Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fitokimia adalah ilmu pengetahuan yang menguraikan aspek kimia suatu

tanaman. Kajian fitokimianmeliputi uraian yang mencakup aneka ragam

senyawa organic yang dibentuk dan disimpan oleh organisme, yaitu struktur

kimianya, biosisntesisnya, perubahan serta metabolismenya, penyebarannya

secara alamiah dan fungsi biologiisnya, isolasi dan perbandingan komposisi

sneyawa kimia dari bermacam-macam jenis tanaman. Analisis fitokimia

dilakukan untuk menentukan ciri komponen bioaktif suatu ektrak kasar yang

mempunyai efek racun atau efek farmaklogis lain yang bermanfaat bila

diujikan dengan sistem biologi atau bioassay.

Tahap penting dalam isolasi senyawa bioaktif adalah proses ekstraksi.

Partisi ekstrak adalah suatu usaha yang dilakukan untuk memisahkan

komponen kimia dari ekstrak menggunakan pelarut yang berbeda

kepolarannya. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang metode partisi ekstraksi

yang baik perlu diketahui.

B. Maksud Percobaan

1. Untuk mengetahui dan memahami proses partisi cair-cair dan padat-cair.

2. Untuk mengetahui dan memahami uji aktivitas antibakteri pada sampel

Ascidian lissoclinum sp.

3. Untuk mengetahui dan memahami Inhibitor mycobaterium tubercolosis

pada sampel kulit batang jawa.


C. Tujuan Percobaan

1. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami proses partisi cair-cair dan

padat-cair.

2. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami uji aktivitas antibakteri pada

sampel Ascidian lissoclinum sp.

3. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami Inhibitor mycobaterium

tubercolosis pada sampel kulit batang jawa.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Ekstrak ialah berupa sediaan kering, kental atau cair yang dibuat dengan

cara menyari simplisia nabati atau hewani dengan cara yang sesuai, diluar

pengaruh cahayamatahari langsung. Ekstraksi merupakan metode pemisahan

bagian aktif sebagai obat dari jaringan tumbuhan ataupun hewan dengan

menggunakan pelarut yang sesuai berdasarkan proseduryang telah ditetapkan

(wahid,2017)

Ekstraksi cair-cair/Liquid- Liquid Extraction (LLE), adalah merupakan

sistem pemisahan secara kimia-fisika dimana zat yang akan diekstraksi,

dalam hal ini asam-asam karboksilat atau asam-asam lemak bebas yang larut

dalam fasa air, dipisahkan dari fasa airnya dengan menggunakan pelarut

organik, yang tidak larut dalam fasa air, secara kontak langsung baik kontinyu

maupun diskontinyu (Putranto,2009)

Partisi padat-cair dimana diantara dua pelarut yang tidak dapat bercampur

salah satu diantaranya bertindak sebagai fasa diam dan yang lainnya sebagai

fasa gerak. Fasa diam (polar atau nonpolar) dilapisi pada suatu pendukung

inert dan dipak kedalam sebuah kolom. Kemudian fasa gerak dilewatkan

melalui kolom.

Dalam jurnal utama yang diangkat mengenai partisi cair-cair dimana

Keanekaragaman organisme (biodiversity) laut juga mempunyai arti

keanekaragaman senyawa kimia (chemodiversity) yang terkandung dalam


organisme. Senyawa-senyawa tersebut dapat memiliki aktivitas biologis yang

bervariasi. Bahan alam laut berupa senyawa-senyawa kimia tersebut

berpotensi dikembangkan sebagai bahan obat. Diketahui bahwa beberapa

biota laut dapat menghasilkan bahan hayati yang memiliki aktivitas biologis

di antaranya yaitu bryozoa, moluska, spons, karang lunak dan ascidian.

(Opa,2018)

Kemudian sampel yang digunakan dalam jurnal tersebut yaitu Ascidian,

Ascidian adalah avertebrata laut yang digolongkan dalam filum Chordata,

sub-filum Tunikata atau juga dikenal sebagai Urochordata dari kelas

Ascidiacea. Ascidian terdapat hampir di seluruh laut di dunia. Namun,

ascidian umumnya terdapat di perairan litoral pada zona intertidal hingga

subtidal, menempel pada karang, cangkang moluska, lambung kapal, atau

pada dasar pasir dan lumpur.(Opa,2018)

Senyawa bioaktif yang disintesis oleh ascidian merupakan metabolit

sekunder, yaitu metabolit turunan secara biosintetik dari metabolit primer

yang digunakan dalam sistem pertahanan diri, yaitu untuk mempertahankan

hidup dan menghindari gangguan dari organisme lain di lingkungan tempat

hidupnya. Karena aktivitas farmakologinya maka senyawa tersebut memiliki

prospek untuk diisolasi dan dimanfaatkan dalam bidang farmasi.(Opa,2018)

Diketahui dari ascidian sudah ditemukan berbagai senyawa dengan

bioaktivitas seperti larvasida, antikanker/antitumor, antidiabetes,

antiinflamasi, antivirus, dan antibakteri.(Opa,2018)


Lalu pada partisi padat-cair, jurnal utama yang diangkat mengenai

Inhibitor mycobaterium tubercolosis pada sampel kulit batang jawa. Kayu

jawa (Lannea coromandelica (Houtt.) Merr.) merupakan salah satu tumbuhan

yang sering digunakan masyarakat sebagai obat herbal untuk mengobati

beberapa penyakit. Kemampuan kulit batang kayu jawa untuk

menyembuhkan luka disebabkan adanya zat antibakteri sehingga diduga

berkhasiat sebagai antibakteri. (Wahid,2017)

B. Klasifikasi

1. Klasifikasi Ascidian (Opa,2018)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Tunikata/Urochordata

Kelas : Ascidiacea

Genus : Ascidian

Spesies : Ascidian Lissoclinum Sp.

2. Klasifikasi Tanaman Kayu Jawa (Wahid,2017)

Kingdom : Plantae

Super divisi : Spermatophyta

Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Sub kelas : Dialepetaler

Ordo : Sapindales
Family : Anarcadiaceae

Genus : Lannae

Spesies : Lannea coromandelica (Houtt.) Merr.

C. Morfologi dan kandungan ascidian

Ascidian adalah avertebrata laut yang digolongkan dalam filum Chordata,

sub-filum Tunikata atau juga dikenal sebagai Urochordata dari kelas

Ascidiacea. Ascidian terdapat hampir di seluruh laut di dunia. Namun,

ascidian umumnya terdapat di perairan litoral pada zona intertidal hingga

subtidal, menempel pada karang, cangkang moluska, lambung kapal, atau

pada dasar pasir dan lumpur. (Opa,2018)

Diketahui dari ascidian sudah ditemukan berbagai senyawa dengan

bioaktivitas seperti larvasida, antikanker/antitumor, antidiabetes (Li, 2012),

antiinflamasi, antivirus, dan antibakteri. (Opa,2018)

D. Morfologi dan kandungan Tanaman

Tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica (Houtt.) Merr.) adalah jenis

tanaman habitus, dimana tinggi pohonnya mencapai 6-8 meter, akarnya

tunggang, batangnya bercabang, daun majemuk gasal (ganjil), bentuk anak

daun bulat memanjang, ada bekas ibu tangkai daun pada cabang / ranting,

pertulangan daun menyirip, berwarna hijau pucat (Wahid,2017)

Korteks kayu jawa (Lannea coromandelica (Houtt.) Merr.) mengandung

flavonoid, tanin dan terpenoid, sedangkan pada getahnya mengandung

galaktosa (70%), arabinosa (11%), rhamnosa (2%), dan asam uronic (17%).

Kayu jawa (Lannea coromandelica (Houtt.) Merr.) digunakan untuk luka,


mengatasi memar, tuberkulosis, asam urat, keseleo dan disentri. Daun dari

kayu jawa berfungsi untuk mengobati pembengkakan akibat keseleo dan kaki

gajah (Wahid,2017)

E. Uraian Bakteri Uji

Kingdom : Bacteria

Filum : Actinobacteria

Ordo : Actinomycetales

Sub Ordo : Corynebacterineae

Famili : Mycobacteriaceae

Genus : Mycobacterium

Spesies : Mycobacterium tuberculosis(Opa,2018)

F. Uraian Bahan

1.
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat

A.1 Partisi Cair-Cair

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini, antara lain; autoklaf, 1 set

rotary vacuum evaporator, laminar air flow, corong pisah, statif, corong kaca,

kertas saring, mikropipet, kertas cakram, timbangan analitik, erlenmeyer, cawan

petri, alumunium foil, mistar.

A.2 Partisi Padat-Cair

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah Autoklaf (Hirayama),

bejana maserasi, chamber (Lamag), inkubator (Memmert), Laminan Air Flower

(LAF)(ESCO), lampu UV 254 nm dan 366 nm, lemari pendingin (Modena),

mikroskop , votex mixer, oven (Memmert), pipet mikro (Socorex), plat 24 well,

rotary evaporator (Heidolph), timbangan analitik (Kern), dan vial.

B. Bahan

B.1 Partisi Cair-Cair

Bahan yang digunakan adalah agar, pepton, natrium klorida (NaCl),

ekstrak daging (meat extract), kloramfenikol, etanol 95%, metanol, n-

Heksana, etil asetat, air dan sampel ascidian Lissoclinum sp.

B.2 Partisi Padat-Cair

Bahan yang digunakan adalah Air suling (Aquadestillata), Aluminium

Klorida, Besi (III) Klorida (FeCl3), Biakan Murni (Mycobacterium tuberculosis),


Kloroform, kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica (Houtt.) Merr.),

Metanol, Middlebrook 7H9, Nutrien OADC (oxalid axid, albumin, destrosa, dan

katalase), Nutrient PANTA, Paperdisk, Pereaksi (Liebermann-Buchard, FeCl3,

wagner, dragendroff, H2SO4 10%, NaOH 10%).

C. Cara Kerja

1. Antibakteri Fraksi N-Heksana, Metanol Dan Air Dari Ascidian

Lissoclinum sp.

a. Ekstraksi ascidian Lissoclinum sp.

 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

 Dimaserasi bertahap selama 3 kali dalam larutan etanol selama 24

jam.

 Filtrat disaring menggunakan kertas cakram whattman.

 Filtrat dievaporasi menggunakan rotary vacuum evaporator pada

suhu 40º hingga etanol terevaporasi sempurna dan tersisa ekstrak

kasar.

 Ekstrak kasar diambil menggunakan spatula dan dimasukkan ke

dalam botol ekstrak.

b. Partisi Cair-Cair

 Disiapkan ekstrak etanol Lissoclinum sp. yang telah dievaporasi dan

diambil sebanyak 15 g.

 Dimasukkan ke dalam corong pisah yang berisi aquades sebanyak

200 ml dan etil asetat sebanyak 200 ml.


 Corong pisah diambil dari statif dan dikocok-kocok hingga

tercampur ekstrak etanol dan kedua pelarut partisi.

 Dikembalikan lagi ditempatkan pada statif sekitar 5 menit.

 Diambil lapisan air dalam corong pisah dan disimpan pada

erlenmeyer.

 Dilakukan hal yang sama pada fraksi etil asetat dan disimpan pada

erlenmeyer.

 Fraksi air dan fraksi etil asetat dievaporasi dengan menggunakan

rotary vacum evaporator.

 Fraksi etil asetat dipartisi kembali menggunakan metanol sebanyak

200 ml dan n-heksana sebanyak 200 ml.

 Corong pisah diangkat dari statif dan dikocok-kocok sekitar 1 menit

dan kembali ditempatkan pada statif seperti sebelumya sampai

terlihat kedua pelarut terpisah.

 Lapisan metanol diambil dengan membuka keran pada corong pisah

serta penutup corong pisah. Fraksi metanol ditampung pada

erlenemyer 250 ml hingga semua lapisan terambil lalu keran segera

ditutup agar tidak ada fraksi n-heksana yang ikut terambil.

 Dilakukan hal yang sama pada fraksi n-heksana.

 Dievaporasi dan kemudian akan diambil menggunakan spatula dan

dipindahkan ke botol sampel kecil bersamaan dengan fraksi air yang

sudah dievaporasi terlebih dahulu.

 Ketiga fraksi ditimbang menggunakan timbangan analitik.


c. Pembuatan Media Cair dan Padat B1

 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk media cair dan

padat.

 Dimasukkan bahan untuk media cair ke tiap erlenmeyer lalu

dimasukkan aquades sebanyak 50 ml.

 Dimasukkan bahan untuk media padat ke tiap erlenmeyer lalu

dimasukkan aquades sebanyak 100 ml.

 Diaduk hingga homogen kemudian ditutup menggunakan

alumunium foil.

 Dimasukkan erlenmeyer ke dalam autoklaf untuk disterilkan pada

suhu 121°C selama 15 menit.

d. Pengujian Aktivitas Antibakteri

 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

 Digunakan konsentrasi dari tiap Fraksi yaitu 200 mg/ml (200.000

ppm) dan diambil 50 μl menggunakan mikropipet untuk ditotolkan

pada setiap kertas cakram.

 Pengujian aktivitas antibakteri untuk tiap bakteri dilakukan 3 kali

ulangan sekaligus pada 3 cawan petri yang sama.

e. Pengamatan dan Pengukuran

 Pengamatan dilakukan setelah 1x24 jam masa inkubasi. Hasil data

pengukuran yang diperoleh berupa diameter zona bening dari setiap

fraksi ekstrak sampel spons diukur menggunakan mistar dan

dibandingkan dengan zona bening kontrol positif.


2. Kulit batang jawa sebagai inhibitor pertumbuhan Mycobacterium

tuberculosis.

a. Pengolahan Sampel.

 Sampel kulit batang kayu jawa dicuci dengan air mengalir dan

dikeringkan dengan cara diangin-anginkan tanpa kontak langsung

sinar matahari. Setelah bersih dan kering, dipotong-potong kemudian

diserbukkan dengan menggunakan alat blender sehingga diperoleh

ukuran serbuk 40 mesh.

b. Ekstraksi

 Ditimbang sampel sebanyak 2.000 gram.

 Dimasukkan ke dalam toples, lalu dibasahi sampel menggunakan

pelarut metanol 12.000 ml.

 Dibiarkan sampel terendam selama ± 24 jam.

 dilakukan proses penyarian setelah 3 x 24 jam menggunakan kain

putih dan corong yang telah disumbat kapas.

 Dilakukan proses remaserasi sampel yang telah disaring tadi,

kemudian ditampung hasil maserasi.

 Filtrat dimasukkan kedalam rotavapor kemudian ekstrak cair yang

diperoleh dari rotavapor diuapkan hingga kering (ektrak metanol)

kemudian ditimbang ekstrak yang diperoleh.

c. Partisi Padat-Cair

 Ditimbang ekstrak metanol sebanyak 20,514 gram.


 Dimasukkan ke dalam lumpang, dilarutkan dengan n-heksan 1700

ml dan digerus lalu disentrifugasi hasil gerusan yang diperoleh

dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit.

 Dipisahkan antara ekstrak larut n-heksan dengan ekstrak tidak larut

n-heksan kemudian dilakukan berulang hingga larutan n-heksan

yang diperoleh jernih.

d. Uji Golongan

a. Uji alkaloid

- Ekstrak sebanyak 0,5 mg digerus dengan penambahan sedikit

kloroform hingga larut.

- Ditambahkan 0,5 mL asam sulfat 1 M, kemudian dikocok perlahan.

- Didiamkan beberapa saat sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan

atas yang jernih dibagi dua, 1 bagian ditambahkan 2-3 tetes

pereaksi Dragendorff dan bagian berikutnya ditambahkan 2-3 tetes

pereaksi Mayer.

- Endapan merah bata yang terbentuk oleh pereaksi Dragendorf dan

endapan putih oleh pereaksi Meyer menunjukan adanya senyawa

alkaloid.

b. Uji Flavonoid

- Sebanyak 0,5 mg ekstrak dilarutkan dalam 5 mL air panas,

didihkan selama 5 menit, lalu disaring.

- Filtrat yang didapat lalu ditambah bubuk logam magnesium

secukupnya, 1 ml asam sulfat pekat dan 2 mL etanol.


- Dikocok kuat dan biarkan terpisah.

- Terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan etanol

menunjukan adanya senyawa flavonoid.

c. Uji Terpenoid

- Sebanyak 0,5 mg ekstrak dilarutkan dalam kloroform dan disaring.

- Kemudian filtrat ditambahkan beberapa tetes asam sulfat dan

dikocok.

- Terbentuknya warna kuning emas mengindikasikan adanya

senyawa triterpen

d. Uji Fenol

- Sebanyak 0,5 mg ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 96% dan

ditambahkan 3 tetes larutan FeCl.

- Terbentuknya warna hitam kebiruan mengindikasikan adanya

senyawa fenol.

e. Pembuatan media cair MiddleBrook 7H9

- Ditimbang 0,65 g MiddleBrook 7H9 dan casitone 0,138 g

- Kemudian dimasukkan dalam wadah

- Ditambahkan 0,34 ml gliserol kedalam wadah dan dicukupkan

dengan aquadest hingga 100 ml.

- Dikocok sampai homogen

- Disterilisasi menggunakan autoklaf ± 20 menit pada suhu 121 0C.

f. Pembuatan stok larutan fraksi

- Ditimbang 25 mg tiap fraksi dan dimasukkan kedalam wadah vial.


- Ditambahkan 500 µl DMSO kedalam masing-masing vial kemudian

dihomogenkan dengan magnetic stirrer.

- Sampel disimpan sebagai larutan stok fraksi

g. Suspensi bakteri Mycobacterium Tuberculosis

- Diambil larutan media cair MiddleBrook 7H9 sebanyak 25 ml, dan

ditambahkan OADC 2,5 ml ; PANTA + 4 OADC 0,5 ml dan

dihomogenkan.

- Kemudian ditambahkan bakteri Mycobacterium tuberculosis strain

H37RV sebanyak I ml

- Disuspensikan kedalam tabung steril yang berisi 25 ml media

MiddleBrook 7H9 dan dihomogenkan.

h. Metode MODS (Microscopically Observed Drug Susceptibility)

- Disiapkan plate 24 well untuk strain H37RV. Dipipet 50 µl DMSO

kemudian ditambahkan ke plate H37RV (masing-masing) duplo

sebagai kontrol negatif.

- Dipipet 50 µl obat Isoniazid kemudian ditambahkan ke plate H37RV

(masing-masing duplo) sebagai kontrol positif.

- Selanjutnya dipipet 50 µl kstrak/partisi/fraksi uji kedalam well H37RV

(masing-masing duplo).

- Setelah itu, ditambahkan 950 µl suspensi bakteri kedalam seluruh well

pada plate lalu dihomogenkan.

- Kemudian diinkubasi selama 7 hari dengan suhu 300 0C dan diamati

pada mikroskop.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

A.1 Partisi Cair-Cair

No Nama Sampel Bobot Ekstrak


1 Ascidian Lissoclinum sp. 40.5 gram

No Nama Sampel Fraksi Fraksi Air Frkasi N-


Metanol Heksan
1 Ascidian Lissoclinum sp. 120 mg 1.030 mg 1.088 mg.

A.2 Partisi Padat-Cair

a. Hasil Ekstraksi Kulit Batang Kayu Jawa

No Sampel Pelarut Bobot Ekstrak


1 Kulit batang kayu jawa Metanol 96,247 gram

b. Hasil Partisi Ekstrak Metanol Kulit Batang Kayu Jawa

No Sampel Pelarut Berat Berat Ekstrak


Ekstrak Tidak Larut
Larut
1 Kulit batang kayu n-Heksan 4,328 gram 16,312 gram
jawa

c. Hasil Perbandingan Fraksi Ekstrak Metanol Kulit Batang Kayu Jaw

No. Eluen Perbandinga Volume (ml) Hasil Fraksi


n
1 etil asetat - 120 ml A
2 etil asetat : 60 : 1 120 ml B
metanol
3 etil asetat : 50 : 1 120 ml C
metanol
4 etil asetat : 40 : 1 120 ml D
metanol
5 etil asetat : 30 : 1 120 ml E
metanol
6 etil asetat : 20 : 1 120 ml F
metanol
7 etil asetat : 10 :1 120 ml G
metanol
8 etil asetat : 1:1 120 ml H
metanol
9 etil asetat : 1 : 10 120 ml I
metanol
10 etil asetat : 1 : 20 120 ml J
metanol
11 etil asetat : 1 : 30 120 ml K
metanol
12 etil asetat : 1 : 40 120 ml L
metanol
13 etil asetat : 1 : 50 120 ml M
metanol
14 etil asetat : 1 : 60 120 ml N
metanol
15 etil asetat : 1 : 70 120 ml O
metanol
16 metanol - 140 ml P

d. Hasil Penggabungan Fraksi Ekstrak Metanol Kulit Batang Kayu Jawa

No Fraksi gabungan Fraksi Berat (gr)


1 Fraksi 1 (A) B, C, D, E 0,105
2 Fraksi 2 (B) H 0,1799
3 Fraksi 3 (C) I 2,2708
4 Fraksi 4 (D) J 1,4595
5 Fraksi 5 (E) K 0,5128
6 Fraksi 6 (F) L 0,1069
7 Fraksi 7 (G) M, N, O 0,0948

e. Hasil Identifikasi Komponen Senyawa Partisi dan fraksi

No. Sampel Golongan senyawa

Alkaloid Fenoli Flavo Terpe Keterangan

k noid n
1 Fraksi A - + + - Mengandung
fenolik, flavonoid
2 Fraksi B - - + + Mengandung

flavonoid, terpen
3 Fraksi C + + - + Mengandung

alkaloid, fenolik,

terpen
4 Fraksi D + + - + Mengandung

alkaloid, fenolik,

terpen
5 Fraksi E - + - + Mengandung

fenolik, terpen
6 Fraksi F - + - + Mengandung

fenolik, terpen
7 Fraksi G - + - + Mengandung

fenolik, terpen
8 Ekstrak - + - - Mengandung

alkaloid, fenolik
9 Partisi - + - + Mengandung

tidak alkaloid, fenolik,

larut terpen

heksan
10 Partisi - - - + Mengandung terpen

larut

heksan

f. Hasil Uji Penghambatan Pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis strain

H37Rv sensitif

No. Sampel Konsentrasi Keterangan


(ppm)
1 Kontrol negatif (-) 2500 Tidak

menghambat
2 Kontrol positif (+) 2500 Menghambat
3 Fraksi A 2500 Menghambat
4 Fraksi B 2500 Menghambat
5 Fraksi C 2500 Menghambat
6 Fraksi D 2500 Menghambat
7 Fraksi E 2500 Menghambat
8 Fraksi F 2500 Menghambat
9 Fraksi G 2500 Menghambat
10 Ekstrak 2500 Menghambat
11 Partisi tidak larut heksan 2500 Menghambat
12 Partisi larut heksan 2500 Menghambat
B. Pembahasan

B.1 Partisi Cair-Cair

Senyawa antibakteri dapat digolongkan juga sebagai spektrum luas dan

spektrum sempit. Spektrum luas artinya senyawa tersebut bekerja aktif terhadap

banyak jenis bakteri baik bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif.

Sedangkan spektrum sempit artinya suatu senyawa bekerja aktif hanya terhadap

satu golongan bakteri saja baik hanya pada bakteri Gram positif ataupun hanya

pada bakteri Gram negatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa senyawa

antibakteri dari ascidian Lissoclinum sp. yang terdapat pada fraksi air tergolong

berspektrum luas dikarenakan kemampuannya menghambat bakteri Gram positif

dan Gram negatif. Hal ini diduga bahwa di alam ascidian memproduksi senyawa

antibakteri dalam bentuk metabolit sekunder untuk melawan semua ancaman yang

dihadapinya. Hasil pengujian antibakteri juga menunjukkan bahwa senyawa

antibakteri dari ascidian Lissoclinum sp. tergolong sedang. Hal ini bisa

dihubungkan dengan produksi senyawa metabolit sekundernya juga saat di alam.

Energi yang banyak diperlukan untuk memproduksi senyawa dalam jumlah


banyak. Oleh karena itu, bisa saja ascidian Lissoclinum sp. hanya memproduksi

senyawa antibakterinya dalam jumlah sedikit. Selain itu, tekanan lingkungannya

juga berpengaruh dalam hal produksi metabolit sekunder antibakteri dari ascidian

Lissoclinum sp., apabila tekanan lingkungannya relatif rendah maka senyawa

yang akan dihasilkan juga pasti sedikit. Kemudian apabila tekanan lingkungannya

relatif tinggi maka senyawa yang dihasilkan akan banyak.

Bisa dikatakan dari hasil penelitian ini ascidian Lissoclinum sp. yang

dijadikan sampel hidup pada areal dengan tekanan lingkungan yang rendah

sehingga memproduksi senyawa metabolit sekunder dengan aktivitas antibakteri

yang sedang.

B.2 Partisi Padat-Cair

Dalam proses pengerjaannya, pelarut yang digunakan dalam proses

ekstraksi adalah pelarut metanol demi keamanan penarikan senyawa baik senyawa

yang bersifat polar atau pun senyawa yang bersifat non polar dari sampel uji kulit

batang kayu jawa. Kemudian dalam tahap partisi, dilakukan proses partisi cair

padat dengan menggunakan pelarut n-heksan, sehingga diperoleh dua jenis partisi

yakni partisi larut n-heksan dan partisi tidak larut n-heksan. Hasil partisi tersebut

kemudian dipilih partisi tidak larut heksan untuk dilanjutkan ke tahap fraksinasi.

Sebelum melakukan tahap fraksinasi, terlebih dahulu dilakukan proses elusi

senyawa menggunakan metode kromatografi lapis tipis sehingga diperoleh

perbandingan eluen etil : metanol, 10 : 1. Pada tahap fraksinasi, diperoleh 16 jenis

fraksi dan berdasarkan hasil penggabungan fraksi hanya diperoleh 7 jenis fraksi.
Berdasarkan hasil uji penghambatan pertumbuhan Mycobacterium

tuberculosis dapat disimpulkan bahwa 9 fraksi memiliki aktifitas sebagai

inhibitor pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis yang ditandai tidak

tumbuhnya cord dibandingkan kontrol negatif. Sedangkan 1 fraksi memiliki

pertumbuhan cord yang sedikit dibanding kontrol negatif.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Prinsip partisi cair cair ialah ekstraksi cair-cair/Liquid- Liquid Extraction

(LLE), yang merupakan sistem pemisahan secara kimia-fisika dimana zat

yang akan diekstraksi, dalam hal ini asam-asam karboksilat atau asam-

asam lemak bebas yang larut dalam fasa air, dipisahkan dari fasa airnya

dengan menggunakan pelarut organik, yang tidak larut dalam fasa air,

secara kontak langsung baik kontinyu maupun diskontinyu dan prinsip

partisi padat cair dimana diantara dua pelarut yang tidak dapat bercampur

salah satu diantaranya bertindak sebagai fasa diam dan yang lainnya

sebagai fasa gerak.

2. Ascidian Lisscolinum sp. menunjukkan sifat antibakteri pada fraksi air

yang bersifat polar dan berspektrum luas.

3. partisi dan fraksi memiliki aktifitas sebagai inhibitor pertumbuhan

Mycobacterium tuberculosis yang ditandai tidak tumbuhnya cord


dibandingkan kontrol negatif. Sedangkan 1 fraksi memiliki pertumbuhan

cord yang sedikit dibanding kontrol negatif. Secara umum, semua sampel

memiliki aktifitas menghambat pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis.

B. Saran

Perlunya dilakukan penelitian untuk mengetahui lebih lengkap mengenai

prinsip partisi cair-cair dan padat-cair pada jurnal-jurnal yang lain dalam

mengidentifikasi khasiat atau senyawa berkhasiat bagi kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Opa samuel L. 2018. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi N-Heksana, Metanol Dan

Air Dari Ascidian Lissoclinum sp. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis:

Manado.

Putranto. 2009. Metoda Ekstraksi Cair-Cair sebagai Alternatif untuk Pembersihan

Lingkungan Perairan dari Limbah Cair Industri Kelapa Sawit. Jurnal

Fisika FLUX: Bengkulu

Wahid. 2017. Skrining Partisi-Partisi Dan Fraksi-Fraksi Tidak Larut Heksan

Dari Ekstrak Metanol Kulit Batang Kayu Jawa (Lanneacoromandelica

(Houtt.) Merr.) Sebagai Inhibitor Pertumbuhan Mycobacterium

Tuberculosis.FKIK UIN ALAUDDIN: Makassar

Anda mungkin juga menyukai