OBJEK IV
OLEH
NO. BP : 1911013027
SHIFT / KELOMPOK :1
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
ISOLASI TRITERPENOID DARI DAUN PEGAGAN (Cantella asiatica L.)
I. TUJUAN
1. Mengetahui dan mempraktekkan cara mengisolasi senyawa golongan
triterpenoid dari Cantella asiatica L.
2. Mengetahui cara mengidentifikasi senyawa golongan triterpenoid dari
Cantella asiatica L.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tinjauan Botani
II.1.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Division : Tracheophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Apiales
Family : Apiaceae
Genus : Centella
II.1.2 Morfologi
Pegagan tumbuh baik pada tanah yang agak lembab. Tetapi cukup sinar
matahari atau agak terlindung dan memiliki laju respirasi yang rendah yang
menunjukkan bentuk adaptasi dasar yang memungkinkan skade plant mampu
bertahan pada lingkungan cahaya terbatas di dataran tinggi beriklim basah dengan
intensitas cahaya matahari rendah, seperti pegagan ini banyak tumbuh di Gunung
Putri, Cipanas, Cianjur dan Bogor (4).
COO-Glc-Glc-Rha
HO
HO
CH2OH
H
H
CH3
COOH
HO
HO
CH2OH OH
III.
IV.
V.
VI.
Tanaman ini sudah banyak diketahui oleh masyarakat sebagai tanaman obat
misalnya membersihkan darah, melancarkan peredaran darah, peluruh kencing
(diuretika), penurun panas (antipiretika), menghentikan pendarahan (haemostatika),
meningkatkan syaraf memori, anti bakteri, tonik, antispasma, antiinflamasi,
hipotensif, insektisida, antialergi dan stimulant dengan cara penggunaan sebagai
berikut, siapkan 2 genggam daun pegagan kemudian cuci bersih dengan air lalu
blender dengan air dan minum secara rutin 1x sehari selama seminggu (6).
2.4 Bioaktivitas
Secara oral ekstrak pegagan digunakan untuk pengobatan ulkus lambung dan
usus, serta untuk memperlancar peredaran darah ke otak sehingga dapat menurunkan
sumbatan aterosklerosis pada mikrosimulasi pembuluh darah otak (7).
Selain itu, Ekstrak metanol daun pegagan merah (centella asiatica L. Urban)
dan daun pegagan hijau (centella asiatica L. Urban) positif mampu mengambat
pertumbuhan bakteri mycobacterium tuberculosis (12).
Fase diam dapat berupa padatan atau kombinasi cairan-padatan dan fase gerak
dapat berupa cairan atau gas. Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa
komponen komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen komponen yang
berbeda bergerak pada laju yang berbeda (15).
Pada kromatografi lapis tipis, fase diam menggunakan sebuah lapis lipis silika
atau lumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang
keras. Jel silika atau alumina merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi
lapis tipis sering kali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar flor
dalam sinar ultra violet. Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-
aluminium oksida (14).
Untuk fase gerak dalam kromatografi adalah eluen yang berperan penting pada
proses elusi bagi larutan umpan untuk melewati fase diam (adsorbent). Eluent dapat
digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau campuran pelarut
tersebut pada adsorben (14).
Kromatografi Lapis Tipis merupakan salah satu metode isolasi yang terjadi
berdasarkan perbedaan daya serap (adsorpsi) dan daya partisi serta kelarutan dari
komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen (15).
2. Kromatografi Kolom
3. Kromatografi Kertas
Kromatografi kertas yaitu kertas mengadsorpsi air dari lingkungan sekitar. Air
tersedia dilingkungan dalam bentuk kelembaban dan bertindak sebagai salah satu
komponen dalam larutan pengelusi (fase gerak). Air juga bertindak sebagai fase diam.
Kromatografi kertas menggunakan sistem “cair-cair”. Kromatografi kertas banyak
digunakan untuk keperluan analitis, dan termasuk dalam kelompok kromatografi
planar, dimana pemisahannya menggunakan medium pemisah dalam bentuk bidang
(umumnya bidang datar) yaitu bentuk kertas. Prinsip kromatografi kertas yaitu
metode pemisahan dari substansi menjadi komponen-komponennya yang bergantung
pada distribusi suatu senyawa pada dua fase yaitu fase diam dan fase gerak, pelarut
bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen bergerak pada laju yang berbeda
dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak warna (15).
Berbagai jenis pemisahan dengan kromatografi kertas dilakukan yang dikenal sebagai
"analisa kapiler". Metoda ini sangat sesuai dengan kromatografi serapan dan
kromatografi kertas sebagai perkembangan dari sistem partisi. Salah satu zat padat
yang dapat digunakan untuk menyokong fasa tetap yaitu bubuk selulosa (15).
III. PROSEDUR KERJA
4.1 Hasil
Diketahui: Panjang lintasan totolan triterpen 1 = 1,1 cm
Panjang lintasan totolan triterpen 2 = 3,6 cm
Panjang lintasan triterpen 1 = 8 cm
Panjang lintasan triterpen 2 = 8,5 cm
panjang lintasantotolan
Rf triterpen 1 =
panjang lintasan
1,1cm
=
8 cm
= 0,1375
panjang lintasantotolan
Rf triterpen 2 =
panjang lintasan
3,6 cm
=
8 ,5 cm
= 0,4235
Pada praktikum objek keempat ini mengenai isolasi triterpenoid dari daun
pegagan (Cantella asiatica L.). Isolasi adalah suatu cara untuk mengambil satu
senyawa aktif yang terdapat di dalam tanaman untuk mengetahui senyawa yang
berkhasiat dalam tanaman tersebut. Isolasi metabolit sekunder dari suatu tumbuhan
terdiri atas tahapan penyiapan simplisia/sampel, ekstraksi, fraksinasi, pemurnian, dan
karakterisasi senyawa isolat. Isolasi metabolit sekunder dari berbagai bagian
tumbuhan memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat kesulitan tersebut adalah ada tidaknya metabolit sekunder
mayor dalam sampel dan jauh dekatnya Rf antara berbagai komponen dalam sampel.
Faktor-faktor inilah yang harus dipertimbangkan sebelum merancang sebuah
prosedur isolasi (16).
Setelah dilakukan maserasi maka saring hasil maserasi dari kedua botol
menggunakan kertas saring sehingga didapatkan maserat. Maserat diuapkan secara in
vacuo atau menggunakan vakum. In vacuo disini maksudnya adalah hampa udara,
tekanan rendah seminimal mungkin hingga mencapai tekanan 0, pompa air untuk
menguapkan semua udara yang ada, karena jika udaranya 0 maka pelarut methanol
tadi akan mendidih dah menguap melalui kondensor sehingga methanol habis dan di
dapatkan ekstrak dari pegagan yang kita harap untuk didapatkan. In vacuo ini
dilakukan menggunakan alat rotary ovaporator. Penguapan pelarut dilakukan sampai
jumlah maserat berkurang setengah dari jumlah awal, tujuannya karena pada langkah
selanjutnya akan dilakukan pencampuran ektrak dengan arang aktif (norit). Timbang
norit lalu masukan ke maserat. Kocok dan saring. Norit berfungsi untuk menarik
pigmen seperti klorofil dan zat pengotor, bisa juga menarik senyawa yang memiliki
bidang polarisasi datar /planar / tidak memilik atom C kiral. Lalu uapkan kembali
semuanya yang telah ditambahkan norit sehingga didapatkan serbuk berwarna putih
yang merupakan campuran triterpene dari daun pegagan yang kita harapkan.
Tahap selanjutnya adalah melakukan KLT. Kromatografi Lapis Tipis
merupakan pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip perbedaan distribusi
yang ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen). Komponen kimia
bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap komponen-
komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan jarak
yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya.
Pada plat KLT yang berukuran 20x20 cm menjadi ukuran plat yang
dibutuhkan untuk pengujian KLT ini. Lalu pada plat yang telah dipotong tersebut
diberi garis batas atas dan bawah serta memberi tanda tempat penotolan sampel.
Totolkan pegagan hasil isolasi dan pembanding pada plat KLT. Dengan ukuran batas
atas dan bawah yaitu 1cm dan jarak penotolan antar sampel yaitu 2cm. Pada saat
penotolan sampel tidak boleh terlalu pekat karena pemisahannya akan sulit sehingga
didapat bercak yang berekor, penotolan harus tepat sehingga didapat bercak yang
baik.
Pada proses KLT ini eluen yang digunakan adalah etil asetat : metanol :
aquadest dengan perbandingan 4:1:0,5 (8 ml:2ml:1ml). Digunakan perbandingan
seperti itu karena sudah dilakukan trialerror berulang kali oleh penguji tedahulu,
sehingga didapatkan perbandingan terbaik 4:1:0,5. Setelah itu diamkan selama 10-15
menit. Tujuannya untuk menjernihkan eluen agar kondisi chamber baik dan proses
elusi berjalan dengan baik. Untuk mengetahui eluen sudah jenuh maka diberi kertas
saring jika kertas saring terbasahi seluruhnya maka eluen sudah jenuh. Kertas saring
yang digunakan bagusnya setinggi chamber. Jika chamber tidak dijenuhkan terlebih
dahulu maka noda yang terbentuk tidak sesuai dan Rf tidak sesuai.
Proses terakhir dari praktikum ini adalah dilakukan perhitungan Rf dari noda
yang terlihat pada plat KLT. Berdasarkan literatur, terdapat 3 senyawa triterpen yang
terkandung di dalam daun pegagan yaitu Asiatikosida, Asam Madekasat dan Asam
Asiatat. Tetapi pada praktikum ini hanya terlihat 2 noda yang tampak pada plat.
Kesalahan dapat terjadi karena ketidaktepatan dalam menotol eluat pada plat,
sehingga dapat menimbulkan tailing atau berekor yang mengakibatkan Rf senyawa
sulit dihitung dan di bandingkan dengan literaturnya. Rf untuk 3 senyawa triterpen
yang terkandung dalam pegagan adalah senyawa asiatikosida terletak pada rentang
0,2–0,35, nilai Rf senyawa asam asiatat yaitu 0,42 dan Rf senyawa asam madekasat
0,45 (19).
H
CH3
COO-Glc-Glc-Rha
HO
HO
CH2OH
H
Daun pegagan
dikeringkan
Maserasi 2x3
hari
Gabung maserat 1
dan 2, lalu saring
Uapkan di rotary
evaporator
Timbang norit dan masukkan ke dalam
maserat, kocok lalu saring
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
8.
DAFTAR PUSTAKA
10. Orhan IE. Centella asiatica (L.) Urban: from traditional medicine to modern
medicine with neuroprotective potential. Evidence-based Complement Altern
Med. 2012;2012.
16. Idawati S, Hakim A man, Amdayani Y. Isolasi α -Mangostin dari Kulit Buah
Manggis ( Garcinia mangostana L.) dan Uji Aktivitas Antibakteri Terhadap
Bacilus cereus. J Farm Dan Ilmu Kefarmasian Indones. 2018;4(2):118–22.
17. Howan DHO. Isolasi dan identifikasi metabolit sekunder dari ekstrak butanol
pegagan [Centella asiatica (L) urban]. Fuller J Chem. 2017;2(2):92.
18. Wullur AC, Schaduw J, Wardhani ANK. Identifikasi alkaloid pada daun sirsak
(Annona muricata L.). J Ilm Farm Poltekkes Manad. 2012;3(2):96483.
19. Zulkarnaen. Putri, Alifia. Eka O. Penetapan Kadar Asiatikosida Ekstrak Etanol
70 % Pegagan ( Centella asiatica ) menggunakan Metode LC – MS
Zulkarnaen, Alifia Putri F, Oktavia Eka P. ABSTRAK. J Ilm Farm. 2014;99–
107.