http://currentnursing.com/nur
sing_theory/application_Roy%27s_adaptatio
n_model.htm
Proses keperawatan menggambarkan pandanga
n Roy tentang manusia sebagai sistem
adaptif. Menurut Roy ada 6 (enam) tahap id
entifikasi dalam proses keperawatan yaitu:
pengkajian perilaku, pengkajian stimulus, penentuan diagnosa keperawatan,
penentuan
tujuan, intervensi, dan evaluasi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan, yang berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-
spiritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga, dan
masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus
kehidupan manusia. Keperawatan diberikan karena adanya kelemahan
fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan
individu dan kelompok dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari secara
mandiri.
Keperawatan merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang respon manusia terhadap penyakit, pengobatan dan perubahan
lingkungan yang dapat menimbulkan suatu fenomena. Fenomena tersebut
dapat diatasi perawat dengan mengaplikasikan berbagai konsep model
dan teori keperawatan yang dimilikinya. Selain itu dengan mengaplikasikan
teori dan konsep model keperawatan, perawat dapat mengetahui apa
tindakan keperawatan yang harus dilakukan dan alasan mengapa tindakan
keperawatan tersebut dilakukan.
Aplikasi teori dan konsep model keperawatan dapat diterapkan
diberbagai cabang ilmu keperawatan, baik di keperawatan dasar,
keperawatan klinik, maupun keperawatan komunitas. Di keperawatan jiwa
sendiri salah satu teori dan konsep model keperawatan yang dapat
diterapkan adalah Model Adaptasi Roy.
Model Adaptasi Roy menggambarkan manusia sebagai sistem
terbuka dan sistem adaptif yang akan merespons terhadap kejadian atau
perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan baik yang internal
maupun external. Respons yang ditimbulkan tersebut dapat berupa respon
adaptif dan maladaptif, sesuai dengan mekanisme koping yang digunakan
pasien dalam menghadapi stressor yang dihadapinya. Roy juga
memandang lingkungan sebagai kondisi internal maupun eksternal yang
dapat diatur dan dimanipulasi perawat dalam rangka membantu pasien
memulihkan diri.
Kegiatan keperawatan diarahkan pada penciptaan lingkungan yang
memungkinkan terjadinya penyembuhan dan pemulihan kesehatan. Selain
itu kegiatan keperawatan juga diharapkan dapat mempertahankan dan
meningkatkan kemampuan proses adaptasi klien terhadap stimulus ke
arah yang lebih positif. Oleh karena itu diperlukan pemahaman yang lebih
baik tentang teori dan aplikasi Model Adaptasi Roy.
1.3 MANFAAT
Untuk menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai teori
adaptasi menurut salah satu para ahli(Calista roy).
BAB II
PEMBAHASAN
2.3KONTROL
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping
yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator
yang merupakan subsistem.
a) Subsistem regulator.
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan
output. Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator
sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon
neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku
output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai
sebagai perilaku regulator subsistem.
b) Subsistem kognator.
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal.
Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan
balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan
dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi.
Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses internal dalam
memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan
proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang
mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah
proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi
adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan
penilaian dan kasih sayang.
2.4 OUTPUT
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat di amati, diukur atau
secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar
. Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan
output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-
adaptif. Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang
yang secara keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu
melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan kelangsungan hidup,
perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon yang mal
adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan
proses kontrol seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme
koping diwariskan atau diturunkan secara genetik (misal sel darah putih)
sebagai sistem pertahanan terhadap bakteri yang menyerang tubuh.
Mekanisme yang lain yang dapat dipelajari seperti penggunaan antiseptik
untuk membersihkan luka. Roy memperkenalkan konsep ilmu
Keperawatan yang unik yaitu mekanisme kontrol yang disebut Regulator
dan Kognator dan mekanisme tersebut merupakan bagian sub sistem
adaptasi.
2.5 MODEL ADAPTASI CALISTA ROY
Model Adaptasi Roy berasumsi bahwa dasar ilmu keperawatan adalah
pemahaman tentang proses adaptasi manusia dalam menghadapi situasi
hidupnya. Roy mengidentifikasikan 3 aspek dalam model keperawatannya
yaitu: pasien sebagai penerima layanan keperawatan, tujuan keperawatan
dan intervensi keperawatan. Masing-masing aspek utama tersebut
termasuk didalamnya konsep keperawatan, manusia, sehat-sakit,
lingkungan dan adaptasi. Konsep adaptasi diasumsikan bahwa individu
merupakan sistem terbuka dan adaptif yang dapat merespon stimulus yang
datang baik dari dalam maupun luar individu (Roy & Andrews, 1991 dalam
Araich, 2001). Dengan Model Adaptasi Roy, perawat dapat meningkatkan
penyesuaian diri pasien dalam menghadapi tantangan yang berhubungan
dengan sehat-sakit, meningkatkan penyesuaian diri pasien menuju
adaptasi dan dalam menghadapi stimulus. Kesehatan diasumsikan sebagai
hasil dari adapatasi pasien dalam menghadapi stimulus yang datang dari
lingkungan. Dalam Model Adaptasi Roy juga terdapat proses keperawatan
yang dimulai dari mengkaji prilaku dan faktor faktor yang mempengaruhi,
mengidentifikasi masalah, menetapkan tujuan . dan mengevaluasi hasil
Peran perawat adalah memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan memanipulasi stimulus yang datang dari lingkungan yang akhirnya
menimbulkan koping yang positif sebagai hasil dari adaptasi dan respon
negatif dideskripsikan sebagai respon yang yang maladaptif (Tolson &
McIntosh, 1996 dalam Araich, 2001). Adaptasi mempertimbangkan adanya
biologis adaptasi mode dan psikososial adaptasi mode. Psikososial
adaptasi mode termasuk konsep diri, fungsi peran, dan interdependen.
Keempat adaptasi mode tersebut saling berhubungan. Biologis dan
fisiologis adaptasi mode berfokus pada kebutuhan dasar yang menjaga
integritas anatomi dan fisiologis individu.
Stimulus yang datang dari lingkungan baik internal maupun eksternal
dikategorikan tiga yaitu: Stimulus Fokal, Kontekstual dan Residul. Stimulus
fokal adalah perubahan atau situasi yang segera berakibat terhadap
individu seperti stress, trauma atau sakit. Stimulus Kontekstual adalah
stimulus lain yang berpengaruh terhadap stimulus fokal contoh lingkungan
keluarga, Stimulus Residual adalah karakteristik, nilai, sikap individu yang
berkembang dari pengalaman masa lalu seperti nilai, pengalaman dan sifat
(Tolson & McIntosh dalam Araich, 2001).
Dalam proses adaptasi, kesehatan adalah hasil dari adaptasi manusia
terhadap stimulus yang dihadapinya, dan merupakan proses yang terjadi
dan terintegrasi serta menggambarkan hubungan antara individu dengan
lingkungan. Sedangkan adaptasi itu sendiri merupakan proses dan hasil
dari apa yang dipikirkan dan dirasakan individu sebagai individu dan
kelompok, dengan menggunakan kesadaran dan pilihan untuk membuat
integrasi antara individu dengan lingkungan. Respon yang timbul dalam
proses adapatasi dapat berupa respon adaptif dan respon inefektif. Respon
adaptif merupakan peningkatan integritas tujuan dari individu dalam hidup,
pertumbuhan, reproduksi, penguasaan dan transformasi individu dan
lingkungan.
Sedangkan respon yang tidak efektif merupakan respon yang tidak
berkontribusi dalam pencapaian integritas individu. Dalam proses adaptasi
juga terdapat mekanisme koping dan juga sub sistem regulator dan
cognator. Regulator merupakan respon yang timbul secara otomatis
terhadap stimulus berupa proses syaraf, kimia dan sistem endokrin.
Cognator merespon melalui respon cognitif dan melalui saluran emosi dan
kognitif yaitu persepsi dan proses informasi, belajar, keputusan dan emosi.
Selain itu prilaku dikatakan sebagai aksi dan reaksi yang timbul baik
internal dan eksternal dalam keadaan yang spesifik.
Tujuan perawatan adalah meningkatkan adapatasi dengan mengatur
stimulus lingkungan. Manajemen keperawatan pada asuhan keperawatan
pada pasien termasuk: meningkatkan, mengurangi, mempertahankan,
mengubah yang berhubungan dengan stimulus fokal dan kontekstual yang
relevan. Tujuan tindakan keperawatan adalah meningkatkan adaptasi,
yang berkontribusi terhadap kesehatan, kualitas kehidupan dan kematian
yang bermartabat.
2.6 TINGKATAN ADAPTASI
a. Focal Stimulasi yaitu Stimulus yang langsung beradaptasi dengan
seseorang dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap
seseorang individu.
b. Kontekstual Stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang,
dan baik stimulus internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi,
kemudian dapat dilakukan observasi, diukur secara subjektif.
c. Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan ciri
tambahan yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian
dengan lingkungan yang sukar dilakukan observasi.
2.7 SYSTEM MODE ADAPTASI
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi
untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode
fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan funfsi
fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
1. Mode fungsi fisiologi
a. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu
ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
b. Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti
jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
c. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan
ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991)
d. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan
istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam
memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh.
(Cho,1984 dalam Roy, 1991).
e. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses
imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini
penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu.
(Sato, 1984 dalam Roy 1991).
f. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan
bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi
nyeri penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984,
dalam Roy, 1991).
g. Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi
sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).
h. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan
bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka
mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan
tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur
aktivitas organ-organ tubuh (Robertsnn, 1984 dalam Roy, 1991).
i. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai
dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi
tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon
stress dan merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard &
Valentine dalam Roy,1991).
REFERENSI
Araich (2001), Roy’s Adaptation Model: Demonstration of Theory
Integration into Process of Care in Coronary Care Unit, Nursing Web Jurnal
Ed.7 tahun 2001
Tomey & Alligood (2006), Nursing Theoriests and Their Work, St. Louis:
Mosby
http://1.bp.blogspot.com/_IeMU3Ss0eG0/SIGiDt6nbCI/AAAAAAAAAHE/-
izBIyU0Z2A/s1600-h/PIC+6.jpg diakses pada tanggal 16 oktober 2008 jam
16.40 wib
http://nursingtheories.blogspot.com/2008/07/sister-callista-roy-adaptation-
theory.html diakses pada tanggal 16 oktober 2008 jam 16.00 wib
http://www2.bc.edu/~royca/htm/ram.htm diakses pada tanggal 16 oktober
2008 jam 16.30 wib
Roy (2005), Sister Calista Roy: Roy Adaptation Model
http://www.nipissingu.ca/faculty/arohap/aphome/NURS3006/Resources/Sis
terCallistaRoy_2.pdf diakses tanggal 16 okt 2008 jam 07.00 wib
http://www.nursing.gr/protectedarticles/Roy.pdf diakses tanggal 16 okt
2008 jam 07
Roy (2005), The Importance of Theory-Based Practice with Examples from
the Roy Adaptation Model Roy
http://www3.uakron.edu/nursing/documents/distlecture/Roy%20Lecture%2
02005.pdf diakses pada tanggal 16 oktober 2008 jam 16.00 wib
http://www.bc.edu/schools/son/faculty/theorist/Roy_Adaptation_Model.html
diakses pada tanggal 16 oktober 2008 jam 17.00 wib