalah:
a Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan dan
membentuk satu kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input, control,
proses, output, dan umpan balik.
b Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal,
konstektual dan residual dengan standar individual, sehingga manusia dapat
berespon adaptif sendiri.
c Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadap
penurunan atau peningkatan kebutuhan.
d Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara langsung
mengharuskan manusia berespon adaptif. Stimulus fokal adalah presipitasi
perubahan tingkah laku.
e Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan
memberikan konstribusi terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkan atau
dirangsang oleh stimulus fokal.
f Stimulus residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikan konstribusi
terhadap perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat di validasi.
g Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik
melalui neural, cemikal, dan proses endokrin.
h Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses
yang kompleks dari persepsi informasi, mengambil, keputusan dan belajar.
i Model efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi pean,
interdependensi dan konsep diri.
j Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia dalam
mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan
reproduksi.
k Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana
proses adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan dan elektrolit, aktivits dan
istirahat, eliminasi, nutrisi, sirkulasi dan pengaturan terhadap suhu, sensasi, dan
proses endokrin.
l Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu dalam
satu waktu berbentuk : persepsi, partisipasi, terhadap reaksi orang lain dan tingkah
laku langsung. Termasuk pandangan terhadap fisiknya (body image dan sensasi
diri) Kepribadian yang menghasilkan konsistensi diri, ideal diri, atau harapan diri,
moral dan etika pribadi.
m Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungan dengan
tugasnya di lingkungan social.
n Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang penting dan
sebagai support sistem. Di dalam model ini termasuk bagaimana cara memelihara
integritas fisik dengan pemeliharaan dan pengaruh belajar.

3. Asumsi Dasar Model Adaptasi Roy


a Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-menerus
berinteraksi dengan lingkungan.
b Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-
perubahan biopsikososial.
c Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan untuk
beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua
rangsangan baik positif maupun negatif.
d Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, jika
seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai
kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif.
e Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari
kehidupan manusia.
4. Komponen System dalam Model Adaptasi Roy
System adalah suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan
untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-
bagiannya. System dalam model adaptasi Roy sebagai berikut ( Roy, 1991 ) :
a. Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan
informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan
respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan
stimulus residual.
1) Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang,
efeknya segera, misalnya infeksi .
2)   Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi,
diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara
bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal
seperti anemia, isolasi sosial.
3)   Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi
yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat
individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses
belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang
toleransi tetapi ada yang tidak.
b. Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di
gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang
merupakan subsistem.
1) Subsistem regulator.
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan
output. Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator
sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon
neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku
output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai
sebagai perilaku regulator subsistem.
2)  Subsistem kognator.
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku
output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk
kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak
dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses
informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat
dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement
(penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah
dan pengambilan keputusan adalah proses internal yang berhubungan dengan
penilaian atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari
keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang.
c. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau secara
subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku ini
merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem
sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang
adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat
terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan
dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan.
Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.
d. System adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya:
1) Pertama, fungsi fisiologis, komponen system adaptasi ini yang adaptasi
fisiologis diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat,
integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi
endokrin.
2) Kedua, konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang
mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain.
3) Ketiga, fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan
dengan bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi social
dalam berhubungan dengan orang lain
4) Keempat, interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-
pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara
interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.
Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi agar mampu
melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan, reproduksi
dan keunggulan sehingga proses ini memiliki tujuan meningkatkan respon
adaptasi.
Teori adaptasi suster Callista Roy memandang klien sebagai suatu system
adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu
seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri,
fungsi peran, dan hubungan interdependensi selama sehat dan sakit (Marriner-
Tomery,1994). Kebutuhan asuhan keperawatan muncul ketika klien tidak dapat
beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan internal dan eksternal. Seluruh
individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut:
1. Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar
2. Pengembangan konsep diri positif
3. Penampilan peran social
4. Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan
Perawat menetukan kebutuhan di atas menyebabkan timbulnya masalah bagi klien
dan mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap hal tersebut.Kemudian asuhan
keperawatan diberikan dengan tujuan untuk membantu klien beradaptasi.

5. Konsep Keperawatan dengan Model Adaptasi Roy


Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan adalah : (1)
manusia; (2) Lingkungan; (3) kesehatan; (4) keperawatan. Unsur keperawatan terdiri
dari dua bagian yaitu tujua keperawatan dan aktivitas keperawatan, juga termasuk
dalam elememn penting pada konsep adaptasi.
a. Manusia
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai
sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan
yang mempunyai input, control, output, dan proses umpan balik. Proses control
adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara adaptasi. Lebih
spesifik manusia di definisikan sabagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas
kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara
adaptasi yaitu : fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi.

Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang
hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan
perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam
istilah karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagai menerima masukan dari
lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus
termasuk variable satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit fungsional
secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai
suatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses control
dan umpan balik serta output.

Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan satandar yang
berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah
stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang
stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya
dilakukan.

Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping
yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator.
Regulator dan kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam hubunganya
terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi
peran dan interdependensi.
1) Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi
untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode
fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi
fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
a) Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu
ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
b) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti
jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
c) Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan
ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991)
d) Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan
istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam
memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh.
(Cho,1984 dalam Roy, 1991).
e) Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses
imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini
penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu.
(Sato, 1984 dalam Roy 1991).
f) The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri
penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984,
dalam Roy, 1991).
g) Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi
sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).
h) Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan
bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka
mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan
tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur
aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
i) Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan
fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh.
Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress
dan merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine
dalam Roy,1991).
2) Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik
pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini
berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan
ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu
the physical self dan the personal self.
a).The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan
pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah
operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
b).The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral-
etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau
takut merupakan hal yang berat dalam area ini.
3) Mode fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola - pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer,
sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan
dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya .
4) Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh
Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/
kasih sayang, perhatian dan saling menghargai. Interdependensi yaitu
keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima
sesuatu untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk
afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan
berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat
dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan
menerima.

Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif.
Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan
integritas, sedangkan respon yang tidak efektif atau maladaptif itu
mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik respon-respon
memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia sebagai suatu sistem.
Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping
dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan biologis,
psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah gambaran respon yang
kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan organ
endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang kaitannya
dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses
informasi, pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk
didalamnya mempertahankan untuk mencari bantuan.

b Konsep sehat;
Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari meninggal sampai
tingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu keadaan
dan proses dalam upaya dan menjadikan dirinya secara terintegrasisecara
keseluruhan, fisik, mental dan social. Integritas adaptasi individu dimanifestasikan
oleh kemampuan individu untuk memenuhi tujuan mempertahankan pertumbuhan
dan reproduksi.

Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradapatasi terhadap


rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu.Kondisi sehat dan sakit
sangat individual dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang dalam
beradaptasi (koping) tergantung dari latar belakang individu tersebut dalam
mengartikan dan mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan,
pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain.

c. Konsep lingkungan;
Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari internal
dan eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dari
perilaku seseorang dan kelompok. Lingkunan eksternal dapat berupa fisik,
kimiawi, ataupun psikologis yang diterima individu dan dipersepsikan sebagai
suatu ancaman. Sedangkan lingkungan internal adalah keadaan proses mental
dalam tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan emosioanal, kepribadian)
dan proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh
individu.manifestasi yang tampak akan tercermin dari perilaku individu sebagai
suatu respons. Dengan pemahaman yang baik tentang lingkungan akan membantu
perawat dalam meningkatkan adaptasi dalam merubah dan mengurangi resiko
akibat dari lingkungan sekitar.

d Keperawatan;
Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan kebutuhan
dasar dan diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang mengalami
gangguan fisik, psikis dan social agar dapat mencapai derajat kesehatan yang
optimal.
Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon
adaptasi berhubungan dengan empat mode respon adaptasi. Perubahan internal
dan eksternal dan stimulus input tergantung dari kondisi koping individu. Kondisi
koping seseorang atau keadaan koping seseorang merupakan tingkat adaptasi
seseorang. Tingkat adaptasi seseorang akan ditentukan oleh stimulus fokal,
kontekstual, dan residual. Fokal adalah suatu respon yang diberikan secara
langsung terhadap ancaman/input yang masuk.Penggunaan fokal pada umumnya
tergantung tingkat perubahan yang berdampak terhadap seseorang. Stimulus
kontekstual adalah semua stimulus lain seseorang baik internal maupun eksternal
yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan secara subjektif
disampaikan oleh individu. Stimulus residual adalah karakteristik/riwayat dari
seseorang yang ada dan timbul releva dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit
diukur secara objektif.

Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan


proses keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi
pengkajian tahap pertama dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi,
langkah-langkah tersebut sama dengan proses keperawatan secara umum.
1). Pengkajian
Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu
pengkajian tahap I dan pengkajian tahap II.
Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data tentang perilaku klien sebagai
suatu system adaptif berhubungan dengan masing-masing mode adaptasi:
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan ketergantungan. Oleh karena itu
pengkajian pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku,yaitu pengkajian
klien terhadap masing-masing mode adaptasi secara sistematik dan holistic

Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola perubahan perilaku


klien tentang ketidakefektifan respon atau respon adaptif yang memerlukan
dukungan perawat.Jika ditemukan ketidakefektifan respon (mal-adaptif),
perawat melaksanakan pengkajian tahap kedua.Pada tahap ini, perawat
mengumpulkan data tentang stimulus fokal, kontekstual dan residual yang
berdampak terhadap klien. Menurut Martinez, factor yang mempengaruhi
respon adaptif meliputi: genetic; jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-
obatan, alcohol, merokok, konsep diri, fungsi peran, ketergantungan, pola
interaksi social; mekanisme koping dan gaya, strea fisik dan emosi;
budaya;dan lingkungan fisik

2). Perumusan diagnosa keperawatan


Roy mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan:
a). Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan
berhubungan dengan 4 mode adaptif .dalam mengaplikasikan diagnosa ini,
diagnosa pada kasus Tn. Smith adalah “hypoxia”.
b). Menggunakan diagnosa dengan pernyataan/mengobservasi dari perilaku
yang tampak dan berpengaruh tehadap stimulusnya. Dengan menggunakan
metode diagnosa ini maka diagnosanya adalah “nyeri dada disebabkan oleh
kekurangan oksigen pada otot jantung berhubungan dengan cuaca lingkungan
yang panas”
c). Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode berhubungan
dengan stimulus yang sama, yaitu berhubungan Misalnya jika seorang petani
mengalami nyeri dada, dimana ia bekerja di luar pada cuaca yang panas. Pada
kasus ini, diagnosa yang sesuai adalah “kegagalan peran berhubungan dengan
keterbatasan fisik (myocardial) untuk bekerja di cuaca yang panas”

3). Intervensi keperawatan


Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah
ataumemanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya
juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam koping secara luas, supaya
stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada klien, sehinga total stimuli
berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat.
Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal,
dengan menggunakan koping yang konstruktif.Tujuan jangka panjang harus
dapat menggambarkan penyelesaian masalah adaptif dan ketersediaan energi
untuk memenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan, pertumbuhan,
reproduksi).Tujuan jangka pendek mengidentifikasi harapan perilaku klien
setelah manipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual.

4) Implementasi
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah atau
memanipulasi fokal, kontextual dan residual stimuli dan juga memperluas
kemampuan koping seseorang pada zona adaptasi sehinga total stimuli
berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat.

e). Evaluasi
Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan tujuan keperawatan
yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan
pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya
adaptasi pada individu.

Anda mungkin juga menyukai