Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

KIMIA BAHAN ALAM

OBJEK IV

ISOLASI TRITERPENOID DARI DAUN PEGAGAN

(Cantella asiatica L.)

OLEH

NAMA : SYAFIRA HERFINA

NO. BP : 1911013027

SHIFT / KELOMPOK :1

HARI / TANGGAL : SENIN / 5 APRIL 2021

LABORATORIUM KIMIA BAHAN ALAM

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2021
ISOLASI TRITERPENOID DARI DAUN PEGAGAN (Cantella asiatica L.)

I. TUJUAN
1. Mengetahui dan mempraktekkan cara mengisolasi senyawa golongan
triterpenoid dari Cantella asiatica L.
2. Mengetahui cara mengidentifikasi senyawa golongan triterpenoid dari
Cantella asiatica L.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tinjauan Botani

Gambar 1. Pegagan (Cantella asiatica L.) (1).

II.1.1 Klasifikasi

Klasifikasi tumbuhan Cantella asiatica L. :

Kingdom : Plantae

Division : Tracheophyta

Sub Division : Spermatophyta

Class : Magnoliopsida

Order : Apiales

Family : Apiaceae
Genus : Centella

Spesies : Centella asiatica (L.) (1).

II.1.2 Morfologi

Centella asiatica atau pegagan merupakan tanaman herba tahunan yang


tumbuh menjalar dan berbunga sepanjang tahun. Tanaman akan tumbuh subur bila
tanah dan lingkungannya sesuai hingga dijadikan penutup tanah. Termasuk tanaman
tema, menahun, tidak berbatang, mempunyai rimpang pendek, dan stolon-stolon yang
merayap panjang 10-80 cm. Akar keluar dari setiap buku, banyak percabangan
membentuk tumbuhan baru, daun tunggal, bertangkai panjang, tersusun dalam roset
dan akar yang terdiri dari 2-10 helai daun. Helaian daun berbentuk ginjal, tepi daun
bergerigi, sedikit berambut, diameter 1-7 cm. Bunga tersusun berbentuk payung,
tunggal 3-5 bunga, keluar dari ketiak daun dan berwarna merah muda atau putih.
Buahnya kecil, bergantung, berbentuk lonjong, pipih, panjang 2-2,5 mm, baunya
wangi dan rasanya pahit. Daunnya dapat dimakan sebagai lalap. Akarnya berbentuk
rimpang dengan banyak stolon, berkelompok dan lama-kelamaan meluas hingga
menutupi tanah, merayap dan berbuku-buku. Akar berwarna agak kemerah-merahan
(2).

Pegagan tumbuh merayap menutupi tanah, tidak memiliki batang, tinggi


tanaman antara 10-50 cm. Pegagan memiliki daun satu helaian yang tersusun dalam
roset akar dan terdiri dari 2-10 helai daun. Daun berwarna hijau dan berbentuk kipas,
buah berbentuk pinggang atau ginjal. Pegagan juga memiliki daun yang permukaan
dan punggungnya licin, tepinya agak melengkung ke atas, berigi, dan kadang-kadang
berambut, tulangnya berpusat di pangkal dan tersebar ke ujung serta daunnya
memiliki diameter 1-7 meter. Pegagan memiliki tangkai daun berbentuk pelepah,
agak panjang dan berukuran 5-15cm. Pada tangkai daun pegagan di pangkalnya
terdapat daun sisik yang pendek, licin, tidak berbulu, berpadu dengan tangkai.
Pegagan memiliki daun putih atau merah muda yang tersusun dalam karangan yang
berbentuk payung. Buah pegagan berbentuk lonjong dan pipih, berbau harum dan
berasa pahit, panjang buah 2-2,5mm (3).

Pegagan merupakan tumbuhan berbiji tertutup dan berkeping dua. Merupakan


tanaman herba yang berpotensi dalam farmakologi. Pegagan memiliki akar rimpang
yang pendek serta mempunyai geragih, akar keluar dari buku dan berupa akar
tunggang berwarna putih. Stolon tumbuh dari sistem perakaran, memiliki ukuran
yang panjang dan tumbuh menjalar. Pada setiap buku dari stolon akan tumbuh tunas
yang akan menjadi cikal bakal tumbuh pegagan baru (3).

II.1.3 Habitat dan Distribusi

Pegagan merupakan tumbuhan tropis dengan daerah penyebaran cukup luas,


dari dataran rendah sampai dataran tinggi, hingga 2.500 m di atas permukaan laut.
Pegagan dapat ditemukan di daerah perkebunan, ladang, tepi jalan, pematang sawah,
ataupun di ladang yang agak basah dengan 125.000 tanah/hapotensi produksi
biomasa kering dapat mencapai 1,27-2,05 t/ha..3 Tanaman ini berasal dari daerah Asia
tropik, tersebar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, India, Republik Rakyat Cina,
Jepang dan Australia kemudian menyebar ke berbagai negara-negara lain. Nama yang
biasa dikenal untuk tanaman ini adalah daun kaki kuda dan antanan (4).

Pegagan tumbuh baik pada tanah yang agak lembab. Tetapi cukup sinar
matahari atau agak terlindung dan memiliki laju respirasi yang rendah yang
menunjukkan bentuk adaptasi dasar yang memungkinkan skade plant mampu
bertahan pada lingkungan cahaya terbatas di dataran tinggi beriklim basah dengan
intensitas cahaya matahari rendah, seperti pegagan ini banyak tumbuh di Gunung
Putri, Cipanas, Cianjur dan Bogor (4).

II.2 Kandungan Kimia


H
CH3

COO-Glc-Glc-Rha
HO

HO
CH2OH
H

Gambar 2. Struktur Kimia Asiatikosida (5).

H
CH3

COOH
HO

HO
CH2OH OH

Gambar 3. Struktur Kimia Asam Madekasat (5).

III.
IV.
V.
VI.

Gambar 4. Struktur Asam Asiatat (5).

Kandungan kimia pegagan (Centella asiatica) terbagi menjadi beberapa


golongan, yakni asam amino, flavonoid, terpenoid dan minyak atsiri. Terpenoid,
khususnya triterpenoid, merupakan kandungan utama dari pegagan yang terdiri dari
asiatikosida, tankunisida, isotankunisida, madekasosida, brahmosida, brahminosida,
asam brahmik, asam madasiatik, meso-inositol, sentelosida, karotenoid, hidrokotilin,
vellarin, tanin serta garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium, dan
besi, fosfor, pektin (17.25%), vitamin B, zat pahit vellarine, dan zat samak dengan
rendemen 20,39% (5).
Bermacam-macam kandungan kimia dari daun pegagan antara lain senyawa
glikosida triterpenoid disebut asiatikosida yakni suatu senyawa heteroside.
Asiatikosida merupakan senyawa metabolit sekunder yang termasuk dalam kelompok
terpene tersebut adalah lemak yang disintesa dari metabolit primer Acetyl CoA
melalui lintasan Asam Mevalonat (MAP) atau intermediet dasar glikolisis lewat
lintasan Methylerythritol Phospate (MEP) (5).

2.3 Kegunaan Secara Tradisional

Tanaman pegagan termasuk dalam 10 jenis tanaman obat utama. Kebutuhan


simplisia pegagan untuk industri jamu mencapai 126 ton per tahun dan barada pada
urutan ke-13 dari 152 jenis simplisia. Beberapa khasiat tanaman pegagan adalah
sebagai obat lemah saraf, demam, brokitis, kencing manis, psikoneurosis, wasir dan
hipertensi, penambah nafsu makan, dan menjaga vitalitas (1).

Pegagan secara tradisional banyak digunakan untuk penyakit kulit. Disamping


untuk penggunaan topikal, pegagan juga digunakan untuk mengobati sakit perut,
batuk, batuk berdarah dan disentri, penyembuh luka, rada, pegal linu, asma, wasir,
tuberkolosis, lepra, demam dan penambah selera makan (6).

Tanaman ini sudah banyak diketahui oleh masyarakat sebagai tanaman obat
misalnya membersihkan darah, melancarkan peredaran darah, peluruh kencing
(diuretika), penurun panas (antipiretika), menghentikan pendarahan (haemostatika),
meningkatkan syaraf memori, anti bakteri, tonik, antispasma, antiinflamasi,
hipotensif, insektisida, antialergi dan stimulant dengan cara penggunaan sebagai
berikut, siapkan 2 genggam daun pegagan kemudian cuci bersih dengan air lalu
blender dengan air dan minum secara rutin 1x sehari selama seminggu (6).

2.4 Bioaktivitas

2.4.1 Bioaktivitas Ekstrak


Eksrtrak daun pegagan dapat menurunkan sel spermatogenik yang meliputi
sel spermatogonia dan sel spermatosit. Salah satu kemungkinan penurunan jumlah sel
spermatosit adalah adanya gangguan dalam proses mitosis. Kemungkinan lain
disebabkan proses spermatogenesis awal telah terjadi gangguan, sehingga proses
spermatogenesis berikutnya juga akan mengalami gangguan. Khasiat antifertilitas
yang dimiliki daun pegagan menjadikan tanaman tersebut berpotensi digunakan
sebagai bahan kontrasepsi bagi pria (7).

Secara oral ekstrak pegagan digunakan untuk pengobatan ulkus lambung dan
usus, serta untuk memperlancar peredaran darah ke otak sehingga dapat menurunkan
sumbatan aterosklerosis pada mikrosimulasi pembuluh darah otak (7).

Ekstrak daun pegagan (Centella asiatica) efektif dalam menghambat


pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans pada berbagai konsentrasi, akan tetapi
zona hambat yang dihasilkan jauh lebih kecil dibandingkan klorheksidin. Terdapat
pula aktivitas antibakteri daun pegagan (Centella asiatica) terhadap pertumbuhan
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pada konsentrasi 60%, 80% dan 100%.
Bioaktivitas ekstrak metanol daun pegagan (Centella asiatica) terhadap bakteri
Mycobacterium tubercolosis pada konsentrasi 80% dan 100%. Ekstrak pegagan
dengan konsentrasi 80% mamiliki daya aktivitas lebih tinggi daripada ekstrak lainnya
(7).

2.4.2 Bioaktivitas Metabolit Sekunder

Pegagan (Centella asiatica) mengandung sejumlah besar senyawa golongan


saponin, triterpenoid,pentasiklik. Pegagan diketahui mempunyai aktifitas farmakologi
yang luas yaitu untuk penyembuhan luka terbuka, pengobatan kondisi kulit,
seponikusta, lupus, varises, bisul, ekstrim, psoriasis, diare, demam, menghilangkan
kecemasan, dan meningkatkan daya ingat, antibakteri, antijamur, antioksidan dan
antiinflamasi (8).

Bioaktifitas flafonoid, tanin, steroid, dan glikesida berkhasiat untuk kesehatan.


Sebagai metebolit sekunder, triterpenoid, triterpenoid glikosida termasuk golongan
steroid yang merupakan bahan baku untuk sintesis hormon testosteron. Triterpenoid
glikosida dapat menghambat enzim yang mengkhatalis konversi hormon androgen
menjadi estrogen sehingga konsentrasi hormontestosteron meningkat. Apabila
konsentrasi hormon testosteron meningkat tinggi atau rendah terhadap ambang
hormon akan berakibat negatif pada hipotalamus, yang mengakibatkan kerusakan (9).

Asiatikosida merupakan komponen utama dari pegagan yang termasuk


golongan saponin triterpen. Studi ilmiah menunjukkan bahwa asiatikosida berfungsi
sebagai neuroprotektif untuk terapi penyakit Parkinson yaitu melawan neurotoksisitas
yang diinduksi oleh 1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-tetrahydropyridine (MPTP) (10).

Alkaloid pada pegagan diindikasi mampu sebagai inhibitor enzim xantin


oksidase, sedangkan pada ekstrak daun pegagan terdapat senyawa 2-
3dihidrobenxofuran; 3-etoksi-1,,4a,5,6,7,8,8a-oktahidroisoquinolin; 3-oxo-1-butenil
yang secara aktif ketiga senyawa tersebut terindikasi dapat secara aktif menghambat
pembentukan asam urat (11).

Selain itu, Ekstrak metanol daun pegagan merah (centella asiatica L. Urban)
dan daun pegagan hijau (centella asiatica L. Urban) positif mampu mengambat
pertumbuhan bakteri mycobacterium tuberculosis (12).

2.5 Metode Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses untuk memisahkan bagian senyawa aktif tanaman


yang berfungsi sebagai obat menggunakan pelarut selektif melalui prosedur tertentu.
Proses ekstraksi yang umum dilakukan adalah maserasi, perkolasi, infusa, digesti,
dekoksi, refluks dan soxhlet. Dari berbagai ekstraksi dipilih maserasi karena lebih
mudah dan dapat menjaga kandungan senyawa tanaman yang tidak tahan panas (12).

Ekstraksi Cantella asiatica (pegagan), dilakukan dengan metode maserasi


menggunakan pelarut metanol. Sebanyak 400 g pegagan direndam dalam etanol 70%
teknis 2 liter (1:5). setiap kali perendaman selama 24 jam disertai pengadukan dengan
overhead stirrer selama 30 menit dengan kecepatan 500 rpm. Perendaman dilakukan
sebayak lima kali. Penguapan pelarut menggunakan rotavapor dan vacum drying
pada suhu 40°C. Selanjutnya, pelarut diuapkan dalam evaporator vakum putar,
sehingga diperoleh ekstrak metanol. Terhadap ekstrak metanol dilakukan
pemeriksaan bercak noda dengan kromatografi lapis tipis (KLT) untuk memperoleh
pelarut yang sesuai untuk dipakai dalam kromatografi kolom. Ekstrak metanol
kemudian dipisahkan melalui kolom kromatografi (KK) silika gel-60 menggunakan
eluen n-heksana : etil asetat dengan perbandingan yang berubah secara gradient.
Prinsip dari KLT adalah memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara
sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam
dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin
dipisahkan (12).

2.6 Pemurnian / Rekristalisasi

Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari pengotornya


dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut
yang sesuai. Prinsip dasar dari proses rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara
zat yang akan dimurnikan dengan zat pengotornya. Karena konsentrasi total pengotor
biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, dalam kondisi dingin,
konsentrasi pengotor yang rendah tetap dalam larutan sementara zat yang
berkonsentrasi tinggi akan mengendap. Seperti yang diungkapkan Underwood, 1996
“setelah suatu kristal endapan terbentuk, kemurnianya dapat ditingkatkan dengan cara
endapan itu disaring, dilarutkan ulang dan diendapkan ulang. Ion pengotor akan hadir
dalam konsentrasi yang lebih rendah selama pengendapan (13).

Fraksi dianalisis menggunakan KLT untuk melihat kemurnian senyawa yang


diperoleh. Senyawa murni yang diperoleh diuji sifat fisikanya, yang meliputi: titik
leleh dengan alat pengukur titik leleh, kelarutan, putaran optik dengan polarimeter,
bentuk dan warna. Penentuan struktur molekul senyawa kimia dilakukan analisis
spektroskopi menggunakan data spektra FTIR, UVVis, 1H-NMR dan 13C-NMR
(14).
2.7 Kromatografi

Kromatografi adalah Teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan


kecepatn perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi,
komponen komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase, yaitu fase diam dan
fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran, sedangkan fase gerak
akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase
diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan
bergerak lebih cepat (15).

Fase diam dapat berupa padatan atau kombinasi cairan-padatan dan fase gerak
dapat berupa cairan atau gas. Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa
komponen komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen komponen yang
berbeda bergerak pada laju yang berbeda (15).

Pada kromatografi lapis tipis, fase diam menggunakan sebuah lapis lipis silika
atau lumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang
keras. Jel silika atau alumina merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi
lapis tipis sering kali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar flor
dalam sinar ultra violet. Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-
aluminium oksida (14).

Untuk fase gerak dalam kromatografi adalah eluen yang berperan penting pada
proses elusi bagi larutan umpan untuk melewati fase diam (adsorbent). Eluent dapat
digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau campuran pelarut
tersebut pada adsorben (14).

Berdasarkan sifat instrumen yang digunakan, metode analisis Kromatografi


terdiri dari 2 macam yaitu konvensional dan modern. Kromatografi modern adalah
teknik pemisahan komponen zat atau zat aktif dari suatu senyawa yang memiliki
berat molekul tinggi dengan menggunakan instrumen canggih. Alat yang digunakan
diantaranya adalah HPLC (High Performance Liquid Cromatography) dan GC-MS
(Gas Cromatography – Mass Spektro). Kromatografi konvensional merupakan teknik
pemisahan yang dilakukan dengan cara menggunakan instrumen yang sederhana,
diantaranya kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom, dan kromatografi kertas
(14).

1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan kromatografi planar, yang fase


diamnya berupa lapisan seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang
didukung oleh lempeng kaca, plat aluminium, atau plat plastic. Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa
murninya dan mengetahui kuantitasnya (15).

Kromatografi Lapis Tipis merupakan salah satu metode isolasi yang terjadi
berdasarkan perbedaan daya serap (adsorpsi) dan daya partisi serta kelarutan dari
komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen (15).

Untuk pemisahan komponen-komponen campuran rumit dapat digunakan


teknik kromatografi. Dimana metoda ini didasarkan pada distribusi komponen
diantara dua fase yang tidak bercampur, fase diam dan fase gerak. Mekanisme
terdistribusinya komponen-komponen dapat disebabkan oleh peristiwa partisi, reaksi
penukar ion dan difusi komponen kedalam pori-pori fase diam, komponen cairan
akan bergerak dengan kecepatan berbeda sehingga terjadi pemisahan. Pemisahan
secara kromatografi akan didapat fraksi yang memiliki satu noda pada KLT dan
selanjutnya lakukan proses pemurnian (15).

2. Kromatografi Kolom

Kromatografi kolom terbagi dalam kromatografi kolom terbuka


(konvensional) dan kromatografi kolom tertutup. Ditinjau dari mekanismenya
kromatografi kolom merupakan kromatografi serapan atau adsorpsi. Kromatografi
adsorpsi banyak digunakan dalam pemisahan senyawa-senyawa organik, senyawa-
senyawa nonpolar dan konsistuen-konstituen yang sulit untuk menguap (15).

3. Kromatografi Kertas
Kromatografi kertas yaitu kertas mengadsorpsi air dari lingkungan sekitar. Air
tersedia dilingkungan dalam bentuk kelembaban dan bertindak sebagai salah satu
komponen dalam larutan pengelusi (fase gerak). Air juga bertindak sebagai fase diam.
Kromatografi kertas menggunakan sistem “cair-cair”. Kromatografi kertas banyak
digunakan untuk keperluan analitis, dan termasuk dalam kelompok kromatografi
planar, dimana pemisahannya menggunakan medium pemisah dalam bentuk bidang
(umumnya bidang datar) yaitu bentuk kertas. Prinsip kromatografi kertas yaitu
metode pemisahan dari substansi menjadi komponen-komponennya yang bergantung
pada distribusi suatu senyawa pada dua fase yaitu fase diam dan fase gerak, pelarut
bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen bergerak pada laju yang berbeda
dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak warna (15).

Berbagai jenis pemisahan dengan kromatografi kertas dilakukan yang dikenal sebagai
"analisa kapiler". Metoda ini sangat sesuai dengan kromatografi serapan dan
kromatografi kertas sebagai perkembangan dari sistem partisi. Salah satu zat padat
yang dapat digunakan untuk menyokong fasa tetap yaitu bubuk selulosa (15).
III. PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
 Wadah untuk maserasi
 Kolom kromatografi
 Corong
 Botol 100 mL
 Vial
 Pipet tetes
 Seperangkat alat rotary evaporator
 Chamber
 Penotol
3.1.2 Bahan
 Daun pegagan kering (100 g)
 Methanol
 Etil asetat
 Plat KLT
 Kapas
 Norit
 Penampak noda untuk triterpenoid

3.2 Cara Kerja


1. Grinder sebanyak 100 g daun pegagan kering
2. Maserasi dengan 500 mL metanol selama 1x3 hari, saring
3. Uapkan maserat hingga volume 200 mL
4. Masukkan 100 g norit ke dalam kolom kemudian lewatkan maserat ke
dalam kolom, tampung
5. Uapkan eluat dengan rotary evaporator hingga kering
6. KLT senyawa hasil isolasi menggunakan fase diam silika gel 60 F254,
fase gerak etil asetat : metanol : aquadest (4:1:0,5). Semprotkan reagen
vanillin asam sulfat pada plat KLT yang sudah dielusi kemudian panaskan
untuk melihat noda pada fase diam.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Diketahui: Panjang lintasan totolan triterpen 1 = 1,1 cm
Panjang lintasan totolan triterpen 2 = 3,6 cm
Panjang lintasan triterpen 1 = 8 cm
Panjang lintasan triterpen 2 = 8,5 cm
panjang lintasantotolan
 Rf triterpen 1 =
panjang lintasan
1,1cm
=
8 cm
= 0,1375

panjang lintasantotolan
 Rf triterpen 2 =
panjang lintasan
3,6 cm
=
8 ,5 cm
= 0,4235

Gambar 5. Sampel pegagan (Centella asiatica L)


Gambar 6. Maserasi sampel pegagan

Gambar 7. Filtrat hasil penyaringan dari maserat + norit

Gambar 8. Hasil KLT dengan penampak noda ans


4.2 Pembahasan

Pada praktikum objek keempat ini mengenai isolasi triterpenoid dari daun
pegagan (Cantella asiatica L.). Isolasi adalah suatu cara untuk mengambil satu
senyawa aktif yang terdapat di dalam tanaman untuk mengetahui senyawa yang
berkhasiat dalam tanaman tersebut. Isolasi metabolit sekunder dari suatu tumbuhan
terdiri atas tahapan penyiapan simplisia/sampel, ekstraksi, fraksinasi, pemurnian, dan
karakterisasi senyawa isolat. Isolasi metabolit sekunder dari berbagai bagian
tumbuhan memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat kesulitan tersebut adalah ada tidaknya metabolit sekunder
mayor dalam sampel dan jauh dekatnya Rf antara berbagai komponen dalam sampel.
Faktor-faktor inilah yang harus dipertimbangkan sebelum merancang sebuah
prosedur isolasi (16).

Triterpenoid merupakan senyawa yang banyak terdapat dalam tumbuhan.


Triterpena termasuk dalam kelompok senyawa terpenoid. Kata terpena mencakup
sejumlah besar senyawa tumbuhan, dan istilah ini digunakan untuk menunjukkan
bahwa secara biosintesis semua senyawa tumbuhan itu berasal dari senyawa yang
sama, yaitu dari molekul isoprene. Salah satu metabolit sekunder yang terkandung
dalam tumbuhan Pegagan adalah triterpene. Pegagan memiliki kandungan kimia
seperti saponin triterpen (asiatikosida, brahmosida, thankunusida) dan alkaloid
(hidrokofilin), isothankusida, madekasosida, brahmasida, asam brahmik, asam
modasiatik. Selain itu, terdapat juga meso-inisitol, sentelloso, karotenoid, garam K,
Ne, Ca, Fe, velarin, fatin, musilago, resin, pectin, gula dan vitamin B. Pegagan
digunakan sebagai obat anti infeksi, anti racun, penurun panas, peluruh air seni
(diuretikum), anti lepra, dan anti sifilis. Daunnya digunakan untuk astrigensin dan
tonikum. Pegagan mampu merevitalisasi tubuh dan otak yang lelah. Selain itu,
mampu memperbaiki sirkulasi tubuh dengan revitalisasi pembuluh darah dan
memperbaiki kesuburan wanita. Pegagan juga digunakan sebagai obat kardio
depressant, hipotensif, dan malaria (17).
Sampel yang digunakan dalam praktikum isolasi triterpenoid dari daun
pegagan kali ini adalah daun pegagan kering. Tahap pertama yang dilakukan dalam
praktikum kali ini ialah persiapan yang meliputi daun pegagan di keringkan. Tujuan
pengeringan daun pegagan ini adalah untuk menghilangkan kadar air yang terdapat
pada daun pegagan, sehingga mencegah tumbuhnya jamur dan sampel bisa digunakan
untuk waktu yang lama, selain itu juga untuk inaktivasi kerja enzim yang ada.
Selanjutnya, setelah daun pegagan dikeringkan dilanjutkan dengan menggrindernya
hingga menjadi serbuk. Tujuan dari menggrinder atau penghalusan ini adalah untuk
memperluas permukaan sampel sehingga mempercepat proses pelarutan atau
meningktakan kelarutan, karena jika ukuran partikel semakin kecil maka luas
permukaan semakin besar dan tentunya kontak dengan pelarut semakin besar. Setelah
didapatkan serbuk dari daun pegagan tersebut maka tahap selanjutnya dalam
penyiapan ini adalah menimbang banyaknya sampel serbuk pegagan yang akan
digunakan.

Proses selanjutnya adalah melakukan proses ekstraksi. Ekstraksi yang


digunakan dalam isolasi triterpenoid dari daun pegagan kali ini adalah metode
maserasi. Metode ini dipilih karena pengerjaan dan peralatan yang digunakan
sederhana dan mudah diperoleh maseratnya, serta proses perendaman yang cukup
lama diharapkan dapat menarik lebih banyak zat aktif yang terkandung di dalam
simplisia. Meserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organic
yang digunakan pada suhu ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi
senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi
pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan di dalam dan di luar
sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam
pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama
perendaman yang digunakan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan
memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan
alam pelarut tersebut. Jika di tinjau dari titik leleh pegagan sendiri yaitu 146 – 147 ℃
, pegagan ini bisa dilakukan proses ekstraksi dengan metode sokletasi. Tetapi pada
praktikum kali ini tidak dilakukan metode tersebut, dikarenakan kami disini diajarkan
bagaimana metode maserasi tersebut (18).

Sampel serbuk yang telah ditimbang dimasukkan kedalam wadah dan


ditambahkan methanol sebagai pelarut untuk dilakukan maserasi. Adapun alasan
digunakan methanol sebagai pelarut dalam proses maserasi ini karena methanol
merupakan pelarut universal yang bisa menarik senyawa polar dan non polar.
Maserasi dilakukan selama 2x3 hari, maksud dari 2x3 disini adalah 2 botol atau
wadah yang digunakan untuk maserasi dan dilakukan selama 3 hari. Adapun alasan
digunakan 2 wadah yaitu dari perbandingan sampel dan pelarut yang digunakan 1:10
(100gr sampel dan 1000mL pelarut) sehingga yang dimasukkan kedalam wadah
tersebut di bagi 2, untuk masing masing wadah terdapat 50gr sampel dan 500mL
pelarut. Dalam waktu proses maserasi tersebut, dilakukan proses membolak balikan
botol untuk mencegah terjadinya kejenuhan zat aktif pada bagian tertentu dan agar
konsentrasi tersebar merata di seluruh bagian.

Setelah dilakukan maserasi maka saring hasil maserasi dari kedua botol
menggunakan kertas saring sehingga didapatkan maserat. Maserat diuapkan secara in
vacuo atau menggunakan vakum. In vacuo disini maksudnya adalah hampa udara,
tekanan rendah seminimal mungkin hingga mencapai tekanan 0, pompa air untuk
menguapkan semua udara yang ada, karena jika udaranya 0 maka pelarut methanol
tadi akan mendidih dah menguap melalui kondensor sehingga methanol habis dan di
dapatkan ekstrak dari pegagan yang kita harap untuk didapatkan. In vacuo ini
dilakukan menggunakan alat rotary ovaporator. Penguapan pelarut dilakukan sampai
jumlah maserat berkurang setengah dari jumlah awal, tujuannya karena pada langkah
selanjutnya akan dilakukan pencampuran ektrak dengan arang aktif (norit). Timbang
norit lalu masukan ke maserat. Kocok dan saring. Norit berfungsi untuk menarik
pigmen seperti klorofil dan zat pengotor, bisa juga menarik senyawa yang memiliki
bidang polarisasi datar /planar / tidak memilik atom C kiral. Lalu uapkan kembali
semuanya yang telah ditambahkan norit sehingga didapatkan serbuk berwarna putih
yang merupakan campuran triterpene dari daun pegagan yang kita harapkan.
Tahap selanjutnya adalah melakukan KLT. Kromatografi Lapis Tipis
merupakan pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip perbedaan distribusi
yang ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen). Komponen kimia
bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap komponen-
komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan jarak
yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya.

Pada plat KLT yang berukuran 20x20 cm menjadi ukuran plat yang
dibutuhkan untuk pengujian KLT ini. Lalu pada plat yang telah dipotong tersebut
diberi garis batas atas dan bawah serta memberi tanda tempat penotolan sampel.
Totolkan pegagan hasil isolasi dan pembanding pada plat KLT. Dengan ukuran batas
atas dan bawah yaitu 1cm dan jarak penotolan antar sampel yaitu 2cm. Pada saat
penotolan sampel tidak boleh terlalu pekat karena pemisahannya akan sulit sehingga
didapat bercak yang berekor, penotolan harus tepat sehingga didapat bercak yang
baik.

Pada proses KLT ini eluen yang digunakan adalah etil asetat : metanol :
aquadest dengan perbandingan 4:1:0,5 (8 ml:2ml:1ml). Digunakan perbandingan
seperti itu karena sudah dilakukan trialerror berulang kali oleh penguji tedahulu,
sehingga didapatkan perbandingan terbaik 4:1:0,5. Setelah itu diamkan selama 10-15
menit. Tujuannya untuk menjernihkan eluen agar kondisi chamber baik dan proses
elusi berjalan dengan baik. Untuk mengetahui eluen sudah jenuh maka diberi kertas
saring jika kertas saring terbasahi seluruhnya maka eluen sudah jenuh. Kertas saring
yang digunakan bagusnya setinggi chamber. Jika chamber tidak dijenuhkan terlebih
dahulu maka noda yang terbentuk tidak sesuai dan Rf tidak sesuai.

Pada proses KLT setelah di elusi seharusnya dilakukan pengecekan di bawah


sinar UV, tetapi pada pegagan tidak bisa langsung dilakukan karena triterpenoid
sebagai senyawa kimia tidak memiliki gugus kromofor, sedangkan prinsip dari sinar
UV ini adalah mengidentifikasi dari senyawa kromofor yang ada. Olah karena itu
digunakan reagen penampak noda. Plat KLT direndam dengan reagen spesifik yaitu,
vanilin asam sulfat, Liebermann burchard, ANS, antimony klorida. Pada praktikum
kali ini digunakan reagen ans (anisaldehid asam sulfat). Setelah itu panaskan plat
KLT dengan hot gun sampai noda pada plat KLT terlihat. Tujuan dilakukan
pemanasan dengan alat ini agar senyawa yang diinginkan lebih keluar lagi.

Proses terakhir dari praktikum ini adalah dilakukan perhitungan Rf dari noda
yang terlihat pada plat KLT. Berdasarkan literatur, terdapat 3 senyawa triterpen yang
terkandung di dalam daun pegagan yaitu Asiatikosida, Asam Madekasat dan Asam
Asiatat. Tetapi pada praktikum ini hanya terlihat 2 noda yang tampak pada plat.
Kesalahan dapat terjadi karena ketidaktepatan dalam menotol eluat pada plat,
sehingga dapat menimbulkan tailing atau berekor yang mengakibatkan Rf senyawa
sulit dihitung dan di bandingkan dengan literaturnya. Rf untuk 3 senyawa triterpen
yang terkandung dalam pegagan adalah senyawa asiatikosida terletak pada rentang
0,2–0,35, nilai Rf senyawa asam asiatat yaitu 0,42 dan Rf senyawa asam madekasat
0,45 (19).

Perbandingan menentukan gugus kromofor

Stuktur asiatikosida golongan triterpen Struktur kimia asam usnat

H
CH3

COO-Glc-Glc-Rha
HO

HO
CH2OH
H

Pada lingkar merah terdapat


gugus keton
Pada lingkar biru terdapat
benzene dengan substituent
posisi para
Struktur kromofor memiliki ikatan rangkap terkonjugasi seperti adanya ikatan
rangkap dua, C rangkap tiga, benzene dengan substituent posisi para, N rangkap tiga
dan gugus keton (20).

SKEMA KERJA ISOLASI SENYAWA TRITERPENOID DARI DAUN


PEGAGAN (Cantella asiatica L.)

Daun pegagan
dikeringkan

Daun pegagan yang telah kering


di grinder sampai berbentuk
serbuk

Timbang serbuk pegagan, lalu


masukkan kedalam 2 wadah + pelarut
methanol

Maserasi 2x3
hari

Gabung maserat 1
dan 2, lalu saring

Uapkan di rotary
evaporator
Timbang norit dan masukkan ke dalam
maserat, kocok lalu saring

Uapkan semua pelarut


di rotary evaporator

Diperoleh serbuk putih yang


merupakan campuran triterpen dari
daun pegagan

Lakukan proses KLT, dengan merendam plat


dengan penampak noda ANS lalu plat
dipanaskan dengan alat. Diperoleh noda
berwarna hitam
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Senyawa triterpen yang terkandung dari pegagan adalah Asiatikosida, Asam


Madekasat, dan Asam Asiatat.
2. Pada isolasi triterpenoid dari daun pegagan ini proses ekstraksi yang dilakukan
menggunakan metode maserasi.
3. Rf 3 senyawa triterpen dari Cantella asiatica L. adalah senyawa asiatikosida
terletak pada rentang 0,2–0,35, nilai Rf senyawa asam asiatat yaitu 0,42 dan Rf
senyawa asam madekasat 0,45.
4. Pada KLT eluen yang digunakan adalah etil asetat : methanol : aquadest.
Dengan perbandingan 4 : 1 : 0,5 = 8ml : 2ml : 1ml.
5. Senyawa triterpen tidak terdapat gugus kromofor sehingga tidak bisa
dilanjutkan dari proses KLT menuju identifikasi menggunakan sinar UV.
6. Struktur kromofor memiliki ikatan rangkap terkonjugasi seperti adanya ikatan
rangkap dua, C rangkap tiga, benzene dengan substituent posisi para, N rangkap
tiga dan gugus keton.
7. Dalam praktikum ini identifikasi senyawa dibantu dengan penampak noda ANS
(Anisaldehid Asam Sulfat)

5.2 Saran

1. Dalam pengerjaan langsung dilaboratorium harus teliti, hati-hati dan serius


serta lakukan sesuai dengan prosedur kerja.
2. Pahami terlebih dahulu prosedur kerja sebelum melaksanakan percobaan
3. Pastikan eluen sudah jenuh dan gunakan pelarut yang sesuai.
4. Pahami prinsip dari alat dan bahan yang digunakan dalam proses isolasi daun
pegagan ini.
5. Pahami penjelasan dosen dan asisten laboratorium dengan baik.

8.
DAFTAR PUSTAKA

1. Rohmawati M. Karakterisasi morfologi dan anatomi pegagan (Centella asiatica


(L.) Urban.) di Kabupaten Batang sebagai sumber belajar pada mata kuliah
praktikum morfologi dan anatomi tumbuhan. UIN Walisongo; 2015.

2. Hasanah IW. Pengaruh ektrak daun pegagan (Centella asiatica) terhadap


spermatogenesis mencit (Mus musculus). Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim; 2013.

3. Susilowati I, Pratiwi IDPK. PENGARUH KONSENTRASI JUS DAUN


PEGAGAN DAN PERBANDINGAN CMC DENGAN MAIZENA
TERHADAP KARAKTERITIK SORBET. J Ilmu dan Teknol Pangan.
2018;7(1):33–42.

4. Dzulfiqor Y, Akbar B, Susilo S. Uji ekstrak etanol daun pegagan (Centella


asiatica L. Urban) terhadap fertilitas tikus putih (rattus norvegicus L.) betina
pada Tahap Praimplantasi. Al-Kauniyah J Biol. 2015;8(2):101–8.

5. Hermanto H, Ghulamahdi M, Darusman LK, Bermawie N, Sutandi A.


Penetapan Bahan Diagnosis Status Hara NPK pada Jaringan Tanaman
Pegagan. 2011;

6. Badan P, Indonesia MR. Acuan Sediaan Herbal. Volume. 2016;5:6–8.

7. Sihombing W, Akmal M, Wahyuni S, Nasution I. EFEK EKSTRAK DAUN


PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) TERHADAP PERKEMBANGAN
SEL SPERMATID TIKUS (Rattus norvegicus). J Med Vet. 2015;9(1).

8. Anggraini T, Silvy D, Ismanto SD, Azhar F. Pengaruh penambahan


peppermint (Mentha piperita, L.) terhadap kualitas teh daun pegagan (Centella
asiatica, L. Urban). J Litbang Ind. 2014;4(2):79–88.

9. Fadhilah U. Pengaruh Pemberian Campuran Ekstrak Etanol Kulit Manis


(Cinnamomum burmanii Blume) dan Biji Pala (Myristica fragrans Houtt)
Terhadap Aktivitas Sistem Saraf Pusat Pada Mencit Putih Jantan. Universitas
Andalas; 2019.

10. Orhan IE. Centella asiatica (L.) Urban: from traditional medicine to modern
medicine with neuroprotective potential. Evidence-based Complement Altern
Med. 2012;2012.

11. Yusran Y, Ilyas A, Saleh A. Bioaktivitas Ekstrak Metanol Daun Pegagan


(Centella Asiatica L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Mycobacterium
Tuberculosis. Al-Kimia. 2016;4(1):54–61.

12. Zulkarnaen Z. Penetapan Kadar Asiatikosida Ekstrak Etanol 70% Pegagan


(Centella asiatica) menggunakan Metode LC–MS. Maj Kesehat FKUB.
2016;2(2):99–107.

13. Pinalia A. Penentuan Metode Rekristalisasi Yang Tepat Untuk Meningkatkan


Kemurnian Kristal Amonium Perklorat (AP). Maj Sains dan Teknol Dirgant.
2011;6(2).

14. MAULIDIYAH M, AZIS T, SABARWATI SH, NURDIN M. Isolation and


identification of (-)-usnic acid compound from lichen Usnea sp. and its
cytotoxic activity on murine leukemia P388 cell. J Ilmu Kefarmasian Indones.
2015;13(1):40–4.

15. Wulandari L. Kromatografi Lapis Tipis. Jurnal Ilmiah. 2011.105-113

16. Idawati S, Hakim A man, Amdayani Y. Isolasi α -Mangostin dari Kulit Buah
Manggis ( Garcinia mangostana L.) dan Uji Aktivitas Antibakteri Terhadap
Bacilus cereus. J Farm Dan Ilmu Kefarmasian Indones. 2018;4(2):118–22.

17. Howan DHO. Isolasi dan identifikasi metabolit sekunder dari ekstrak butanol
pegagan [Centella asiatica (L) urban]. Fuller J Chem. 2017;2(2):92.

18. Wullur AC, Schaduw J, Wardhani ANK. Identifikasi alkaloid pada daun sirsak
(Annona muricata L.). J Ilm Farm Poltekkes Manad. 2012;3(2):96483.
19. Zulkarnaen. Putri, Alifia. Eka O. Penetapan Kadar Asiatikosida Ekstrak Etanol
70 % Pegagan ( Centella asiatica ) menggunakan Metode LC – MS
Zulkarnaen, Alifia Putri F, Oktavia Eka P. ABSTRAK. J Ilm Farm. 2014;99–
107.

20. Kurnia D, Tri Pujilestari E, Pamudjo I. Pengembangan Metode Penetapan


Kadar Metil Prednisolon Dalam Sediaan Dry Injection Dengan Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi (Kckt). Anal Anal Environ Chem. 2019;4(01):13–25.

Anda mungkin juga menyukai