TINJAUAN PUSTAKA
II.1
masyarakat luas. Nama tanaman ini sering disalah artikan dengan tanaman lain
yang masih satu famili, yaitu daun dewa (Winarto, 2003).
Sambung nyawa merupakan tanaman dengan tinggi sekitar 20-60 cm.
Berbatang lunak dengan penampang bulat dan berwarna ungu kehijauan. Berdaun
tunggal, berbentuk bulat telur, berwarna hijau, tepi daun rata atau agak
bergelombang, serta panjangnya bisa mencapai 15 cm dan lebar 7 cm. Daun
bertangkai, letak berseling, berdaging, ujung
: Plantae (tumbuh-tanaman)
Divisi
Sub Divisi
Kelas
Ordo
: Gynurales
Famili
: Asteraceae(Compositae)
Genus
: Gynura
Spesies
(Kaewseejan, N., et al, 2012) flavonoid glikosida, saponin, tanin dan terpenoid
(Akowuah, et al, 2002 dan Rinayanti, A., et al, 2013).
Kemotaksonomi merupakan kegiatan mengklasifikasikan, mencirikan
serta memberi nama organisme berdasarkan kandungan kimia yang dimiliki
dengan tujuan untuk mengetahui hubungan kekerabatan antar organisme
berdasarkan senyawa kimianya. Menurut ilmu kemotaksonomi, hubungan
kekerabatan yang dekat antara tanaman sambung nyawa dengan tanaman daun
dewa (Gynura pseudochina (Lour.) Dc.) yang berfamili Asteraceae dari genus
Gynura memungkinkan memiliki kandungan kimia dan aktivitas yang sama. Pada
penelitian yang dilakukan Windono dkk (2012) telah dilaporkan adanya alkaloid
dalam ekstrak methanol daun dewa. Alkaloid yang ditemukan adalah alkaloid
golongan pyrrolizidine yaitu senesionin dan senkirikin.
Menurut penelitian Enhard dkk (1996) mendapatkan senyawa alkaloid dari
daun Gynura divaricata golongan pirolizidin. Beberapa senyawa yang ditemukan
yaitu intergerrimin dan usaramin yang dianalisis menggunakan IR dan NMR.
Menurut penelitian Windono dkk (2012) senyawa alkaloid yang didapat dari daun
Gynura pseudochina merupakan golongan pirolizidin. Senyawa yang ditemukan
yaitu senesionin dan senkirkin yang dianalisis menggunakan IR dan NMR. Pada
penellitian Helmut (1982) didapatkan alkaloid jenis pirolizidin pada daun Gynura
scandens. Senyawa yang ditemukan yaitu gynuramin dan acetylgynuramin yang
telah dianalisis menggunakan IR dan NMR. Menurut Lawrence dan Gunasekaran
(2014) senyawa jenis pirolizidin mempunyai panjang gelombang 221 nm, 246 nm
dan 262 nm.
II.2.
Penapisan Fitokimia
Penapisan fitokimia dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi
awal golongan senyawa sehingga memudahkan proses isolasi. Selain itu juga
bertujuan untuk mengetahui apakah suatu jenis tanaman tersebut potensial untuk
dimanfaatkan. Penapisan fitokimia meliputi uji alkaloid, uji flavonoid, uji
saponin, uji tanin, uji kuinon, uji triterpenoid dan steroid (Harborne, 1987).
II.3.
Alkaloid
Alkaloid merupakan kelompok terbesar dari metabolit sekunder yang
memiliki atom nitrogen. Sebagian besar atom nitrogen merupakan bagian dari
cincin
Senkirkine
Senecyphiline
Integremmine
Senecionine
Usaramine
Acetylgynuramine
Gambar II.2 Struktur senyawa alkaloid yang ditemukan pada genus Gynura
(Windono dkk, 2012, Enhard dkk, 1996 dan Helmut dkk, 1982)
II.4. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan
yang lainnya pelarut organik.Dalam proses ekstraksi, hal utama yang harus
diperhatikan adalah pemilihan pelarut yang akan digunakan dalam proses
ekstraksi. Prinsip yang mendasari pemilihan pelarut pada proses ekstraksi adalah
kaidah like dissolve like, yang artinya kepolaran suatu senyawa harus sama
dengan kepolaran pelarutnya. Umumnya ekstraksi dilakukan untuk pemisahan
dalam laboratorium, misalnya pemisahan senyawa-senyawa organik (fase
organik) dari larutan berair (fase air) dengan menggunakan pelarut yang tidak
dapat bercampur (Harvey, 2000).
Secara umum ekstraksi dilakukan secara berturut-turut mulai dengan
pelarut non-polar (heksana atau Benzenaa) lalu dengan pelarut yang semi polar
(etil asetat atau dietil eter), kemudian dengan pelarut polar (metanol atau etanol).
Dengan demikian akan diperoleh ekstrak kasar yang mengandung berturut-turut
senyawa non-polar, semi polar dan senyawa polar (Hostetmann dkk., 1997).
Ekstraksi dengan pelarut non-polar biasanya diperlukan untuk penghilangan
lemak sebelum diekstraksi dengan pelarut yang sesuai. Dengan demikian, ekstrak
yang diperoleh bersifat bebas lemak (Harborne, 1987).
Salah satu jenis ekstraksi yang sering digunakan adalah maserasi.
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan
cara merendam serbuk bahan dalam cairan pencari atau disebut sebagai pelarut
pada jangka waktu tertentu, sehingga interaksi antara senyawa yang ingin
10
dibutuhkan relatif cepat dan memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap
maupun cuplikan (Gritter dkk,1991).
Pemilihan eluen pada KLT didasarkan pada senyawa yang akan
dipisahkan dan sesuai dengan sifat kepolarannya (Harbone, 1987). Fase diam
yang digunakan dalam KLT merupakan penyerap berukuran kecil dengan
diameter partikel antara 10-30 m. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase
diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja
KLT dalam hal efisiensi dan resolusinya. Fase gerak dapat berupa larutan tunggal
maupun campuran tergantung pada kepolaran sampel yang dianalisis serta fase
diam yang digunakan. Salah satu parameter KLT yaitu harga Rf (Retardation
factor) yaitu perbandingan antara jarak yang ditempuh zat terlarut dengan jarak
yang ditempuh fase gerak (Sastrohamidjojo, 2002).
Rf =
Faktor yang mempengaruhi bercak dan harga Rf dari KLT antara lain
struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan, sifat dari fase diam, tebal dan
kerataan dari fase diam, derajat kemurnian dari fase gerak, serta derajat kejenuhan
dalam bejana pengembangan yang digunakan (Sastrohamidjojo, 2002).
II.5.2 KLT Preparatif
KLT preparatif merupakan salah satu metode
pemisahan dengan
sering dipakai
11
dapat dipisahkan dengan KLT preparatif. Penjerap yang paling umum digunakan
adalah silika gel (Hostettmann dkk, 1997).
Penotolan cuplikan dilakukan dengan melarutkan cuplikan dalam sedikit
pelarut. Cuplikan ditotolkan berupa pita dengan jarak sesempit mungkin karena
pemisahan tergantung pada lebar pita. Penotolan dapat dilakukan dengan pipet
tetapi lebih baik dengan penotol otomatis. Pelarut yang baik untuk melarutkan
cuplikan adalah pelarut yang atsiri. Pengembangan plat KLT preparatif dilakukan
dalam bejana kaca yang dapat menampung beberapa plat. Bejana dijaga tetap
jenuh dengan pelarut pengembang dengan bantuan kertas saring yang diletakkan
berdiri di sekeliling permukaan bagian dalam bejana (Hostettmann dkk, 1997).
Kebanyakan Penjerap KLT preparatif mengandung indikator fluorosensi
yang membantu mendeteksi letak pita yang terpisah pada senyawa yang menyerap
sinar ultraviolet (Hostettmann dkk, 1997). Setelah pita ditampakkan dengan sinar
UV maka senyawa dikerok dari plat kaca. Cara ini berguna untuk memisahkan
campuran beberapa senyawa sehingga diperoleh senyawa murni (Gritter, dkk,
1991).
II.6. Uji Antibakteri
Aktivitas antibakteri dibagi menjadi 2 macam yaitu aktivitas bakteriostatik
(menghambat pertumbuhan bakteri) dan aktivitas bakterisidal (dapat membunuh
bakteri dalam kisaran luas) (Kee dan Evelyne,1996). Uji aktivitas antibakteri
dapat dilakukan dengan metode difusi cakram. Metode difusi cakram dilakukan
dengan
mengukur
diameter
zona
bening
menunjukkan
adanya
respon
12
Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometer serapan ultraviolet dan serapan tampak dapat digunakan
untuk mengidentifikasi struktur dari suatu molekul. Serapan cahaya oleh molekul
dalam daerah spektrum ultraviolet dan tampak tergantung pada struktur elektronik
dari molekul (Markham, 1988).
Spektrofotometer UV-Vis umumnya digunakan untuk mendeteksi adanya
ikatan rangkap terkonjugasi, molekul tanpa ikatan rangkap atau dengan satu
ikatan rangkap tidak menyerap pada panjang gelombang sinar UV-VIS (200
sampai 800). Semakin banyak ikatan rangkap terkonjugasi, maka semakin besar
panjang gelombang maksimumnya (Day dan Underwood, 2001).
II.8.
Spektrofotometer FTIR
Spektrum FTIR suatu senyawa memberikan gambaran mengenai berbagai
13
14
M + 23
M + 39
M+7
M + 61
M + 18
M + 42
M + 33
M + 64
M + 80
M + 46
M + 35
M + 59
M + 113