Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN AWAL PRAKTIKUM

KIMIA BAHAN ALAM FARMASI

ISOLASI TRITERPENOID DARI DAUN PEGAGAN

(Centella asiatica L.)

OLEH :

NAMA : LAILA REZKI SEPTRIA NINGRUM

NO. BP : 1911012028

HARI/TANGGAL : RABU / 31 MARET 2021

SHIFT :3

LABORATORIUM KIMIA BAHAN ALAM FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2021
ISOLASI TRITERPENOID DARI DAUN PEGAGAN

(Centella asiatica L.)

I. Tujuan
1. Mengetahui dan mempraktekkan cara mengisolasi triterpenoid
2. Mengetahui cara mengidentifikasi triterpenoid
II. Tinjauan Pustaka
II.1. Tinjauan Botani

Centella asiatica L.
II.1.1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Umbelliferae

Family : Apiaceae

Genus : Centella

Spesies : Centella asiatica (1)

II.1.2. Morfologi

Centella asiatica (L) Urban berbentuk herba tahunan, aromatik.


Batangnya sangat pendek, dari batang tumbuh geragih atau stolon yang
melata dipermukaan tanah dengan panjang 10-50 cm. Daun tunggal,
tersusun dalam bentuk roset yang terdiri dari 2-10 lembaran daun,
kadang-kadang agak berambut. Tangkai daun panjangnya sampai 40 cm.
Selain daun berbentuk ginjal, lebar dan bundar dengan garis tengah
sampai 10 cm, pinggir daun beringgit dan bergerigi. Pangkal dari
tangkai daun melekuk ke dalam dan melebar seperti pelepah. Tulang
daun menjari. Akar bercabang. Bunga berbentuk payung tunggal,
biasanya tersusun dari 3 bunga. Tangkai bunga panjangnya 5-50 mm,
lebih pendek dari tangkai daun. Daun pelindung berjumlah 2 dan
panjangnya 3-4 mm berbentuk telur. (2)

II.1.3. Habitat dan Distribusi


Pegagan (Centella asiatica) sebenarnya merupakan jenis tanaman
liar yang banyak tumbuh di perkebunan, ladang, tepi jalan, dan pematang
sawah. Tanaman ini berasal dari daerah Asia tropik yang tersebar di Asia
Tenggara, termasuk Indonesia, India, Cina, Jepang, dan Australia. Di
beberapa wilayah di Indonesia pegagan dikenal dengan beberapa nama
lokal, diantaranya pegaga (Aceh), daun kaki kuda (Melayu), ampagaga
(batak), antanan (Sunda), sarowati (Maluku), bebele (Nusa Tenggara),
dan dogauke (Papua). (3)
Pegagan atau Centella asiatica (L) Urban, merupakan tumbuhan
kosmopolit atau memiliki daerah penyebaran yang sangat luas, terutama
daerah tropis dan subtropis, seperti Indonesia, Malaysia, Srilanka,
Madagaskar dan Afrika. Tumbuhan ini tumbuh subur pada ketinggian
100–2500 m di atas permukaan laut, di daerah terbuka dan di tempat
yang lembab atau terlindung, seperti pematang sawah, tegalan, dan di
bawah pohon. (2)
II.2. Kandungan Kimia
Tanama pegagan (C. Asiatica) mengandung senyawa antibakteri
sehingga banyak digunakan sebagai tanaman obat. Tanaman pegagan
(C. Asiatica) mengandung metabolit sekunder seperti saponin,
triterpenoid, flavonoid, dan alkaloid. (4)
Kandungan ekstrak pegagan adalah triterpenoid dengan
komposisi utama asiatikosida, asam asiatat, dan asam madekasad.
Komponen relatif triterpenoid total berfariasi sesuai dengan tempat
tumbuh. Rendemen triterpenoid total pada tanaman pegagan
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain umur tanaman, kesuburan
tanah, ketinggian tempat tumbuh dari permukaan laut, tingkat naungan
atau sumber cahaya matahari. (2)
Pegagan mempunyai rasa manis dan bersifat sejuk, dengan
kandungan bahan kimia yang terdapat di dalamnya adalah
asiatikosida, madekosida, brahmosida, tannin, resin, pectin, gula,
vitamin B, garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium,
kalsium, besi, fosfor, minyak atsiri, pektin dan asam amino.
Asam Asiatat

Asam Madekasat

Saponin

Vitamin B
II.3. Kegunaan secara Tradisional
Pegagan berkhasiat untuk obat batuk, susah tidur, tuberkulosa,
peluruh air seni, kencing darah, sariawan, demam, nafsu makan
berkurang, luka kulit, pembengkakan hati, campak, bisul, mimisan,
amandel, radang tenggorokan, bronkhitis, tekanan darah tinggi, wasir,
keracunan, cacingan, sakit perut, ayan (epilepsi), luka bakar, kesuburan
wanita, keputihan, anti bakteri, anti tumor. (2)
Pegagan adalah salah satu spesies tumbuhan yang belum banyak
diteliti kandungan metabolit sekundernya serta kegunaan secara
ilmiah. Secara tradisional, Pegagan digunakan sebagai obat anti
infeksi, anti racun, penurun panas, peluruh air seni (diuretikum),
anti lepra, dan anti sifilis. Daunnya digunakan untuk
astrigensin dan tonikum. Pegagan mampu merevitalisasi tubuh dan
otak yang lelah. Selain itu, mampu memperbaiki sirkulasi
tubuh dengan revitalisasi pembuluh darah dan memperbaiki
kesuburan wanita. (6)

II.4. Bioaktivitas
II.4.1. Bioaktivitas Ekstrak
Berbagai penelitian yang dilakukan oleh ahli farmakologi,
ternyata pegagan memilki efek farmakologi yang sangat bermanfaat
dalam menjaga kesehatan tubuh.Di samping itu, pegagan terbukti
dapat mengobati berbagai macam penyakit dan salah satunya yaitu
penyakit tuberkulosis.Pegagan mampu mengobati berbagai penyakit
yang mematikan seperti kanker dan penyakit tuberkulosis, ini
disebabkan karena pegagan mengandung golongan senyawa triterpen
dimana senyawa ini merupakan metabolit sekunder yang memiliki
potensi untuk menghambat bakteri patogen yang merupakan sumber
penyebab penyakit tuberculosis. (7)
II.4.2. Bioaktivitas Metabolit Sekunder

Ekstrak dari Centella asiatica mengandung senyawa-senyawa


biologis aktif utama seperti tritepernoid yang terdiri atas asiaticoside,
madecassoside, asiatic acid dan madeccasic acid. Senyawa
asiaticoside dapat mengubah ekspresi gen dan dapat menginduksi
sintesis kolagen tipe I pada fibroblast, sedangkan madecassoside telah
terbukti memiliki aktifitas sebagai anti athritis dan mempunyai sifat
sebagai penyembuh luka. Senyawa asiatic acid menunjukkan aktivitas
sitotoksik pada sel-sel fibroblast dan dapat menginduksi apoptosis
berbagai jenis kanker. (8)

II.5. Teori Ekstraksi


Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada tekstur, kandungan
air dan jenis senyawa kimia yang di isolasi dari suatu tumbuhan,
sehingga senyawa kimia yang diekstraksi dapat tertarik sempurna
tanpa mengalami perubahan sifat dan strukturnya. Ekstraksi tumbuhan
dilakukan dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Untuk memilih
pelarut yang akan dipakai dalam ekstraksi harus diketahui sifat
kandungan kimia metabolit sekunder yang akan diisolasi. Senyawa
polar lebih mudah larut dalam pelarut polar dan senyawa non polar
mudah larut dalam pelarut non polar. (2)
Kualitas ekstrak dipengaruhi oleh metode ekstraksi yang
digunakan dan jenis pelarutnya. Untuk ekstraksi bahan bioaktif dari
tanaman dapat menggunakan metode ekstraksi dengan pelarut air,
etanol, campuran air dan etanol dan ekstraksi fluida superkritis. (9)
Ekstraksi Centella Asiatica (L) Urb, telah dilakukan dengan
menggunakan teknologi ekstraksi maserasi, sonikasi, sokletasi dan
CO2 superkritis. Hasil analisa ekstrak kasar dari Centella Asiatica (L)
Urb terhadap rendemen dan kadar asiaticoside nya menunjukkan
bahwa rendemen dengan kadar asiaticoside tertinggi diperoleh pada
ekstraksi secara CO2 superkritis. Dari kromatogram HPLC dapat
dilihat bahwa secara kualitatif ada dua puncak yang muncul pada
ekstraksi CO2 superkritis yang menunjukkan senyawa asiaticoside dan
madecassosida karena adanya gugus glikosida dalam struktur
kimianya. (8)
II.6. Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah Teknik pemurnian suatu zat padat dari
campuran atau pengotornya yang dilakukan dengan cara
mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut
(solven) yang sesuai. (10)
Kristalisasi dikatagorikan sebagai salah satu proses pemisahan
yang efisien. Pada umumnya tujuan dari proses kristalisasi adalah
untuk pemisahan dan pemurnian. Adapun sasaran dari proses
kristalisasi adalah menghasilkan produk kristal yang mempunyai
kualitas seperti yang diinginkan. Kualitas kristal antara lain dapat
ditentukan dari tiga parameter berikut yaitu: distribusi ukuran kristal
(Crystal Size Distribution, CSD), kemurnia kristal (crystal purity) dan
bentuk kristal (crystal habit/shape). (11)
Ada beberapa syarat agar suatu pelarut dapat digunakan dalam
proses kristalisasi yaitu memberikan perbedaan daya larut yang cukup
besar antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotor, tidak
meninggalkan zat pengotor pada kristal, dan mudah dipisahkan dari
kristalnya. (12)
Prinsip dari rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat
yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur atau
pencemarnya. Larutan yang terbentuk dipisahkan satu sama lain,
kemudian larutan zat yang diinginkan dikristalkan dengan cara
menjauhkannya (mencapai kondisi supernaturasi atau larutan lewat
jenuh). Secara teori ada 4 metoda untuk menciptakan supernaturasi
dengan mengubah temperatur, menguapkan solven, reaksi kimia, dan
mengubah komposisi solven. (12)
II.7. Kromatografi
Kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi kertas tergolong
"kromatografi planar." KLT adalah yang metode kromatografi paling
sederhana yang banyak digunakan. Peralatan dan bahan yang
dibutuhkan untuk melaksanakan pemisahan dan analisis sampel
dengan metode KLT cukup sederhana yaitu sebuah bejana tertutup
(chamber) yang berisi pelarut dan lempeng KLT. Dengan optimasi
metode dan menggunakan instrumen komersial yang tersedia,
pemisahan yang efisien dan kuantifikasi yang akurat dapat dicapai.
Kromatografi planar juga dapat digunakan untuk pemisahan skala
preparatif yaitu dengan menggunakan lempeng, peralatan, dan teknik
khusus. (13)
Pelaksanaan analisis dengan KLT diawali dengan menotolkan
alikuot kecil sampel pada salah satu ujung fase diam (lempeng KLT),
untuk membentuk zona awal. Kemudian sampel dikeringkan. Ujung
fase diam yang terdapat zona awal dicelupkan ke dalam fase gerak
(pelarut tunggal ataupun campuran dua sampai empat pelarut murni) di
dalam chamber. Jika fase diam dan fase gerak dipilih dengan benar,
campuran komponen-komponen sampel bermigrasi dengan kecepatan
yang berbeda selama pergerakan fase gerak melalui fase diam. Hal ini
disebut dengan pengembangan kromatogram. Ketika fase gerak telah
bergerak sampai jarak yang diinginkan, fase diam diambil, fase gerak
yang terjebak dalam lempeng dikeringkan, dan zona yang dihasilkan
dideteksi secara langsung (visual) atau di bawah sinar ultraviolet (UV)
baik dengan atau tanpa penambahan pereaksi penampak noda yang
cocok. Perbedaan migrasi merupakan hasil dari perbedaan tingkat
afinitas masing-masing komponen dalam fase diam dan fase gerak.
Berbagai mekanisme pemisahan terlibat dalam penentuan kecepatan
migrasi. Kecepatan migrasi komponen sampel tergantung pada sifat
fisika kimia dari fase diam, fase gerak dan komponen sampel. (13)
III. Prosedur Kerja
III.1. Alat dan Bahan
III.1.1. Alat
- Wadah untuk maserasi
- Kolom kromatografi
- Corong
- Botol 100 mL
- Vial
- Pipet tetes
- Seperangkat alat rotary evaporator
- Chamber
- Penotol
III.1.2. Bahan
- Daun pegagan kering (100 g)
- Metanol
- Etil asetat
- Plat KLT
- Kapas
- Norit
- Penampak noda untuk triterpenoid
III.2. Cara Kerja
a. Grinder sebanyak 100 g daun pegagan kering
b. Maserasi dengan 500 mL metanol selama 1x3 hari, saring
c. Uapkan maserat hingga volume 200 mL
d. Masukkan 100 g norit ke dalam kolom kemudian lewatkan maserat
ke dalam kolom, tampung
e. Uapkan eluat dengan rotary evaporator hingga kering
f. KLT senyawa hasil isolasi menggunakan fase diam silika gel 60
F254, fase gerak etil asetat : metanol : aquadest (4:1:0,5).
Semprotkan reagen vanillin asam sulfat pada plat KLT yang sudah
dielusi kemudian panaskan untuk melihat noda pada fase diam.
DAFTAR PUSTAKA

1. Medicinal Plants: Promising Future for Health and New


Drugs. Amerika Serikat: CRC Press; 2018.
2. Mora, Enda, dan Armon F.Optimasi ekstraksi triterpenoid total
pegagan (Centella asiatica (Linn.) Urban) yang tumbuh di
Riau. Penelitian Farmasi Indonesia. 2012;  1(1) : 11-16.
3. Lina M. Daun Ajaib Tumpas Penyakit. Depok: Penebar Swadaya; 2012.
4. Kurniawan SE, Mahyarudin, Rialita A. Aktivitas Antibakteri Isolat
Bakteri Endofit Daun Pegagan (Centella asiatica). Bioma. 2021; 10(1)
5. Kristina NN, Kusumah ED, Lailani PK. Analisis fitokimia dan
penampilan polapita protein tanaman pegagan (Centella asiatica) hasil
konservasi in vitro. Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
2015; 20(1) : 11-20.
6. Howan DHO. Isolasi dan identifikasi metabolit sekunder dari ekstrak
butanol pegagan [Centella asiatica (L) urban]. Fullerene Journal of
Chemistry. 2017; 2(2) : 92-95.
7. Yusran Y, Ilyas, A, Saleh A. Bioaktivitas Ekstrak Metanol Daun
Pegagan (Centella Asiatica L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Mycobacterium Tuberculosis. Al-Kimia. 2016; 4(1) : 54-61.
8. Sondari D, Irawadi TT, Setyaningsih D, Tursiloadi S. Studi Awal
Pengaruh Metode Ekstraksi terhadap Rendemen dan Kadar
Asiaticoside dari Centella Asiatica (L) urb. Jurnal Sains Materi
Indonesia. 2018; 17(3) : 124-130.
9. Mesomo MC, Corazza ML, Ndiaye PM, Santa ORD, Cardozo L,
Scheer ADP. Supercritical CO2 Extracts and Essential Oil Of ginger
(Zingiber Officinalle R.): Chemical Composition and Antibacterial
Activity. The Journal of Supercritical Fluids. 2013; vol. 80, pp. 44-49
10. Agustina LR. Rekristalisasi Garam Rakyat Dari daerah Demak Untuk
Mencapai SNI Garam Industri. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri.
2013; 2 (4).
11. Umam FU. Pemurnian Garam dengan Metode Rekristalisasi di Desa
Bunder Pamekasan untuk Mencapai SNI Garam Dapur. Jurnal Ilmiah
Pangabdhi. 2019; 5(1).
12. Agustina LR, Citra MT, Danny S. Rekristalisasi Garam Rakyat dari
Daerah Demak untuk Mencapai SNI Garam Industri. Jurnal Teknologi
Kimia dan Industri. 2013; 2(4) : 217-225.
13. Wulandari L. Kromatografi Lapis Tipis. Jember: PT. Taman Kampus
Presindo; 2011.

Anda mungkin juga menyukai