Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia balita yang merupakan periode emas pertumbuhan dan
perkembangan, ini memerlukan pengasuhan yang tepat dari orang tuanya.
Muhyidin (2003) menyebutkan bahwa mengasuh anak merupakan interaksi antara
orang tua dan anak. Yusniah (2008) menemukan bahwa semakin demokratis pola
asuh orang tua maka akan semakin tinggi prestasi belajar siswa. Hockenbery dan
Wilson (2009) menyebutkan mempengaruhi dalam mengasuh anak dan
perkembangan anak pada umumnya. Adapun teori keperawatan adalah model
teori keperawatan menurut Sister Calista Roy yang menyebutkan bahwa
perubahan lingkungan akan menstimulasi seseorang untuk melakukan respon
adaptasi. Respon adaptasi menurut Roy ini meliputi adaptasi fisiologis, adaptasi
dalam konsep diri, adaptasi dalam fungsi peran dan adaptasi saling
kebergantungan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah dari Callista Roy ?
2. Bagaimanakah filosofy dari model konsep keperawatan Callista Roy ?
3. Bagaimanakah proses adaptasi pada anak sesuai tahap perkembangan ?
4. Apasajakah masalah - masalah psikologi pada anak yang sering terjadi
5. Apasajakah masalah - masalah psikologi pada anak yang sering terjadi ?

C. Tujuan
- Umum
1. Untuk mengetahui model konsep keperawatan Callista Roy dan
tindakan orangtua kepada anaknya.
- Khusus
1. Untuk mengetahui sejarah dari Callista Roy.
2. Untuk mengetahui filosofy dari model konsep keperawatan Callista
Roy.

1
3. Untuk mengetahui proses adaptasi pada anak sesuai tahap
perkembangan
4. Untuk mengetahui masalah - masalah psikologi pada anak yang sering
terjadi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah
Roy lahir pada tanggal 14 Oktober 1939 di Los Angeles, California. Roy
menyelesaikan pendidikan Diploma Keperawatan pada tahun 1963 di Mount Saint
Marys College, Los Angeles dan menyelesaikan Master Keperawatan di
California University pada tahun 1966. Roy menyelesaikan PhD Sosiologi pada
tahun 1977 di Universitas yang sama. Roy bersama Dorothy E. Johnson
mengembangkan teori model konseptual keperawatan. Ketika bekerja sebagai
perawat anak, Roy melihat suatu perubahan besar pada anak dan mereka
berkemampuan untuk beradaptasi dalam respon yang lebih besar terhadap
perubahan fisik dan psikologis. Roy mengembangkan dasar konsep
keperawatannya pada tahun 1964-1966 dan baru dioperasionalkan pada tahun
1968. Pada saat itu Mount Saint Marys College mengadopsi teori adaptasi
sebagai dasar filosofi kurukulum keperawatannya. Roy menjabat sebagai asisten
Professor pada Departemen Nursing di Mount Saint Marys College pada tahun
1982.

B. Filosofi
Model adaptasi Roy adalah sistem model yang esensial dan banyak
digunakan sebagai falsafah dasar dan model konsep dalam pendidikan
keperawatan. Roy menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk biopsikososial
sebagai satu kesatuan yang utuh. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia selalu
dihadapkan berbagai persoalan yang kompleks, sehingga dituntut untuk
melakukan adaptasi. Penggunaan koping atau mekanisme pertahanan diri, adalah
berespon melakukan peran dan fungsi secara optimal untuk memelihara integritas
diri dari keadaan rentang sehat sakit dari keadaan lingkungan sekitarnya.

Jadi ada 4 faktor penting dari Roy adalah manusia, sehat-sakit, lingkungan
dan keperawatan yang saling terkait, yaitu sbb:
1) Manusia
- Sistem adaptasi dengan proses koping

3
- Menggambarkan secara keseluruhan bagian bagian
- Terdiri dari individu atau dalam kelompok (keluarga, organisasi,
masyarakat, bangsa dan masyarakat secara keseluruhan)
- Sistem adaptasi dengan cognator dan regulator, subsistem bertindak
untuk memelihara adaptasi dalam 4 model adaptasi : fungsi fisiologis,
konsep diri, fungsi peran dan saling ketergantungan.

2) Lingkungan
- Semua kondisi, keadaan dan pengaruh lingkungan sekitar, pengaruh
perkembangan dan tingkah laku individu dalam kelompok dengan
beberapa pertimbangan saling menguntungkan individu dan sumber
daya alam.
- Tiga jenis stimulasi : fokal stimulasi, kontekstual stimulasi, dan
residual stimulasi.
- Stimulasi bermakna dalam adaptasi semua manusia termasuk
perkembangan keluarga dan budaya.

3) Sehat-Sakit
- Kesehatan merupakan pernyataan dan proses keutuhan dan
keseluruhan refleks individu dan lingkungan yang saling
menguntungkan.
- Adaptasi : proses dan hasil dimana dengan berfikir dan merasakan
seperti individu dan kelompok, menggunakan kesadaran dengan
memilih untuk membuat kesatuan individu dan lingkungan.
- Respon adaptif : respon yang meningkatkan integritas dalam masa
antara tujuan dan sistem individu, yang bertahan, tumbuh, reproduksi,
penguasaan, personal dan perubahan lingkungan.
- Inefektif respon : respon tidak berkontribusi untuk keutuhan
pencapaian tujuan
- Tujuan adaptasi menunjukkan kondisi proses kehidupan yang
menggambarkan tiga perbedaan level yaitu : integrasi, kompensasi
dan kompromi.

4
4) Keperawatan

- Keperawatan adalah ilmu dan praktek yang memperluas kemampuan


adaptasi dan mempertinggi perubahan individu dan lingkungan.

- Tujuan adalah meningkatkan adaptasi untuk individu dan kelompok


dalam empat adaptasi model yang berkontribusi untuk kesehatan,
kualitas hidup dan kematian dengan bermartabat.

- Ini adalah pekerjaan pengkajian tingkah laku dan faktor-faktor yang


mempengaruhi adaptasi dan intervensi untuk mempertinggi
kemampuan dan memperluas interaksi lingkungan.

C. Asumsi Dasar Teori

Model Adaptasi dari Roy ini dipublikasikan pertama pada tahun 1970
dengan asumsi dasar model teori ini adalah :

1) Setiap orang selalu menggunakan koping yang bersifat positif maupun


negatif. Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga
komponen yaitu ; penyebab utama terjadinya perubahan, terjadinya
perubahan dan pengalaman beradaptasi.

2) Individu selalu berada dalam rentang sehat sakit, yang berhubungan erat
dengan keefektifan koping yang dilakukan untuk memelihara kemampuan
adaptasi.

Roy menjelaskan bahwa respon yang menyebabkan penurunan integritas


tubuh akan menimbulkan suatu kebutuhan dan menyebabkan individu tersebut
berespon melalui upaya atau perilaku tertentu. Setiap manusia selalu berusaha
menanggulangi perubahan status kesehatan dan perawat harus merespon untuk
membantu manusia beradaptasi terhadap perubahan ini.

5
Terdapat 3 tingkatan stimuli adaptasi pada manusia, diantaranya;

a) Stimuli Fokal yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan


seseorang dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap seorang
individu.

b) Stimuli Kontekstual yaitu stimulus yang dialami seseorang dan baik


internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat
dilakukan observasi, diukur secara subyektif.

c) Stimuli Residual yaitu stimulus lain yang merupakan ciri tambahan


yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan
lingkungan yang sukar dilakukan observasi.

Proses adaptasi yang dikemukakan Roy:

a) Mekanisme koping.

Pada sistem ini terdapat dua mekanisme yaitu pertama mekanisme


koping bawaan yang prosesnya secara tidak disadari manusia
tersebut, yang ditentukan secara genetik atau secara umum
dipandang sebagai proses yang otomatis pada tubuh. Kedua yaitu
mekanisme koping yang didapat dimana coping tersebut diperoleh
melalui pengembangan atau pengalaman yang dipelajarinya

b) Regulator subsistem. Merupakan proses koping yang menyertakan


subsistem tubuh yaitu saraf, proses kimiawi, dan sistem endokrin.

c) Cognator subsistem. Proses koping seseorang yang menyertakan


empat sistem pengetahuan dan emosi: pengolahan persepsi dan
informasi, pembelajaran, pertimbangan, dan emosi.

Sistem adaptasi memiliki empat model adaptasi yang akan berdampak


terhadap respon adaptasi diantaranya, sbb:

6
a) Fungsi Fisiologis; Sistem adaptasi fisiologis diataranya adalah
oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit,
indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan endokrin.

b) Konsep diri; Bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi sosial


dalam berhubungan dengan orang lain.

c) Fungsi peran; Proses penyesuaian yang berhubungan dengan


bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi sosial
dalam berhubungan dengan orang lain.

d) Interdependen; Kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang


kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara
interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.

Terdapat dua respon adaptasi yang dinyatakan Roy yaitu:

a) Respon yang adaptif dimana terminologinya adalah manusia dapat


mencapai tujuan atau keseimbangan sistem tubuh manusia.

b) Respon yang tidak adaptif dimana manusia tidak dapat mengontrol


dari terminologi keseimbangan sistem tubuh manusia, atau tidak dapat
mencapai tujuan yang akan diraih.

Respon tersebut selain menjadi hasil dari proses adaptasi selanjutnya


akan juga menjadi umpan balik terhadap stimuli adaptasi.

7
8
BAB III

PEMBAHASAN

A. Proses Adaptasi Pada Anak Sesuai Tahap Perkembangan

a) Keadaan Psikologi Bayi dan Anak

Perkembangan bayi mencakup kemampuan perseptual, motoric, kognitif


dan keterampila social. Pertumbuhan dan perkembangan setiap bayi tentu
tidak selalu seragam. Maka tidak perlu kaku dalam menilai kemajuan dan
perkembangan bayi. Standar yang dibakukan sebagai tahapan perkembangan
merupakan Bahasa statistic. Mayoritas bayi normal sudah mencapai tahapan
perkembanganya sejalan dengan umurnya.

Bayi berkembang sepanjang waktu, dari hari ke hari, bulan demi bulan.
Berikut perkembanganya:

1) Usia lahir hingga 1 bulan (0-1bulan)

- Mata beum bisa focus, tapi sudah belajar mengenali wajah dalam jarak
dekat.
- Dapat menirukan dalam menjulurkan lidah atau membuka mulut.
- Memejamkan mata atau berkedip saat ada cahaya yang kuat dan akan
menutup matanya bila terlalu banyak rangsangan cahaya yang masuk,
- menangis bearti membutuhkan sesuatu seperti asi,ganti popok,
ketenangan atau belaian.
2) Usia 1 bulan
- Penglihatan cukup jelas dalam jarak 8 hingga 12 inchi, akan
memandang wajah ibu saat disusui
- Gerakan, dalam ha menggengam dan mengayun masih bersifat reflex
- Mesih tidur lebih dari setengah hari, tapi pelan pelan mulai banyak tidur
malam hari dari siang hari
- Senyuman pertama mungkin akan muncul di usia ini
- Menangis lebih banyak terjadi saat usia 6 minggu
3) Usia 2 bulan

9
- Mulai mengenal wajah wajah yang berbeda
- Dapat memegang benda dalam beberapa detik sebelum benda itu
terlepas
- Sudah mampu menoleh bila ada suara yang dating dari arah kiri atau
kanan
- Masih perlu tiga atau empat kali tidur siang, dan terbangun pada malam
hari untuk minum susu atau makan.
- Dalam hal minum susu mungkin bervariasi dari 6 hingga 10 kali sehari
4) Usia 3 bulan
- Gampang dan spontan dalam tersenyum
- Dapat memegang benda dan mengayunkanya
- Menjadi sangat asyik dengan tangan dan jari jarinya
- Akan mengikuti gerak dan arah gerakan benda
- Ketika tengkurap, sudah dapat mengangkat kepalanya dan bersandar
pada bahunya
5) Usia 4 bulan
- Dapat menglihat ke penjuru ruangan
- Dapat berguling dengan atau tanpa bantuan
- Memukul mukul air dan menendang nendang untuk kesengana saat
sedang dimandikan
- Dapat mulai menahan kepala secara tegak
- Mulai berekperimen dengan mengoceh
- Bisa mendengarkan music
- Mulai tumbuh gigi
6) Usia 5 bulan
- Mengenali anggota anggota keluarga dengan baik
- Akan mecondongkan dada untuk mengambil benda yang jatuh
- Mulai memegang benda, menggoyang goyangkan dan sering
mengekplorasi dengan mulut
- Dapat melihat keseluruhan ruangan
- Dapat menahan kepala secara tegak
7) Usia 6 bulan

10
- Sudah mampu duduk bila dibantu
- Dapat memutar tubuh dan menengokan kepala
- Bila belum ulai makan makanan padat, mulai saat ini bisa dimulai
- Kemungkinan bisa menambahkan konsonan pada saat mengoceh
8) Usia 7 bulan
- Memulai beberapa bentuk awal merangkak
- Memulai dapat mengangka tubuh untuk menuju kea rah posisi berdiri
- Gigi udah mulai terbentuk dan tumbuh di sebagian formasi
- Dapat mengenali nama sendiri dalam rangkaian kata kata
9) Usia 8 bulan
- Merangkak maju atau mundur, kadang sambal berpegangan pada suatu
benda
- Kemungkinan sudah dapat berdiri sambal bertopang pada sesuatu
- Sedikit motoric skill juga sudah berkembang seperti mengambil benda
kecil dengan cara menggenggamnya menggunakan ibu jari dan jari
lainya
- Dapat mengingat kejadian yang baru lewat
- Mengerti bahwa mainan tidak hilang pada saat disembunyikan, paham
bahwa benda itu ada disuatu tempat tapi tidak tampak
- Menangis karena tidak sabar
10) Usia 10 bulan
- Belajar bertepuk tangan
- Belajar merembet atau mendaki sesuatu
- Memahami beberapa kata walaupun tidak bisa mengucapkanya
- Memahami ketinggian bahkan kadang takut dengan hal itu
- Ingin bermain didekat anda tetapi dalam prosesnya ingin
mengeksplorasi sendiri mainanya tersebut secara independent
- Tidur siang mungkin turun hingga hanya dua kali sehari
11) Usia 10 bulan
- Mampu berjalan bila anda memegang kedua tanganya
- Duduk dari posisi berdiri
- Kadang bergoyang atau melonjak lonjak ketika mendengan music

11
- Menjadikan semua peralatan rumah tangga sebagai mainan
- Takut terhadap tempat tempat aneh
12) Usia 11 bulan
- Merambat sepanjang furniture rumah tanpa bimbingan anda
- Bisa berjijit mengangkat tubuh diatas jari jari kaki
- Meloncat dan membungkuk
- Memahami bahwa benda kecil dapat masuk ketempat yang lebih besar
- Bisa membuat suara suara yang lebih bearti, termasuk menirukan irama
- Memahami kata jangan, tetapi belum dapat meletakanya dalam konteks
yang berbeda
13) Usia 12 bulan
- Segera akan berdiri dan berjalan sesaat sebelum ulang tahunya yang
pertama
- Akan menirukan tindakan tindakan seperti berbicara di telepon,
mendorong trolly belanja, menyapu lantai.
- Memahami lebih banyak kata kata yang kita ucapkan
- Kemungkinan menunjukan secara sementara prefensi kearah salah satu
orang tertentu
- Kadang menolak waktu untuk tidur baik siang ataupun malam
- Menunjukan kasih sayang dalam bentuk tersenyum, memeluk,
mencium.
Perkembangan kejiwaan pada masa anak anak, terkadang disebut
dengan masa anak kecil atau juga dengan masa menjelang sekolah, sebab
masa masa ini saat saat anak senang mempersiapkan diri untuk bersekolah,
demikian pula masa ini ada yang menyeut denga masa estetis, dikarenakn
anak mulai mengenal dunia sekitarnya terasa indah. Pada pembahasan ini
akan dijelaskan antara lain:
1) Perkembangan fisik
Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relative seimbang.
Peningkatan berat bdan anak lebih banyak dari panjang badanya.
Peningkatan berat badan anak terjadi terutama karena bertambahnya
ukuran system rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainya.

12
2) Perkembangan motoric
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih
terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak anak terlihat lebih
cepat dalam berlari dan pandai melocat serat mampu menjaga
keseimbangan badanya. Beberapa perkembangan motoric kasar maupun
halus:
a. Anak usia 5 tahun
- Mampu melompat dan menari
- Mengambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan
badan
- Dapat menghitung jari jarinya
- Mendengar dan mengulang hal hal penting dan mampu
bercerita
- Mempunyai minat terhadap kata kata baru beserta artinya
- Memprotes bila apa yang diarang menjadi keinginanya
- Mampu membedakan besar dan kecil

b. Anak usia 6 tahun


- Ketangkasan meningkat
- Melompat tali
- Bermain sepeda
- Mengetahui kanan dan kiri
- Mungkin bertindak menentang dan tidak sopan
- Mampu menguraikan objek objek dengan gambar
c. Anak usia 7 tahun
- Mulai membaca dengan lancer
- Cemas terhadap kegagalan
- Peningkatan minat pada bidan spiritual
- Kadang malu atau sedih
d. Anak usia 8-9 tahun
- Kecepatan dan kehalusan aktivitas motoric meningkat
- Mampu menggunakan peralatan rumah tangga

13
- Keterampilan lebih individual
- Ingin terlibat dalam sesuatu
- Menyukai kelompok dan mode
- Mencari teman secara aktif
e. Anak usia 10-12 tahun
- Perubahan sikap berkaitan dengan berubahnya postur tubuh
yang berhu ungan dengan pubertas mulai tampak
- Mampu melakukan aktifitas rumah tangga, seperti mencuci,
menjemur pakaian sendiri dll
- Adanya keinginan anak untuk menyenangkan dan membantu
orang lain
- Mulai tertarik dengan lawan jenis
3) Perkembangan kognitif
Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembangan
secara berangsur angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya piker
anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini
daya piker anak sudah berkembang kea rah yang lebih konkrit,rasional
dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar
benar berada pada stadium belajar
4) Perkembangan psikososial
Pada tahap ini, anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau
perbuatan yang dapat membuahkan hasil, sehingga dunia psikososial
anak menjadi semakin kompleks Melalui proses pendidikan, anak
belajar untuk bersaing, kooperatif dengan orang lain, saling memberi
dan menerima,setia kawan dan belajar peraturan

b) Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Psikologi


Perkembangan psikologis setiap individu sangat dipengaruhi oleh
beberapa factor, baik bersifat internal atau ekternal. Berikut bersifat internal:
1) Kecakapan dam keterampilan seorang anak
Seorang anak yang cakap dan terampil akan lebih mudah dalam
mengembangkan potensi potensi yang ada dalam dirinya. Contohnya:

14
seorang anak pandai bergaul, akan lebih mudah bersosialisasi dengan
lingkunganya
2) Harga diri
Seorang anak yang dapat menghargai dirinya sendiri dengan baik tidak
akan mengalami kesulitan dalam menghadapi berbagai hal yang
dihadapinya
3) Presepsi seorang anak mengenai diri sendiri
Pandangan seornag anak terhadap dirinya sendiri dapat mempengaruhi
dalam perkembangan konaifnya. Seorang anak memandang dirinya
buruk akan lebih sulit dalam mengembangkan potensi dalam dirirnya.
Contoh: seorang anak yang kurang percaya diri akan merasa malu untuk
menujukan kemampuanya
4) Keinginan
Anak yang memiliki keingina dipastikan memiliki motivasi yang tinggi
untuk meraih keinginanya
Factor ekternal
1) Adanyaorang terdekat yang dapat dipercayai
Dengan adanya orang orang yang mempunyai hubungan erat/dekat dan
orang tersebut dapat memberikan kepercayaan, sehingga melalui orang
orang terdekatnya itu perkembangan konatif anak dapat meningkat
karena adanya dororngan.
Contoh: sahabat,orangtua,kakak,adik
2) Cara orang tua mendidik dan membina anak
Orang tua mendidik anak dengan cara bertahap dalam menjelaskan
sesuatu hal, dan mendidik anak dengan penuh kasih sayang, biasanya
anak-anak mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan merekan
akan mudah dalam mengembangkan potensi potensi yang dimilikinya.
Contoh: orang tua mengajarkan anak tentang kepercayaan diri kepada
seorang anak dietai dengan memberikan dorongan kepada anak
3) Jenis dan sifat pergaulan
Pergaulan seorang anak dalam lingkunganya akan berpengaruh terhadap
motivasi yang dimunculkan dalam dirinya.

15
4) Kelompok bermain dimana seorang anak bergabung
Kelompok bermain yang diikuti oleh sorang anak berpengaruh dalam
pengembangan potensi seorang anak.
5) Keinginan
Anak yang memiliki keingina dipastikan memiliki motivasi yang tinggi
untuk meraih keinginanya

c) Masalah - Masalah Psikologi Pada Anak Yang Sering Terjadi


1. Ledakan Emosi
Pada masa ini, emosi anak sangat kuat, ditandai oleh ledakan emosi
berupa:
a. Amarah : merupakan perasaan tidak semangat benci baik terhadap
orang lain, diri sendiri atau obyek tertentu yang diwujudkan dalam
verbal (kata-kata) atau non verbal (mencubit, memukul/merusak).
b. Takut, yaitu perasaan terancam oleh suatu obyek yang
membahayakan. Rasa takut ini melalui beberapa tahapan yaitu: mula-
mula tidak takut karena anak belum sanggup melihat kemungkina
bahaya suatu obyek, baru kemudian timbul rasa takut setelah
mengenal adanya bahaya itu, selanjutnya hilang takutnya setelah
mengetahui cara menghindari dari bahaya.
c. Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang lain yang telah
merebut kasih sayangnya. Perasaan ini diikuti dengan ketegangan
yang bisa diredakan dengan reaksi-reaksi seperti agresif, regresif
(mengompol, mengisap jempol, sikap tidak peduli dan menjauh dari
saingan).
d. Iri Hati/ cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang lain
yang telah merebut kasih sayangnya. Perasaan ini diikuti dengan
ketegangan yang bisa diredakan dengan reaksi-reaksi seperti agresif,
regresif (mengompol, mengisap jempol, sikap tidak peduli dan
menjauh dari saingan).
e. Sedih, yaitu suatu perasaan yang negatif , tidak nyaman karena tidak
terpenuhinya keinginannya.

16
2. Kesulitan bersosialsasi
Sosialisasi pada anak terhambat karena ketidak mampuan orang tua
dalam membimbing anak berada dalam lingkungannya, orang tua yang
otoriter sangat menghambat perkembangan anak, masa bermain yang
kurang dimana orang tua yang lebih mementingkan sekolah daripada
bermain padahal bermain merupakan sarana untuk mengembangkan
kemampuan anak.
3. KesulitanBerbicara
a. Kosakata yang kurang karena keterbelakangan mental atau
kurangnya rangsangan dari orang tua.
b. Perkembangan kepribadian yang kurang menyebabkan anak
pendiam menarik diri dari lingkungannya dan anak takut untuk
mengungkapkan keinginanya, perasaannya.
4. Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak tampak secara
lahiriah. Jenis kesulitan belajar ini dapat dikelompokkan menjadi empat
macam yaitu dilihat dari :
- Jenis kesulitan belajar (berat dan sedang)
- Bidang studi yang dipelajari (sebagian dan kesluruhan)
- Sifat kesulitannya (Permanen dan sementara)
- Faktor penyebab (intelegensi dan non intelegensi)

Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar:


a. Faktor intern
- Fisiologis adalah factor dari fisik anak seperti cacat ringan
(pendengaran, penglihatan dan gerak) cacat berat (tuli, buta dan
bisu).
- Psikologis adalah berbagai faktor yang berkenaan dengan
perilaku yang dibutuhkan dalam belajar seperti karena IQ anak
bakat, motivsi, kondisi kesehatan mental, dan tipe anak dalam
belajar.
b. Faktor ekstern

17
- Faktor social seperti cara mendidik anak(mendapat perhatian
/tidak), pola hubungan orang tua dengan anak ( harmonis, jarang
bertemu atau terpisah)
- Faktor non social seperti guru, alat pembelajaran, kondisi tempat
belajar dan kurikulum.
5. Kesulitan Membaca (Disleksia)
Anak yang memiliki keterlambatan membaca sejak awal kesulitan
mempelajari bahasa lisan dan mengalami kesulitan dalam mengartikan
kata-kata( huruf/ suara, sisipan, penggantian/ kebalikan), cepat
melupakan apa yang telah dibacanya.
Tanda anak yang mengalami kesulitan membaca:
a. Membaca amat lamban dan tidak yakin akan apa yang telah
diucapkan.
b. Menggunakan jarinya untuk mengikuti pandangan mata.
c. Melewatkan beberapa suku kata atau baris dalam teks.
d. Menambahkan kata yang tidak ada dalam teks.
e. Membolak balik susunan huruf.
f. Salah melafalkan kata yang sudah akrab.
g. Mangganti satu kata dengan kata lain.
h. Membuat kata-kata sendiri yang tidak memiliki arti.
i. Mengabaikan tanda baca.
Beberapa ide untuk membantu anak mengatasi masalah
kesulitan membaca:
a. Menyisihkan waktu setiap hari untuk membaca.
b. Tunda bila anak lelah, lapar atau mudah marah.
c. Lakukan latihan secara bertahap dan tidak berlebihan.
d. Tentukan tujuan yang ingin dicapai dengan anak.
e. Ketika membaca cerita bersama-sama, pastikan anak tidak hanya
menghafal kata-kata tetapi merasakannya juga.
f. Bersikap positif dan pujilah anak ketika membaca dengan benar
atau berilah hadiah
6. Kesulitan menulis (Disgrafia)

18
Adalah anak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menulis. Dalam
menulis sesuatu kita membutuhkan penglihatan yang cukup jelas,
ketrampilan motorik halus, pengetahuan tentang bahasa dan ejaan serta
otak untuk mengkoordinasikan ide dengan mata dan tangan untuk
menghasilkan tulisan. Jika salah satu elemen tersebut mengalami masalah,
maka menulisakan menjadi suatu pekerjaan yang sulit atau tidak mungkin
dilakukan.
Cara mengatasi kesulitan menulis dengan menggunakan tehnologi untuk
memberi kesempatan pada anak mengerjakan pekerjaan sekolah tanpa
harus bersusah payah menulis dengan tangan, antara lain dengan cara:
memfoto copy catatan, mengetik dan menggunakan laptop/notebook atau
menggunakan perekam untuk menangkap informasi saat pelajaran.

7. Kesulitan Menghitung (Diskalkulia)


Anak yang mengalami diskalkulia belum tentu anak yang bodoh dalam hal
lain, hanya saja ia mengalami masalah dengan kemapuan
menghitungnya.Cara mengatasinya yaitu menawarkan beberapa bentuk
penanganan matematika yang intensif (pengajaran secara privat dengan
teman sebaya/ peer tutoring), atau dengan jalan pintas ( menggunakan
kalkulator).
8. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
ADHD adalah anak yang menglami defisiensi dalam perhatian, tidak dapat
menerima impuls-impuls dengan baik, suka melakukan gerakan yang tidak
terkontrol dan menjadi lebih hyperaktif/ tidak mau diam.
Kriteria anak hiperaktif:
- Kesulitan dalam memusatkan perhatian.
- Bersikap apatis terhadap lawan bicaranya.
- Mudah terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar dirinya.
- Tidak dapat duduk tenang.
- Sering mengucapkan kata-kata secara spontan.
- Mengalami kesulitan dalam bermain dengan temannya.

19
- Sering kehilangan sesuatu yang diperlukan untuk tugas-tugas atau
aktifitas disekolah / dirumah.
- Sering melakukan aktifitas yang berbahaya tanpa mempertimbangkan
resiko yang terjadi
Cara mengatasinya adalah dengan mendeteksi dini perilaku hiperaktif
pada setiap fase perkembangan dan segera diberikan perhatian khusus jika
ditemukan adanya criteria anak hiperaktif.

9. Anak-anak Delinkuen
Delinkuen adalah kenakalan remaja sebagai tindakan sengaja melanggar
hukum atau perbuatan yang bertentangan dengan norma yang ada
dimasyarakat. Menurut beberapa ahli perilaku delinkuen yaitu:
a) Menurut Kartono (1998) , delinkuen dibagi empat kelompok yaitu
- Individual karena penyimpangan tingkahlaku (psikopat,
psikosis, neurusis, anti sosial)
- Situasional: dilakukan oleh anak yang normal yang dikarenakan
pengaruh kekuatan situasional, stimulus sosial dan tekana
lingkungan.
- Sistemik (geng) yaitu suatu kejahatan yang dibenarkan oleh
anggota geng dan menjadi kejahatan yang terorganisasi.
- Kumulatif yaitu yang sudah menyebar dihampir semua ibu
kota, kota-kota bahkan pinggiran kota, hal ini merupakn produk
dari konflik budaya.
b) Menurut Bisri (1995) , delinkuen dibagi dalam beberapa keadaaan :
- Neurotic delinquency, remaja bersifat pemalu, terlalu peras,
suka menyendiri, gelisah dan mempunyai perasaan rendah diri,
merka mempunya dorongan yang kuat untuk berbuat suatu
kenakalan.
- Unsocislized delinquency yaitu sikap suka melawan kekuasaan
seseorang, rasa bermusuhan dan pendendam.
- Pseudosocial delinquency yaitu remaja yang mempunyai
loyalitas tinggi terhadap kelompok/ geng.

20
c) Jensen (1985), delinkuen dibagi dari segi bentuk dan dampak
kenakalan yaitu kenakalan yang
- Menimbulkan korban fisik (perkelahian, perkosaan,
perampokan, pembunuhan dll)
- Menimbulkan korban materi (perusakan, pencurian, pencopetan
dan pemerasan)
- Tidak menimbulkan korban dipihak orang lain (pelacuran, seks
pranikah, dan penyalahgunaan obat)
- Melawan status (pelajar membolos, anak minggat dari rumah)

- Penyebab delinkuen karena faktor internal (kegagalan system


pengontrolan diri, kematangan kepribadian yang keliru karena
pengalaman masa lalu,dan gangguan emosional) dan ekternal
(keluarga, lingkungan, dan kemiskinan)
10. Autisme
Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Penyandang autism
seolah olah berada dalam duanianya sendiri.Autisme dibagi menjadi dua
yaitu:
a. Klasik yaitu apabila kerusakan otak sudah terdapat sejak lahir karena
sewaktu dalam kandungan ibu terinfeksi virus (rubella, toksoplasma,
CMV, Herpes), jamur (candida) atau terpapar logam berat berbahaya
seperti mercuri dan timbal.
b. Regresif yaitu timbul saaat anak berusia12-24 bulan
Karakteristik anak Autisme:
- Hambatan dalam membentuk hubungan social.
- Cenderung menyendiri.
- Kurang dapat bereaksi dengan tepat terhadap perasaan dan emosi
orang lain.
- Memperlakukan orang lain seperti objek, hanya berinteraksi boila
membutuhkan.
- Tidak mampu membentuk pertemanan dan berinteraksi sosial
sesuai dengan usianya.

21
- Minat terbatas dan tadak dapat baermain secara akurat.
- Kterbatasan dalam ketrampilan sosial.

11. Mengompol (Enuresis)


Mengompol atau enuresis adalah problem umum pada bayi dan balita.
Tapi bila masalah mengompol terjadi pada anak usia lebih dari lima tahun,
Anda patut gelisah. Ada beberapa hal yang menyebabkan anak
mengompol. Hal pertama adalah terlalu banyak minum menjelang tidur.
Balita biasanya belum memiliki alarm yang membuat mereka terbangun
saat ingin buang air kecil pada waktu tidur.
cara mengatasi masalah mengompol pada anak:
- Batasi minumnya menjelang waktu tidur. Jangan berikan minuman
yang bersifat diuretic seperti teh atau minuman besoda.
- Biasakan anak buang air kecil sebelum tidur. Sehingga kandung
kemihnya tidak penuh saat tidur.
- Pelajari waktu anak mengompol. Jika ia memiliki kebiasaan
mengompol setelah tiga jam tertidur, bangunkan satu jam sebelumnya.
Ajak dia ke kamar kecil dan buang air kecil. Lakukan terapi ini dengan
rutin, lama-kelamaan ia akan terbiasa bangun di malam hari untuk
buang air kecil.
- Memberinya popok atau perlak tidak akan menyelesaikan masalah
mengompolnya.

Bagaimana bila anak terlanjur mengompol:


- Jangan langsung memarahinya. Hal itu akan membuatnya semakin
tertekan. Beri pengertian dengan cara halus dan ajak dia mengatasi
masalahnya.
- Ajak dia membersihkan sendiri tempat tidur dan celana bekas
ompolannya.
- Berikan pujian ketika anak berhasil tidak mengompol.
- Jangan memarahinya atau mengolok-oloknya karena hal itu akan
membuatnya semakin merasa malu, minder, dan depresi. Tunjukkan

22
bahwa Anda memberikan dukungan dan bantuan untuk keluar dari
masalahnya.
- Berkonsultasilah dengan dokter atau psikiater anak. Jika anak
mengompol karena stres, cari solusi pada ahlinya untuk
menyelesaikan problem psikisnya.

12. Depresi
Kita semua pasti pernah memasuki usia akil balik. Usia yang paling
fluktuatif di sepanjang perjalanan manusia. Di usia ini, semuanya seolah
menumpuk jadi satu. Mulai dari berprestasi di sekolah, pencarian jati diri,
hingga keinginan untuk memiliki banyak teman. Tak jarang semua ini
membuat anak remaja masuk ke dalam kegamangan hingga depresi.
Tanda-tanda depresi pada anak adalah, kurang nafsu makan, sering
melamun, mengurung diri, hingga emosinya mudah sekali tersulut.
Sebagai orangtua, situasi ini pasti akan membuat kita panik dan
kebingungan mau melakukan apa agar anak kembali ceria.
University of Bologna di Itali, menyarankan kita untuk memberikan
pelukan pada anak yang sedang mengalami masalah dan depresi. Sebab
berdasarkan penelitian yang mereka lakukan selama 1 tahun, pelukan lebih
efektif ketimbang obat-obat antidepresi. Ini terlihat pada anak-anak yang
mengalami depresi dan diberikan obat antidepresan, ternyata mereka
memiliki kecenderungan untuk kembali depresi.
Hal berbeda terjadi pada anak yang didampingi orangtuanya untuk
melalui periode depresi. Bahkan hanya dengan pelukan hangat dari kedua
orangtuanya, anak yang mengalami depresi bisa lebih percaya diri untuk
menyelesaikan masalah.
Ada dua hal yang disarankan universitas yang ada di Itali ini
kepada kita. Pertama, ketika anak mulai mengalami perubahan sikap,
cobalah untuk berbicara sebagai teman baiknya agar mereka bisa lebih
terbuka menceritakan segalanya. Kedua, jangan lupa berikan pelukan
hangat bagi anak-anak, karena ternyata sentuhan ini tak hanya menekan
stres tapi juga membebaskan mereka dari depresi.

23
13. Berbohong
Anak berbohong tidak sama dengan orang dewasa berbohong. Apa saja
alasan anak berbohong, berikut alasannya:
a. Takut Disalahkan
Anak berbohong dapat disebabkan karena ia memiliki pengalaman
buruk tentang menghadapi kesalahan. Jika anak pernah dipojokkan
dan merasa terhukum ketika bersalah, anak akan memilih opsi
berbohong untuk menghindari hukuman, tanggung jawab, atau takut.
b. Terlihat Lebih Hebat
Alasan lain ketika anak berbohong, ia ingin terlihat lebih hebat dari
yang sebenarnya dan ini terjadi pada anak yang sering dibandingkan
dengan anak yang lain.
c. Kurang percaya diri.
Rasa kurang percaya diri membuat anak bereaksi ingin mencitrakan
dirinya lebih dari yang ia miliki sekarang. Apalagi jika ia berada di
lingkungan peer (kelompok sosial) yang hebat.
d. Merasa Tidak Punya Pilihan.
Pada pola asuh yang kontrolnya terlalu kuat atau orangtua otoriter,
anak selalu berpikir kesalahan adalah sesuatu yang tidak
terampuni. Ketika melakukan kesalahan, anak pun menajdi selalu
dibayangi ketakutan akan risiko kesalahan.
e. Tidak Ingin Kecewa
Bila orangtua senantiasa menanamkan ekspektasi yang tinggi, anak
bisa saja berbohong ketika bereaksi terhadap masalah semata-mata
karena tak ingin orangtuanya kecewa.
f. Tidak dihargai
Prinsip orangtua yang hanya memedulikan hasil dan tidak
mempertimbangkan proses ini membuat anak berbohong ketika ia
merasa tidak mendapat reward yang cukup.

24
Masalah-masalah psikologis pada anak yang sering terjadi :
Gangguan psikologis pada anak agak susah dikenali. Berikut
antara lain ciri-ciri yang dapat menjadi pedoman para orang tua
dalam melakukan diagnosis terhadap anak yang mengalami
gangguan psikologis, menurut Psikolog Klinis Adriana S Ginanjar.
Anak yang mengalami ADHD (attention deficit hyperactivity
disorder), ciri-cirinya antara lain tidak bisa memusatkan perhatian,
impulsif, dan hiperaktif. Anak-anak semacam ini akan mudah
bosan dan cenderung agresif. Bahkan bisa memiliki reaksi
berlebihan terhadap frustasi.
Sedangkan pada anak-anak Autistik beberapa cirinya adalah
gangguan yang jelas pada perlaku non verbal seperti tidak bisa
berbagi minat dengan orang lain dan suka menyendiri, terlambat
untuk bisa berbicara, dan terikat pada ritual yang tidak fungsional.
Sementara anak yang mengalami Sindrom Asperger, pada
umumnya tidak jauh berbeda dengan penderita autistik. Hanya saja
pada anak autistik tidak mengalami keterlambatan bicara, tetapi
cenderung menggunakan bahasa formal. Selain itu anak dengan
Sindrom Asperger juga memiliki prestasi akademik dan
kemampuan yang baik pada bidang tertentu.
Pada anak yang mengalami Retardasi Mental, ciri utamanya adalah
memiliki skor yang rendah pada tes intelegensi formal.Anak
tersebut juga memiliki hambatan dalam menyelesaikan tugas
sehariharinya.
Perkembangan kemampuan,dan Perkembangan kepribadian.

d) Kebutuhan Bimbingan Psikologis


Bimbingan psikologis ini biasanya diberikan kepada anak jika anak
tersebut dianggap mengalami gangguan. Namun untuk anak biasanya yang
dilakukan adalah memberikan bantuan bagi anak-anak yang mengalami
masalah. Jika anak mengalami masalah maka yang diberikan pengertian
adalah orangtua berupa konseling.

25
Pada anak yang lebih besar / remaja (pubertas) bimbingan psikologis dapat
diberikan secara langsung / individu bila dia datang kepada kita untuk
mendapatkan konseling. Namun yang sering terjadi dan lebih berhasil yaitu
dengan bimbingan kelompok karena kelompok lebih berhasil mendorong
untuk mengungkapkan perasaan atau masalahnya.
Setelah melihat aspek perkembangan yang berbeda pada setiap tahap
perkembangan anak, maka dapat dikemukakan bahwa:
Dalam mengahadapi, mendidik dan mengajar anak, perlu mengerti
tahap-tahap perkembangan anak.
Mengerti anak berarti mengenal anak secara mendalam, dengan aspek
perkembangan dan tujuan perkembangannya, latar belakang lingkungan
yang berpengaruh dalam perilaku dan kepribadiannya.
Mengenal anak berarti mengetahui ciri-ciri khusus, segi karakterologis
maupun kemampuan dan batas-batasnya, latar belakang lingkungan
yang mendasari dan mempengaruhi lingkungannya.
Lingkungan Keluarga Peran ibu dalam keluarga

Memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikis.


a. Peran ibu dalam merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, mesra
dan konsisten.
b. Peran ibu sebagai pendidik yang mampu mengatur dan mengendalikan
anak.
c. Ibu sebagai contoh dan teladan.
d. Ibu sebagai manajer yang bijaksana.
e. Ibu memberi rangsangan dan pelajaran.
f. Peran ibu sebagai istri.
g. Peran ayah dalam keluarga.
h. Ayah sebagai pencari nafkah.
i. Ayah sebagai suami yang penuh pengertian akan memberi rasa aman.
j. Ayah sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana, mengasihi
keluarga.
k. Ayah berpartisipasi dalam pendidikan anak.

26
B. Adaptasi Orientasi
Anak-anak cenderung mudah mendapat stressor dari penyakit dan
hospitalisasi karena stress biasa muncul dari adanya perubahan dari situasi
kesehatan dan kebiasaan sehari-hari serta disebabkan karena anak-anak cenderung
memiliki mekanisme koping yang terbatas. Rasa takut akan rasa sakit biasanya
yang paling sering muncul. Pada anak usia sekolah bisa ditandai dengan
mengungkapkan sakit secara verbal, meminta pertolongan secara pasif. (Wong,
2008)
Adaptasi hospitalisasi anak terdiri dari adaptasi berbagai aspek pengalaman
perawatan di rumah sakit termasuk prosedur invasif untuk uji diagnostik, nyeri,
lingkungan rumah sakit yang menyeramkan dan membingungkan, rasa takut
yang berkaitan dengan usia, karyawan rumah sakit yang tidak dikenal, kurangnya
pengetahuan tentang rutinitas dan pengobatan di rumah sakit (Betz, 2002).
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam
berespons terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi
kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga, atau komunitas
terhadap stress. Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan
homeostatis fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa
dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya.
Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan,
mekanisme koping, dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau
penguasaan situasi (Selye, 1976; Monsen Floyd, dan Brookman, 1992). Stressor
yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek seperti demam, atau
berjangka panjang seperti paralisis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi
secara optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap stressor dan
beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi
membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.
Respon perilaku yang ditunjukkan pada saat hospitalisasi pertama hampir
semua anak berperilaku maladaptif. Respon perilaku maladaptif pada anak akibat
tidak dilakukan orientasi ruangan dapat menghambat pemberian pelayanan baik
perawatan maupun pengobatan (Nursalam 2005).

27
Menurut Wong (2008), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun,
yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak
dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan
dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah
merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan
penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu.
Anak yang dipersiapkan dengan baik sebelum masuk rumah sakit akan
mampu menerima keadaan rumah sakit. Masalah psikis yang penting pada pasien
anak yang dirawat di rumah sakit yaitu rasa cemas dan takut terhadap lingkungan
baru. Untuk itu perlu memberitahu kepada anak mengenai rumah sakit dengan
cara orientasi ruangan dan peraturan rumah sakit. Orientasi ini meliputi
pengenalan dengan ruangan, alat-alat, peraturan-peraturan, petugas, dan perawat
yang ada, guna mencegah stress hospitalisasi (Nursalam, 2008).
Orientasi merupakan pandangan yang mendasari pikiran, perhatian, atau
kecenderungan (Depdiknas, 2001). Orientasi ruangan merupakan hal yang penting
yang harus dilaksanakan oleh perawat kepada pasien dan pendamping untuk
menghindari sesuatu yang mencemaskan dan menakutkan bagi pasien tersebut.
Mengorientasikan pasien dan pendamping tentang rumah sakit, fasilitas, dan
peraturan yang berlaku (Nursalam, 2008). Informasi tentang rumah sakit
dibutuhkan pasien dan pendamping untuk dapat beradaptasi dengan situasi rumah
sakit yang berbeda dengan rumah sendiri (Keliat, 2002). Dengan dilakukan
orientasi sebelumnya, seseorang akan lebih mudah berdaptasi sehingga akan
mempengaruhi prilaku selanjutnya.

o Cara adaptasi orientasi pada anak di rumah sakit :


1. Memberikan orientasi ruangan kepada pasien :
a. Tempat tidur dan fasilitas lainnya.
b. Cara memanggil petugas (tombol, bel, lampu, jika ada).
c. Hiburan (Televisi, jika ada).
d. Kamar mandi.
2. Memperkenalkan teman sekamar.
3. Memberitahukan adanya tempat bermain.

28
4. Memberitahukan peraturan rumah sakit : jam berkunjung, siapa yang boleh
bekunjung, jam makan, aturan membawa makan, waktu istirahat, mandi, dan
lain lain.
5. Melaksanakan kegiatan rutin: observasi tanda-tanda vital, menimbang berat
badan (Nursalam, 2008).

29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model adaptasi Roy adalah sistem model yang esensial dan banyak
digunakan sebagai falsafah dasar dan model konsep dalam pendidikan
keperawatan. Roy menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk biopsikososial
sebagai satu kesatuan yang utuh. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia selalu
dihadapkan berbagai persoalan yang kompleks, sehingga dituntut untuk
melakukan adaptasi. Penggunaan koping atau mekanisme pertahanan diri, adalah
berespon melakukan peran dan fungsi secara optimal untuk memelihara integritas
diri dari keadaan rentang sehat sakit dari keadaan lingkungan sekitarnya.
Mengasuh anak merupakan interaksi antara orang tua dan anak. Yusniah (2008)
menemukan bahwa semakin demokratis pola asuh orang tua maka akan semakin
tinggi prestasi belajar siswa.

30

Anda mungkin juga menyukai